Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KONSEP DASAR
A. Pengertian
kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara
antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam
mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada
Hipoksik-hipoksia
Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.
Anemik-hipoksia
Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang
Histotoksik-hipoksia
Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena
hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
B. Etiologi
Gangguan kontraksi uterus Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
lilitan tali pusat Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir Prematur
Solusio plasenta
C. Patofisiologi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari
berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan
teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga
bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula
sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
D. Manifestasi Klinis
neuromuscular menurun
TANDA
/ klenus
morrow
refleks cahaya
jelek
kejang
beberapa
minggu
defisit berat
E. APGAR Score
Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam
menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena
bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya
ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari
A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan
Perhatikan pernapasannya.
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
teratur
respon
ekstremitas: kemerahan
biru
Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik
Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat
F. Pemeriksaan Penunjang
- USG kepala
G. Pemeriksaan Diagnostik
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
8. Pengkajian spesifik
H. Penatalaksanaan
Segera setelah lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus
lampu untuk pemanasan luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi
evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas
kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi
berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan
I. Penatalaksanaan Awal
kering.
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas
bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-
Ekstensi kepala dan lehert sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.
Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih
Delee.
cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan
Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi
Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung
bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi
ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat
dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah
J. Komplikasi
5. Hematologi: dic
K. Diagnosis
denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada
tidak ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan
untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala
janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya
asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2
L. Prognosis
Asfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf.
Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan
B= memulai pernafasan .
N. Tindakan
meningkat.
2. Pembersihan jalan napas: saluran napas atas dibersihkan dari lendir dan
cairan amnion. Tindakan dilakukan dengan hati – hati tidak perlu tergesa –
seperti spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan napas. Pada
hidung. Bila tidak berhasil dilakukan rangsang nyeri dengan memukul telapak
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
b. Pola Eliminasi
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat
b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama.
b. Tanda-tanda Vital
c. Kulit
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
e. Mata
f. Hidung
hidung.
g. Dada
h. Neurology / reflek
termoregulasi
B. Diagnosa Keperawatan
6. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami dan proses
pengobatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
terpenuhi dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak
sianosis.
Intervensi:
Tujuan :
kelembaban cukup
Intervensi:
Intervensi:
Tujuan :
Intervensi:
Tujuan :
Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Menyediakan stimulasi
lingkungan yang minimal.
2. menyediakan monitoring
jantung paru
3. mengurangi sentuhan
4. memberikan posisi yang
nyaman
5. kolaborasi analgetiksesuai
kondisi,
DP. VI : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi yang
dialami dan proses pengobatan.
Tujuan :
Intervensi:
sebelumnya.
DP. VII : Resiko tinggi terjadi infeksi
Tujuan :
Intervensi:
Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta:
EGC.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.
Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. BCS. IKA Fakultas