Sunteți pe pagina 1din 18

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
Endang Prihatin, S.Kep

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
2019

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
RANGE OF MOTION
(ROM)

1. Pengertian
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Pengertian
ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan
normal baik secara aktif ataupun pasif.

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku
untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
(Arif, M, 2008).
· Garis Potongan Pada Tubuh
1. Potongan sagital, yaitu garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan.
2. Potongan transversal, yaitu garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah.
3. Potongan frontal, yaitu melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian
depan dan belakang.

2. Tujuan ROM
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
3. Manfaat ROM
ROM bermanfaat untuk :
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4. Jenis – Jenis ROM


ROM itu ada dua jenis, yaitu :

a. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan
energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan
otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif .

b. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat)
atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak
yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma
dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau
semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

5. Jenis Gerakan
Macam-macam gerakan ROM, yaitu:
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
. c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
d. d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
e. e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
f. f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.
6. Sendi Yang Digerakan
a. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
b. b. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
- Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
- Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
- Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
- Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
- Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi, oposisi)
- Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
- Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
- Jari kaki (fleksi/ekstensi)

7. Indikasi
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama

8. Kontra Indikasi
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)

9. Attention
a. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
b. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
c. Ulangi gerakan sebanyak 3 kali

10. Gerakan ROM


Berdasarkan bagian tubuh, yaitu :
a. Leher
- Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.
- Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
- Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
- Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu.
- Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.

b. Bahu
- Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi diatas kepala.
- Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
- Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus.
- Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala
- Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin.
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala.
Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.

c. Siku
- Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu.
- Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.

d. Lengan Bawah
Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas
Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah

e. Pergelangan Tangan
- Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah
- Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan lengan bawah berada dalam
arah yang sama
Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh .mungkin.
- Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari
- Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari

f. Jari-Jari Tangan
- Fleksi : membuat genggaman
- Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
- Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
- Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan

g. Ibu Jari
Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.

h. Pinggul
- Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
- Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
- Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
- Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
- Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan melebihi jika mungkin
- Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
- Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
- Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar
i. Kaki
- Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)
- Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)

j. Jari-Jari Kaki
- Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
- Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
- Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.
Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir harus dilakukan di hari pertama usai dilahirkan.
Adapun pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tanda vital termasuk suhu tubuh, detak
jantung, dan pernapasan bayi, panjang dan berat badan, serta pemeriksaan spesifik organ
vital tubuh.

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah prosedur medis rutin yang penting dilakukan oleh
dokter untuk memastikan bayi yang baru lahir dalam keadaan sehat. Pemeriksaan ini juga
penting untuk mendeteksi kondisi atau penyakit tertentu pada Si Kecil sejak dini.

Umumnya, pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan di rumah sakit atau di klinik bersalin
sebelum ibu dan bayinya pulang ke rumah. Bunda dan Ayah disarankan tetap berada di rumah
sakit atau di klinik sampai pemeriksaan selesai, dan menunggu dokter menjelaskan hasil
pemeriksaan serta kondisi Si Kecil. Jika dokter atau bidan menemukan adanya masalah pada
bayi, mereka akan merujuk untuk dilakukan pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut.

Apa Saja Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir?

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir meliputi:

 Pemeriksaan Apgar
Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah bayi baru lahir. Pemeriksaan Apgar meliputi
pemeriksaan warna kulit bayi, detak jantung bayi, refleks bayi baru lahir, kekuatan otot,
dan pernapasan bayi. Jika nilai pemeriksaan Apgar bayi baru lahir lebih dari 7, maka bayi
dapat dianggap sehat. Namun jika nilai Apgar bayi rendah, maka kemungkinan bayi
memiliki masalah kesehatan tertentu.

 Pemeriksaan gestasional, lingkar kepala, dan berat badan


Pemeriksaan gestasional untuk mengetahui usia kelahiran, apakah bayi terlahir prematur
atau sesuai usia normal ditentukan dengan penilaian new Ballard score. Dokter atau
bidan akan menimbang berat badan Si Kecil dan mengukur panjang tubuh serta lingkar
kepala bayi. Semua pengukuran ini akan dibandingkan dengan grafik untuk memastikan
bahwa bayi normal.
 Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir termasuk pemeriksaan kepala dan leher. Dokter akan
mengecek bentuk kepala bayi, leher, mata hidung, dan telinga untuk melihat apakah
terdapat kelainan bentuk kepala dan leher bayi.

 Pemeriksaan mulut
Pemerikasaan mulut meliputi pemeriksaan gusi dan langit-langit mulut. Pemeriksaan ini
penting untuk mendeteksi kelainan seperti bibir sumbing.

 Pemeriksaan jantung dan paru


Pemeriksaan fisik bayi baru lahir di bagian jantung meliputi pemeriksaan detak dan suara
jantung menggunakan Denyut jantung normal bayi yang baru lahir berkisar antara 120
sampai 160 denyut per menit. Suara atau bunyi jantung yang tidak normal bisa
mengindikasikan adanya masalah pada struktur jantung. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi apakah bayi baru lahir memiliki penyakit jantung.Dalam pemeriksaan paru,
dokter akan memeriksa laju pernapasan, pola pernapasan, dan mengevaluasi fungsi
pernapasan bayi. Dalam pemeriksaan ini, dokter juga akan melihat apakah bayi
mengalami tanda-tanda gangguan pernapasan, seperti pernapasan cepat atau tidak teratur,
mendengus saat bernapas, atau warna kebiruan pada bibir, gusi, dan selaput lendir bayi.

 Pemeriksaan perut dan kelaminPemeriksaan perut bayi meliputi bentuk, lingkar perut,
dan pemeriksaan organ-organ di dalam perut seperti hati, usus, dan lambung bayi.
Pemeriksaan tali pusat bayi juga termasuk dalam pemeriksaan fisik ini.Pemeriksaan
organ kelamin adalah bagian dari pemeriksaan fisik rutin bayi baru lahir, pada bayi laki-
laki, dokter akan mengevaluasi apakah testis terdapat di dalam kantong zakar. Pada bayi
perempuan, dokter akan memeriksa bentuk labia, dan cairan yang keluar dari vagina bayi.

 Pemeriksaan tulang belakang


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah bayi Anda memiliki kelainan seperti
spina bifida atau cacat tabung saraf.

 Pemeriksaan tangan dan kaki


Dokter akan memeriksa denyut nadi di setiap lengan, memastikan masing-masing tangan
dan kaki memiliki ukuran yang sama berikut jumlah jari-jari pada anggota gerak tubuh
tersebut.

Dokter atau bidan yang memeriksa juga akan melihat warna kulit dan aktivitas bayi Anda.
Biasanya bayi akan diberikan tetes mata atau salep untuk mencegah infeksi. Suntikan vitamin K
juga diberikan untuk mencegah kemungkinan pendarahan. Bayi harus mendapat suntikan
pertama vaksin hepatitis B di rumah sakit dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan.
Setelah pemeriksaan fisik bayi baru lahir, dokter dan bidan akan menganjurkan pemeriksaan
fisik lanjutan di usia bayi sekitar 6-8 minggu. Pastikan untuk menanyakan segala hal yang terkait
dengan hasil pemeriksaan, untuk mengantisipasi sejak dini jika terdapat kelainan atau masalah
pada bayi Anda.
Pemeriksaan Fisik Pada Anak (Head To Toe)
A. KEPALA
1. Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
2. Tulang tengkorak :
a. Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
b. Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
c. Fontanel anterior menutup : 18 bulan
d. Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
e. Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama dan hilang dalam 2 hari
f. Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3 minggu
3. Distribusi rambut dan warna
Jika rambut berwearna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasi
adanya gangguan nutrisi
4. Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian
occipital.

B. MUKA
1. simetris kiri kanan
2. Tes nervus 7 ( facialis )
a. Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla dan
mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
b. Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutup mata kuat-kuat
sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
3. Tes nervus 5 ( trigeminus )
a. Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia merasakan
sentuh tersebut
b. Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa meraba otot
masenter dan mandibula.
C. MATA
1. simetris kanan kiri
2. Alis tumbuh umur 2-3 bulan
3. Kelopak mata :
a. Oedema
b. Ptosis : celah kelopak matamenyempit karena kelopak mata atas turun.
c. Enof : kelopak mata mnyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertarik
kebelakang.
d. Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata atas dan bawah
tertarik kebelakang.
4. Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman penglihatan.
a. Sebagai objek mempergunakan jari
b. Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan diperiksa
berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan
mata kanan,pada garis ketinggian yang sama.
c. Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain ditutup,obyek mulai
digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari samping telinga ,apabila obyek sudah tidak
terlihat oleh pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien.
d. Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
5. Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
a. Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian cahaya diarahkan
pada salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
b. Apakah pupil isokor kiri atau kanan
6. Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
a. Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
b. Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
c. Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.
7. Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea
a. Tutup mata yang satu dengan penutup
b. Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang tidak diperiksa)
c. Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa kedipan kedua mata
secara cepat.
d. Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata,hasil positif bila tiap
ketukan mengakibatkan kedua mata klien berkedip.
e. Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut ,tapi hanya berfookus pada
satu titik.

D. HIDUNG
1. Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
2. Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down
syndrome.
3. Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
4. Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu
kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
5. Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret, poliup, atau
deviasi septum.
6. Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)
7. Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan , lalu klien diminta
untuk menyebutkan bau apa.Tiap hidung diuji secara terpisah.

E. MULUT
1. Bibir kering atau pecah – pecah
2. Periksa labio schizis
3. Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
4. Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel,hasil positif bila ada refleks
muntah ( Gags refleks)
5. Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
6. Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
7. Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien untuk memngatakan
“ AH “ dan perhatikan ovula apakah terngkat.
8. Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
a. Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan pahit, kemudian
menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian belakang lidah untuk
pemeeriksaan Nervus IX.
b. Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
c. Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian menarik
dengan cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu
pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk merasakan kekuatn lidah.
d. Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar mulut dan
kemudian akan mengisapnya.
e. Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam mulut, raba
palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh
jari kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks mengisap (Sucking Refleks)

F. TELINGA
1. Simetris kiri dan kanan
2. Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan
tulang rawan masih lunak.
3. Cana;lis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihat
apakah ada serumen atau cairan.
4. Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
5. menggesekkan rambut, atau tes bisik.
6. Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
. Starter refleks :tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.

G. LEHER.
1. Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
2. Periksa arteri karotis
3. Vena Jugularis
4. posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah nodus krokoideus maka
akan tampak adanya vena.
a. Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut kemudian tarik garis
imajiner untuk menentukan panjangnya.
b. Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan p[asien disuruh untuk menelan,apakah
ada pembesaran atau tidak.
c. Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan mengimbangi.
d. Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang,kemudian tangan ditarik
kebelakang,pertama badan ikut berbalik diikuti dengan kepala.
e. Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
f. Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap
kedepan ,pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala.sambil meraba otot
sternokleidomasatodeus.

H. DADA
1. Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
2. Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
3. Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2 1:1
4. suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat udara masuk intensitas
keraspada ICS 4-5 1:3
5. Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum alveolus, intensitas sedang
ICS 5.
a. suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah 3:1
b. Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada saat ekspirasi
c. Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
6. Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
7. Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri ICS 2 (
bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katup tricuspid), sternal kiri mid
klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
8. Perkusi mpada daerah jantung adalah pekak.

I. ABDOMEN
1. Tali pusat : Dua arteri satu vena.
2. Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
3. Observasi vena apakah terbayang atau tidak.
4. Observasi distensi abdomen.
5. Terdengar suara peristaltic usus.
6. Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis
media clavikula 6 – 12 cm.
7. Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas
8. Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak Perkusi pada
daerah
9. lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
10. Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial terlihat
kontraksi.
J. PUNGGUNG.
1. Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida okulta : ada lekukan pada
lumbo sacral,tanpa herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.
2. Spina bivida sistika : dengan herniasi , meningokel ( berisi meningen dan CSF)
dan mielomeningokel ( meningen + CSF + saraf spinal).
3. Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika tulang belakang rata/simetris(
scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris atau bahu tinggi sebelah danvertebra
bengkok ( scoliosis structural) skoliometer >40
K. TANGAN
1. Jumlah jari – jari polidaktil ( .> dari 5 ) , sindaktil ( jari – jari bersatu)
2. Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah , kalau patah diduga kelainan
nutrisi.
3. Ujung jaru\i halus
4. Kuku klubbing finger < 180 ,bila lebih 180 diduga kelainan system pernafasan
5. Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan bayi, maka refleks akan
menggengam.
6. Palmar refleks : tekan pada telapak tangan ,akan menggengam

L. PELVIS
1. CDH : test gluteal , lipatan paha simetris kiri kanan
2. Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak
3. Barlow test : kedua lutut ditekuk dan regangkan kesamping akan terdengar bunyi
klik
4. Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakah simetris
kiri dan kanan.
5. Waddling gait : jalan seperti bebek.
6. Thomas test : lutut kanan ditekuk dan dirapatkan kedada,sakit dan lutut kiri
akan terangkat

M. LUTUT
1. Ballotemen patella : tekan mendorong kuat akan menimbulkan bunyi klik jika
ada cairan diantaranya
2. Mengurut kantong supra patella kebawah akan timbul tonjolan pada kedua sisi
tibia jika ada cairan diduga ada atritis.
3. Reflek patella, dan hamstring.
N. KAKI
1. Lipatan kaki apakah 1/3, 2/3, bagian seluruh telapak kaki.
2. Talipes : kaki bengkok kedalam.
3. Clubfoot : otot-otot kaki tidak sama panjang, kaki jatuh kedepan
4. Refleks babinsky
5. Refleks Chaddok
6. Staping Refleks

S-ar putea să vă placă și