Sunteți pe pagina 1din 8

Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 4, No 3, Juli 2010

MUTU KEGIATAN BELAJAR KELOMPOK


DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU KEGIATAN
BELAJAR SISWA SERTA PERAN KONSELOR
Oleh Fadila
(Dosen STAIN Curup)

ABSTRACT

Students are the main and important component in a learning process, whether they
study individually, classically or in group, and the learning process itself can not be
separated from the roles of school counselor. This research was a descriptive
quantitative research which aimed to get a specific description on the learning group
activities and its relationship to the students learning activities quality. The
population of the research was all the state junior high school (SMPN) students in
Padang. The subjects are year VIII and IX of SMPN 7 and SMPN 18 with 160
students as the sample. The data was taken by using questionnaire, AUM PTSDL and
by interviewing the school counselors. Then, the data was analyzed and correlated by
using SPSS program version 12.0. The research result shows: first, the mean score of
the group learning activities at SMPN 7 Padang is 280.36 or 77.88% while the quality
of the student learning activities is 203.44 or 70.155. Meanwhile at SMPN 18
Padang, the score of the group learning activities is 279.45 or 77.62% and the quality
of the student learning activities is 197.32 or 68.04%. There is no significant different
between the student group learning activities and the quality of the student learning
activities at SMPN 7 and SMPN 18 Padang. Second, there is a significant relationship
between the group learning activities and the quality of the student group learning
activities. Third, the schools’ counselors have played their roles in student group
learning activities. Based on the findings, it can be concluded that group learning
activities and student learning activities quality have a positive correlation at the class
and the school level. In addition, it is suggested to the school counselors to get more
knowledge on counseling services especially counseling on student group learning
activities.
Keywords: learning group activities quality, students learning activities quality,
roles of counselors

A. PENDAHULUAN
Kegiatan belajar kelompok merupakan salah satu kegiatan penting dalam
program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Kegiatan belajar kelompok adalah
pelayanan bimbingan belajar melalui kegiatan kelompok yang diarahkan kepada
satu atau sejumlah kelompok siswa pada suatu sekolah yang menyelenggarakan
kegiatan belajar bersama di luar jam pelajaran. Kegiatan belajar siswa secara
berkelompok ini didasari atas dasar usaha, keinginan dan inisiatif dari para siswa.
Keberadaan dan gerak-gerik kegiatannya tidak didasarkan atas hal-hal resmi

24
Mutu Kegiatan Belajar Kelompok (Fadila)

melainkan pada kemauan, kebebasan dan selera siswa yang terlibat di dalamnya
yang berkeinginan untuk meningkatkan prestasi dan belajar yang optimal.
Melalui strategi khusus membina kegiatan belajar kelompok peserta didik
terdorong untuk saling berinteraksi secara terencana dan terbimbing. Strategi itu
dapat berupa kegiatan, seperti: (1) saling menyebutkan kebaikan teman, (2)
bertanya dan menjawab antar peserta didik, (3) diskusi, (4) saling mengoreksi
jawaban dan memberikan saran perbaikan, (5) belajar dan bekerja kelompok, (6)
saling meminjamkan buku dan alat-alat belajar, (7) tutorial : yang lebih mampu
membantu teman yang kurang mampu, (8) saling memberikan selamat atas
keberhasilan teman, termasuk ulang tahun. Dengan interaksi seperti itu ranah
kehidupan yang bersifat sosial terjembatani dengan cara dan isi yang dinamis dan
relevan dengan kondisi yang terjadi. Prayitno (2003: 23). Khusus untuk kegiatan
belajar kelompok siswa, pada dasarnya berada di dalam bidang aktivitas belajar
yang mencakup PTSDL, yaitu meliputi prasyarat penguasaan materi pelajaran,
keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan pisik dan
sosio-emosional. Unsur-unsur di atas perlu mendapat perhatian yang sebesar-
besarnya dalam kegiatan belajar kelompok, demi mengoptimalkan keberhasilan
belajar siswa. Suasana belajar yang difasilitasi oleh PTSDL memberikan
sumbangan terbesar bagi terbangunnya keterampilan proses dan/atau berbagai
kompetensi yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran.Unsur-unsur
PTSDL tidaklah mungkin dibina sekali. Pendidik berkewajiban mengembangkan
suasana belajar melalui pemantapan unsur-unsur PTSDL pada setiap episode
pembelajaran, untuk semua peserta didik pada semua jenjang pendidikan
(Prayitno: 2003).
Pelaksanaan kegiatan belajar kelompok, siswa yang pandai akan lebih
banyak mendapatkan kesempatan untuk membantu siswa yang kurang pandai
dalam penguasaan suatu materi pelajaran, kegiatan ini akan membangun
solidaritas yang tinggi dalam diri siswa untuk memberikan bantuan berupa
penjelasan atau melalui bimbingan dari temannya yang lebih memahami materi
tersebut.
Kegiatan belajar kelompok merupakan salah satu kegiatan penting dalam
program Bimbingan dan Konseling di sekolah dan salah satu perwujudkan dari
pasal 1 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menetapkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Mutu kegiatan belajar kelompok siswa.
2. Hubungan mutu kegiatan belajar kelompok dengan mutu kegiatan belajar
siswa.
3. Peran konselor sekolah dalam kegiatan belajar kelompok siswa.
4. Hubungan kegiatan belajar kelompok dengan hasil belajar siswa.

25
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 4, No 3, Juli 2010

5. Peran orang tua dalam kegiatan belajar berkelompok siswa.


6. Peran guru mata pelajaran dalam kegiatan belajar berkelompok siswa.
7. Hubungan kegiatan belajar kelompok dengan kegiatan ekstra kurikuler
Tujuan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Untuk mengungkapkan mutu kegiatan belajar kelompok siswa.
2. Hubungan mutu kegiatan belajar kelompok dengan mutu kegiatan belajar
siswa.
3. Peran konselor sekolah dalam kegiatan belajar kelompok siswa.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian deskriptif serta pendekatan secara kuantitatif dan kualitatif akan
dapat mendeskripsikan permasalahan secara sistematis. Untuk mutu kegiatan
belajar siswa akan diungkapkan dalam penelitian ini melalui instrumen AUM
PTSDL. Populasi Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII, dan IX di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kota Padang yang dikelompokkan
berdasarkan Akreditasi Sekolah. Akreditasi A adalah SMP Negeri 7 Padang, dan
yang mewakili akreditasi B adalah SMP Negeri 18 Padang.
Adapun teknik pengumpulan datanya adalah angket, AUM PTSDL, dan
wawancara. Data penelitian yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan cara
sebagai berikut:
1. Angket, untuk mengukur variabel kegiatan belajar kelompok siswa,
menggunakan model skala likert. Data yang terkumpul melalui angket
dikorelasikan dengan data AUM PTSDL. Data yang diperoleh melalui angket
ini kemudian dikuantitatifkan dengan pemberian skor pada masing-masing
butir pernyataan yang dijawab oleh siswa dan diolah dengan bantuan program
komputer SPSS versi 12.0 dan hasilnya dideskripsikan.
2. AUM PTSDL, data yang diperoleh melalui instrumen AUM PTSDL tersebut
kemudian diolah dengan bantuan program komputer dan hasilnya
dideskripsikan. Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden pada
masing-masing variabel dengan menggunakan rumus:

PR 
 Skor  100%
 Re sponden   Item  Skalatertinggi
3. Wawancara, data yang terkumpul melalui wawancara dianalisis dengan
menggunakan analisis naratif atau lebih tepatnya dideskripsikan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


1. Kegiatan Belajar Kelompok
Gambaran kegiatan belajar kelompok siswa SMPN 7 dan SMPN 18 Padang
dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 1. Kegiatan Belajar Kelompok Siswa SMPN 7 dan SMPN 18 Padang
Kegiatan Belajar Kelompok
Sekolah Kelas Mutu
Skor %
SMPN 7 Padang VIII 281,30 78,14 CB

26
Mutu Kegiatan Belajar Kelompok (Fadila)

IX 279,45 77,62 CB
SMPN 18 VIII 292,43 81,23 BA
Padang IX 268,31 74,53 CB

Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa skor kegiatan belajar kelompok
siswa kelas VIII SMPN 7 Padang sebesar 281,30 atau 78,14% dan skor kegiatan
belajar kelompok kelas IX di SMPN 7 sebesar 279,45 atau 77,62%. Data ini
berada pada kriteria cukup baik. Berdasarkan tabel di atas pula tidak terdapat
perbedaan yang cukup besar dari pendapat siswa kelas VIII dan IX SMPN 7
Padang tentang kegiatan belajar kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa
SMPN 7 Padang telah mempunyai pendapat yang cukup baik tentang pentingnya
kegiatan belajar kelompok.
Dari tabel di atas pula diperoleh gambaran bahwa siswa kelas VIII SMPN
18 Padang memiliki skor kegiatan belajar kelompok sebesar 292,43 atau 81,23%,
data ini berada pada kriteria baik. Sedangkan kelas IX SMPN 18 Padang memiliki
skor kegiatan belajar kelompok sebesar 268,31 atau 74,53%, data ini berada pada
kategori cukup baik. Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan juga bahwa
tidak terdapat perbedaan yang cukup besar dari pendapat siswa kelas VIII dan
kelas IX SMPN 18 Padang tentang kegiatan belajar kelompok. Hasil ini
menggambarkan adanya kesadaran dan pemahaman yang baik siswa SMPN 18
Padang tentang pentingnya kegiatan belajar kelompok.
2. Hubungan Kegiatan Belajar Kelompok dengan AUM PTSDL
Salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kondisi mutu kegiatan
belajar siswa adalah mutu kegiatan belajar kelompok. Oleh karena itu mutu
kegiatan belajar kelompok siswa memiliki kaitan yang erat dengan peningkatan
mutu kegiatan belajar siswa. Untuk memiliki gambaran kondisi mutu skor mutu
kegiatan belajar siswa di SMPN 7 Padang, dan SMPN 18 Padang, baik pada kelas
VIII maupun kelas XI dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Skor Mutu Kegiatan Belajar Siswa (AUM PTSDL) SMPN 7 dan
SMPN 18 Padang
Kegiatan Belajar Siswa
Sekolah Kelas
Skor Persentase Mutu
VIII 209,32 72,18 CB
SMPN 7 Padang
IX 197,16 67,99 CB
Rata-rata 203,44 70,15 CB
VIII 209,97 72,40 CB
SMPN 18 Padang
IX 186,49 64,31 CB
Rata-rata 197,32 68,04 CB

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa skor mutu kegiatan belajar


siswa yang diperoleh dari pengadministrasian AUM PTSDL menunjukkan bahwa
rata-rata skor mutu kegiatan belajar siswa kelas VIII SMPN 7 Padang sebesar
209,32 atau mencapai 72,18 %. Untuk kelas IX SMPN 7 Padang sebesar 197,16

27
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 4, No 3, Juli 2010

atau mencapai 67,99%, sehingga rata-rata skor mutu kegiatan belajar siswa
SMPN 7 Padang secara keseluruhan adalah 203,44 atau mencapai 70, 15%.
Sementara gambaran mutu kegiatan belajar kelas VIII SMPN 18 Padang
sebesar 209,97 atau mencapai 72,40 %. Untuk kelas IX SMPN 18 Padang sebesar
186,49 atau mencapai 64,31%, sehingga rata-rata skor mutu kegiatan belajar
siswa SMPN 18 Padang secara keseluruhan adalah 197,32 atau mencapai 68,04%.
Dengan demikian dapat terlihat bahwa mutu kegiatan belajar siswa SMPN 7
Padang dan SMPN 18 Padang tidak terdapat perbedaan yang berarti. Atau dengan
kata lain, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu kegiatan belajar
siswa SMPN 7 Padang dan SMPN 18 Padang.
Tabel 3. Kegiatan Belajar Kelompok, Mutu Kegiatan Belajar Siswa dan
Korelasinya di SMPN 7 Dan 18 Padang
Kategori Data SMPN 7 Padang SMPN 18 Padang
Skor % Skor %
1. Kegiatan belajar
kelompok
a. terendah 174 48,33 % 202 56,11 %
b. tertinggi 340 94,44 % 333 92,50 %
c. rata-rata 280,36 77,88 % 279,45 77,62 %

2. AUM PTSDL
a. terendah 91 31,38 % 160 55,17 %
b. tertinggi 234 81,03 % 245 84,48 %
c. rata-rata 203,44 70,15 % 197,32 68,04 %

3. Korelasi skor
kegiatan belajar .732* .839*
kelompok dan
AUM PTSDL
* Signifikan pada taraf 0.01 (99%)
3. Peran Konselor Sekolah dalam Kegiatan Belajar Kelompok Siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Padang merupakan sekolah yang
terakreditasi A yang mempunyai 4 orang konselor sekolah. Hasil wawancara
tentang peran konselor sekolah dalam kegiatan belajar kelompok siswa di SMPN
7 dapat disimpulkan cukup baik. Sementara di SMPN 18 Padang dapat
disimpulkan baik. Konselor sekolah sudah mempunyai peran yang cukup baik
terhadap kegiatan belajar kelompok siswa. Hal ini ditandai dengan hasil
wawancara yang menyatakan bahwa hampir semua konselor sekolah telah
memberikan beberapa layanan yang dapat menunjang motivasi siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar kelompok seperti: layanan informasi, bimbingan
kelompok, konseling individual, konsultasi.

28
Mutu Kegiatan Belajar Kelompok (Fadila)

Pada hakekatnya konselor sekolah hendaknya dapat berperan aktif dalam


kegiatan belajar kelompok siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Prayitno (2004)
bahwa keberadaan konselor sekolah (guru pembimbing) sangat menunjang dalam
peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Prayitno (2003) juga
menyatakan bahwa pendidik berkewajiban mengembangkan suasana belajar
melalui pemantapan unsur-unsur PTSDL pada setiap episode pembelajaran, untuk
semua peserta didik pada semua jenjang pendidikan. Tugas konselor(sebagai
pendidik) adalah untuk mewujudkan suasana belajar yang meransang, menantang
dan aktif dalam proses pembelajaran.
Prayitno (dalam Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Peningkatan
Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 86)
menyatakan bahwa tugas guru pembimbing adalah: (a) Memberikan informasi
dan membicarakan dengan kelompok, menyediakan waktu untuk konseling,
terutama untuk siswa, guru-guru, orang tua dan anggota masyarakat;
(b) Menggunakan pendekatan konseling sesuai dengan masalah khusus;
(c) Membantu program in service training yang khusus; (d) mengembangkan dan
membina human relation yang baik dalam interaksi individu dan kelompok; dan
(e) Mengadakan dan membina tingkat self improvement (perbaikan diri)
Seharusnya konselor sekolah lebih berperan untuk menumbuhkan semangat
serta motivasi siswa dalam kegiatan belajar kelompok, sehingga kegiatan belajar
kelompok dapat terlaksana dengan baik untuk peningkatan mutu kegiatan belajar
mereka.
4. Hubungan Kegiatan Belajar Kelompok dengan AUM PTSDL
Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian berkaitan dengan hubungan
antara mutu kegiatan belajar kelompok siswa dengan mutu AUM PTSDL dapat
dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mutu kegiatan
belajar kelompok dengan mutu AUM PTSDL. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi mutu kegiatan belajar kelompok siswa maka akan semakin tinggi mutu
AUM PTSDL.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam belajar kelompok siswa dapat
bersosialisasi dan bekerjasama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan
masalah bersama, seperti berdiskusi, bermain peran, juga mendorong agar anak
yang pemalu dan penakut mau berbicara, sehingga dengan adanya kegiatan
belajar kelompok akan dapat mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik
dalam proses belajar.
Interaksi siswa dengan teman-temannya dalam kelompok akan
meningkatkan hasil belajar, juga mendorong siswa untuk mengetahui apa yang
telah dan belum mereka ketahui berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, serta
dapat mempertinggi semangat belajar siswa yang bersangkutan. Senada dengan
hal itu, kesempatan berinteraksi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi dengan sikap yang positif terhadap sekolah dan konsep diri yang
bagus tentang prestasi yang akan diraihnya, memungkinkan teman-teman lain
untuk ikut terdorong memiliki hal yang sama terhadap dirinya dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar kelompok juga akan sangat memberikan peluang bagi
guru memberikan layanan remedial kepada siswa yang belum atau kurang

29
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 4, No 3, Juli 2010

memahami suatu materi pelajaran melalui kerjasama yang dilakukan dengan


konsleor sekolah. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
belajar kelompok yang dilakukan siswa dapat menunjang mutu AUM PTSDL.

D. SIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut
a. Kegiatan belajar kelompok siswa: mutu kegiatan belajar kelompok siswa di
SMPN 7 dan SMPN 18 Padang termasuk pada kategori cukup baik.
b. Hubungan kegiatan belajar kelompok siswa dengan mutu kegiatan belajar
siswa: terdapat hubungan yang positif antara mutu kegiatan belajar kelompok
siswa dengan mutu kegiatan belajar siswa di SMPN 7 dan SMPN 18 Padang.
Selain itu mutu kegiatan belajar kelompok secara positif berkorelasi dengan
mutu kegiatan belajar siswa (AUM PTSDL) pada tingkatan kelas maupun
sekolah.
c. Konselor sekolah di SMPN 7 Padang dan SMPN 18 Padang telah cukup
berperan dalam pelaksanaan kegiatan belajar kelompok siswa, dan kegiatan
belajar pada umumnya baik dalam pemberian layanan konseling.Kesimpulan
dalam penelitian ini membuktikan bahwa siswa pada dasarnya telah
melakukan belajar kelompok. Kegiatan belajar kelompok atau belajar sesama
teman memungkinkan berkembangnya motivasi belajar, perasaan senang,
bekerjasama, saling membantu, saling membahagiakan yang dapat
meningkatkan mutu kegiatan belajar. Kegiatan belajar kelompok berhubungan
positif dengan mutu kegiatan belajar siswa.
2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah diharapkan untuk lebih memberikan perhatian dalam
pelaksanaan kegiatan belajar siswa, khususnya kegiatan belajar kelompok
dengan memberikan fasilitas yang memadai, pembinaan dan pengawasan
terhadap guru dan konselor sekolah, sehingga mutu kegiatan belajar akan
meningkat.
2. Konselor sekolah diharapkan berusaha menambah wawasan dan pengetahuan
dalam upaya meningkatkan pelayanan konseling khususnya dalam kegiatan
belajar kelompok sehingga mutu kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Siswa diharapkan untuk lebih aktif meningkatkan keikut sertaannya dan peran
sertanya dalam kegiatan belajar kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Coleman, Marianne & Earley, Peter. 2004. Leadership and Management in


Education. Oxford: University Press.

30
Mutu Kegiatan Belajar Kelompok (Fadila)

Cull, John C., Hardy, Richard E. 1974. Counseling High School Students. USA:
Charles C Thomas-Publisher
Grounlund, Norman E. 1977. Constructing Achievement Tests. USA: Prentice-Hall.
Hadjikyriakou, Despina. 2004. Educational and Occupational Aspirations of
Domestic and International Student in the United States. Hofstra University.
www.hofstra.edu/PDF/psy_archieve_Despina_Hasjikyriakou-2004.pdf. Diakses
29 Desember 2007.
Nurihsan, A. Juntika. 2004. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta:
Grasindo
Parwieningrum, Endang. 2007. Gender dan Permasalahannya. http://hqweb01.
bkkbn.go.id/hqweb/pria/artikel01-2I.html. Diakses 1 September 2007.
Prayitno dkk.1997. Seri Pemandu Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Umum (SMU). Jakarta : PT. Ikrar Mandiri.
Prayitno, dkk. 1990. Variasi Aspirasi Pemuda Sumatra Barat. Laporan Penelitian.
Padang: IKIP.
Pusat Kurikulum. 2002. Panduan Umum Pelayanan BK Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Santrock, John W. 1995. Life Span Development. Alih bahasa oleh Achmad Chusairi
dan Duda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Sciarra, Daniel T. 2004. School Counceling. Australia: Brooks/Cole.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wahl, Kay Herting. 2003. Childrens Perceptions of Vocational Preparation
Requirements. Profesional School Counceling. (Online), (goliath.ecnext.com/
comS2/summary_0199_661943_ITM_38k, diakses 28 Desember 2007).
Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia

31

S-ar putea să vă placă și