Sunteți pe pagina 1din 10

Apakah Perlu Mengkonsumsi Antibiotik Pasca Cabut Gigi?

Pencabutan gigi akibat dari berbagai penyebab merupakan tindakan bedah sederhana
yang paling umum dilakukan. Gigi yang tidak sakit dan berlubang pun kadang diindikasikan
untuk dilakukan pencabutan. Contohnya pada operasi gigi bungsu, pencabutan untuk
kepentingan ortodonsi, atau serial ekstraksi pada anak. Tindakan pencabutan pada gigi seperti
ini dianggap sebagai clean contaminated surgery dengan resiko infeksi luka kurang dari 5%.

Pemberian antibiotik pasca pencabutan gigi merupakan bahasan yang cukup kontroversial
di kalangan dokter gigi. Antibiotik dipercaya dapat meningkatkan kenyamanan pasien setelah
pencabutan gigi dengan cara mencegah infeksi sehingga dengan demikian mengurangi nyeri.
Namun, beberapa ahli berbeda pendapat karena nyeri juga dapat ditanggulangi dengan
pemberian analgetik dan antiinflamasi.

Penggunaan antibiotik pada praktik dokter gigi

Antibiotik biasanya diresepkan pada kondisi berikut:

1. Infeksi odontogenik akut misalnya abses periapikal, periodontitis agresif, dan infeksi yang
melibatkan fascia dan subkutan
2. Infeksi non-odontogenik misalnya lepra, TB, atau sifilis
3. Profilaksis untuk pasien beresiko misalnya untuk pencegahan endokarditis pada pasien
dengan kelainan katup jantung atau protesa sendi, pasien diabetes, maupun pasien dengan
status immunocompromised
4. Profilaksis pada infeksi lokal yang dapat menyebar secara sistemik pada tindakan operasi
gigi bungsu, bedah periapikal, bedah tulang,bedah implan, pemasangan graft, dan operasi
tumor

Antibiotik tidak diindikasikan untuk kondisi berikut:

1. Perawatan pulpitis
2. Pencegahan dry socket
3. Profilaksis pada tindakan dental rutin
4. Perawatan endodontik tanpa adanya tanda infeksi
5. Pencabutan gigi asimtomatik mis. pencabutan untuk ortodontik
6. Antibiotik pasca pencabutan gigi

Banyak sekali perdebatan mengenai penggunaan antibiotik pasca penccabutan gigi.


Beberapa ahli berargumen bahwa rongga mulut merupakan habitat berbagai macam bakteri
yang dapat menjadi patogen apabila terjadi disrupsi integritas mukosa dan terbukanya soket
gigi. Ahli lain berpendapat bahwa adanya trombosis pada soket akan mencegah infeksi pada
soket, dan sistem imun yang baik mampu menghilangkan potensi infeksi yang terjadi.

Studi terkini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok yang
diberikan antibiotik dan yang tidak diberikan antibiotik pasca pencabutan gigi dengan
parameter ukuran nyeri postoperatif, pembengkakan, dan pembukaan mulut. Juga tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan pada parameter komplikasi postoperatif seperti dry
socket. Artinya, pemberian antibiotik tidak mengurangi resiko terjadinya nyeri postoperatif,
pembengkakan, trismus,maupun nyeri postoperatif.

Dengan demikian, penggunaan antibiotik pasca pencabutan gigi perlu dipertimbangkan


lagi secara lebih cermat. Terkadang untuk kondisi tertentu, antibiotik tidak begitu diindikasikan.
Dokter gigi harus lebih mempertimbangkan beberapa hal sebelum meresepkan antibiotik pasca
pencabutan gigi yakni tipe tindakan pencabutan, kebersihan rongga mulut, tingkat kesulitan
pencabutan, serta kepatuhan pasien pada instruksi postoperatif.

Referensi:

Agrawal, M., Rahman, Q. B.,dan Akhter, M., 2012, Extraction of Asymptomatic Tooth with And
Without Antibiotic Therapy, BSMMU J vol. 5 (1), pp. 24-28

Akinbami, B. O., dan Osagbemiro, B. B., 2015, Is routine antibiotic prescription following
exodontias necessary? A randomized controlled clinical study, Academic journals vol. 7 (1), pp.
1-8

Marra, F., George, D., Chong, M., Sutherland, S., dan Patrick, D. M., 2016, Antibiotic prescribing
by dentists

has increased, Why?, JADA 147 (5), pp. 320-327

Roda,R. P., Bagan, J. V., Bielsa, J. M. S., dan Pastor, E. C., 2007, Antibiotic use in dental practice.
A review, Med Oral Patol Oral Cir Bucal, pp. 186-192

Scottish Dental Clinical Effectiveness Programme,2016, Drug Prescribing For Dentistry Dental
Clinical Guidance Third Edition, Dundee, pp. 27

Yousuf, W., Khan, M., Mehdi, H., dan Mateen, S., 2016, Necessity of Antibiotics following Simple
Exodontia, Scientifica, pp. 1-6

Antibiotik untuk mencegah komplikasi setelah pencabutan gigi


Pencabutan gigi adalah perawatan bedah untuk mengangkat gigi yang terkena pembusukan
atau penyakit gusi (dilakukan oleh dokter gigi umum). Alasan umum lainnya untuk pencabutan
gigi, yang dilakukan oleh ahli bedah mulut, adalah untuk menghilangkan gigi bungsu yang tidak
selaras / berkembang (juga dikenal sebagai gigi bungsu impaksi) atau yang menyebabkan nyeri
atau peradangan.

Risiko infeksi setelah mengekstraksi gigi bungsu dari orang muda yang sehat adalah sekitar 10%;
Namun, mungkin hingga 25% pada pasien yang sudah sakit atau memiliki kekebalan rendah.
Komplikasi infeksi termasuk pembengkakan, rasa sakit, drainase nanah, demam, dan juga soket
kering (di sinilah soket gigi tidak diisi oleh gumpalan darah, dan ada rasa sakit hebat dan bau
tidak sedap). Perawatan infeksi ini umumnya sederhana dan melibatkan pasien yang menerima
antibiotik dan drainase infeksi dari luka.

Ulasan ini melihat apakah antibiotik, diberikan kepada pasien gigi sebagai bagian dari
perawatan mereka, mencegah infeksi setelah pencabutan gigi. Ada 18 penelitian yang
dipertimbangkan, dengan total 2.456 peserta yang menerima antibiotik (dari berbagai jenis dan
dosis) atau plasebo, segera sebelum dan / atau setelah pencabutan gigi. Ada kekhawatiran
tentang aspek desain dan pelaporan semua studi. Dalam semua penelitian, orang sehat
memiliki pencabutan gigi bungsu impaksi yang dilakukan oleh ahli bedah mulut.

Ulasan ini memberikan bukti bahwa antibiotik yang diberikan tepat sebelum dan / atau setelah
operasi mengurangi risiko infeksi, rasa sakit dan kekeringan setelah gigi bungsu dihilangkan
oleh ahli bedah mulut, tetapi penggunaan antibiotik juga menyebabkan lebih banyak efek
samping (umumnya singkat dan kecil) untuk pasien-pasien ini. Selain itu, tidak ada bukti bahwa
antibiotik mencegah demam, pembengkakan atau masalah dengan pembukaan mulut terbatas
pada pasien yang memiliki gigi bungsu dicabut.

Tidak ada bukti untuk menilai efek antibiotik pencegahan untuk pencabutan gigi yang sangat
membusuk, gigi pada gusi yang sakit, atau pencabutan pada pasien yang sakit atau memiliki
kekebalan yang rendah terhadap infeksi. Melakukan penelitian dalam kelompok orang ini
mungkin tidak mungkin atau tidak etis. Namun, ada kemungkinan bahwa dalam situasi di mana
pasien berada pada risiko infeksi yang lebih tinggi, antibiotik pencegahan mungkin bermanfaat,
karena infeksi pada kelompok ini cenderung lebih sering dan lebih sulit untuk diobati.
Kekhawatiran lain, yang tidak dapat dinilai oleh uji klinis, adalah bahwa penggunaan antibiotik
secara luas oleh orang-orang yang tidak memiliki infeksi cenderung berkontribusi terhadap
pengembangan resistensi bakteri.

Kesimpulan dari ulasan ini adalah bahwa antibiotik yang diberikan kepada orang sehat untuk
mencegah infeksi, dapat menyebabkan lebih banyak ruginya daripada manfaatnya bagi pasien
individu dan populasi secara keseluruhan.

Referensi:

Lodi G, Figini L, Sardella A, Carrassi A, Del Fabbro M, Furness S. Antibiotics to prevent


complications following tooth extractions.Cochrane Database of Systematic Reviews 2012,
Issue 11. Art. No.: CD003811.DOI: 10.1002/14651858.CD003811.pub2.

Amoxicillin

Amoxicillin adalah salah satu jenis antibiotik golongan penisilin yang digunakan untuk
mengatasi infeksi berbagai jenis bakteri, seperti infeksi pada saluran pernapasan, saluran kemih,
dan telinga. Amoxicillin hanya berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri dan tidak bisa
mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus, misalnya flu. Obat ini membunuh bakteri dengan
cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri.

Merek dagang: Amoxsan, Arcamox, Kalmoxillin, Laprimox, Mokbios, Opimox, Pehamoxil,


Solpenox, Widecillin

Tentang Amoxicillin

Golongan penisilin

Kategori Obat resep

Manfaat Mengatasi infeksi akibat bakteri, terutama pada gigi, saluran kemih, telinga,
hidung, tenggorokan, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan kelamin (misalnya gonore).
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Kapsul, tablet, sirup, sirup kering, suntik

Kategori kehamilan Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.

Peringatan:

Berhati-hatilah jika Anda alergi terhadap obat, seperti penisilin atau bahan tertentu.

Jika Anda akan menjalani vaksinasi apa pun, pastikan memberi tahu dokter bahwa Anda sedang
mengonsumsi amoxicillin karena obat ini dapat menghambat kerja vaksin, terutama vaksin
tifoid.

Jika Anda sedang mengonsumsi pil kontrasepsi dan mengalami muntah-muntah akibat
amoxicillin, gunakan alat pengaman tambahan seperti kondom.

Kosultasikan pada dokter jika menderita gangguan ginjal atau dicurigai menderita demam
kelenjar (glandular fever).

Beri tahu dokter jika mengonsumsi obat lain, termasuk suplemen atau herba.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Amoxicillin

Berikut ini adalah dosis penggunaan amoxicillin yang telah disesuaikan dengan sejumlah kondisi:

Kondisi Dosis

Abses gigi Dewasa: 3 gram, diulang sesudah 8 jam

Infeksi saluran kemih Dewasa : 3 gram diulang setelah 10-12 jam

Infeksi saluran pernapasan parah atau berulang Dewasa: 3 gram

Infeksi H. pylori Dewasa: 750 atau 1000 mg

Infeksi gonore Dewasa: 3 gram

Aktinomikosis, infeksi saluran empedu, bronkitis, endokarditis, gastroenteritis, infeksi mulut,


otitis media, pneumonia, gangguan limpa, demam tifoid dan paratifoid, infeksi saluran kemih
Dewasa: 250-500 mg setiap 8 jam atau 500-875 mg setiap 12 jamAnak: di bawah 40 kg:
40-90 mg/kg berat badan setiap hari, dibagi dalam 2-3 dosis. Masimal: 3 gram/hari

Faringitis dan tonsilitis Dewasa: 775 mg untuk 10 hari

Pasien hemodialisis (cuci darah) 250-500 mg setiap 24 jam

Menggunakan Amoxicillin dengan Benar

Bacalah petunjuk pada bungkus obat dan ikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi amoxicillin.
Jangan mengubah dosis amoxicillin kecuali disarankan oleh dokter.

Amoxicillin bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.

Pastikan Anda menghabiskan dosis dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan oleh dokter. Hal
ini dilakukan untuk mencegah munculnya kembali infeksi. Jika infeksi masih belum sembuh
setelah mengonsumsi semua dosis yang diresepkan, kembali temui dokter.

Jika tidak sengaja melewatkan dosis amoxicillin, segera minum jika jadwal dosis berikutnya
tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, jangan menggandakan dosis.

Pada beberapa pasien anak-anak, konsumsi obat ini dapat mengakibatkan perubahan warna
gigi menjadi kuning, coklat, atau abu-abu. Berkonsultasilah dengan dokter gigi untuk mencegah
dan mengatasi perubahan warna gigi.

Interaksi Obat

Berhati-hati saat mengonsumsi amoxicillin dengan:

Antikoagulan (pengencer darah). Amoxicillin dapat meningkatkan efek obat pengencer darah,
sehingga berpotensi menyebabkan perdarahan.

Allopurinol, meningkatkan risiko alergi terhadap amoxicillin.


Probenecid, meningkatkan kadar amoxicillin dalam darah.

Antibiotik chloramphenicol, macrolides, sulfonamide, dan tetracycline, karena dapat


mempengaruhi efek amoxicillin dalam membunuh bakteri.

Pil KB (kontrasepsi oral). Amoxicillin akan menurunkan efektivitas pil KB.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Amoxicillin

Walau jarang terjadi, amoxicillin dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:

Mual dan muntah

Mengalami diare

Sakit kepala

Ruam

Segera hentikan penggunaan amoxicillin lalu temui dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat
apabila timbul ruam, pembengkakan pada wajah atau mulut, atau kesulitan bernapas setelah
mengonsumsi obat ini. Gejala tersebut menandakan adanya alergi terhadap obat

Asam mefenamat adalah salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs). Obat ini
berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah, serta mengurangi peradangan.

Contoh rasa sakit akibat peradangan yang umumnya dapat diatasi dengan asam mefanamat
adalah arthritis, nyeri menstruasi, serta nyeri setelah operasi. Selain mengatasi nyeri
menstruasi, obat ini juga dapat digunakan untuk mengurangi volume perdarahan yang parah
saat menstruasi.

Asam mefenamat berfungsi menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin.


Prostaglandin adalah senyawa yang dilepas tubuh dan menyebabkan rasa sakit serta reaksi
peradangan.
Merek dagang: Allogon, Asimat, Datan, Dogesic, Femisic, Lapistan, Maxstan, Mefinal, Pehastan,
Poncofen

Tentang Asam Mefenamat

Golongan Antiinflamasi nonsteroid

Kategori Obat resep

Manfaat Meredakan rasa sakit dan peradangan

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun

Kategori kehamilan dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan


memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi
besarnya risiko terhadap janin.Kategori D (pada trimester 3 dan menjelang persalinan): Ada
bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh
mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.

Bentuk Tablet, kapsul, sirup

Peringatan:

Obat ini bisa mengurangi kesuburan seseorang sehingga sebaiknya dihindari bagi mereka yang
sedang berencana untuk hamil.

Setelah mengonsumsi obat ini, sebaiknya tidak mengemudi atau mengoperasikan alat berat
karena obat ini bisa menimbulkan rasa kantuk.

Harap berhati-hati jika menderita tukak lambung, peradangan usus, asma, anemia, edema,
alergi terhadap obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya aspirin dan ibuprofen), gangguan hati,
gangguan ginjal, penyakit jantung, gangguan penggumpalan darah, hipertensi, epilepsi, lupus,
porfiria, serta pernah menjalani operasi jantung.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Asam Mefenamat

Asam mefenamat umumnya dikonsumsi sebanyak tiga kali sehari dengan dosis maksimal 500
mg. Dosis obat ini bisa berubah, tergantung kepada kondisi pasien, tingkat keparahan rasa sakit,
serta respons tubuh terhadap obat. Untuk anak-anak di atas enam bulan, dosisnya adalah 25
mg/kg, tiga kali sehari, dan dikonsumsi selama maksimal tujuh hari.
Mengonsumsi Asam Mefenamat dengan Benar

Gunakanlah asam mefenamat sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca
keterangan pada kemasan. Asam mefenamat sebaiknya dikonsumsi sesudah makan atau
dengan cemilan untuk mencegah efek samping.

Pasien juga dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengonsumsi minuman keras selama
mengonsumsi obat ini. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko efek samping berupa
perdarahan pada lambung.

Untuk mengatasi nyeri menstruasi, dokter biasa menyarankan pasien untuk mengonsumsi obat
ini sejak hari pertama menstruasi atau saat nyeri menstruasi muncul. Pasien umumnya
mengonsumsi obat ini selama 2-3 hari pertama menstruasi.

Obat ini umumnya hanya diberikan untuk konsumsi dalam waktu singkat. Pasien disarankan
untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter, terutama jika membutuhkan konsumsi asam
mefenamat untuk jangka panjang.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan
untuk mengonsumsi asam mefenamat pada jam yang sama setiap harinya untuk
memaksimalkan efek obat.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi asam mefenamat, disarankan segera melakukannya jika
jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan
jangan menggandakan dosis.

Interaksi Obat
Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain, asam mefenamat bisa menimbulkan
reaksi yang berbahaya atau mengurangi efek obat tersebut. Berikut adalah beberapa obat-
obatan yang sebaiknya dihindari saat menggunakan asam mefenamat:

Obat pengatur tekanan darah, seperti ACE inhibitor, obat golongan angiotensin receptor
blockers (ARBs), dan beta-blockers.

Obat diuretik, yaitu obat untuk mempercepat pembentukan dan pengeluaran urine.

Obat antiinflamasi nonsteroid lainnya, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen.

Obat antikogulan dan pengencer darah, seperti warfarin dan obat-obatan golongan selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Obat antasida yang mengandung magnesium hidroksida.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Asam Mefenamat

Sama seperti obat-obat lain, asam mefenamat juga berpotensi menyebabkan efek samping.
Beberapa efek samping yang umum terjadi saat mengonsumsi obat ini adalah:

Nyeri ulu hati.

Gangguan pencernaan.

Hilang nafsu makan.

ual dan muntah.

Sakit kepala.

Mengantuk dan kelelahan.

Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika mengalami efek samping yang lebih
serius seperti sariawan, diare, tinja berwarna hitam atau berdarah, dan muntah darah.

S-ar putea să vă placă și