Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
The success in egg hatching is determined by internal and external factors. One of
external factors is the acid level. The use of pH in egg hatching is to stimulate chorionase
enzyme that can make chorion become soft. The purpose of this research is to determine
the best pH value for hatching of snakehead eggs. This research had been conducted in
Laboratorium Dasar Perikanan, Departement of Aquaculture, Agriculture Faculty,
Sriwijaya University on January until February 2016. The research method used a
completely randomized design with five treatments and three replications. The treatment
were P1 (pH 5±0.2), P2 (pH 6±0.2), P3 (pH 7±0.2), P4 (pH 8±0.2) dan P5 (pH 9±0.2). The
results showed that different values of water pH in snakehead hatching gave significant
effect on hatching percentage, incubation time and survival rate of larvae but did not
indicate significant effect on percentage of abnormal larvae. The highest hatching
percentage was in treatment P5 (90.75%), the fastest incubation time was in treatment P4
(20.00 hours), the highest survival rate of larvae was in treatment P2 (85.31%) and the
highest percentage of abnormal larvae was in treatment P1 (1.67%). During the research,
water quality were in tolerance range for hatching and snakehead larvae rearing where DO
(5.27-6.01 mg/l), ammonia (0.00-0.29 mg/l), and alkalinity (26-106 mg/l).
140
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
Studi Budidaya Perairan, Fakultas berwarna merah. Induk ikan jantan yang
Pertanian, Universitas Sriwijaya pada matang gonad ditandai dengan warna
bulan Januari-Februari 2016. tubuh yang hitam mengkilat dan lubang
Bahan yang digunakan dalam urogenitalnya berwana merah. Induk yang
penelitian ini adalah induk ikan gabus digunakan untuk proses pemijahan
(Induk betina dengan bobot 480 gram dan didapatkan dari alam dengan bobot 480
panjang 41 cm, induk jantan dengan bobot gram dan panjang 41 cm untuk induk
300 gram dan panjang 33 cm), ®Ovaprim, betina dan bobot 300 gram dan panjang 33
larutan H2SO4 0,1 N, larutan NaOH 0,1 N, cm untuk induk jantan.
timbangan, pH-meter, DO-meter,
termometer, akuarium ukuran 30x30x30 Penyuntikan Hormon Gonadotropin
cm3, box stearofoam 70x40x25 cm3, spuit Hormon yang digunakan dalam
suntik, blower, electronic heater dan penyuntikan yaitu hormon gonadotropin
cawan petri. yang terkandung dalam ®ovaprim dengan
dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan
Rancangan Penelitian secara intramuscular pada otot punggung
Penelitian ini dirancang induk. Induk betina dan induk jantan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dilakukan 1 kali penyuntikan. Setelah
(RAL) terdiri dari lima perlakuan dengan dilakukan penyuntikan antara induk jantan
tiga ulangan. Adapun perlakuan dalam dan induk betina maka induk ikan tersebut
penelitian ini adalah P1 (pH 5±0,2), P2 dimasukkan dalam box sterofoam untuk
(pH 6±0,2), P3 (pH 7±0,2), P4 (pH 8±0,2) melakukan proses pemijahan.
dan P5 (pH 9±0,2).
Pemijahan
Cara Kerja Pemijahan dilakukan di box
Persiapan Induk sterofoam berukuran 70x40x25 cm3
Seleksi dilakukan untuk memilih sebanyak 1 buah. Rasio jantan dan betina
induk yang benar-benar siap untuk adalah 1:1 (1 jantan dan 1 betina). Dalam
dipijahkan atau telah matang gonad. Ikan box sterofoam diberi enceng gondok dan
betina yang matang gonad ditandai penutup dibagian atasnya. Proses
dengan perut yang membesar dan lunak terjadinya perkawinan dan ovulasi
serta di sekitar lubang urogenitalnya dilakukan secara alami.
142
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
Pembuatan Media Air telur tiap akuarium adalah 100 butir telur.
Pembuatan media dengan nilai pH Telur yang digunakan adalah telur-telur
5±0,2 dan 6±0,2 dengan menambahkan yang terbuahi, yang ditandai dengan ciri-
larutan H2SO4 0,1 N, sedangkan untuk ciri berwarna putih kekuningan.
membuat media air dengan nilai pH
7±0,2, 8±0,2, dan 9±0,2 digunakan larutan Pemeliharaan Larva
NaOH 0,1 N. Pembuatan media air Larva ikan gabus hasil penetasan
dilakukan setelah proses penyuntikan dipelihara selama 20 hari dalam akuarium
induk ikan gabus. Dalam pembuatan pH pada pH sesuai perlakuan. Larva yang
perlakuan air didalam akuarium, terlebih mati dibuang dengan menggunakan pipet
dahulu pH air diukur dengan pH meter. tetes agar kualitas air tetap baik.
Setelah pH air media diketahui maka
untuk membuat kisaran pH perlakuan Parameter
atau NaOH yang telah diperoleh dengan Persentase penetasan telur adalah
jumlah tertentu. Cara menjaga nilai pH persentase jumlah telur yang menetas
agar tetap berada pada kisaran perlakuan menjadi larva dari telur yang dibuahi
Penetasan Telur
Telur ikan yang telah dibuahi
dimasukkan ke dalam 15 akuarium yang
Lama Waktu Penetasan Telur
sudah diatur pH airnya sesuai dengan
Lama waktu penetasan telur (T)
perlakuan masing-masing yang diisi air
diketahui dengan cara menghitung waktu
sebanyak 10 liter dan dilengkapi dengan
terjadi pembuahan (T0) hingga telur
sistem aerasi. Pengamatan terhadap telur
menetas maksimal 90% dari 100 butir
ikan gabus terus dilakukan hingga telur
telur yang ditebar (Tn) berdasarkan Putri
menetas. Telur ikan gabus yang digunakan
et al., (2013) yaitu :
dalam penelitian ini sebanyak 1500 telur
T = Tn – T0
yang ditebar dalam 15 akuarium, jumlah
143
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
145
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
146
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
Menurut Mukti (2005) dalam abnormalitas larva ikan gabus yang didapat
Yusiana (2016), keabnormalitasan (cacat) pada masing-masing perlakuan terlihat dari
larva ikan dapat diamati dari bentuk bentuk tubuh yang bengkok, bentuk sirip
kepala, tubuh dan atau ekor yang bengkok, ekor dan sirip dada yang tidak sempurna.
tubuh menyusut atau lebih pendek dari Gambar larva ikan gabus normal
ukuran normal maupun perbesaran kelopak dan larva ikan gabus abnormal disajikan
mata dan kepala ikan. Sedangkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
147
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
pada perlakuan P2 (pH 6±0,2) dan P3 (pH Data hasil kualitas air beberapa
7±0,2) merupakan pH yang sesuai untuk parameter dalam penetasan telur ikan
media hidup larva ikan gabus. Menurut gabus selama penelitian disajikan pada
148
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
dalam Idris (2015), menyatakan ikan gabus Khaeruddin (2015), menyatakan bahwa pH
dapat bertahan hidup dengan kandungan sangat berkaitan dengan alkalinitas.
oksigen telarut 0,5-7,4 mg/L. Ikan gabus Alkalinitas secara umum menunjukkan
merupakan ikan yang dapat bertahan hidup konsentrasi basa atau bahan yang mampu
dengan keadaan oksigen rendah. Hal ini menetralisir keasaman suatu perairan.
dikarenakan ikan gabus memiliki alat
pernafasan tambahan pada bagian atas
insangnya yang disebut labirin sehingga KESIMPULAN DAN SARAN
dapat memanfaatkan oksigen langsung dari
Kesimpulan
udara bebas.
Kadar ammonia selama penelitian
Nilai pH air yang berbeda pada
berkisar antara 0,00-0,29 mg/l. Kandungan
penetasan telur ikan gabus menghasilkan
ammonia selama penelitian berasal dari
hasil yang berbeda nyata pada persentase
proses penetasan telur dan pemeliharaan
penetasan telur, lama waktu penetasan telur
larva selama 20 hari. Peningkatan amonia
dan kelangsungan hidup larva ikan gabus,
yang terjadi pada tiap perlakuan masih
namun tidak berpengaruh nyata terhadap
dalam batas yang dapat ditoleransi oleh
persentase larva abnormal maka dapat
larva ikan gabus. Menurut Boyd (1990),
disimpulkan bahwa penetasan telur ikan
nilai amonia yang baik untuk perairan
gabus pada pH 7±0,2 sudah memberikan
adalah tidak lebih dari 2,4 mg/l.
hasil yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian Khaeruddin
(2015), hasil pengukuran amonia (NH3)
Saran
pada media pemeliharaan benih ikan gabus
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
berkisar 0,40-0,65 mg/L pada perlakuan
lanjut tentang laju pertumbuhan larva ikan
suhu berbeda.
gabus yang dipelihara pada pH air 7±0,2.
Kadar alkalinitas selama penelitian
berkisar antara 26-106 mg/l CaCO3. Kadar
alkalinitas ini masih dapat ditolerir oleh
DAFTAR PUSTAKA
telur dan larva ikan gabus. Menurut Boyd
(1990), nilai alkalinitas yang baik di
Ardias N. 2008. Peranan NaCl tehadap
perairan yaitu berkisar antara 5-500 mg/l Derajat Pembuahan, Penetasan
CaCO3. Mackereth et al. (1989) dalam Telur dan Kelangsungan Hidup
149
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
Larva Ikan Koi (Cyprinus carpio), Mukti AT. 2005. Perbedaan Keberhasilan
Skripsi S1 (Tidak diplubikasikan). Tingkat Poliploidisasi Ikan Mas
Fakultas Perikanan dan Ilmu (Cyprinus carpio Linn.) melalui
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Kejutan Panas. Berk Penel Hayati :
Bogor. 10:133-138.
Boyd CE. 1990. Water Quality In Ponds Muslim. 2007. Potensi, Peluang dan
For Aquaculture. Agricultural Tantangan Budidaya Ikan Gabus
Experiment Station Auburn (Channa striata) di Propinsi
University, Alabama. Sumatera Selatan. Prosiding
Forum Perairan Umum Indonesia
Calta M dan Ural MS. 2001. The effect of
IV, Palembang 30 November 2007.
water pH on the hatching of eggs
Badan Riset Kelautan dan
and survival rates of larvae of
Perikanan. Departemen Kelautan
mirror carp (Cyprinus carpio L.,
dan Perikanan, Palembang. 7-11.
1758). Journal of Fisheries and
Aquatic Science. (3-4): 319-324 Ncedo CA. dan Chijioke OG. 2012. Effect
(Abstr.) of pH on hatching success and
larval survival of African catfish
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan.
(Clarias gariepinus). Nature and
Yayasan Pustaka Nusatama,
Sciene.10(8):47-52.
Yogyakarta.
Nirmala, K., J. Sekarsari dan P. Suptijah.
Gao Y., Kim SG. dan Lee JY. 2011. Effect
2006. Efektifitas khitosan sebagai
of pH on fertilization and the
pengkhelat logam timbal dan
hatching rates of far eastern catfish
pengaruh terhadap perkembangan
Silurus asotus. Fisheries and
awal
Auatic Sciences. 14(4):417-420.
embrio ikan zebra (Danio rerio). J.
Irawan R. 2010. Persentase Penetasan
Akuakultur Indonesia. 5(2):157-165.
Telur Ikan Baung (Hemibagrus
nemurus Blkr) dengan pH Putri DA., Muslim dan Fitrani M. 2013.
Berbeda. Skripsi S1 (Tidak Persentase Penetasan Telur Ikan
dipublikasikan). Fakultas Pertanian Betok (Anabas testudineus)
Universitas Sriwijaya, Palembang. dengan Suhu Inkubasi yang
Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa
Khaeruddin. 2015. Penentuan Suhu
Indonesia. 1(2):184-191.
Optimum untuk Pemeliharaan
Larva Ikan Gabus Channa striata, Surbakti T. 2015. Performa Sintasan dan
Skripsi S1 (Tidak dipublikasikan). Pertumbuhn Larva Ikan Gabus
Fakultas Perikanan dan Ilmu Channa striata pada Perlakuan pH
Kelautan Institut Pertanian Bogor, yang Berbeda, Skripsi S1 (Tidak
Bogor. dipublikasikan). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Luberda Z., Strzezek J. dan Luczynski M.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
1990. The influence of metal ions
and some inhibitors on the activity Tang U.M. dan Affandi R. 2001. Biologi
of proteinase isolated from the Reproduksi Ikan. Unri Press,
hatching liquid of coregonus peled. Pekanbaru.
Acta Biochimica Polonica.
37(1):197-200.
150
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Altiara, et al. (2016)
Tataje DAR., Baldisserotto B. dan Filho Yusiana Y. 2016. Pemeliharaan Larva Ikan
EZ. 2015. The effect of water pH Gabus (Channa striata) pada Suhu Air
on incubation and larviculture of Media Berbeda, Skripsi S1 (Tidak
curimbata Phochilodus lineatus. dipublikasikan). Fakultas Pertanian
Neotrop. Ichthyol. 13:1 (Abstr.) Universitas Sriwijaya, Palembang.
151