Sunteți pe pagina 1din 10

EVALUASI PENATAAN DAN REVITALISASI PERMUKIMAN KUMUH DI

WILAYAH JAYA LAKSANA DAN PRAJURIT NANGYU, KELURAHAN 3-4 ULU,


KECAMATAN SEBERANG ULU I, KOTA PALEMBANG

Ika Wafiqah
ika_wafiqah@mail.ugm.ac.id

Drs. H. B. S. Eko Prakoso, M.SP.


ekoprakoso_y2k@yahoo.com

Abstract

Various attemps were made by the government to meet the needs of settlement and maintain the quality of
neighborhoods, one of which is to revitalize slums area in Prajurit Nangyu and Jaya Laksana regions.
This reaserch aimed to determine the differences in physical and environmental conditions of the
settlement after revitalization program, and its impact on society in both of the regions, which is expected
to provide rocommendations for further settlements program. This research use quantitative and
qualitative methods. Technique sampling with sensus for determination of respondent obtained 147
respondents which is 69 respondents in Jaya Laksana region, and 78 respondents in Prajurit Nangyu
region. Data analysis was done by using cross tabulation and the frequency distribution table. The results
of this research are the implementation of revitalization programs in Jaya Laksana and Prajurit Nangyu
region make form of physical changes and settlement environment, such as roads, sanitation facilities,
and open space. And then from the social aspect, there is a sense of comfort for the people to live in the
region, the legality to setlle for the people.

Keywords: Revitalization, Slums Area, Palembang.

Intisari

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Kota Palembang untuk memenuhi kebutuhan permukiman dan
menjaga kualitas lingkungan permukiman, salah satunya adalah melakukan revitalisasi permukiman
kumuh di wilayah Jaya Laksana dan Prajurit Nangyu. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi fisik
dan lingkungan permukiman setelah dilakukan penataan, dan persepsi dampak terhadap masyarakat di
kedua wilayah tersebut, sehingga dapat memberikan rekomendasi bagi program penataan permukiman
selanjutnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi
penelitian adalah seluruh kepala keluarga di wilayah Jaya Laksana dan Prajurit Nangyu, meliputi 69
kepala keluarga di wilayah Jaya Laksana, dan 78 kepala keluarga di wilayah Prajurit Nangyu. Teknik
analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis tabel silang (crosstab), dan tabel distribusi
frekuensi. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan program revitalisasi di wilayah Jaya Laksana dan
Prajurit Nangyu menimbulkan dampak berupa perubahan fisik bangunan dan lingkungan permukiman
seperti kondisi saluran drainase, jalan, dan ketersedian ruang terbuka hijau. Sedangkan dari aspek sosial
masyarakat, adanya rasa aman untuk tinggal, ketenangan hidup meningkat dengan adanya kepastian
hukum untuk bermukim.

Kata Kunci: Kata Kunci: Revitalisasi, Permukiman Kumuh, Kota Palembang.

1
PENDAHULUAN digunakan untuk menilai kualitas suatu
Penduduk dan seluruh kegiatannya telah permukiman, antara lain kualitas fisik bangunan,
merubah kota dari waktu ke waktu. Proses ini kualitas lingkungan dan prasarana, serta kualitas
disebut urbanisasi. Pada negara-negara dunia penghuni permukiman itu sendiri.
ketiga, kita dapat melihat proses urbanisasi Palembang sebagai salah satu kota yang
secara jelas, seperti adanya perubahan menuju visi menjadi kota bertaraf internasional
penggunaan lahan dari pertanian (non disisi lain memiliki permasalahan yang sama
terbangun) menjadi lahan terbangun, seperti dengan kota-kota besar lain di Indonesia, yaitu
industri dan permukiman. Proses urbanisasi meningkatnya kebutuhan permukiman yang
yang ada di negara-negara berkembang, tidak disertai dengan peningkatan terhadap
terutama Indonesia, mengubah banyak hal kualitas permukiman, sehingga menyebabkan
secara cepat, dan terkadang pemerintah tidak timbulnya permukiman kumuh. Permukiman
siap untuk menerima dan mengatasi berbagai kumuh adalah lingkungan permukiman yang
perubahan yang ada. kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya
Menurut UU Nomor 4 Tahun 1992 berdesakan, luas rumah tidak sebanding dengan
tentang Perumahan dan Permukiman, jumlah penghuni, rumah berfungsi sekedar
perumahan menjadi bagian dari pembangunan tempat istirahat dan melindungi diri dari panas,
nasional yang harus ditingkatkan dan dingin, dan hujan, lingkungan tata permukiman
dikembangkan secara terpadu, terarah, tidak teratur, bangunan sementara, mata
terencana, dan berkesinambungan. Permasalahan pencaharia penghuni tidak tetap, tanah bukan
yang terjadi dalam pembangunan perumahan di milik penghuni, pendidikan rendah, penghuni
Indonesia sekarang ini adalah adanya sering tidak tercatat sebagai warga setempat,
permukiman illegal, permukiman kumuh, rawan kebakaran, banjir, dan rawan terhadap
maupun pertumbuhan perumahan yang tidak timbulnya penyakit. (Komarudin, 1997).
sesuai dengan tata ruang. Upaya pemerintah Berdasarkan data dari Badan Perencanaan
dalam mengentaskan masalah permukiman yang dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
terjadi di Indonesia khususnya di wilayah Palembang, masih terdapat 42 titik permukiman
perkotaan sudah sejak lama dilakukan. Salah kumuh yang tersebar di 16 kecamatan di Kota
satu caranya adalah dengan cara meningkatkan Palembang. Oleh karena itu, Pemerintah Kota
kualitas permukiman agar dapat memenuhi Palembang menargetkan pada tahun 2020
kebutuhan hidup penghuninya, dan sudah mulai Palembang sudah bebas dari kawasan kumuh.
menerapkan pembangunan permukiman secara Berbagai program telah dilakukan pemerintah,
vertikal, baik dalam bentuk apartemen, ataupun seperti meningkatkan kualitas lingkungan
rumah susun. Adapun beberapa paremeter yang permukiman dengan cara melakukan

2
pemugaran, relokasi kawasan permukiman, alat yang digunakan untuk melakukan sensus
membangun perumahan khusus untuk terhadap 147 kepala keluarga yang terdiri dari
masyarakat berpenghasilan rendah, 69 kepala keluarga yang berada di wilayah Jaya
melaksanakan program revitalisasi kawasan Laksana, dan 78 kepala keluarga yang berada di
permukiman kumuh, dan membuat kebijakan wilayah Prajurit Nangyu.
Neighborhood Urban Subsector Project (NUSP)
Teknik Pengambilan Data
di tahun 2008. Revitalisasi merupakan sebuah
1. Data Sekunder
upaya untuk meningkatkan nilai lahan ataupun
Data sekunder yang digunakan
kawasan yang dapat meningkatkan fungsi
diantaranya adalah Palembang dalam angka
kawasan sebelumnya. (Permen.PU
Tahun 2012, RTRW Kota Palembang, dokumen
No.18/PRT/M/10)
Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Melalui program NUSP ini akan
Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D)
disiapkan suatu kawasan permukiman baru bagi
Kota Palembang.
warga yang direlokasi dari permukiman kumuh
2. Data Primer
di pinggiran Sungai Musi, dengan cara
Data primer dikumpulkan melalui survei
membangun 140 unit rumah murah
primer yang dilakukan melalui pengamatan
menggunakan APBN senilai 16 miliar. Hingga
(observasi) nonpartisipatif, wawancara kepada
akhir tahun 2013 sudah terbangun 86 unit rumah
para stakeholder terkait dan masyarakat di
yang diperuntukkan bagi masyarakat
Kelurahan 3-4 Ulu.
berpenghasilan rendah di Kelurahan 3-4 Ulu,
yang sebagian besar wilayahnya berada di
Variabel Penelitian
wilayah bantaran Sungai Musi. Dengan adanya
Menurut Direktorat Jenderal Perumahan
program-program penataan permukiam kumuh
dan Permukiman tahun 2002, kriteria penentuan
tersebut, diperlukan suatu evaluasi terhadap
tingkat kekumuhan suatu kawasan permukiman
program-program penataan dan revitalisasi
dapat dinilai berdasarkan variable-variabel yang
terhadap permukiman kumuh yang ada di Kota
mempengaruhi kualitas permukiman yaitu,
Palembang sehingga dapat memberikan
status penggunaan bangunan, legalitas tanah,
penilaian terhadap keberhasilan dari program
frekuensi bencana, rata-rata anggota keluarga,
yang telah dilaksanakan.
tingkat kepadatan penduduk, tingkat kualitas
struktur bangunan, kepadatan bangunan,
METODE
penggunaan luas lantai, tingkat pelayanan air
Metode yang digunakan adalah campuran
bersih, kondisi sanitasi lingkungan, kondisi
antara metode kuantitatif dan kualitatif.
persampahan, kondisi jalan, ruang terbuka,
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai
tingkat pendapatan, pendidikan, dan keamanan.

3
permanen, yang terdiri dari 59 kepala keluarga
Teknik Analisis Data
di wilayah Jaya Laksana, serta 57 kepala
Analisis data dalam penelitian ini
keluarga di wilayah Prajurit Nangyu, dan
menggunakan analisis tabel silang (crosstab)
terdapat 17,9% atau 14 kepala keluarga yang
dan analisis deskriptif kualitatif. Data-data yang
memiliki rumah tergolong semi permanen yang
telah diperoleh diolah dan disajikan dalam
berada di wilayah Prajurit Nangyu. Hal ini
bentuk tabel, grafik, dengan menggunakan
dikarenakan sebagian besar bangunan
program microsof excel dan SPSS 19.
permukiman di kedua wilayah tersebut sudah
beratap genting dan seng, berdinding tembok,
HASIL DAN ANALISIS
dan memiliki lantai berupa keramik dan semen.
Perbedaan Kondisi Fisik, Lingkungan
Hanya 11,6% atau 17 kepala keluarga memiliki
Permukiman, dan Legalitas Permukiman di
bangunan permukiman yang masih tergolong
Wilayah Jaya Laksana dan Prajurit Nangyu.
non permanen di kedua wilayah tersebut. Terdiri
Klasifikasi kondisi fisik bangunan ini
dari 14,5% atau 10 kepala keluarga berada di
dilihat dari bahan pembentuk bangunan, seperti
wilayah Jaya Laksana, dan 9% atau 7 kepala
bahan atap, dinding, dan lantai rumah. Setelah
keluarga berada di wilayah Prajurit Nangyu. Hal
melihat variabel fisik bangunan di kedua
ini dikarena beberapa bangunan permukiman
wilayah tersebut, maka selanjutnya dapat
masih menggunakan bahan kayu sebagai bahan
diklasifikasikan menjadi tiga kondisi
untuk dinding bangunan, serta bahan atap berupa
permukiman, yaitu permanen, semi permanen,
seng.
dan non permanen.
Dalam penelitian ini, dilakukan kajian
mengenai kualitas lingkungan permukiman,
yang diukur dengan beberapa variabel
penelitian, antara lain kualitas air bersih, sistem
sanitasi, drainase, sistem pengolahan limbah
rumah tangga, kondisi jalan, dan ketersediaan
ruang terbuka hijau. Semakin baik kondisi
variabel-variabel tersebut, maka kualiatas
permukiman di wilayah Jaya Laksana dan
Prajurit Nangyu sudah dapat memenuhi
Gambar 1. Grafik Kondisi Permukiman
Sumber: Pengolahan Data, 2014 kebutuhan masyarakat yang bermukim di kedua
wilayah tersebut.
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa
Variabel lingkungan permukiman yang
78,9% permukiman di wilayah Jaya Laksana dan
pertama adalah kondisi jalan. Kondisi jalan di
Prajurit Nangyu dapat diklasifikasikan sudah

4
suatu lingkungan permukiman berpengaruh
tehadap tingkat aksesibilitas masyarakat di suatu
wilayah.
Tabel 1. Kondisi Jalan
Wilayah
Kondisi
Jaya Prajurit Total
Jalan
Laksana Nangyu
Aspal 8 13 21
11,6% 16,7% 14,3%
Cor-coran 59 46 105
85,5% 59,0% 71,4% Gambar 2. Grafik Kondisi Drainase
Konblok 0 13 13 Sumber: Pengolahan Data, 2014
0% 16,7% 8,8%
Tanah 1 3 4 Grafik di atas menunjukkan bahwa ada
1,4% 3,8% 2,7%
Lainnya 1 3 4 perbedaan sistem drainase di wilayah Jaya
1,4% 3,8% 2,7% Laksana dan Prajurit Nangyu. Wilayah Prajurit
Total 69 78 147
100,0% 100,0% 100,0% Nangyu memiliki saluran drainase yang dapat
Sumber: Pengolahan Data, 2014
dinilai lancar, hal ini dintunjukkan dengan 46
Tabel di atas menjelasan bahwa sebagian
kepala keluarga, atau sebesar 59% memberikan
besar kondisi jalan di wilayah Jaya Laksana dan
penilaian tersebut. Hal sebaliknya terjadi di
Prjurit Nangyu berupa cor-coran. Kondisi jalan
wilayah Jaya Laksana, 57 kepala keluarga di
cor-coran di wilayah Jaya Laksana sebesar
wilayah tersebut, atau sebesar 82,6% menilai
85,5% dan di wilayah Prajurit Nangyu sebesar
wilayah Jaya Laksana tidak memiliki saluran
59%. Kondisi jalan berupa konblok berada di
drainase yang memadai.
wilayah Prjurit Nangyu sebesar 16,7%, dan
Selanjutnya, variabel yang digunakan
kondisi jalan lainnya berupa tanah, aspal, dan
untuk mengukur kualitas lingkungan
kayu sebesar kurang dari 5%.
permukiman adalah kondisi pengelolaan
Variabel yang kedua adalah kondisi
persampahan. Kondisi ini dapat dilihat dari
saluran drainase di lingkungan permukiman.
tingkat persentase jumlah kepala keluarga yang
Kondisi saluran drainase dapat dilihat dari
tidak mendapat pelayanan pengangkutan sampah
persentase derajat kelancaran saluran air dalam
oleh pemerintah kota ataupun swadaya, sehingga
suatu wilayah. Agar lebih jelas mengenai
masyarakat membuang sampah ke sembarang
kondisi drainase di wilayah Jaya Laksana dan
tempat, misalnya sungai, selokan.
prajurit Nangyu, dapat dilihat pada gambar 2
berikut ini.

5
Gambar 3. Grafik Pembuangan Sampah Gambar 4. Grafik Ketersediaan Ruang Terbuka
Sumber: Pengolahan Data, 2014 Sumber: Pengolahan Data, 2014

Adanya perbedaan pembuangan sampah di Berdasarkan data lapangan yang telah di

wilayah Jaya Laksana dan Prajurit Nangyu. dapatkan, wilayah Jaya Laksana lebih banyak

Sebanyak 57 kepala keluarga atau sebesar 82,6% memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau, jika

di wilayah Jaya Laksana membuang sampah dibandingkan dengan wilayah Prajurit Nangyu.

dengan cara menggunakan bak sampah. Berdasarkan survei yang dilakukan, sebesar

Sedangkan sebanyak 28 kepala keluarga atau 52,6% kepala keluarga di wilayah Prajurit

sebesar 35,9% membuang sampah di sungai, Nangyu tidak memiliki ruang terbuka hijau

33,3% membuang sampah dengan menggunakan berupa halaman, sedangkan di wilayah Jaya

bak sampah, dan 28,2% membuang sampah Laksana 73,9% memiliki ruang terbuka hijau

dengan cara dikumpulkan terlebih dahulu, lalu berupa taman yang berada di bantaran sungai,

dibakar. walaupun tidak semua kepala keluarga memiliki

Variabel kualitas lingkungan permukiman ruang terbuka berupa halaman, karena

yang terakhir adalah ketersediaan ruang terbuka keterbatasan lahan.

hijau. Ruang terbuka hijau kota merupakan Status penguasan tanah merupakan status

bagian dari penataan ruang perkotaan dimana di kepemilikan terhadap hak milik, hak

dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka dan menggunakan, dan hak mengalihkan bidang tanah

pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka dalam suatu kawasan permukiman, bukan

hijau dalam penelitian ini bisa berupa lapangan, berstatus sewa atau bahkan tidak memiliki status

halaman, taman, ataupun taman bermain. (ilegal). Semakin banyak penduduk di suatu

Semakin banyak proporsi ruang terbuka hijau lingkungan permukiman yang menguasai

pada suatu lingkungan permukiman, maka bangunan tanah milik sendiri, berupa sewa atau

lingkungan permukiman di wilayah tersebut ilegal, maka tingkat kekumuhan dari aspek

dapat dikatakan baik. legalitas tanah semakin tinggi.

6
Tabel 2. Kondisi Kesesuaian Rumah yang Dihuni
dengan Harapan Masyarakat

Kondisi Wilayah
rumah
Jaya Prajurit Total
sesuai
Laksana Nangyu
harapan
Ya 56 53 109
81,2% 67,9% 74,1%
Tidak 13 25 38
18,8% 32,1% 25,9%
Total 69 78 147
Gambar 5. Grafik Status Hak Milik Bangunan. 100,0% 100,0% 100,0%
Sumber: Pengolahan Data, 2014 Sumber: Pengolahan Data, 2014
Hasil survei terhadap 147 kepala keluarga
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat
di wilayah Jaya Laksana dan Prajurit Nangyu
bahwa 72,1% permukiman di wilayah Jaya
memperlihatkan bahawa 74,1% atau sebanyak
Laksana dan Prajurit Nangyu sudah merupakan
109 kepala keluarga, yang terdiri dari 56 kepala
hak milik kepala keluarga yang bermukim.
keluarga di wilayah Jaya Laksana dan 53 kepala
Sebanyak 60 kepala keluarga di wilayah Jaya
keluarga di wilayah Prajurit Nangyu merasa
Laksana dan 46 kepala keluarga di wilayah
kondisi rumah yang dihuni saat ini sudah sesuai
Prajurit Nangyu sudah mendapatkan kepastian
dengan harapan mereka. Sebanyak 25,9% atau
hukum terhadap hak bangunan dan hak tanah
38 kepala keluarga merasa kondisi permukiman
mereka.
yang dihuni saat ini belum sesuai harapan.

Dampak Program Penataan dan Revitalisasi Banyak hal yang menyebabkan beberapa kepala

Permukiman Kumuh Terhadap Masyarakat keluarga ini merasa kondisi permukiman belum

di Wilayah Jaya Laksana dan Prajurit sesuai dengan harapan, antara lain karena masih

Nangyu. terjadi banjir, belum adanya tempat pembuangan

Salah satu tujuan penelitian ini adalah limbah rumah tangga yang memadai, serta

memberikan penilaian apakah kondisi tingkat keamanan di lingkungan permukiman

permukiman dan lingkungan permukiman yang masih rawan, seperti yang terlihat pada

dengan adanya program revitalisasi sudah dapat gambar di bawah ini.

memenuhi harapan masyarakat di wilayah Jaya


Laksana dan Prajurit Nangyu. Tabel 2 berikut
ini menjelaskan mengenai kesesuaian kondisi
rumah yang dihuni dengan harapan penghuni
(masyarakat) di wilayah Jaya Laksana dan
Prajurit Nangyu.

7
di Kota Palembang. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dijadikan bahan evaluasi antara
lain yang pertama; mengenai tata bangunan pada
daerah tepian sungai dan rawa, kedua;
penanganan masalah drainase, ketiga;
penanganan masalah pengelolaan sampah dan
limbah rumah tangga, keempat; ketersediaan
ruang terbuka bagi lingkungan permukiman di
Gambar 6. Tingkat Keamanan di Wilayah Jaya
Laksana dan Prajurit Nangyu.
tepian sungai dan karakteristik wilayah rawa.
Sumber: Pengolahan Data, 2014 Pertama, mengenai tata bangunan. Tata

Hasil survei terhadap masyarakat di kedua bangunan pada daerah rawa memiliki karakter

wilayah tersebut menilai bahwa kondisi yang khas, dengan pengaturan yang agak

keamanan di wilayah Jaya Laksana dan Prajurit berbeda dengan di darat. Konsep tata bangunan

Nangyu adalah aman. Sebanyak 112 kepala di sini meliputi pengaturan jarak antar bangunan,

keluarga yang terdiri dari 64 kepala keluarga di jarak dengan tepian sungai dan jarak dengan

wilayah Jaya Laksana dan 48 kepala keluarga di jalan. Kedua, permasalahan Drainase beberapa

wilayah Prajuri Nangyu sudah merasa aman hal yang harus diperhatikan yaitu, pembangunan

dengan kondisi di lingkungan permukiman sistem drainase yang terintegrasi antar wilayah.

mereka saat ini. Sedangkan 28 kepala keluarga, Penanganannya harus secara kolektif. Selain itu,

yang terdiri dari 5 kepala keluarga di wilayah perlunya normalisasi saluran drainase yang telah

Jaya Laksana dan 23 kepala keluarga di wilayah ada dengan cara pengerukan endapan yang dapat

Prajurit Nangyu masih menilai kondisi di menggangu saluran.

lingkungan permukiman tersebut kurang aman. Ketiga penanganan persampahan yang


bisa dilakukan dengan cara; mengurangi
Rekomendasi Program yang Perlu pencemaran sungai oleh sampah terutama
Ditingkatkan Untuk Meningkatkan Kualitas sampah non organic, penyediaan sarana
Permukiman di Kota Palembang persampahan yang memadai, penyediaan jalur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah transportasi untuk pengangkutan sampah,
diuraikan dalam sub bab sebelumnya, program pengelolaan sampah secara komunal oleh
ini dapat dikatakan berjalan dengan baik, namun masyarakat, dan peningkatan kesadaran
ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian masyarakat untuk membuang sampah pada
bagi Pemerintah Kota Palembang agar dapat tempatnya. Keempat adalah ketersediaan ruang
meningkatkan kualitas program yang akan terbuka. Ruang terbuka di permukiman rawa
diterapkan di kelurahan-kelurahan lain yang ada

8
dapat meliputi, tepian sungai yang dimanfaatkan 3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
sebagai ruang publik dan tempat bermain anak. dijadikan bahan evaluasi serta rekomendasi
antara lain; pertama, perlu memperhatikan
KESIMPULAN
tata bangunan pada daerah tepian sungai
1. Melalui program penataan dan revitalisasi
dan rawa, terutama jarak antar banguan dan
permukiman kumuh di wilayah Jaya
jarak tepian sungai dengan bangunan.
Laksana dan Prajurit Nangyu, dapat
Kedua, penanganan masalah drainase yang
meningkatkan kualitas permukiman di
terintegrasi dengan sistem drainase kota.
kedua wilayah tersebut. Peningkatan
Ketiga, penanganan masalah pengelolaan
kualitas permukiman tersebut ditandai
sampah dan limbah rumah tangga yang
dengan beberapa parameter, yaitu kondisi
dapat dilakukan dengan penyediaan sarana
fisik dan lingkungan permukiman, serta
persampahan yang memadai dan
legalitas tanah yang meliputi; 72,1%
pengelolaan sampah secara komunal oleh
permukiman di wilayah Jaya Laksana dan
masyrakat. Keempat yaitu penyediaan
Prajurit Nangyu sudah merupakan hak
ruang terbuka bagi lingkungan permukiman
milik kepala keluarga yang bermukim.
di tepian sungai terutama pada simpul-
Sebanyak 60 kepala keluarga di wilayah
simpul jalur sirkulasi seperti dermaga, dan
Jaya Laksana dan 46 kepala keluarga di
tepian sungai.
wilayah Prajurit Nangyu sudah
mendapatkan kepastian hukum terhadap DAFTAR PUSTAKA
hak bangunan dan hak tanah mereka. Depatemen Pekerjaan Umum Kota Palembang.
2008. Dokumen Rencana Pembangunan
2. Dampak yang dirasakan masyarakat adalah
dan Pengembangan Perumhan Di
adanya rasa nyaman dan aman bagi Dearah. Palembang: Direktorat Jenderal
Cipta Karya.
masyarakat untuk tinggal di wilayah
Direktorat Jenderal Perumahan dan
tersebut, ketenangan hidup masyarakat Permukiman. 2002. Petunjuk
Operasinal Penilaian Tingka
meningkat dengan adanya kepastian hukum
Kekumuhan. Jakarta: Departemen
untuk bermukim. Hal ini ditunjukkan Permukiman dan Prasara Wilayah.
Jakarta: Departemen Permukiman dan
dengan 74,1% kepala keluarga yang terdiri
Prasara Wilayah
dari 56 kepala keluarga di wilayah Jaya Direktorat Jenderal Perumahan dan
Permukiman. 2001. Petunjuk Umum
Laksana dan 53 kepala keluarga di wilayah
Pelaksanaan Peremajaan Lingkungan
Prajurit Nangyu sudah menilai kondisi Kumuh di Perkotaan dan Perdesaan.
Jakarta: Departemen Permukiman dan
permukiman saat ini telah sesuai dengan
Prasara Wilayah.
harapan mereka. Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan
Perumahan dan Permukiman. Jakarta:
Yayasan Realestat Rakasindo.

9
Menteri Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M Tahun
2010 Tentang Pedoman Revialisasi
Kawasan.
Pemerintah Kota Palembang. Surat Keputusan
Walikota No.391 Tahun 2013 Tentang
Penetapan Lokasi Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh
Kota Palembang.
Romdiati, Haning. dkk. 2004. Migrasi dan
Permukiman Kumuh di Kota Surabaya.
Jakarta: Pusat Penerbitan Kependudukan
LIPI.
Sadyohutomo, M. 2008. Manajemen Kota dan
Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Yudohusodo, Siswono. et,al. 1991. Rumah
Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta.

10

S-ar putea să vă placă și