Sunteți pe pagina 1din 10

Kualitas Buah Naga Nafis Khuriyati et al

PENENTUAN KUALITAS BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DENGAN


METODE NON-DESTRUKTIF

[Nondestructive Determination of Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Quality]

Nafis Khuriyati*, Muh Bayu Fibriato, dan Darmawan Ari Nugroho


Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada
*Email korespondensi: nafis.khuriyati@ugm.ac.id

Diterima : 17 Oktober 2017


Disetujui: 19 April 2018
DOI: /10.23960/jtihp.v23i2.65-74

ABSTRACT
Sorting dragon fruit based on color, size, and physical defects using human senses
does not adequately reflect the nutritional content of the fruit. Nutrient content in dragon
fruit has been determined by injuring fruit (destructive). The objective of the research
was to develop a non-destructive method based on color measurement to determine the
quality of dragon fruit which includes texture, moisture content, total dissolved solids,
and total acid. Non-destructive color measurement used Chromameter to predict fruit
maturity. Based on the results of this fruit maturity prediction, dragon fruit quality was
predicted by using a regression model between fruit maturity and each quality parameter.
Dragon fruit from various variations of maturity was used as a sample to find out its
quality changes, and a regression equation was formed between the maturity of fruit and
fruit quality. The results showed that along with the increasing maturity of dragon fruit,
color (La * b *), texture, moisture content, and total dissolved solids changed following a
cubic regression model. Color component "b" (yellowness) has the strongest relationship
to fruit maturity (R2 = 0.95). With the knowledge of fruit maturity based on these colors,
the quality of dragon fruit could be determined through regression equations with results
that were not significantly different from those with destructive methods, except total acid.
Keywords: dragon fruit quality, non-destructive method

ABSTRAK
Sortasi buah naga didasarkan atas warna, ukuran, dan cacat fisik dengan
menggunakan indera manusia tidak cukup mencerminkan kandungan nutrisi yang ada
dalam buah. Kandungan nutrisi dalam buah naga selama ini ditentukan dengan merusak
buah (destruktif). Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode non-destruktif
berbasis pengukuran warna untuk penentuan kualitas buah naga yang meliputi tekstur,
kadar air, total padatan terlarut, dan total asam. Pengukuran warna secara non-destruktif
menggunakan chromameter untuk memprediksi umur buah. Berdasarkan hasil prediksi
umur buah ini, kualitas buah naga diprediksi menggunakan model regresi antara umur
buah dan masing-masing parameter kualitas. Buah naga dari berbagai variasi umur
digunakan sebagai sampel untuk diketahui perubahan kualitasnya dan disusun persamaan
regresi antara umur buah dengan kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seiring
dengan bertambahnya umur buah naga, warna (La*b*), tekstur, kadar air, dan total
padatan terlarut berubah mengikuti model regresi kubik. Komponen warna
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018 65
Nafis Khuriyati et al Kualitas Buah Naga
“b” (yellowness) memiliki hubungan paling kuat terhadap umur buah (R2 = 0,95).
Dengan diketahuinya umur buah berdasarkan warna tersebut, kualitas buah naga dapat
ditentukan melalui persamaan-persamaan regresi dengan hasil yang tidak berbeda nyata
dengan hasil pengukuran dengan metode destruktif, kecuali total asam.
Kata kunci: kualitas buah naga, metode non-destruktif

PENDAHULUAN buah atas dasar warna, ukuran berat, dan


cacat fisik. Namun kenampakan fisik
Buah naga dengan nama latin
tersebut tidak dapat menunjukkan
Hylocerus undatus memiliki bentuk bulat
kandungan kimianya. Kandungan kimia
memanjang dengan jumbai atau sisik
yang selama ini ditentukan dengan
berwarna hijau pada permukaan kulit.
merusak buah (destruktif), terutama total
Menurut Martasuta (2000) spesies buah
padatan terlarut dan total asam akan
naga yang biasa dikonsumsi berasal dari
mempengaruhi citarasa buah (Wanitchang
genus Hylocereus, Selenicereus dan
et al., 2010). Banyak penelitian yang telah
Mediocactus. Kelompok Hylocereus
dilakukan untuk mengembangkan metode
memiliki 17 spesies. Tiga di antaranya
pengujian kualitas secara non-destruktif,
yang sudah banyak dibudidayakan secara
misalnya menggunakan teknologi near
komersial adalah Hylocereus undatus
infrared untuk komoditas tomat
(daging buah putih), Hylocereus polyrhizus
(Khuriyati, et al., 2005) dan mangga
(daging buah merah keunguan), dan
(Saranwong, 2004). Mizrach (2000)
Hylocereus costaricensis (daging buah
menggunakan teknik ultrasonic untuk
super merah). Kulit buah ketiga spesies ini
menentukan sifat-sifat pada buah alpukat
berwarna merah. Bobot per buah berkisar
dan mangga secara non-destruktif.
400g–650g dengan kadar kemanisan
Mengingat pentingnya mengetahui
mencapai 10–15 Brix.
kandungan kimia buah naga, penelitian ini
Potensi pengembangan buah naga
bertujuan mengembangkan metode
cukup besar mengingat nilai ekonomis dari
penentuan kualitas buah naga yang
buah ini sangat tinggi. Selain itu,
meliputi tekstur, kadar air, total padatan
ketersediaan lahan pesisir pantai yang luas
terlarut, dan total asam secara non-
dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan
destruktif berbasis warna yang diukur
buah naga karena tanaman ini dapat
menggunakan chromameter. Hubungan
tumbuh baik di daerah marginal (Nerd dan
secara langsung antara warna dan
Mizrahi, 1997). Buah naga juga memiliki
kandungan kimia belum diketahui, oleh
khasiat bagi kesehatan manusia karena
karena itu, penelitian ini menggunakan
mengandung antioksidan sebagai zat anti
dasar pola perubahan kualitas buah naga
kanker (Thirugnanasambandham dan
selama pertumbuhan buah. Kualitas buah
Sivakumar, 2017).
ditentukan melalui dua tahap prediksi.
Buah naga termasuk golongan buah
Pertama, prediksi umur buah berdasarkan
non-klimakterik sehingga harus dipanen
hasil pengukuran warna dan kedua,
pada tingkat kematangan yang tepat. Agar
berdasarkan hasil prediksi umur buah
diperoleh mutu yang seragam maka setelah
tersebut dilakukan prediksi kandungan
buah dipanen dilakukan sortasi. Sortasi
kimia buah serta tekstur.
secara umum bertujuan menentukan
klasifikasi komoditas berdasarkan mutu
sejenis yang terdapat dalam komoditas itu BAHAN DAN METODE
sendiri (Kastaman, 2008). Dari hasil
Bahan dan Alat
survei di sentra budidaya buah naga di
Kulon Progo Yogyakarta, sortasi buah Bahan yang digunakan dalam
naga dilakukan dengan mengelompokkan penelitian ini adalah buah naga. Alat yang
66 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018
Kualitas Buah Naga Nafis Khuriyati et al
digunakan adalah chromameter, Universal Machine), kadar air (Metode
Testing Machine, dan refraktometer Abbe Thermogravitimetri), total padatan terlarut
model 1-T. (Refraktometer Abbe model 1-T), dan total
asam (Metode Titrasi).
Metode Penelitian
Penyusunan model dengan analisis
Penelitian terdiri dari beberapa regresi
tahapan yang meliputi: penyiapan sampel
buah, pengujian kualitas, penyusunan Analisa regresi merupakan suatu
persamaan regresi antara umur buah model matematis yang dapat digunakan
dengan kualitas, dan penentuan kualitas untuk mengetahui pola hubungan antara
berdasarkan warna buah. dua atau lebih variabel. Tujuan utama
analisa regresi adalah untuk membuat
Penyiapan sampel prediksi nilai suatu variabel jika nilai
variabel yang lain yang berhubungan
Sampel buah naga diambil dari dengannya sudah ditentukan. Tahapan
Kebun Agrowisata Kusumo Wanadri yang pemodelan dengan analisa regresi, yaitu (1)
terletak di Desa Glagah, Kabupaten Kulon Menentukan variabel prediktor (umur
Progo, tepatnya di tepi Pantai Glagah buah) dan variabel respon (La*b*, tekstur,
Indah, 44 kilometer sebelah barat daya kota kadar air, total padatan terlarut, total asam);
Yogyakarta. Tiga tanaman buah naga (2) Menentukan spesifikasi model regresi,
daging putih dipilih untuk diambil buahnya yaitu: regresi linier, logaritmik, kuadratik,
sebagai sampel. Tanaman harus memenuhi kubik, atau eksponensial berdasarkan pola
syarat-syarat sebagai berikut: (1) Berumur hubungan yang terbentuk antara umur buah
>2 tahun, produksi buah stabil, tampak dan masing-masing parameter kualitas; (4)
kokoh, kekar, sehat atau tidak terserang Estimasi parameter model regresi dengan
penyakit, dan memiliki banyak cabang dan menggunakan software SPSS 15.0 yaitu
(2) Tanaman berasal dari 1 plot lokasi yang prosedur curve estimation; (5) Uji statistik
sama untuk memperkecil keragaman buah dan akurasi model untuk menentukan
yang mungkin dapat ditimbulkan oleh fak- model terbaik dengan kriteriastatistik
tor-faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, koefisien determinasi (R2) dan uji F dengan
kelembaban, dan sebagainya. Adapun tingkat signifikansi α = 5%; (6) Validasi
pengambilan sampel dilakukan dengan cara model dengan menggunakan uji t
sebagai berikut: (1) dari 3 tanaman (tiang berpasangan (Paired t Test) untuk
panjatan) terpilih diambil masing-masing mengetahui apakah data aktual dengan data
satu buah naga sebagai sampel; (2) sampel prediksi berbeda nyata atau tidak.
dipetik secara berkesinambungan, dengan
pemetikan awal dilakukan pada saat buah Penentuan kualitas berdasarkan warna
naga masih muda (14 DAA) hingga buah
mencapai kemasakan penuh (43 DAA) Tahapan terakhir merupakan
dengan interval antara 4-5 hari, yaitu 14, pendekatan metode non-destrukif yang
18, 22, 26, 32, 35, 39, dan 43 DAA. diusulkan dari penelitian ini. Berdasarkan
Masing-masing periode pemetikan diambil hasil pengukuran warna secara non-
3 sampel; dan (3) sampel dibawa ke destruktif dengan chromameter, umur buah
laboratorium untuk pengujian kualitas. dapat diprediksi dengan menggunakan
model regresi yang terbentuk antara umur
Pengujian kualitas
buah dengan warna. Untuk menentukan
Pengujian kualitas sampel meliputi kualitas buah yang meliputi tekstur, kadar
warna kulit buah (Chromameter Minolta air, total padatan terlarut, dan total asam,
CR-400), tekstur (Universal Testing hasil prediksi umur buah ini diplotkan
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018 67
Nafis Khuriyati et al Kualitas Buah Naga
dalam model regresi yang terbentuk antara maupun sintesis pigmen-pigmen.
umur buah dengan tiap-tiap parameter Perubahan warna kulit buah naga
kualitas. disebabkan oleh degradasi klorofil dan
sintesis pigmen betasianin. Pigmen ini
termasuk ke dalam kelompok pigmen
HASIL DAN PEMBAHASAN
betalain. Betalain ditemukan pada tanaman
Analisa Warna, Tekstur, dan bit, bougenvil, spesies amaranthus dan
Kandungan kimia Buah Naga sebagian besar kaktus. Pigmen betasianin
Analisa warna kulit buah naga menyebabkan munculnya warna kemerah-
dengan Chromameter Minolta CR-400 merahan hingga ungu pada bagian-bagian
menunjukkan bahwa nilai variabel L tanaman seperti mahkota bunga, buah,
(Lightness) dan b* (yellowness) mengalami daun, batang, dan akar. Sintesis pigmen ini
penurunan, sedangkan variabel a* dibantu oleh cahaya(Wybraniec, 2007).
Perubahan warna kulit buah diikuti
(redness) mengalami peningkatan. Rentang
dengan perubahan komponen fisik yaitu
nilai variabel La*b* dari buah muda
tekstur. Tekstur merupakan sebuah atribut
hingga masak adalah “L” (48,44–36,29),
mutu yang penting dan biasanya
“a*” (-14,62–35) dan “b*” (21,02–6,32).
dikombinasikan dengan atribut lain seperti
Hasil ini menyatakan bahwa tingkat
warna untuk digunakan sebagai indeks
perubahan warna yang terjadi sangat besar
kematangan dan indeks mutu. Indeks
dan relevan dengan pengamatan secara
kematangan buah kiwi menggunakan
visual yaitu adanya perbedaan warna yang
tektur dan padatan terlarut (Wanitchang et
menyolok antara buah muda dengan buah
al., 2010). Perubahan tekstur buah naga
masak. Kulit buah naga Hylocerus undatus
dapat dilihat pada Gambar 2.
berubah warna pada 24–25 DAA dan
menjadi merah penuh 4–5 hari sesudahnya
(Nerd et al., 1999). Perubahan warna hijau
ke merah dalam penelitian ini berlangsung
pada rentang umur 26 – 32 DAA. Grafik
perubahan warna kulit disajikan dalam
Gambar 1.

Gambar 2. Perubahan tekstur dengan


variasi umur buah

Analisa tingkat kekerasan (tekstur)


menunjukkan bahwa tekstur buah
mengalami penurunan (pelunakan) sejalan
dengan peningkatan umur buah.
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.
Dapat diamati pula dari Gambar 1 dan
Gambar 2 bahwa pada saat buah berumur
Gambar 1. Perubahan warna dengan variasi >35 DAA nilai warna dan tekstur
umur buah cenderung tetap. Hal ini dapat menjadi
indikasi bahwa buah telah masak.
Perubahan warna pada jaringan Pelunakan buah disebabkan oleh
tanaman disebabkan oleh degradasi perubahan bahan-bahan pektin terutama

68 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018
Kualitas Buah Naga Nafis Khuriyati et al
protopektin. Protopektin adalah bahan CAM dicirikan dengan terbukanya stomata
pektin yang terdapat dalam jaringan buah pada malam hari, menyebabkan kehilangan
yang belum matang. Bahan ini air oleh transpirasi cukup kecil sehingga
menghasilkan tektur keras pada buah yang kadar air relatif tetap. Hal ini sesuai dengan
belum matang. Ketika buah mengalami hasil penelitian sebelumnya yang
pematangan kemudian masak, sintesis menyatakan bahwa perubahan kadar air
enzim protopektinase menyebabkan daging buah naga hampir konstan pada
degradasi protopektin menjadi bahan berbagai tingkat umur (Kastaman, 2008).
pektin yang larut dalam air (Sikorski et al., Analisa total padatan terlarut
2008). menunjukkan bahwa total padatan terlarut
Pada saat buah berubah warna dan mengalami peningkatan hingga umur
mengalami pelunakan, komponen internal pengamatan terakhir dengan nilai antara
buah seperti kandungan air, total padatan 0,88 - 7,94 Brix. Pada saat buah masak,
terlarut, dan keasaman juga mengalami padatan terlarut total antara 6,81 - 7,94
perubahan. Pengujian kandungan buah Brix. Hasil ini sesuai dengan referensi
naga dilakukan secara destruktif yaitu maupun penelitian terdahulu yang
dengan membelah buah dan mengambil menyatakan bahwa tingkat kemanisan buah
sejumlah sampel daging buah dalam naga Hylocereus undatus lebih rendah atau
bentuk sari buah atau bubur buah. Hasil kurang manis apabila dibandingkan dengan
analisa kadar air menunjukkan bahwa buah naga spesies lain seperti Hylocerus
kadar air daging buah naga mengalami polyrhizus atau Selenicereus megalanthus.
penurunan meskipun tingkat penurunannya Padatan terlarut buah naga mempunyai
relatif kecil. Persentase kadar air buah naga korelasi yang sangat tinggi dengan gula
dalam penelitian antara 81,03- 88,98%. terlarut sehingga dapat digunakan sebagai
Grafik perubahan kadar air terhadap umur indeks kematangan (Nerd et al., 1999).
petik disajikan dalam Gambar 3. Gambar 4 menunjukkan grafik perubahan
total padatan terlarut dengan variasi umur
petik.

Gambar 3. Perubahan kadar air dengan


variasi umur buah
Gambar 4. Grafik perubahan total padatan
Perubahan kadar air dalam tanaman terlarut denganvariasi umur
dipengaruhi oleh peristiwa transpirasi yaitu buah
hilangnya air dalam bentuk uap air dari
jaringan hidup tanaman melalui stomata, Proses fotosintesis dan respirasi
lubang kutikula, dan lenti sel. Stomata mengakibatkan perubahan komposisi kimia
berperan besar dalam keluarnya uap air pada buah-buahan. Umumnya ditandai
dari jaringan tanaman. Transpirasi melalui dengan perubahan rasa buah dari masam
stomata dapat mencapai 80 - 90 % dari menjadi manis sejalan dengan tingkat
total transpirasi pada tanaman. Karena perkembangan buah. Rasa manis pada buah
buah naga memiliki karakteristik tanaman yang telah masak sebagai akibat dari
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018 69
Nafis Khuriyati et al Kualitas Buah Naga
hidrolisis pati menjadi gula sederhana menghasilkan ADP, akibatnya laju
(glukosa). Sedangkan rasa masam yang respirasi meningkat. Peristiwa ini mungkin
terdapat pada buah muda (mentah) terjadi ketika buah mengalami
disebabkan oleh akumulasi asam-asam pematangan. Proses respirasi
organik. membutuhkan asam piruvat yang berasal
Hasil pengujian total asam dengan dari dekarboksilasi asam malat. Apabila
metode titrasi menunjukkan bahwa laju respirasi terus meningkat maka
konsentrasi asam organik dalam daging cadangan asam malat dapat menyusut.
buah naga relatif rendah dengan persentase Pada pematangan dan pemasakan
antara 0,34-3,33 %. Keasaman meningkat buah laju fotosintesis semakin lambat
pada saat buah berumur 22 DAA, sedangkan proses respirasi terus
kemudian mencapai puncak pada umur 26 berlangsung. Akibatnya terjadi penurunan
DAA, dan selanjutnya mengalami keasaman karena perombakan asam malat
penurunan seperti ditunjukkan dalam tanpa diimbangi dengan sintesis asam
Gambar 5. organik baru. Untuk mencukupi kebutuhan
asam piruvat maka pati dihidrolisis
menjadi gula sederhana (glukosa)
kemudian dilanjutkan dengan glikolisis
sehingga menghasilkan asam piruvat.
Dampak dari proses ini adalah peningkatan
gula terlarut dalam buah yang
menimbulkan rasa manis.

Analisa Regresi
Gambar 5. Perubahan total asam buah naga Analisa regresi dalam penelitian
dengan variasi umur buah ini digunakan untuk mengetahui model
hubungan antara faktor perlakuan (umur
Perubahan keasaman buah buah) dengan variabel respon yaitu
naga dicirikan dengan terjadinya kenaikan variabel warna (La*b*), tekstur, kadar air,
asam hingga mencapai puncak kemudian total padatan terlarut, dan total asam.
berangsur-angsur mengalami penurunan. Sebelum menggunakan model regresi
Fenomena ini disebabkan pada buah muda tertentu terlebih dahulu dilakukan estimasi
terjadi akumulasi asam organik yaitu asam kurva untuk mengetahui model regresi
malat. Asam malat merupakan asam yang cocok (fit) dengan pasangan data.
organik yang berperan penting dalam Model regresi yang diperoleh selanjutnya
metabolisme tanaman CAM (Crassulacean digunakan untuk memprediksi umur buah,
Acid Metabolism) seperti buah naga. tekstur, dan komposisi buah naga. Umur
Bahan-bahan organik seperti buah diprediksi dengan model regresi
asam dan pati sebagai hasil fotosintesis penduga warna, sedangkan nilai tekstur
akan digunakan sebagai sumber energi dan kandungan buah diprediksi dengan
untuk melangsungkan berbagai aktivitas model regresi penduga tekstur dan model
tanaman seperti pembelahan dan regresi penduga kandungan buah.
pembesaran sel, metabolisme, dan Hubungan antar variabel dapat
sebagainya. Oleh karena itu pada buah dideteksi terlebih dahulu dengan
muda laju fotosintesis lebih tinggi daripada pendekatan linier. Apabila model regresi
laju respirasi. Pada saat kebutuhan energi linier tidak cocok, maka data dievaluasi
untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan dengan model non linier seperti model
proses transport tinggi, ATP dipakai polinomial tingkat tinggi, sigmoid,
dengan sangat cepat sehingga logaritma, dan eksponensial yang banyak
70 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018
Kualitas Buah Naga Nafis Khuriyati et al
digunakan untuk menjelaskan hubungan data redness yang merupakan nilai redness
antar variabel dalam materi biologi buah naga muda.
(Gomez, 1995). Hubungan antara umur Kriteria model terbaik berdasarkan
buah dengan variabel respon dievaluasi koefisien determinasi (R2) menunjukkan
dengan model regresi linier, logaritma, bahwa R2 terbesar dari ketiga komponen
kuadratik, kubik, dan eksponensial. Model- warna terdapat pada model regresi kubik.
model tersebut kemudian ditentukan Berdasarkan uji F diketahui bahwa seluruh
dengan model regresi terbaik yang model regresi penduga lightness, redness,
memenuhi kriteria statistik serta maupun yellowness signifikan. Akurasi
mempunyai akurasi yang tinggi. Kriteria model ditentukan dengan RMSE terkecil,
statistik yang digunakan adalah koefisien yang terdapat pada model kubik penduga
determinasi (R2) dan uji F sedangkan lightness, redness, maupun yellowness.
akurasi model ditentukan dengan Root Hasil ini menunjukkan bahwa model kubik
Mean Squared Error (RMSE). mempunyai akurasi yang tinggi, jika
dibandingkan dengan model-model
Model regresi disusun dengan
lainnya. Oleh karena itu, model regresi
bantuan program SPSS 15.0 for windows.
kubik dipilih sebagai model regresi
Hasil estimasi kurva dan perhitungan
penduga lightness, redness, maupun
akurasi model regresi penduga warna
yellowness berdasarkan umur buah.
sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.
Adapun hasil estimasi kurva dan
perhitungan akurasi model terhadap
Tabel 1. Estimasi Kurva Hubungan Umur Buah
variabel tekstur, kadar air, total padatan
dengan Variabel warna (Lightness,
redness, dan yellowness)
terlarut, dan total asam dapat dilihat pada
Tabel 2.
No Model R2
Tabel 2. Estimasi Kurva Hubungan Umur Buah
Lightness (L): dengan Tekstur, Kadar Air, Total
1 Linier Padatan Terlarut, dan Total Asam
0,86
2 Logaritmik
0,81 No. Parameter Kualitas R2
3 Kuadratik
0,87
4 Kubik Tekstur:
0,92
1 Linear 0,65
Redness (a*): 2 Logaritmik 0,57
3 Kuadratik 0,67
1 Linier 0,80
4 Kubik 0,92
2 Logaritmik 0,76 5 Eksponensial 0,74
3 Kuadratik 0,80
4 Kubik 0,92 Kadar Air:
1 Linear 0,51
2 Logaritmik 0,62
Yellownes (b*): 3 Kuadratik 0,74
1 Linier 0,85 4 Kubik 0,85
2 Logaritmik 0,80 5 Eksponensial 0,51
3 Kuadratik 0,86 Total Padatan Terlarut:
4 Kubik 0,95 1 Linear 0,89
Eksponensial 2 Logaritmik 0,81
3 Kuadratik 0,91
4 Kubik 0,99
Tabel 1 menunjukkan bahwa 5 Eksponensial 0,78
prosedur estimasi kurva dengan SPSS Total Asam:
dapat mengestimasi parameter model- 1 Linear 0,01
2 Logaritmik 0,00
model regresi kecuali model regresi 3 Kuadratik 0,28
eksponensial variabel redness. Hal ini 4 Kubik 0,32
disebabkan oleh adanya nilai negatif pada 5 Eksponensial 0,03

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018 71
Nafis Khuriyati et al Kualitas Buah Naga
Tabel 2 memperlihatkan bahwa terbesar, maka model regresi yang diduga
model regresi penduga tekstur terbaik mempunyai keeratan hubungan antara
terdapat pada model kubik. Hasil ini juga warna dengan umur buah adalah model
ditunjukkan oleh model regresi kubik regresi kubik berdasarkan komponen
penduga kadar air, total padatan terlarut warna b* (yellowness). Metode ini telah
dan total asam. Meskipun R2 model kubik digunakan untuk mengidentifikasi mutu
penduga total asam lebih tinggi jika buah manggis menurut umur kematangan
dibandingkan model linier, logaritmik, setelah buah dipetik (Kastaman, 2008).
kuadratik, dan eksponensial namun Umur buah diduga mempunyai keeratan
nilainya hanya sebesar 0,32. Hasil yang hubungan dengan tekstur buah, hal ini
berbeda diperoleh dari perbandingan F seiring dengan penelitian dari Atkinson et
hitung dengan F tabel model-model regresi al. (2011), Zhang et al. (2011), Uluisik et
penduga total asam yang menunjukkan al. (2016), dan Ali et al. (2016)
bahwa seluruh model tidak signifikan. Hal
Model regresi kubik penduga
ini diduga disebabkan oleh adanya nilai
yellowness kemudian digunakan untuk
persentase asam yang mempunyai ciri
menduga umur buah naga. Umur buah
sebagai pencilan (outlier) sebagaimana
diperoleh dari perhitungan matematis
ditunjukkan dalam Gambar 5 yaitu pada
dengan persamaan kubik (orde 3) yang
saat buah berumur 26 DAA. Akan tetapi
akan menghasilkan 3 akar yaitu X1, X2,
nilai ini tidak dapat dihilangkan dari data
dan X3. Hasil perhitungan umur buah naga
karena merupakan fenomena biologis pada
dengan persamaan kubik disajikan dalam
buah naga. Penelitian sebelumnya oleh
Tabel 3.
Nerd et al (1999) dengan obyek buah naga
spesies Hylocereus polyrhizus dan
Tabel 3. Hasil Prediksi Umur Buah dengan
Hylocereus undatus menunjukkan trend
Model Regresi Kubik komponen
data keasaman tertitrasi yang mirip dengan
warna b* (yellowness)
penelitian ini. Karena model-model regresi
penduga total asam tidak signifikan maka X1
No b* X2 X3
model-model tersebut tidak digunakan
sebagai alat prediksi. Berdasarkan nilai R2 1 6,61 7,4≈7 32,4≈32 50,8≈51
terbesar dan Uji F maka model regresi
terbaik untuk menduga nilai variabel 2 6,16 7,3≈7 32,6≈33 50,7≈51
tekstur, variabel kadar air, dan variabel
3 6,19 7,3≈7 32,6≈33 50,7≈51
padatan terlarut total adalah model kubik.

Prediksi umur buah berdasarkan warna


Hasil perhitungan diperoleh nilai X1,
Prediksi umur buah naga dilakukan X2, dan X3 yang merupakan nilai prediksi
berdasarkan pada nilai keeratan hubungan umur buah dengan model kubik.
antara komponen warna La*b* dengan Berdasarkan ketiga nilai umur buah
umur buah. Dari analisa regresi dapat tersebut, yang dipilih adalah nilai X2.
diketahui bahwa hubungan antara umur Selain model kubik dibangun
buah dengan masing-masing komponen menggunakan data umur buah antara 14 -
warna mempunyai keeratan paling tinggi 43 DAA, pengamatan di lapangan
pada model kubik. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa pada umur 7 DAA
(R2) dari model regresi kubik penduga nilai buah masih muda dan belum layak
L, a*, dan b* berturut-turut adalah 0,92; dikonsumsi, sedangkan pada umur 51
0,92; dan 0,95. Mengacu pada nilai R2 DAA buah telah mengalami overripe.

72 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018
Kualitas Buah Naga Nafis Khuriyati et al
Tabel 4. Hasil Prediksi Kualitas Buah Naga dengan Prediktor Umur Buah
Nomer Umur Total Padatan
Tekstur (N) Kadar air (%)
sampel (DAA) Terlarut (Brix)
Prediksi Aktual Prediksi Aktual Prediksi Aktual

1 32 2,0695 1,5862 82,80 82,55 5,46 5,57


2 33 1,7446 1,4852 82,18 82,63 5,91 6,32
3 33 1,7446 1,5631 80,98 82,63 5,91 6,03

Penentuan Kualitas Berdasarkan Umur kandungan buah naga secara non-


Buah destruktif.
Umur prediksi digunakan sebagai
prediktor untuk menentukan nilai tekstur, DAFTAR PUSTAKA
kadar air, dan total padatan terlarut total
Ali, S., Ahmad S.T., Aman U. M.,
dengan model regresi dari masing-masing
Muhammad S.. 2016. Effect of
parameter kualitas tersebut. Hasil
controlled atmosphere storage on
pendugaan tiap-tiap parameter kualitas
pericarp browning, bioactive
berdasarkan umur buah disajikan dalam
compounds and antioxidant enzymes
Tabel 4.
of litchi fruits. Food Chemistry. 206:
Setelah diperoleh hasil prediksi 18–29.
tekstur, kadar air, dan total padatan terlarut
buah naga dengan model regresi kubik Atkinson, R. G., Kularajathevan
maka dilanjutkan dengan uji validasi untuk Gunaseelan, Mindy Y. Wang, Luke
mengetahui tingkat akurasi hasil-hasil Luo, Tianchi Wang, Cara L. Norling,
prediksi tersebut. Hasil pengujian dengan Sarah L. Johnston, Ratnasiri M., dan
paired t-test pada tingkat signifikansi 5% Roswitha Schroder. 2011. Dissecting
menunjukkan bahwa hasil prediksi tekstur, the role of climacteric ethylene in
kadar air, maupun total padatan terlarut kiwifruit (Actinidia chinensis) ripening
terhadap data aktual tidak berbeda nyata. using a 1-aminocyclopropane- 1 -
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa carboxylic acid oxidase knockdown
tidak ada perbedaan nyata antara tekstur line. Journal of Experimental Botany.
aktual yang diukur dengan Universal 62(11): 3821–3835.
Testing Machine dengan tekstur prediksi. Gomez, K.A. 1995. Prosedur statistik untuk
Demikian pula dengan kadar air aktual penelitian pertanian. UI-Press. Jakarta.
yang dianalisa dengan metode 698 hlm.
Thermogravitimetri dan total padatan
terlarut yang diukur dengan refraktometer Kastaman, R. 2008. Aplikasi Pengolah
yang menunjukkan tidak ada perbedaan Citra dengan Fitur Warna RGB untuk
nyata dengan data hasil prediksi. Proses Klasifikasi Mutu Manggis.
Jurnal Bionatura. 10(3): 273-291.
Khuriyati, N. dan Takahisa M.. 2005.
KESIMPULAN
Monitoring internal properties o fon-
Model regresi kubik merupakan plant tomato fruits using NIR
model terbaik untuk memprediksi nilai spectroscopy for control of nutrient
La*b*, tekstur, kadar air, total padatan solution in soilless culture. Environ.
terlarut, dan total asam. Model-model Control in Biol.. 43(1): 39-46.
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018 73
Nafis Khuriyati et al Kualitas Buah Naga
Martasuta, N. 2000. Dragon Fruit Mulai activities. Journal of the Saudi Society
Mendunia. Trubus No.362. Edisi of Agricultural Sciences. 16 (1): 41-48
Januari 2000. Th. XXXI: 50-51.
Uluisik, S., Chapman N.H., Smith R.,
Mizrach, A. 2000. Determination of Poole M., Adams G. Gillis R.B.,
avocado and mango fruit propertis by Besong T.M., Sheldon J.,
ultrasonic technique. Utrasonics. 38(1- Stiegelmeyer S., Perez L., Samsulrizal
8): 717-722. N., Wang D., Fisk I.D., Yang N.,
Baxter C. Rickett D., Fray R., Blanco-
Nerd, A., F. Gutaman, dan Y. Mizrahi.
U., Powell A.L., Harding S.E.,
1999. Ripening and postharvest
Craigon J., Rose J.K., Fich E.A., Sun
behaviour of fruits of two hylocereus
L., Domozych D.S., Fraser P.D.,
species (Cactaceae). Postharvest
Tucker G.A., Grierson D., dan
Biology Technology. 17(1): 39-45.
Seymour G.B. 2016. Genetic
Nerd, A., Y. Mizrahi. 1997. Reproductive improvement of tomato by targeted
biology of fruit cacti. Horticulture control of fruit softening. Nature
Review. 18: 322-346. Biotechnology. 34(9): 950–952.
Saranwong, S., J. Sornsrivichai, dan S. Wanitchang, J., A. Terdwongworakul, P.
Kawano. 2004. Prediction of ripe- Wanitchang, S. Noypitak. 2010.
eating quality of mango fruit from its Maturity sorting indeks of dragon fruit:
harvest quality measured Hylocereus polyrhizus. Journal of Food
nondestructively by near infrared Engineering. 100(3): 409-416.
spectroscopy. Postharvest Biology and Wybraniec. 2007. Minor betalains in fruits
Technolo. 31(2): 137-145. of Hylocereus species. Phytochemistry.
Sikorski, E. Z., J. Pokorny, Damodar. 68 (2): 251-259.
2008. Physical and Chemical Zhang, Z. K., Donald J.H., dan Jingping R.
Interactions of Components in Food 2011. Ripening delay of mid-
Systems. Fennemas’s Food Chemistry. climacteric avocado fruit in response
Fourth edition. CRC Press, London to elevated doses of 1-
New York. methylcyclopropene and hypoxia-
Thirugnanasambandham, K., V. mediated reduction in internal
Sivakumar. 2017. Microwave assisted ethylene concentration. Postharvest
extraction process of betalain from Biology and Technology. 60(2): 83–
dragon fruit and its gyantioxidant 91.

74 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.2, September 2018

S-ar putea să vă placă și