Sunteți pe pagina 1din 9

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DIRUANG RAWAT INAP Sari Madonni 1, Erwin 2, Rismadefi Woferst 3 Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau Abstract This study aims to find the correlation between the
implementation method of nursing team and nursing care plan in inpatient ward. The study design
used descriptive correlational with cross sectional approach. The study sample is 31 team leaders
and 3 patient medical record, team leaders which were choosen using total sampling technique and
patient medical records which were choose using simple random sampling technique. The
measurement instrument of this study are team method implementation questionnaire and
observation sheet for the nursing care plan developed by the researcher and already tested the
validity and reability. The analyses used are with univariate analysis with frequency distribution and
bivariate with chi square test. The result of team method implementation study showed that team
which implement method of team properly have higher number of complete nursing care plan
compared to teams that don t implement method of team properly with a ratio of 12 (38,7%): 3 (6,8%).
The result of statistical test with chi square yielded p value = 0,018 > α with α = 0,005 and because of
that, it was concluded that there was significant correlation of team method implementation and
nursing care plan in inpatient room. This study suggest a proper implementation method of team in a
hospital 4 aspect management function to qualified nursing care plan. Keyword: Implementation team
method, nursing care plan, team leader. PENDAHULUAN Keperawatan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari profesi kesehatan lain di dalam memberikan layanan kesehatan kepada klien.
Sebagai bagian integral dari layanan kesehatan kedudukan perawat dengan profesi kesehatan
lainnya adalah sama, yakni sebagai mitra. Ini tentunya harus diiringi dengan pengakuan dan
penghormatan terhadap profesi perawat. Profesi kesehatan yang terbanyak jumlahnya dan terdepan
dalam memberikan layanan kesehatan adalah perawat. Karenanya, profesi keperawatan tidak bisa
dipisahkan dengan sistem kesehatan (Asmadi, 2008). Keperawatan yang diberikan kepada pasien
haruslah dilakukan dengan pelayanan profesional. Tindakan keperawatan ini disebut juga dengan
pelayanan keperawatan profesional. Menurut Kusnanto (2004) pelayan keperawatan profesional
(professional nursing service) adalah rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian pelayanan
asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidahkaidah keperawatan sebagai profesi.
Pelayanan keperawatan profesional dilaksanakan diberbagi tatanan pelayanan kesehatan,
menjangkau seluruh golongan dan lapisan masyarakat, maupun di tatanan pelayanan rumah sakit
(Kusnanto, 2004). Pelayanan keperawatan profesional diberikan dengan berbagai bentuk metode
penugasan yang terdapat lima model asuhan keperawatan yang sudah ada dan akan dikembangkan
di masa depan, dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Metode penugasan yang terdiri dari
lima yaitu metode fungsional, metode tim, metode primer, metode kasus dan metode keperawatan
tim- primer. Metode tim adalah metode yang paling banyak diterapkan oleh perawat dalam
memberikan keperawatan. Metode tim menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda, dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat di ruangan
dibagi dalam 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknial, dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu (Suarli, 2009). Ketenagaan metode tim dalam memberikan
pelayanan keperawatan terdiri dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat 1520

2 pelaksana. Masing-masing tenaga memiliki tanggung jawab yang berbeda dalam melakukan proses
keperawatan. Proses keperawatan yang terdiri dari empat tahap yaitu pengkajian, penegakan
diagnosa, perencanaan dan implementasi. Tugas dalam menyusun rencana asuhan keperawatan
pasien dilakukan oleh ketua tim. Katua tim harus mampu merencanakan keperawatan pasien dengan
memprioritaskan masalah utama. Setelah ketua tim melakukan perencanaan perawat pelaksana
kemudian memberikan asuhan keperawatan pada pasien karena merupakan tanggung jawab
perawat pelaksana (Suyanto, 2009). Seorang perawat dalam merencanakan keperawatan mencakup
proses merumuskan untuk mencapai tujuan. Perumusan dalam asuhan keperawatan salah satunya
merupakan penetapan intervensi. Intervensi merupakan perencanaan yang akan diberikan untuk
memenuhi kebutuhan dan sumber untuk mengatasi masalah keperawatan pasien di ruangan rawat
inap. Penetapan intervensi yang diberikan haruslah prioritas utama untuk mengatasi masalah pasien.
Rencana asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh ketua tim didokumentasikan (Robbins &
Coulter, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2012) dengan judul Kepuasan Kerja Perawat
pada Aplikasi Metode Tim dalam Pelaksanaan Tindakan Asuhan Keperawatan (Studi Kuantitatif di
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang). Dari hasil penelitian penerapan metode tim di ruang 21
Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang, diperoleh hasil bahwa kondisi kerja sangat mempengaruhi
kepuasan kerja, hal ini terbukti dari hasil penelitian pre dan post penerapan metode tim, indikator
kondisi kerja mendapat nilai rata-rata kepuasan teringgi (9,5 11) dengan kepuasan kerja (64,3%),
sedangkan kepuasan terendah terdapat pada indikator pekerjaan sendiri (8,8 10) dengan nilai
kepuasan kerja 57,1%. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Herwina (2012) dengan j udul Hubungan
Pelaksanaan Metode Tim Keperawatan 1521 dengan Kesalahan Pemberian Obat di RSUD Gunung
Jati Cirebon. Kesimpulan yang diperoleh sebagian besar pelaksanaan fungsi manajemen dalam
pelaksanaan metode tim keperawatan menurut persepsi perawat pelaksana adalah 57% baik dan
43% mempersepsikan kurangnya pelaksanaan metode tim keperawatan. Penelitian yang dilakukan
oleh Bimo (2009) dengan judul Evaluasi Penerapan Model Praktik Keperawtan di ruang Maranata
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus menyimpulkan penggunaan metode tim lebih tinggi 29% tingkat
kepuasan pasien dibanding ruangan yang tidak menggunakan metode tim. Penelitian dilihat
berdasarkan hasil kepuasaan pasien yang dirawat. Data ini dapat menjadi acuan bagi ruangan lain
yang belum menerapkan metode tim dalam memberikan mutu pelayanan yang baik. Perawat dalam
menyusun rencana asuhan keperawatan pasien 52,6% sudah dilakukan secara aktual maupun
potensial untuk mengatasi masalah keperawatan pasien di ruang rawat inap. Studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti di RSUD Arifin Achmad. Peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang Dahlia
kepada 10 perawat dan wawancara kepada kepala ruangan rawat inap. Hasil wawancara yang
dilakukan peneliti 77,7% ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad telah menerapkan metode penugasan
tim. Hasil penelitian awal 8 dari 10 Perawat yang bekerja sebagai perawat pelaksana menyatakan
dalam penerapan metode tim perawat ikut serta dalam merencanakan asuhan keperawatan pasien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan metode tim diruang rawat inap
serta penyusunan rencana asuhan keperawatan dalam keperawatan di ruang rawat inap. Manfaat
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam melakukan metode penugasan dengan metode
tim di ruang rawat inap, terutama pelaksanaan fungsi ketua tim. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian

3 kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian yang menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau
sekelompok subjek dengan melihat hubungan antara penerapan metode tim dengan rencana asuhan
keperawatan pasien di ruang rawat inap. Sampel pada penelitian ini merupakan ketua tim untuk
menggambarkan penerapan metode tim dan rekam medik pasien untuk menggambarkan rencana
asuhan keperawatan. Jumlah sampel pada penelitian ini 31 ketua tim menggunakan teknik total
sampling dan 3 rekam medik pasien pada masing-masing tim menggunakan teknik simple random
sampling (Hidayat, 2007). Metode pengumpul data menggunakan alat pengumpulan data berupa
kuisoner dan lembar observasi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan konsep dan tinjauan pustaka.
Ketua tim yang bersedia sebagai responden, mengisi kuisoner penerapan metode tim yang diberikan
peneliti. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi pada 3 rekam medik pasien tim berdasarkan
lembar observasi. HASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat 1. Karakteristik responden Distribusi
karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Responden No. Karakteristik Responden 1 Jenis Kelamin -Laki-laki -Perempuan Jumlah (n) 3 28
Persentase (%) 9,7 90,3 2 Umur -Remaja Akhir (17-25) -Dewasa Awal (26-35) 2 9 6,7 30 -Dewasa
Akhir 20 64,5 (3645) Total Pendidikan Terakhir -D3 -S1 -S ,1 41,9 0 Total Berdasarkan tabel 1
diketahui bahwa dari seluruh responden yang diteliti, mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 28 orang (90,3%). Berdasarkan tingkat usia mayoritas responden berada
pada usia dewasa akhir yaitu (36-45 tahun) sebanyak 20 orang (64,5%). Berdasarkan tingkat
pendidikan, mayoritas responden berpendidikan D3 yaitu sebanyak 18 orang (58,1%). 2. Gambaran
penerapan metode tim di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden berdasarkan Metode Tim No Metode Jumlah Persentase Tim 1 Baik 17 54,8 2 Kurang 14
45,2 Total Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa jumlah tim yang menerapkan tim dengan baik lebih
banyak dibandingkan tim yang menerapkan dengan kurang yaitu 17 tim (54,8%) : 14 tim (45,2%). 3.
Gambaran rencana asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkanrencana Asuhan Keperawatan No Rencana Asuhan
Jumlah Persentase Keperawatan 1 Lengkap 15 48,4% 2 Kurang Lengkap 16 51,6% 1522
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa tim yang memiliki rencana asuhan keperawatan

4 yang kurang lengkap lebih banyak ditemukan oleh peneliti yaitu sebanyak 16 (51,6%) rencana
asuhan keperawatan. B. Analisa Bivariat Hasil uji statistik menggunakan uji chi square syarat
terpenuhi yaitu tidak ada sel yang memiliki nilai expected < 5. Uji chi square test digunakan untuk
melihat hubungan antara penerapan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien di
ruang rawat inap yang hasilnya sebagai berikut: Tabel 4. Hubungan Metode Tim dengan Rencana
Asuhan Keperawatan Metode Tim Rencana Asuhan Keperawatan Total P-value Lengkap Kurang
Lengkap N % n % n % Baik 12 38,4 5 16, ,8 0,018 Kurang 3 9, , ,2 Total 15 48, , Tabel 4 terdapat
hubungan yang signifikan antara penerapan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat inap. Hasil analisis hubungan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat inap diperoleh bahwa penerapan metode tim yang baik memiliki rencana asuhan
keperawatan yang lengkap yaitu 12 rekam medik (38,4%) lebih banyak dibandingkan tim yang
menerapakan metode tim yang kurang, dimana hanya terdapat 3 (9,7%) rencana asuhan
keperawatan saja. Berdasarkan uji Chi Square test diperoleh p value = 0,018 < α dengan α= 0,05,
yang berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan penerapan metode
tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap. PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa dari 31 orang responden (100%), mayoritas responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 orang 1523 (90,3%). Menurut asumsi peneliti hal ini
dikarenakan mayoritas yang berprofesi sebagai perawat lebih didominasi oleh perempuan. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian Herwina (2012) yang menyebutkan pekerjaan perawat masih banyak
diminati oleh perempuan dibandingkan dengan lakilaki karena keperawatan masih identik dengan
pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan sifat perempuan yang lebih sabar, lemah lembut dan
peduli. Menurut Hasibuan (2005) bahwa jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat
pekerjaan, waktu mengerjakan, dan peraturan kerja. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
dari 31 orang (100%) responden, mayoritas responden adalah usia dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu
sebanyak 20 responden (64,5%). Herwina (2012) menyatakan bahwa usia dewasa pertengahan
memiliki tugas yang harus diselesaikan pada tingkat perkembangan, yaitu membangun hubungan
personal dan profesional, terbentuknya identitas, kreatifitas, serta produktifitas dalam pekerjaan dan
hubungan personal maupun profesional. Selain itu usia produktif merupakan usia yang strategis
dimana pada usia ini identik dengan tenaga prima. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
mayoritas pendidikan terakhir responden adalah D3, yaitu sebanyak 18 orang (5 8,1%) dan 13
(41,9%) orang responden berpendidikan S1. Menurut asumsi peneliti hal ini sudah memiliki kemajuan
dalam perkembangan ilmu keperawatan. Perawat yang sudah bekerja di rumah sakit ingin
melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Menurut Sunarty (2010) sesuai
dengan hasil penelitian bahwa mayoritas perawat rawat inap berpendidikan D3 Keperawatan.
Perawat yang pendidikannya berbeda-beda memilki tingkat kemampuan dan pengetahuan yang
berbeda. Latar belakang pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan, cara pandang dan
sikapnya dalam bekerja. Hal ini, sesuai dengan menurut Sihite (2012) pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan

5 dan memperluas pengetahuan, pengalaman serta pribadi individu. Semakin tinggi pendidikan
seseorang makin berfikir ilmiah, makin mudah berfikir secara luas makin mudah pula menerima
pengetahuan baru dan berusaha mencari pengetahuan terbaru. Hasil uji statistik menggunakan uji chi
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan metode tim dengan
rencana asuhan keperawatan pasien diruang rawat inap. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh
bahwa nilai p value = 0,018 < alpha dengan α = 0,05, dengan nilai odd ratio 8,8 yang artinya
penerapan metode tim yang baik memiliki kecendrungan untuk mempunyai rencana asuhan
keperawatan yang lengkap sebesar 8,8 atau 9 kali lebih besar dibanding dengan penerapan metode
tim yang kurang. Menurut asumsi peneliti semakin baik penerapan metode tim yang diterapkan di
ruang rawat inap mempengaruhi kualitas rencana asuhan keperawatan pasien sehingga semakin
baik pula rencana asuhan keperawatan pasien tersebut, hal ini dikarenakan ketua tim dan perawat
pelaksana saling bekerjasama dan saling membantu. Asumsi peneliti pekerjaan yang dilakukan
dengan kerjasama dan saling membantu lebih menghasilkan pekerjaan yang baik dibanding
pekerjaan yang dilakukan sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmat,
Kurnia dan Sedyowinarso (2012) mengatakan bahwa kinerja perawat dalam dokumentasi rencana
asuhan dengan menggunakan tim (90,00) lebih tinggi dibandingkan ruang persiapan tim (74,00) dan
non-tim (65,00), dengan hasil terdapat perbedaan yang bermakna antara ruangan dengan tim,
persiapan tim dan non-tim. Hal ini sesuai dengan pendapat Suarli (2009) kelebihan penerapan
metode tim yang dilakukan diruangan memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Menurut asumsi peneliti kelebihan
penerapan metode 1524 tim yang dapat mendukung pelaksanaan proses keperawatan memiliki
kesamaan dengan hasil penelitian yaitu adanya hubungan penerapan metode tim dengan rencana
asuhan keperawatan pasien, karena di dalam proses keperawatan terdapat rencana asuhan
keperawatan. Hal penelitian ini sesuai dengan teori tentang penerapan metode tim menurut Suyanto
(2009) metode tim merupakan suatu metode penugasan yang diberikan oleh sekelompok perawat
terhadap sekelompok pasien. Metode tim dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pemberian
asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan jumlah staf yang tersedia. Nursalam
(2013) mengatakan bahwa terjadinya perubahan dalam bidang keperawatan, salah satunya
dipengaruhi oleh sistem pemberian asuhan keperawatan. Keberhasilan suatu asuhan keperawatan
kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode penugasan untuk dapat diimplementasikan
dalam ruang keperawatan. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka sistem pemberian asuhan keperawatan
harus efektif dan efisien. Hasil ini sejalan dengan teori Sitorus dan Panjaitan (2011) peran ketua tim
dalam fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Peran fungsi tersebut telah dilaksanakan oleh ketua tim RSUD Arifin Achmad. Pada
fungsi perencanaan yaitu 64,5% sudah dilaksanakan oleh ketua tim, dimana seorang ketua tim
melakukan timbang terima tugas dari perawat dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien,
sehingga rencana asuhan keperawatan tersusun dan jelas. Fungsi pengorganisasian yaitu 74,3%
dilaksanakan oleh ketua tim, dimana ketua tim memberikan penugasan kepada perawat pelaksana,
penugasan disesuaikan dengan kemampuan seorang perawat, agar rencana asuhan keperawatan
yang diberikan dapat meningkatkan kesehatan pasien. Fungsi pengarahan 55% sudah dilaksanakan
ketua

6 tim, ketua tim memberikan masukan dan penguatan kepada anggota tim dalam melaksanakan
tugas yang telah diberikan, dengan demikian rencana asuhan keperawatan dapat diterapkan dengan
baik kepada pasien. Fungsi pengawasan yaitu 80,6% dilakukan oleh ketua tim, dengan melakukan
pengawasan langsung kepada anggota tim dalam pelaksana asuhan keperawatan. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini
sesuai dengan teori rencana asuhan keperawatan menurut Wahid dan Suprapto (2012) terdapat
komponen yang harus dilakukan dalam penetapan rencana asuhan keperawatan yaitu: penentuan
prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan ruang lingkup dan menentukan rencana tindakan.
Penentuan prioritas masalah dimana masalah yang utama dan yang penting, karena tidak semua
masalah pasien dapat diatasi oleh tindakan keperawatan namun perlu untuk melakukan kolaborasi
dengan tim kesehatan. Menentukan tujuan keperawatan merupakan standar atau ukuran yang
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau keterampilan perawat. Tujuan klien seperti
halnya komponen proses perencanaan asuhan bersifat dinamis. PENUTUP Kesimpulan Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penerapan metode tim dengan
rencana asuhan keperawatan pasien diruang rawat inap. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bagaimana
seorang ketua tim dapat menjalankan tugas dan perannya. Penerapan metode tim yang baik memiliki
rencana asuhan keperawatan yang kurang lengkap sebanyak 5 rekam medik (16,1%), sedangkan
penerapan metode tim yang kurang memiliki rencana asuhan keperawatan yang kurang lengkap lebih
banyak yaitu 11 rekam medik (35,5%). Berdasarkan uji Chi Square test diperoleh p value 0,018 < α
dengan α= 0,05, yang berarti 1525 Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan penerapan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap.
Saran 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan bagi rumah sakit agar meningkatkan kerja sama tim dalam
penerapan metode tim diruang rawat inap sehingga menghasilkan rencana asuhan keperawatan
yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan.. Penerapan metode tim dilakukan sesuai dengan
peran ketua tim dan anggota tim dalam empat aspek fungsi manajemen keperawatan. 2. Bagi
Perkembangan Ilmu Keperawatan Diharapkan bagi institusi pendidikan terutama dibidang kesehatan
keperawatan manajemen agar dapat terus mengembangkan penelitian tentang aspek metode
keperawatan yang diterapkan di rumah sakit. 3. Bagi Ketua Tim Diharapkan bagi ketua tim agar
meningkatkan perannya dalam aspek fungsi manajemen yaitu: pada fungsi perencananaan dan
pengarahan, sehingga penerapan metode tim yang dilakukan seimbang dengan empat aspek fungsi
manajemen. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan
penelitian lebih mendalam pada perawat yang bekerja dirumah sakit. Terkait faktor-faktor lain yang
mempengaruhi penerapan metode tim dan faktor yang mempengaruhi rencana asuhan. 1 Sari
Madonni: Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia 2 H. Erwin, S.Kp.,
M.Kep: Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau, Indonesia

7 3 Rismadefi Woferst, S.Si, M.Biomed: Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia DAFTAR PUSTAKA Andriani, L. (2012).
Kepuasan kerja perawat pada aplikasi metode tim primer dalam pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan (Studi kuantitatif di Rumah Sakit Dr. Saiful anwar malang) Diperolah tanggal 15 Januari
m Anthon, H. (2012). Hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap. Diperoleh tanggal 15 Januari id/123/1/artikel7.pdf Aprisunadi. (2011). Hubungan antara
berfikir kritis perawat dengan kualitas asuhan keperawatan di unit keperawatan orthopedi. Diperolah
tanggal 29 Juni 2015 dari T%20Aprisunadi.pdf Asmadi. ( 2008 ). Konsep dasar keperawatan.
Jakarta : EGC Bimo, T. (2009). Evaluasi penerapan model praktik keperawatan primer di ruang rawat
maranata. Diperoleh tanggal 28 November 2015 dari el.pdf Hasibuan, M, S, P. (2006). Manajemen
sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara Hasmi. (2012). Metode penelitian epidemiologi. Jakarta:
Trans Info Media Herwina, E. (2012). Hubungan pelaksanaan metode tim keperawatan dengan 1526
kesalahan pemberian obat di RSUD gunung jati Cirebon. Diperolah tanggal 16 Januari T Hubungan
%20pelaksanaan.pdf Hidayat, A, A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika Ismani, N. (2001) Etika keperawatan. Jakarta:Wydia Medika Kusmono, A.
(2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika Kusnanto. (2004). Pengantar
profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta:EGC Nursalam. (201 3). Manajemen
keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika Rahmat, I.,
Kurnia, A., & Sedyowinarso, M. (2012). Evaluasi pelaksanaan system pemberian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap terhadap kinerja perawat. Diperoleh tanggal 21 Juni
ceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=utf8#q= jurnal%20evaluasi%20pelaksanaan%2 0pemberian
%20asuhan%20keperawat an%20terhadap%20kinerja%20perawa t Robbins, S & Coulter, M
Manajemen, edisi kedelapan. Jakarta: PT. Indeks. Sihite, L. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan
perawat tentang komunikasi terapeutik dengan perilaku perawat dalam melakukan komunikasi secara
terapeutik pada klien dengan gangguan jiwa. Skipsi

8 tidak dipublikasikan dari perpustakaan PSIK Universitas Riau. Sitorus, R & Panjaitan, R. (2011).
Manajemen keperawatan di ruang rawat inap. Jakarta: Sagung Seto. Suarli, S. ( 2009 ). Manajemen
keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta: Erlangga 4992-T30701%20- %20Pengaruh
%20ronde.pdf Suyanto. (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah
sakit. Yogyakarta: Mitra. Wahid, A., & Suprapto, I. (2012). Dokumentasi proses keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika Sunarty, M, E. (2004). Hubungan karakteristik pekerjaan dan indivudu
dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap. Diperoleh tanggal 15 Juni 2015 dari
1 KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT
BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) (Quality of Nursing Documentation and Nurse s
Objective Workload Based on Time and Motion Study (TMS)) Mira Melynda Prakosa, Nursalam,
Candra Panji Asmoro Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Mulyorejo
Surabaya, ABSTRACT Introduction: The quality of documentation can decrease because of bad
admission filling of documentation. Workload is one of the factor that can influence admission filling of
documentation. This study was aimed to analyze the correlation between nurse s objective workload
and the quality of nursing documentation in RSU Haji. Methods: The design of this study was
descriptive correlation with cross-sectional approach. The population on this study was the nurse that
works in Marwah 3 and 4 inpatient care in RSU Haji Surabaya. The number of the sample was
respondents were selected by simple random sampling. The independent variable was nurse s
objective workload and the dependent variable was quality of nursing documentation. The data were
analyzed by using regression logistic. Results: Nurse s objective workload in RSU Haji was 7%. There
was no correlational between nurse s objective workload with the completeness of nursing
documentation (P =.999), also nurse s objective workload with accurate of nursing documentation (P
=.999). Discussion: This study concluded that nurse s objective workload was low and quality of
nursing documentation was accurate enough and complete enough. Next researcher should provide
precise operational so the factors that affected the quality of documentation can be reached and the
workload of the nurses in RSU Haji become ideal. Keywords: nurses, quality of nursing
documentation, objective workload ABSTRAK Pendahuluan: Kualitas dokumentasi dapat berkurang
karena penerimaan yang buruk pengisian dokumentasi. Beban kerja merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi pengisian dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara beban kerja objektif perawat dan kualitas dokumentasi keperawatan di RSU Haji.
Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Marwah 3 dan 4 rawat inap di RSU Haji Surabaya.
Jumlah sampel adalah responden yang dipilih secara simple random sampling. Variabel bebas adalah
beban kerja objektif perawat dan variabel dependen adalah kualitas dokumentasi keperawatan. Data
dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Hasil: Beban kerja obyektif perawat di RSU Haji
adalah 7%. Tidak ada korelasi antara beban kerja objektif perawat dengan kelengkapan dokumentasi
keperawatan (P =,999), juga beban kerja objektif perawat dengan akurat dokumentasi keperawatan
(P =.999). Diskusi: Penelitian ini menyimpulkan bahwa beban kerja objektif perawat rendah dan
kualitas dokumentasi keperawatan cukup akurat dan cukup lengkap. Peneliti selanjutnya harus
menyediakan operasional yang tepat sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
dokumentasi dapat dicapai dan beban kerja perawat di RSU Haji menjadi ideal. Kata kunci: perawat,
kualitas dokumentasi keperawatan, beban kerja objektif PENDAHULUAN Pendokumentasian
merupakan kegiatan mencatat, melaporkan atau merekam segala aktivitas yang dianggap penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan (Dalami, 11). Dokumentasi keperawatan sangat diperlukan
bagi pasien dan perawat, tetapi pada kenyataannya masih banyak dokumentasi yang isinya belum
baik dari segi kuantitas dan kualitas (Zakiyah, 1). Hal tersebut dapat mengakibatkan turunnya kualitas
mutu dokumentasi. Turunnya kualitas mutu dokumentasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain seperti, minimnya tenaga kerja dan pekerjaan yang banyak, sehingga efisiensi waktu
perawat tersita karena mendampingi visite dokter, malas dan memerlukan waktu lama dalam
dokumentasi (Mastini, 13). Beban kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pendokumentasian yang tidak baik (Supratman & Utami, 9). Peningkatan beban kerja disebabkan
karena tidak terlaksananya proses asuhan keperawatan dengan baik dan berkesinambungan karena
tidak ada komunikasi tertulis antara perawat dan tim 173

2 Jurnal INJEC Vol. 1 No. Desember 16: medis lain sehingga tidak dapat diketahui dengan jelas
proses pengakajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Yanti, 13). Hasil studi
pendahuluan didapatkan data jumlah pasien tahun -15 mengalami peningkatan dari 1.98 menjadi
Data BOR pada tahun -15 dari 65% menjadi 7%. Dokumentasi keperawatan didapatkan dari 1
dokumentasi keperawatan yang diambil secara acak tidak diisi tidak lengkap. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
dengan populasi perawat rawat inap sejumlah 31 orang. Besar sampel sejumlah orang yang sesuai
dengan menggunakan Nonprobability Sampling tipe Simple Random Sampling. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal Juni-4 Juli 16. Variabel independen penelitian adalah beban kerja obyektif
perawat dan variabel dependen penelitian adalah kualitas dokumentasi keperawatan. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi beban kerja Time and Motion Study (TMS), lembar observasi
kelengkapan dan keakuratan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik
regresi logistik. HASIL PENELITIAN Tabel 1 menjelaskan bahwa karakteristik responden berdasarkan
pendidikan yaitu tidak ada responden yang memiliki pendidikan SPK, 1 (86%) responden dengan
pendidikan D3, dan (%) responden dengan pendidikan S1. Berdasarkan lama kerja kurang dari 5
tahun sebanyak 8 responden (57%), 5-1 tahun sebanyak 4 responden (9%), dan lebih dari 1 tahun
sebanyak responden (%). Berdasarkan usia sebanyak 9 responden memiliki usia -3 tahun dan 5
responden memiliki usia 31-4 tahun. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 4 (9%) responden berjenis
kelamin laki-laki dan sebanyak 1 (71%) responden berjenis kelamin perempuan. Tabel 4 menjelaskan
bahwa hasil rekapitulasi observasi keakuratan dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh
perawat pelaksana di ruang rawat inap Marwah 3 dan 4 yaitu akurat sebanyak 3 (1,4%) dan cukup
akurat 11 (78,6%). Dari tabel 5 menunjukkan perawat dengan beban kerja tinggi yang melakukan
dokumentasi dengan cukup lengkap sebanyak 1 responden (7,15%), perawat dengan beban kerja
rendah yang melakukan dokumentasi dengan lengkap sebanyak 1 responden (7,15%) dan perawat
dengan beban kerja rendah yang melakukan dokumentasi dengan cukup lengkap sebanyak 1
responden (9,85%). Hasil uji statistic Regresi Logistik Ganda diperoleh nilai p =,999 (α <,5)
menunjukkan bahwa variabel beban kerja tidak memenuhi syarat menjadi variabel kandidat faktor
yang berhubungan dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan. Dari tabel 6 menunjukkan
perawat dengan beban kerja rendah yang melakukan dokumentasi dengan lengkap sebanyak
responden (,9%) dan perawat dengan beban kerja rendah yang melakukan dokumentasi dengan
akurat sebanyak 1 responden (85,71%). Hasil uji statistik Regresi Logistik Ganda diperoleh nilai p
=,999 (α <,5) menunjukkan bahwa variabel beban kerja tidak memenuhi syarat menjadi variabel
kandidat faktor yang berhubungan dengan keakuratan dokumentasi keperawatan. Berdasarkan tabel
7 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memenuhi syarat menjadi variabel
kandidat. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak (H ) yaitu: beban kerja objektif perawat tidak
berhubungan dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan; beban kerja objektif perawat tidak
berhubungan dengan keakuratan dokumentasi keperawatan. PEMBAHASAN 1. Hubungan beban
kerja dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban
kerja objektif perawat tidak memilki 174

3 Kualitas Dokumentasi Keperawatan dan Beban Kerja (Mira Melynda Prakosa, dkk.) Tabel 1.
Karakteristik responden di RSU Haji Surabaya Karakteristik Kategori f % Pendidikan SPK D S1 1
Lama kerja < 5 tahun tahun 4 9 > 1 tahun 1 Usia 3 tahun tahun Jenis kelamin Laki-laki 4 9
Perempuan Tabel. Tindakan produktf dan non produktif Beban Kerja Shift (jam) Pagi Sore Malam
Produktif a. Langsung 3,81 5,81 4,86 b. Tidak langsung 47,1 46,53 4,31 c. Administrasi 4,8 1 81,91
75, 66,17 Non Produktif 8,3 1,8 3,81 8,3 1,8 3,81 Tabel 3. Kelengkapan dokumentasi keperawatan
oleh perawat pelaksana di RSU Haji Surabaya Kelengkapan Dokumentasi Lengkap Kategori Cukup
lengkap Kurang lengkap Pengkajian 1 85,7%,3%,% Diagnosis keperawatan 1 71,4%,3%,3%
Intervensi ,9% 7,1%,% Implementasi 1,%,%,% Evaluasi ,6% 8,6% 4,9% 1% 1% 1% 1% 1% Tabel 4.
Keakuratan dokumentasi keperawatan oleh perawat pelaksana di RSU Haji Surabaya Uraian Akurat
Cukup akurat Kurang akurat Keakuratan dokumentasi 3 11 keperawatan 1,4% 78,6%,% 1,% 175

4 Jurnal INJEC Vol. 1 No. Desember 16: Tabel 5. Hubungan beban kerja obyektif perawat dengan
kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSU Haji Surabaya Kelengkapan dokumentasi
keperawatan Beban kerja perawat Lengkap Cukup lengkap f % f % f % Tinggi, 1 7,15 1 7,15 Rendah
1 7, ,7 13 9,85 1 7, ,85 1 Uji Regresi Logistik Ganda p =,999, OR =, Tabel 6. Hubungan beban kerja
obyektif perawat dengan keakuratan dokumentasi asuhan keperawatan di RSU Haji Surabaya
Keakuratan dokumentasi keperawatan Beban kerja perawat Lengkap Cukup akurat f % f % f %
Tinggi,,, Rendah,9 1 85,71 85,7,9 1 85,71 1 Uji Regresi Logistik Ganda p =,999, OR =, Tabel 7.
Variabel yang berhubungan dengan beban kerja obyektif perawat di RSU Haji No Variabel P value OR
CI 95% Keterangan 1. Kelengkapan dokumentasi,999,,- Bukan kandidat. Keakuratan
dokumentasi,999,.- Bukan kandidat hubungan dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan.
Sebagian besar perawat dengan tindakan non produktif melakukan pendokumentasian keperawatan
dengan cukup lengkap. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian
dari kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit (Siswanto, 13). Pelaksanaan pendokumentasian
yang tidak lengkap dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu (Potter & Perry, 1). Menurut Kane. et
al (7) karakteristik perawat yang dapat mempengaruhi pendokumentasian meliputi usia, pengalaman,
atau masa kerja dan pendidikan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan teori di atas, peneliti
beropini bahwa beban kerja objektif perawat tidak berhubungan dengan kelengkapan dokumentasi
keperawatan karena hampir seluruh perawat menulis dokumentasi dengan cukup lengkap. Perawat
yang tidak melakukan dokumentasi dengan lengkap disebabkan karena perawat lebih banyak
melakukan tindakan keperawatan tidak langsung. Pendokumentasian yang tidak ditulis dengan
lengkap juga memberikan kerugian bagi klien karena informasi tentang kesehatan klien terabaikan..
Hubungan beban kerja dengan keakuratan dokumentasi keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa beban kerja obyektif perawat tidak memilki hubungan dengan keakuratan dokumentasi
keperawatan. Setengah dari perawat dengan tindakan non produktif melakukan pendokumentasian
keperawatan dengan cukup akurat. Dokumentasi proses asuhan keperawatan yang baik dan
berkualitas haruslah akurat, lengkap dan sesuai standar. Apabila kegiatan keperawatan tidak
didokumentasikan dengan akurat dan lengkap maka sulit untuk 176

5 Kualitas Dokumentasi Keperawatan dan Beban Kerja (Mira Melynda Prakosa, dkk.) membuktikan
bahwa tindakan keperawatan telah dilakukan dengan benar (Pancaningrum, 15). Faktor-faktor yang
mempengaruhi keakuratan dokumentasi antara lain kurangnya pelatihan, belum optimalnya
pengawasan, kurangnya motivasi, kurangnya pengetahuan dan kompetensi perawat, beban kerja
yang tinggi, keterbatasan waktu, dan tidak adanya sistem pemberian reward dan punishment yang
jelas serta sikap pimpinan yang kurang tegas dalam hal pelaksanaan pencatatan asuhan
keperawatan (Azis, 11). Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan teori di atas, peneliti beropini
bahwa variabel keakuratan dokumentasi keperawatan tidak berhubungan dengan beban kerja objektif
perawat karena perawat tidak segera menulis atau mencatat hasil tindakan asuhan keperawatan di
lembar dokumentasi keperawatan, sehingga pendokumentasian yang telah dilakukan perawat tidak
dapat dijadikan sebagai bukti tindakan perawat. Pendokumentasian yang kurang akurat dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan komunikasi antar perawat maupun tim medis lain. SIMPULAN
Perawat pelaksana ruang rawat inap Marwah 3 dan 4 hampir seluruhnya memiliki beban kerja rendah
sebesar 7%. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan perawat
pelaksana sebagian besar cukup lengkap (64,3%) dan cukup akurat (78,6%). Beban kerja objektif
perawat tidak berhubungan dengan kualitas dokumentasi keperawatan. SARAN Perawat diharapkan
dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan lengkap dan akurat unt uk
meningkatkan kualitas mutu dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan diharapkan dapat
meningkatkan fungsi pengawasan kontrol terhadap pelaksanaan dokumentasi.. Rumah sakit
diharapkan melakukan pelatihan, bimbingan, dan motivasi agar beban kerja perawat ideal sehingga
pelayanan asuhan keperawatan diberikan menjadi lebih berkualitas. Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat memberikan operasional yang tepat sehingga faktor yang mempengaruhi kualitas dokumentasi
dapat tercapai dan beban kerja perawat pelaksana di RSU Haji yang rendah menjadi ideal.
KEPUSTAKAAN Dalami. 11. Dokumentasi Keperawatan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Trans Info Media. Hidayat, A, A. A. 11. Analisis Proses di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Aceh. Tesis. Mastini, I. 13. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Beban Kerja dengan
Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Irna di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. Tesis. Pa n c a n i ng r u m, D. 15. Si s t e m di Rumah Sakit. Siswanto. 13. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kelengkapan P e n d o k u m e n t a s i a n A s u h a n Keperawatan.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(), pp Suprtaman & Yuni. 9. Observation Documentation of Nursing
Care and Workload of Nursing. Nurse Education Today, 1, pp Yanti, R.I & Bambang, E. 13. Hubungan
Karakteristik Perawat, Motivasi, dan Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi. Jurnal Manajemen
Keperawatan. 1(), pp Zakiyah, A. (1). Hubungan Sikap dan Karakteristik Perawat dengan di Rumah
Sakit Umum Sidoarjo. Jurnal Penelitian Kesehatan. 5(1). 177
Pengalaman Perawat Kepala Ruang
Tentang Pelaksanaan Model Delegasi
Keperawatan 'Relactor' (MDK'R')
Vivi Yosafianti Pohan • Dewi Gayatri • Eni Hidayati
Journal article Jurnal Keperawatan Indonesia • November 2018
DOI 10.7454/jki.v21i3.669

Unduh teks lengkap


(Bahasa Indonesia, 10 pages)

Abstrak
Perawat kepala ruang melakukan pendelegasian keperawatan sebagai salah
satu kegiatan dalam melaksanakan fungsi manajemen keperawatan. Tujuan
penelitian adalah menggali pengalaman perawat kepala ruang tentang
pelaksanaan Model Delegasi Keperawatan 'Relactor' (MDK'R'), serta kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan MDK'R' di Rumah Sakit (RS)
Roemani Semarang. Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen penelitian dan peneliti
sendiri. Partisipan dalam penelitian adalah 3 orang perawat kepala ruang.
Penelitian dilakukan di RS Roemani Semarang, di ruang rawat anak, ruang
rawat penyakit dalam, dan Intensive Care Unit (ICU). Penelitian ini
mendapatkan hasil bahwa dalam pelaksanaan MDK'R' terdapat pengisian
formulir yang belum optimal, penundaan pengisian formulir, dan
ketidakpahaman cara pengisian formulir akibat belum adanya standardisasi
dan kurangnya kontrol dari atasan. Kendala dalam pelaksanaan MDK'R' pada
penelitian ini akibat banyaknya pekerjaan perawat kepala ruang, kurangnya
kedisiplinan, kesadaran diri rendah, dan kurangnya manajemen waktu dan
prioritas pekerjaan.

Lihat sumber asal di jki.ui.ac.id

S-ar putea să vă placă și