Sunteți pe pagina 1din 17

A.

Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

KOMPETENSI KOMUNIKASI CALON SDM PUBLIC RELATIONS

A. Rahman
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta
Drs.a.rahman.hi@gmail.com

Abstract: Public Relations as human resources hould have the competence that has a sale
value in the labor market. One such communication competence is knowledge of
communication, communication skills, motivation communication and managing interaction.
Study of communication competence among students obtained the result that public Relations
Group one are not sufficiently competent in listening, conveying the idea of writing,
controlling the communication situation, a way of communicating with new people,
motivating others through communication, understanding others, tense in communicating,
and controlling communications the ability is low.
While the communication competence is likely to adequately classified by phone: the ability,
oral communication, communication skills via e-mail, the ability to pay attention to non-
verbal message the speaker, motivational communication not only in its favor, and
adaptability to different communication situations.
Group two have a adequate communication of knowledge, skills, motivation and ability
managing interaction. Some of the things he view is still lacking is the ability to communicate
with new people who know, the ability to motivate others through communication (persuasive
abilities), the attraction and motivation to communication.

Key words: Kompetensi komunikasi, dan Calon Sumber Daya Manusia Public Relations.

Abstract: Public Relations as human resources hould have the competence that has a sale
value in the labor market. One such communication competence is knowledge of
communication, communication skills, motivation communication and managing interaction.
Study of communication competence among students obtained the result that public Relations
Group one are not sufficiently competent in listening, conveying the idea of writing,
controlling the communication situation, a way of communicating with new people,
motivating others through communication, understanding others, tense in communicating,
and controlling communications the ability is low.
While the communication competence is likely to adequately classified by phone: the ability,
oral communication, communication skills via e-mail, the ability to pay attention to non-
verbal message the speaker, motivational communication not only in its favor, and
adaptability to different communication situations.
Group two have a adequate communication of knowledge, skills, motivation and ability
managing interaction. Some of the things he view is still lacking is the ability to communicate
with new people who know, the ability to motivate others through communication (persuasive
abilities), the attraction and motivation to communication.

Key words: Kompetensi komunikasi, dan Calon Sumber Daya Manusia Public Relations.

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


255
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

PENDAHULUAN hasilnya masing-masing lembaga


Persaingan yang semakin tajam pendidikan memiliki penekanan yang
didunia kerja bagi pemula dan daya serap berbeda pada jenis ilmu yang diajarkan,
pekerjaan yang ada, dituntut semakin skill dan standart kompetensi yang
baiknya kompetensi yang dimiliki SDM. diajarkan. Akademisi tentunya menyetujui
Persaingan tersebut tidak saja antar bidang jika profesi PR memiliki standart
ilmu yang sama, tetapi antar bidang ilmu kompetensi, sehingga dapat meningkatkan
dan tingkatan/grade pendidikan. Beberapa kredibilitas, kualitas kerja dan reputasi
iklan lowongan pekerjaan tidak dengan memberikan kontribusi memadai
selamannya mesyaratkan jenis pendidikan bagi organisasinnya. Semakin tinggi fungsi
spesifik, sehingga persaingan antar jurusan yang dapat dilakukan tentunya akan
tidak dapat dihindarkan. Pengetahuan, semakin meningkatkan peran dan posisi di
ketrampilan dan pengalaman sebagai perusahaan.
sederet persyaratan yang diminta untuk Dialog-dialog melalui wadah
bekerja, selain tentunya soft skill tertentu. PERHUMAS maupun IPRA Indonesia
Pandangan-pandangan pemilik atau bahkan perdebatan sebagai peluang
pengambil kebijakan dibidang SDM tidak pengembangan dalam mencari bentuk
selamannya sejalan dengan dunia Public Relations ke-Indonesia-an bagi
pendidikan, lulusan lembaga-lembaga calon SDM Public Relations, sudahkah ?
pendidikan yang senantiasa Sriramesh ( 2006: 155),
mengningkatkan dan memperbaharui mengemukan :
kurikulum dan sumber daya pencari kerja The question of whether public
untuk memiliki kompetensi lebih yang relations is a profession or a craft
memiliki peluang diterima bekerja. has been debated widely for
Benarkah formasi diperusahaan almost two decades. Jackson
atau organisasi memang tidak seimbang, (1988) contended that public
ataukah serbenarnya formasi banyak, tetapi relations has established itself as
sulitnya mencari SDM yang kompeten a profession, while many others
dibidang itu sedikit ? Secara logika (Agee et al. 1995; Bivins 1993;
semakin tinggi kompetensi yang Cameron et al. 1996; Hainsworth
disyaratkan akan semakin sedikit tingkat 1993; Ryan and Martinson 1990;
persaingan antar percari kerja. Ide tentang Sallot et al. 1998b; Wylie 1994)
sarjana plus sudah lama bergulir, bahkan have argued that it has yet to be
kemampuan kewirausahaan banyak recognized as one. However, all
dipandang sebagai peluang baru. agree that it is important for
Kondisi-kondisi diatas tentunya public relations to gain
dipahami oleh lulusan Public Relations professional status because that
sebagai pencari kerja atau yang ingin would give credibility and
berwiraswasta. Seperti alumni jurusan- reputation to the industry,
jurusan lainnya, tahap-tahap awal SDM increase the accountability and
dalam mencari pekerjaan tidak selamannya credibility of practitioners,
bekerja sesuai dengan bidang ilmu. enhance the quality of work pro-
Kemampuan soft skill, network, kebetulan duced by practitioners, and give
bahkan nasib baik tidak jarang yang practitioners greater
mengantarkannya bekerja. opportunities to contribute
Dalam kontek pendidikan profesi organizational decision making.
Public Relations berdasarkan kurikulum
masih menyisakan perdebatan, dan

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


256
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Pada tataran kurikulum, antar knowledge.(4). Having specialized


perguruan tinggi belum “seragam” pada and standardized education,
tataran output standar yang seharusnya including graduate study.(5).
dihasilkan oleh Lembaga pendidikan Having technical and research
tinggi. Perhumas sudah memberikn standar skills.(6). Providing a unique
kompetensi sebagai profesi Public service to an organization and the
Relations, namun sertifikasi profesi masih community.(7). Membership in
dalam proses untuk di implementasikan. professional organizations.(8).
Badan Nasional Sertifikasi Profesi PR Having autonomy in
sedang dalam proses pemberian sertifikasi organizations to make
profesi. Pertemuan dan kajian antar communication-related decisions.
akademisi dan praktisi dapat saling
bertukar perkembangan kekinian peran Permasalahan: Berdasarkan uraian diatas
fungsi Public Relations dan bahwa calon SDM Public Relations
problematikannya. Arah kurikulum seharusnya memiliki standart kompetensi
berbasis kompetensi bagi mahasiswa komunikasi, salah satunya yaitu memiliki
Public Relations dapat dikatakan sebagai kompetensi komunikasi. Kajian ini untuk
embrio standar kompetensi Public menjawab beberapa problematika, yaitu :
Relations yang berbasis output. (1). Apakah ada perbedaan kompetensi
Kompetensi Public Relations tidak komunikasi mahasiswa Public Relations
tunggal, tetapi sebagai kemampuan- sebelum dengan kurikulum KBK dengan
kemampuan atau sekelompok kemampuan mahasiswa Public Relations sesudah
yang dapat ditekuni oleh masing-masing dengan kurikulum KBK ? (2). Apakah
mahasiswa. Mahasiswa seharusnya dapat jenis-jenis pelatihan kompetensi
memperoleh bekal kompetensi atau komunikasi yang pernah diikuti mahasiswa
kompetensi spesifik yang dapat Public Relations sebelum dengan
dikembangkannya. Kita dapat melihat kurikulum KBK dengan mahasiswa Public
beberapa kajian literature yang dilakukan Relations sesudah dengan kurikulum KBK
oleh pakar Public Relations, tentang ? (3). Jenis-jenis pelatihan kompetensi
kurikulum Public Relations di United state komunikasi apakah yang dibutuhkan
of America : mahasiswa Public Relations dengan
Lebih lanjut, Sriramesh ( 2006: kurikulum KBK ?
157), mengemukan :
Our review of the literature only Tujuan dan kegunaan : Temuan kajian
found one author (Jackson 1988) ini untuk mengetahu, mendeskripsikan
... Based on the literature review, dan menjelaskan jenis-jenis pelatihan yang
we identified eight criteria and pernah diikuti dan dibutuhkan serta
evaluated the sentiments of a menjelaskan perbedaan kompetnsi
sample of scholars and mahasiswa Public Relations sebelum
professionals on the presence of dengan kurikulum KBK dengan
these criteria in current public mahasiswa Public Relations sesudah
relations curricula in the United dengan kurikulum KBK.
States:(1). Maintaining a code of Kajian-kajian sebagai wahana
ethics and professional values and dialog keilmuan dengan memberikan
norms.(2). Commitment to serve sumbangan pemikiran bagi lembaga
in the public interest and be Pendidikan Tinggi dalam penyusunan
socially responsible.(3). Having a kurikulum, pengembangan kompetensi
body of esoteric, scholarly profesi Public Relations dan membangun

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


257
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

kompetensi komunikasi SDM Public represented strategic, managerial


Relations. Bagi mahasiswa dapat capabilities. Consequently, the four
mengenali kemampuan dan kekurangannya roles could be collapsed into two
sehingga dapat senantiasa mengupayakan categories of work activities:
perbaikan. manager and technician (Dozier,
1992; Toth & Grunig, 1993).”
KAJIAN PUSTAKA
Skill berkomunikasi apakah sebagai
Public Relations Role: Sedangkan tenaga tekhnis atau tenaga managerial,
menurut Cutlip, Center, and Broom merupakan komponen yang harus dimiliki
(2006:6) public relations adalah fungsi oleh praktisi Public Relations. Lazimnya
manajemen yang membangun dan tenaga kerja perempuan yang baru lulus
mempertahankan hubungan yang baik dan dan awal-awal memasuki pekerjaan,
bermanfaat antara organisasi dengan public pekerjaan dasar ini harus dimilik.
yang mempengaruhi kesuksesan atau Sedangkan management adalah sebagai
kegagalan organisasi tersebut. ilmu dan seni, dengan demikian
Lebih lanjut dikemukakan, bahwa management sebagai ilmu dapat dipelajari,
fungsi public relations meliputi : (a). sedangkan management sebagai seni akan
Menunjang kegiatan manajemen dan nampak dan berkembang sebagai
mencapai tujuan organisasi (b). manifestasi personal valeu seseorang.
Menciptakan komunikasi dua arah secara Demikian juga managerial skill selain
timbal balik dengan menyebarkan dapat dipelajari sebelummnya akan terus
informasi dari perusahaan kepada public berkembang sesuai dengan lama bekerja,
dan menyalurkan opini public pada kesempatan menerapkan, pengalaman, dsb.
perusahaan (c). Melayani public dan
memberikan nasihat kepada pimpinan Litlejohn (2009:136) says :
perusahaan untuk kepentingan umum (d). “In a series of books appearing in
Membina hubungan secara harmonis the 1970s, Michael Argyle and his
antara organisasi dan public, baik internal colleagues advanced a general
maupun eksternal. model of skilled interaction behavior
that suggested that people pursue
Algren and Eichhorn (2006:77-78)
social goals via a sequence of steps:
mengemukakan :
(a) perception of the environment—
“Public relations is a profession
a process that involves attention,
where in roles of expertise and
interpretation, and so on; (b)
responsibility exist. Early
translation of perception into
investigation into the kinds of work
performance—a step that includes
performed by public relations
problem solving and decision
professionals identified four
making; and (c) motor responses—
specific roles: the expert
the generation of overt behaviors.
prescriber, the communication
Working from this model, Argyle was
facilitator, the problem-solver, and
able to specify various sources
the communication technician
of skill deficits (e.g., in goal setting,
(Broom, 1982; Broom & Dozier,
planning, behavioral enactment).
1986; Broom & Smith, 1979). After
Moreover, Argyle identified qualities
extensive additional research it was
such as expressivity, rewardingness,
concluded that the roles of expert
assertiveness, and so on that
prescriber, communication
distinguish proficient from
facilitator, and problem-solver all
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271
258
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

inadequate interaction behaviors. Yet sumber


another contribution of this work Defisit keterampilan (mis., Dalam
was the idea that people could be penetapan tujuan, perencanaan,
trained to employ more appropriate pemberlakuan perilaku). Selain itu,
perceptual, cognitive, and behavioral Argyle mengidentifikasi kualitas
responses. A third example of seperti ekspresivitas, penghargaan,
important contributions to the study ketegasan, dan sebagainya yang
of communication skill, also from the membedakan mahir dari perilaku
decade of the 1970s, is found in John interaksi yang tidak memadai.
Wiemann’s Namun kontribusi lain dari karya ini
examination of the nature of adalah gagasan bahwa orang dapat
communication competence (and dilatih untuk menggunakan
subsequent exploration of that tanggapan persepsi, kognitif, dan
construct perilaku yang lebih tepat. Contoh
by Brian Spitzberg, William Cupach, ketiga dari kontribusi penting untuk
and studi keterampilan komunikasi, juga
others). Wiemann emphasized that dari dekade 1970-an, ditemukan di
competence is a dyadic construct in John Wiemann's
the sense that the competent Pemeriksaan sifat kompetensi
communicator not only is able to komunikasi (dan eksplorasi
achieve his or her own goals, but selanjutnya dari konstruksi itu
moreover to do so in a way that is Oleh Brian Spitzberg, William
satisfying for the other party in the Cupach, dan
conversation. In Wiemann’s Lainnya). Wiemann menekankan
formulation, five dimensions of bahwa kompetensi adalah konstruksi
competence are identified: (1) yang diinisialisasi dalam arti bahwa
empathy, (2) affiliation and support, komunikator yang kompeten tidak
(3) social relaxation, (4) behavioral hanya mampu mencapai tujuannya
flexibility, and (5) interaction sendiri, tetapi terlebih lagi
management skills (i.e., handling melakukannya dengan cara yang
interruptions, taking turns, etc.)” memuaskan pihak lawan dalam
(Dalam serangkaian buku yang percakapan. Dalam rumusan
muncul di tahun 1970an, Michael Wiemann, lima dimensi kompetensi
Argyle dan rekan-rekannya diidentifikasi: (1) empati, (2) afiliasi
mengemukakan sebuah model umum dan dukungan, (3) relaksasi sosial,
perilaku interaksi terampil yang (4) fleksibilitas perilaku, dan (5)
menyarankan agar orang mengejar keterampilan manajemen interaksi
sasaran sosial melalui serangkaian (yaitu penanganan interupsi,
langkah: (a) persepsi lingkungan - bergiliran , Dll.)
sebuah proses yang melibatkan
perhatian. , Interpretasi, dan Toth (1998) mengemukakan fungsi
sebagainya; (B) terjemahan persepsi Public Relations profesional bagi
ke dalam kinerja - sebuah langkah management adalah sebagai berikut :
yang mencakup pemecahan masalah Public relations professionals
dan pengambilan keputusan; Dan (c) functioning as managers have
respons motorik - generasi perilaku responsibilities that likely call for a
terbuka. Bekerja dari model ini, sophisticated, broad range of
Argyle mampu menentukan berbagai communication skills.

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


259
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Communication decisions, program pentingnya, daripada pekerjaan


design and management, and yang dilakukan oleh para manajer.
meeting with peers, executives, and Sementara dikotomi manajer dan
clients, entail sophisticated, teknisi ini sering digunakan untuk
effective interpersonal and mengkategorikan praktisi PR, hal
negotiation communication skills. itu mendapat sorotan.)
While good communication skills
are no doubt important to a PR Setelah dilihat peran dan fungsinya,
technician, the job activities often dapat disimpulkan bahwa Public Relations
allow for a lower level of functional yang dikatakan ideal adalah apabila ia
communication behaviors. memiliki fungsi sebagai fungsi
Disseminating messages, writing, komunikater dalam organisasi, sehingga
editing, and producing messages, bukan fungsi marketing, sdm atau yang
making media contacts and lain lain. Selain itu Public Relations dalam
implementing the decisions made organisasi harus terlibat lebih banyak pada
by others is often viewed as less peran manajerial bukan hanya pekerjaan
strategic, but not less important, teknis. Public Relations seharusnya
than the work that is done by diletakkan dalam leher pada struktur
managers. While this dichotomy of organsiasi, sehingga memiliki fungsi yang
managers and technicians is agak berbeda dengan manajer lain dalam
frequently used to categorize public organisasi. Sebagai jembatan komuniasi,
relations practitioners, it has come dalam organisasi seorang Public Relations
under scrutiny. harus mampu secara objektif
(Profesional hubungan masyarakat menjembatani komunikasi antara atasan,
berfungsi sebagai manajer memiliki bawahan dan sesama level. Seorang Public
tanggung jawab yang mungkin Relations harus mampu memberikan
membutuhkan ketrampilan advice dan membantu departemen lain
komunikasi yang canggih dan luas. dalam hal komunikasi.
Keputusan komunikasi, Lasari (2011:165) Further
perancangan dan manajemen research of whether EFL
program, dan pertemuan dengan learners'communicative
rekan kerja, eksekutif, dan klien, competence can be fully developed
memerlukan keterampilan with the help of CMC tools still
komunikasi interpersonal dan needs to be done. However, for
negosiasi yang canggih dan efektif. EFL learners who desperately need
Sementara kemampuan komunikasi more authentic exposure and the
yang baik tidak diragukan lagi opportunities to use the knowledge
penting bagi seorang teknisi PR, learned I n the classroom, the use
aktivitas pekerjaan seringkali of computer mediated
memungkinkan tingkat perilaku communication tools both inside
komunikasi fungsional yang lebih and outside of the classrooms
rendah. Menyebarluaskan pesan, certainly can benefit the learning
menulis, mengedit, dan and develop learners'
menghasilkan pesan, membuat communicative competence to a
kontak media dan menerapkan certain extent. (Penelitian lebih
keputusan yang dibuat oleh orang lanjut apakah kompetensi peserta
lain sering dipandang kurang didik EFL dapat dikembangkan
strategis, namun tidak kalah sepenuhnya dengan bantuan

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


260
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

perangkat CMC yang masih perlu 2. Communication and public


dilakukan. Namun, bagi pelajar relations theories
EFL yang sangat membutuhkan 3. Ethical issues
eksposur yang lebih otentik dan 4. Relationships and relationship
kesempatan untuk menggunakan building
pengetahuan yang dipelajari di 5. Use of research and forecasting
kelas, penggunaan alat komunikasi 6. Societal trends
yang dimediasi komputer baik di 7. Marketing and finance
dalam maupun di luar kelas pasti 8. Management concepts and
dapat memberi manfaat bagi theories
pembelajaran dan mengembangkan 9. Legal requirements and issues
kompetensi komunikatif peserta 10. Multicultural and global issues
didik. Tingkat tertentu.) 11. Organizational change and
development
Standarisasi profesi Public
Relations di Indonesia sampai sekarang Skills levels of graduates:
belum terwujud sampai sekarang. 1. Mastery of language in written
Kemauan pengambil kebijakan, dinamika and oral communication
di organisasi Humas belum mampu 2. Informative and persuasive
memiliki otoritas pemberi sertifikasi writing
profesi, demikian juga user nampaknya 3. Problem solving and negotiation
penempatan profesi humas masih 4. Strategic planning
bervariasi. Hal ini sebagai Public Relations 5. Ethical decision making
besar alumni Public Relations, akademisi 6. Research methods and analysis
Public Relations, praktisi Public Relations, 7. Public speaking and presentation
Public Relations di organisasi prifat atau 8. Working with a current issue
public, dan peran pemerintah kalau 9. Management of information
dibutuhkan. 10. Management of communication
Berdasarkan kurikulum pendidikan 11. Issues management
Public Relations setingkat sarjana di 12. Message production
perguruan tinggi memiliki bervariasi 13. Audience segmentation
penekanan yang berbeda-beda. Ada yang 14. Sensitive interpersonal
lebih ke arah corporate communications, communication
ada yang agak dekat ke marketing 15. Community relations, consumer
communications, ada yang sudah relations, employee relations,
mengarah pada filosofi Public Relations other practice areas
yang benar, walau masih jauh dari harapan. 16. Managing people, programmes
Kurikulum Public Relations berbasis and resources
kompetensi dibeberapa perguruan tinggi 17. Technological and visual
sudah mulai dikembangkan. literacy
Krishnamurthy (2006:169-170), 18. Applying cross-cultural and
mengemukakan kurikulum dan kompetensi cross-gender sensitivity
(skill level) profesi Public Relations : 19. Participation in the
…Public relations graduates tought professional public relations
to know…: community
1. Communication and persuasion
concepts and strategies

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


261
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Communications Competence communication skill level as judged by a


(Communication Competence): supervisor because supervisors exert the
Keseluruhan karakter personal, potensi, most influence on evaluations of job
pengetahuan, organisasi kognisi, akpek performance (c) Communication
emosi, motivasi dsb dalam interaksi akan motivation. Payne (2005:69). The
nampak pada kompetensi komunikasi. Kita motivation component is conceptualized as
Komunikan tidak tahu begaimana one’s willingness to approach or avoid
pengetahuan komunikator, melalui communicative interactions. The most
komuniksi orang akan tahu bagaimana salient skills to competence were narrowed
pengetahuannya pada apa yang to empathy, adaptability, and interaction
dibicarakan. Gerak gerik, bahasa tubuh, management, so a motivation scale was
tindakan dan perilaku berkomunikasi akan designed to measure employees’
menunjukan ketrampilan yang dimiliki willingness to extend empathy, manage
Apakah ia sebagai komunikator interactions, and adapt communication
kredibel, yang ahli, menyakinkan, within the organization. ( Pengetahuan
dipercaya dan dinamis dalam menjalin komunikasi Komponen utama berikutnya
hubungan. Keseluruhan aspek tersebut dari model kompetensi adalah pengetahuan
akan nampak pada keseluruhan pesan ... Pertanyaan diajukan untuk membahas
verbal dan non verbal yang digunakan. tiga dimensi kompetensi utama yang
Pemilihan kata/kalimat, struktur kalimat, ditunjukkan dalam penelitian ini: empati,
gaya penyampaian, intonasi, dsb dan pesan kemampuan beradaptasi, dan manajemen
non verbal yang dicitrakan pada saat interaksi. (B) Keterampilan komunikasi,
berkomunikasi. Kemampuan beradaptasi Payne (2005: 68). Secara empiris,
dengan berbagai media komunikasi, keterampilan apriori bisa menjadi blok
situasi, kondisi dan karakter komunikan bangunan untuk menilai kompetensi
sebagai elemen keberhasilan dalam karyawan. Skala keterampilan memiliki
berkomunikasi. tiga dimensi: empati, kemampuan
Lebih lanjut, kompetensi beradaptasi, dan manajemen interaksi.
komunikasi Payne (2005:68-69) Skala tersebut mengukur tingkat
mengemukakan dimensi yang digunakan keterampilan komunikasi karyawan yang
untuk mengukur kompetensi komunikasi dinilai oleh supervisor karena pengawas
adalah :(a) Communication knowledge memberikan pengaruh paling besar pada
The next major component of the evaluasi kinerja pekerjaan (c) Motivasi
competence model is knowledge… komunikasi. Payne (2005: 69). Komponen
Questions were generated addressing the motivasi dikonseptualisasikan sebagai
three major dimensions of competence kesediaan seseorang untuk mendekati atau
pinpointed in this research: empathy, menghindari interaksi komunikatif.
adaptability, and interaction management. Keterampilan yang paling menonjol untuk
(b) Communication skill, Payne kompetensi dipersempit menjadi empati,
(2005:68). Empirically grounded, a priori kemampuan beradaptasi, dan manajemen
skills can serve as the building blocks for interaksi, jadi skala motivasi dirancang
assessing employee competence. The skill untuk mengukur kesediaan karyawan
scale has three dimensions: empathy, untuk memperpanjang empati, mengelola
adaptability, and interaction management. interaksi, dan menyesuaikan komunikasi di
The scale measures an employee’ssactual dalam organisasi.)

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


262
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Communication Competence
Scale Weimann,J.M (1977)

Relational Model Spitzberg and


Cupach’s(1989)
Kurikulum Pendidikan PR

Bagan 1 Kerangka
Communication Pemikiran
Competence (Knowledge,
Motivation, Skill) to :
 Communicate(berkomunikasi)
 Emphaty (berempati)
 Adapt managing interaction
(beradaptasi untuk membangun
hubungan)

Kompetensi Komunikasi (X):


1. Pengetahuan berkomunikasi secara
tatap muka (berbicara dimuka umum),
secara tulisan dan mengunakan media Rekomendasi
komunikasi Pengembangan
.2. Ketrampilan berkomunikasi secara Kurikulum dan
tatap muka (berbicara dimuka umum), Profesi PR dari
secara tulisan dan mengunakan media sudut pandang
komunikasi mahasiswa
3. Kemampuan beradaptasi dan menjalin
relasi
Others
Competencies

Bagan 1 Kerangka Pemikiran

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


263
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

METODOLOGI PENELITIAN “representasi populasi” dan pengambilan


Penelitian dengan desain sampel secara random harus dijalankan
komparatif digunakan untuk secara ketat, apabila tidak berarti
memperoleh kejelasan tentang perbedaan sebenarnya kesimpulan penelitian hanya
kompetensi komunikasi antara berlaku pada sampel penelitian kita, dan
mahasiswa Public Relations sebelum tidak dapat digunakan untuk
dengan kurikulum KBK dengan menjelaskan (generalisasi) tentang
mahasiswa Public Relations sesudah populasi.
dengan kurikulum KBK. Dimensi yang Collins T . et al. (2007:273)
diukur yaitu Pengetahuan berkomunikasi sampel minimal 51 mahasiswa masing-
secara tatap muka (berbicara dimuka masing kelompok sampel. Pengumpulan
umum), secara tulisan dan mengunakan data dilakukan dengan penggunakan
media komunikasi ketrampilan kuesioner tertutup dengan skala likert
berkomunikasi secara tatap muka dan terbuka sesuai opersasionalisasi
(berbicara dimuka umum), secara tulisan konsep. Validitas dengan rumus product
dan mengunakan media komunikasi moment dan reliabilitas metode Belah
kemampuan beradaptasi dan menjalin Dua-Spearman Brown. Skala likert
relasi. menghasilkan data ordinal, supaya
Mached sampel/Paired samples diperoleh keleluasaan analisis data
apabila pendapat sampel A (n1) ditingkatkan data ordinal menjadi
dipasangkan dengan pendapat sampel B interval dengan methode of succesive
(n2) pada kondisi sebelum mengunakan interval.
intranet. Mached sampel/Paired Uji hipotesis penelitian “ada
samples dapat juga dilakukan bagaimana perbedaan kompetensi komunikasi
kepuasan pelayanan akademik Mahasiswa dengan kurikulum sebelum
mahasiswa setelah mengunakan intranet. KBK dengan mahasiswa sesudah KBK
Pengukuran berulang pada sampel yang maka Uji Hipotesis statistik dengan Uji
sama, sedangkan sampel berpasangan Perbedaan rata-rata Dua Sampel
dengan n1=n2=...=ni (jumlah sampel Independent (21  2, (21<2), atau
pada masing-masing kelompok yang (21>2), dengan rumus :
dipasangkan sama) menilai tentang suatu
“kerangka tertentu”
Tekhnik sampling sebagai salah  
X1  X 2
satu unsur penelitian memegang peranan t' 
2 2
penting, karena dari sampel inilah data S1 S
 2
penelitian kita peroleh. Kesalahan n1 n2
mengambil sampel berarti data kita
salah, analisis data yang salah tidak
mungkin menemukan jawaban yang
benar akan masalah penelitian. Kalau
penelitian kuantitatif yang tujuannya
menguji hipotesis (generalisasi data
sampel pada populasi) sarat-sarat

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


264
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

HASIL PENELITIAN DAN KBK dengan mahasiswa Public


PEMBAHASAN Relations sesudah dengan kurikulum
KBK dilakukan dengan membandingkan
Hasil Penelitian: Berdasarkan data dan derajat teoritis dengan data empiris.
analisis data bahwa secara teoritik bahwa Kompilasi data empiris pada derajat
besarnya total skor jawaban responden teoritis kompetensi komunikasi
ditentukan oleh jumlah responden yang responden mahasiswa Public Relations
menjawab, dikalikan dengan bobot skor sebelum dengan kurikulum KBK
dari sekala likert dengan jumlah sebesar 5019 berada antara total skor
pertanyaan. Untuk mengetahui derajat 3468 dan 5202, artinya Mahasiswa
kompetensi responden mahasiswa Public dengan kurikulum sebelum KBK kurang
Relations sebelum dengan kurikulum memiliki kompetensi komunikasi.

Bagan 2
Analisis Total Skor Kompetensi Mahasiswa Public Relations sebelum dengan
kurikulum KBK
5019

1734 3468 5202 6936 8670

Sangat tidak Tidak cukup Sangat


kompeten kompeten kompeten kompeten

Berdasarkan data dan Public Relations sesudah dengan


analisis data bahwa secara teoritik bahwa kurikulum KBK
besarnya total skor jawaban responden dilakukan dengan membandingkan
ditentukan oleh jumlah responden yang derajat teoritis dengan data empiris.
menjawab, dikalikan dengan bobot skor Kompilasi data empiris pada
dari sekala likert dengan jumlah derajat teoritis kompetensi komunikasi
pertanyaan. Untuk mengetahui derajat responden kelas reguler sebesar 5710
kompetensi responden Mahasiswa berada antara total skor 5202 dan 6936,
artinya Mahasiswa Public Relations
sesudah dengan kurikulum KBK
kompetensi dalam berkomunikasi.

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


265
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Bagan 3
Analisis Total Skor Kompetensi Mahasiswa Public Relations sesudah dengan
kurikulum KBK

5710

1734 3468 5202 6936

Sangat tidak Tidak cukup Sangat 8670


kompeten kompeten kompeten kompeten

Berdasarkan uji hipotesis, bahwa kemampuan memahami konteks-konteks


ada perbedaan kompetensi komunikasi komunikasi. Berdasarkan analisis quartil
antara Public Relations sebelum dengan bahwa mahasiswa Public Relations
kurikulum KBK dibandingkan dengan sesudah dengan kurikulum KBK lebih
mahasiswa Public Relations sesudah memiliki kompetensi komunikasi
dengan kurikulum KBK. Perbedaan dibandingkan mahasiswa Public
kompetensi Mahasiswa dengan Relations sesudah dengan kurikulum
kurikulum sebelum KBK ditentukan KBK, dikuatkan dengan uji hipotesis
aspek pengetahuan, motivasi, skill dan dibawah ini.

Tabel 1 Paired Samples Test


Paired Differences Sig.
Std. 95% Confidence (2-
Variabel Std. Error Interval of the t df tailed)
Mean Deviation Mean Difference
Lower Upper

X1 – X2 -4,72835 8,95826 1,25441 -7,24790 -2,20880 -3,769 50 ,000

Sumber : Output compare means two independent samples spss 14.00

Komponen utama kompetensi dalam kontek komunikasi organisasi-


komunikasi yaitu pengetahuan individu karyawan di dalam organisasi
untuk berempati, kemampuan adaptasi (perusahaan). Sedangkan dalam konteks
dan kemampuan memanaj interaksi penelitian ini yaitu dalam konteks
dalam berbagai kopnteks komunikasi. komunikasi interpersonal baik
Pendapat Payne tersebut lebih banyak komunikasi yang dilakukan mahasiswa
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271
266
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

di rumah, di kampus dan lingkungan Aspek pengetahuan komunikasi


persebayaan. Selain hal tersebut, dan motivasi komunikasi yang dapat
masing-masing responden memiliki diupayakan lebih cepat, dibandingkan
pengalaman komunikasi yang lebih luas skill komunikasi. Pengetahuan
dari konteks komunikasi interpersonal. komunikasi yang dibutuhkan bagaimana
Public Relations sesudah menerapkan pengetahuan teoritis
dengan kurikulum KBK memiliki (konseptual) komunikasi dan Public
kemampuan yang lebih dibandingkan Relations. Motivasi komunikasi dapat
sebelumnya. Berdasarkan daya yang ada diajarkan melalui penerapan etika
jenis dan jumlah pelatihan setelah komunikasi, etika profesi dan
penerapan kurikulumKBK lebih banyak profesional image.
dan lebih variatif. PenerapanKurikulum Mengkaji pendapat
dari teoritis sampai praktis mmberikan Krishnamurthy tersebut, bahwa sebagai
tambahan kompetensi calob SDM Public calon sarjana PR penting memiliki
Relations. Potret-potret komunikasi yang kemampuan konseptual komunikasi dan
pernah dialami secara spesifik dalam konsep Publik Relations, sehingga jelas
penelitian ini diabaikan. Kelemahan ini arah dan tujuan-tujuan komunikasi yang
ditutup dengan pengalian informasi hendak dicapai. Relationship dapat
berkaitan dengan pengalaman dibangun jika trust dadapat dibangun.
komunikasi yang pernah dari lingkungan Untuk membangun trus dibutuhkan
yang pernah diterimannya. kemampuan berkomunikasi dengan
barbagai karakter individu yang berbeda-
Berdasarkan temuan diatas, beda, situasi komunikasi yang berbeda-
bahwa secara rata-rata Mahasiswa beda, Kapan harus berkomunikasi secara
dengan kurikulum sebelum KBK lebih direktif, informatif dan persuasif.
rendah pengetahuan, emphati dan Kemampuan etika komunikasi ketimuran
kemampuan memenaj interaksi dan dinamika masyarakat lokal dan
(walaupun ada beberapa yang lebih kuat global akan meningkatkan kemampuan
dibanding mahasiswa sesudah menerima menciptakan komunikasi yang tidak saja
kurikulum KBK).. Berdasarkan data ini, menarik, tetapi juga mampu melontarkan
dapat ditarik kesimpulan bahwa selain ide-ide segar untuk mencapai tujuan
proses pendidikan formal tentunya aspek yang lebih baik.
pengalaman dan jenis pelatihan Dalam aspek pengembangan
memegang peranan yang penting. kompetensi calom SDM Public
Rekomendasi bagi Mahasiswa Relations, bahwa aspen kompetensi
yang menerima matakuliah dengan komunikasi dan relationship building
kurikulum KBK untuk memiliki sangat dibutuhkan. Beberapa kompetensi
kompetensi komunikasi yaitu dengan komunikasi dalam mempersuasi publik,
meningkatkan pengalaman komunikasi kemampuan dalam menulis, komunikasi
dengan berbagai tipe komunikan, dengan orang baru apalagi yang berbeda
berbagai situasi komunikasi dan budaya dibutuhkan oleh calon-calon
konteks-konteks komunikasi yang lebih SDM Public Relations.
luas. Untuk meningkatkan skill Standart kompetensi yang dikaji
komunikasi tentunya dibutuhkan oleh Krishnamurthy dapat digunakan
pelatihan pengembangan diri. sebagai salah satu pijakan dalam
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271
267
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

membangun kurikulum dan pelatihan- kemampuan melalui telepon, komunikasi


pelatihan bagi mahasiswa Public lisan, kemampuan komunikasi melalui e-
Relations. Aspek penerapan kemampuan mail, kemampuan memperhatikan pesan
dalam praktek menunjukkan bahwa non verbal lawan bicara, motivasi
mahasiswa Public Relations sesudah komunikasi tidak hanya yang
dengan kurikulum KBK lebih memiliki menguntungkannya, dan kemampuan
variasi dan kompetensi komunikasi lebih adaptasi dengan situasi komunikasi yang
baik. Dengan demikian kompetensi berbeda. (4). Berdasarkan self evaluator
komunikasi tidak saja pada aspek bahwa mahasiswa Public Relations
pengetahuan pada tataran teoritis tetapi seudah dengan kurikulum KBK
juga kompetensi komunikasi dalam memiliki kompeten komunikasi baik
tataran praktek. tentang pengetahuan, skill, motivasi dan
kemampuan memanaj interaksi.
SIMPULAN DAN SARAN Beberapa hal yang ia pandang masih
kurang yaitu kemampuan berkomunikasi
Simpulan : Berdasarkan analisis data, dengan orang yang baru kenal,
maka ditarik beberapa simpulan sebagai kemampuan memotivasi orang lain
berikut : (1). Jenis dan variasi pelatihan melalui komunikasi (kemampuan
yang pernah diikuti oleh Mahasiswa persuasive), daya tarik komunikasinnya
Public Relations sesudah dengan dan motivasi komunikasi-bahwa orang
kurikulum KBK yaitu etika komunikasi, lain harus memahaminya. (5).
etika pergaulan, MC, menulis majalah, Berdasarkan uji hipotesis, bahwa ada
pengembangan diri, pidato, protokoler, perbedaan kompetensi komunikasi
public speaking dan gabungan beberapa antara Mahasiswa Public Relations
pelatihan tersebut. (2). Variasi pelatihan sebelum dengan kurikulum KBK
mahasiswa Public Relations sebelum dibandingkan Public Relations sesudah
dengan kurikulum KBK yang pernah dengan penerapan kurikulum KBK.
diikuti yaitu MC, menulis, table manner
dan gabungan dari pelatihan tersebut. Saran : Bagi penelitian berikutnya dan
(3). Berdasarkan self evaluator bahwa pengembangan kurikulum serta calon
mahasiswa Public Relations sebelum SDM Public Relation dalam
dengan kurikulum KBK tidak cukup meningkatkan kompetensinya,
kompeten dalam menyimak, disarankan ; (1). Variasi pelatihan yang
menyampaikan gagasan tertulis, diikuti oleh mahasiswa Public Relations
pengendalian situasi komunikasi, sesudah dengan kurikulum KBK lebih
mengakhiri percakapan, cara banyak dibandingkan dengan mahasiswa
berkomunikasi dengan orang baru, Public Relations sebelum dengan
memotivasi orang lain melalui kurikulum KBK, dengan demikian untuk
komunikasi, memahami orang lain, meningkatkan kompetensi
tegang dalam berkomunikasi, daya tarik komunikasinya perlunya pelatihan-
komunikasi mengontrol percakapan, pelatihan yang pernah diikuti oleh
tertutup dan kemampuan memilih bahan mahasiswa Public Relations sesudah
percakapan tergolong rendah. Sedangkan penerapan kurikulum KBK. (2).
kompetensi komunikasi yang tergolong Mahasiswa Public Relations sesudah
sudah cenderung memadai yaitu penerapan kurikulum lebih banyak
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271
268
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

mempraktekkan kompetensi komunikasi, DAFTAR RUJUKAN


memiliki pengalaman dengan variasi
komunikasi lebih banyak, maka Azwar, Saiffudin, 1997, Reliabilitas dan
kurikulum KBK dijalankan dengan Validitas, Pustaka Pelajar,
pemberian materi teoritis sampai Yogyakarta.
mempraktekkan nya. untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi Cutlip, Scott. M, Center, Allen. H, and
melalui bekal koseptual komunikasi dan Broom, Glen. M, 2006,
public relations dan pelatihan dengan Effective Public
praktek dalam dunia nyata Public Relations. Edisi
Relations. (3). Rekomendasi Pelatihan kesembilan, Jakarta:
kompetensi komunikasi yang dapat Prentice Hall, Indeks
dilakukan oleh Bidang Studi Public Kelompok Gramedia,
Relations yaitu pelatihan komunikasi Jakarta.
persuasive dan informatif, relationship
building, forecasting, language in Eichhhorn C.K, 2007, Cognitive
written and oral communication, Communication
Informative and persuasive writing, dan Competence Within
Sensitive interpersonal communication. Public Relations
Pratitioners : Examining
Gender Differences
Between Technicians and
managers, Public
Relations Review 33.
p.77-83

Hargie. Owen, Touris. Dennis,


Wilson.Noel,
Communication Audit
and Effect of Increased
Information : A Follow-
up Study, Jourmal of
Business Communication
2002;39;414. from
http://job.sagepub.com/cg
i/content/refs/39/4/414

Hendrix, A.Jerry, 2001, Public Relation


Case, wadswotrh,
Thomson Learning,
Belmont,USA.

Hogar, Elaine and Ellis,Roger, 2006,


Evaluation and
Communication: Using a
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271
269
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Communication Audit to Larsari, Vahid Norouzi , Learners'


Evaluated Organizational communicative competence in
Communication, English as a foreign language
Evaluation Review Vol (EFL) Journal of English and
30 No 2. literature Vol. 2(7), pp. 161-
Fromhttp://job.sagepub.c 165, September 2011
om/cgi/content/refs/30/2/ Available online
171 http://www.academicjournals.
org/ijel ISSN 2141-2626
John, J.David and Chang, H.Jung, 2000, ©2011 Academic Journals ,
Internal and External http://www.academicjournals.
Communication, org/article/article1379427154
Boundary Spanning, and _Larsari.pdf
Innovation Adoption,
Journal of Business Littlejohn W. Stephen and Foss A.
Communication,http://job Karen,2005, Theories of
.sagepub.com/cgi/content/ Human Communication,
37/3/238 Eighth Edition, Thomson,
Wadworth, Spain.
________________, 2009,
Jefkins, Frank, 2003, Public Relations Encyclopedia of
edisi kelima, PT communication theory,
Erlangga, Jakarta Copyright by SAGE
Publications, Inc., Printed
Janusik Ann Laura,2004, The in the United States of
Relationship Between America.
Conversational Listening
Span and Perceive Leh ASC (1999). Com.puter-Mediated
Communicative Communication and Foreign
Commpetence, Language Learning via
Dissertation, Faculty of Electronic Mail. Interactive
the Graduate School of Multimedia Elect. J. Comp.
the University of Enhanced Learning. Retrieved
Maryland, College Park. on 10, Oct, 2004 from
http://imej.wfu.edu/articles/19
Kasper G (1997). Can pragmatic
99/2/08/index.asp
competence be taught
? (NetW ork #6).
Honolulu: University of Mueller, J. Daniel, 1986, Measuring
Hawaii, Second Language Social Attitudes, Teacher
Teaching and Curriculum College Press, 1234,
Center. Retrieved 02, Nov., Amsterdam Avenue, New
2004 from York.
http://nflrc.hawaii.edu/Net
W orks/NW 06/default.html.
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271
270
A. Rahman : Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations

Sriramesh, Krishnamurthy and Lisa B.


Hornoman, Public
Relations as a Profession,
An Analysis of Curricular
Content in the United
States, Downloaded from
http://crc.sagepub.com on
November 21, 2007.

Salleh, Lailawati Mohd, Human


Communication . A
Publication of the Pacific
and Asian
Communication
Association. Vol. 11, No.
3, pp.303 – 312,
http://www.uab.edu/Com
municationstudies/human
communication/11.3.04.p
df

Uchjana, E. Onong, 2005, Ilmu


Komunikasi – Teori dan
Praktek, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,
Bandung

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 14, No. 02, November 2015: 255-271


271

S-ar putea să vă placă și