Sunteți pe pagina 1din 11

Tersedia online di EDUSAINS

Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains
EDUSAINS, 10 (2), 2018, 254 – 264

Research Artikel
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL LITERASI SAINS BERDASARKAN TINGKAT
KEMAMPUAN METAKOGNISI
ANALYSIS OF STUDENTS CRITICAL THINKING ABILITY IN SOLVING SCIENTIFIC
LITERACY BASED ON METACOGNITION ABILITY
Zakaria Sandy Pamungkas, Nonoh Siti Aminah, Fahru Nurosyid
Universitas Sebelas Maret, Indonesia
pamungkaszakaria@student.uns.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to describe students critical tninking skill in solving scientific literacy based
on metacognition ability. This research is descriptive research. The subject of this research is 99 students
of grade XI in SMA Batik 2 Surakarta. Data collection methods used are test methods and questionnaires.
Data analysis techniques use quantitative descriptive analysis. The results showed that the achievement
of scientific literacy in science as a body of knowledge, science as a way of thinking, science a way of
investigating, science as interaction between technology and society less than 50%. This is because the
students' critical thinking skill in the assessment, inference and strategy in solving scientific literacy
problem is still low that is below 20%. The low ability of critical thinking due to the students'
metacognition level is still low, 84% of students are at the metacognition ability level on tacit use and
awareness use and 16% of students on the strategic use level and no students on reflective use level.
Keywords: critical thinking skil; metacognition ability; scientific literacy

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
soal literasi sains berdasarkan tingkat kemampuan metakognisi. Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 99 siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode tes dan angket. Teknik analisis data mengunakan analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketercapaian literasi sains pada kategori science as a
body of knowledge, science as a way of thinking, science a way of investigating, science as interaction
between technology and society tergolong rendah yakni dibawah 50%. Hal ini dikarenakan kemampuan
berpikir kritis siswa pada tahapan penilaian, inferensi dan strategi dalam menyelesaikan masalah literasi
sains masih rendah yaitu dibawah 20%. Rendahnya kemampuan berpikir kritis dikarenakan tingkatan
metakognisi siswa masih rendah yakni 84% siswa berada pada tingkat kemampuan metakognisi pada tacit
use dan aware use dan 16% siswa pada tingkatan strategic use dan tidak ada siswa pada tingkatan
reflective use.
Kata Kunci: kemampuan berpikir kritis; kemampuan metakognisi; literasi sains
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/es.v10i2.7932

PENDAHULUAN berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori guna


melahirkan teknologi yang dapat memberikan
Fisika merupakan bagian dari sains yang
kemudahan bagi kehidupan. Hal ini yang
mempelajari peristiwa dan gejala-gejala yang
menekankan agar pembelajaran fisika diterapkan
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada
secara utuh dengan tidak hanya menekankan pada
hakikatnya fisika merupakan suatu proses, produk,
hasil akhir atau produk tetapi juga melibatkan
dan aplikasi. Fisika sebagai proses yang
proses sehingga pembelajaran fisika akan lebih
dipergunakan untuk mempelajari objek studi untuk
bermakna.
menemukan dan mengembangkan produk-produk

Copyright © 2018 EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281


This is an open access article under CC-BY-SA license
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa…

Pembelajaran fisika yang mencakup produk, indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara
proses, dan aplikasi dapat dilakukan dengan partisipan.
melibatkan peserta didik dalam pengalaman
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
langsung untuk mengembangkan kompetensi,
oleh OECD dapat terlihat rendahnya kemampuan
keterampilan dan kemampuan berpikir peserta
literasi sains siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
didik. Hal ini membantu agar menghasilkan peserta
siswa belum mampu menggunakan kemampuan
didik yang berkualitas dengan ditunjukkan sikap
berpikirnya secara optimal dalam menyelesaikan
literasi sains (scientific literacy). Literasi sains
soal literasi sains. Salah satu kemampuan berpikir
bertujuan dalam mengembangkan berpikir ilmiah
yang mempengaruhi penyelesaian literasi sains
peserta didik (Ogunkola, 2013:265). Hal ini
adalah kemampuan berpikir kritis. Hal ini didukung
dikarenakan literasi sains mengarahkan peserta
oleh Duan et al (2013:235) bahwa inti dari literasi
didik untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
sains adalah kemampuan berpikir kritis termasuk
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan
kemampuan mengenai teknologi untuk
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti untuk
menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan
dapat memahami dan membantu membuat
pendapat yang dikemukakan oleh Cahyana et al
keputusan tentang alam dan interaksi manusia
(2017:16) menyatakan bahwa pembelajaran sains
dengan alam (Noviani, et al, 2017:148).
yang mengarahkan peserta didik menjadi literat
Literasi sains sangat penting untuk terhadap sains, maka harus memiliki kemampuan
dikembangkan dan dikuasai peserta didik dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah.
perkembangan era globalisasi. Hal ini sesuai
Berpikir kritis adalah proses berpikir
dengan tuntutan kurikulum 2013 yakni
sistematis yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan segala potensi yang siswa miliki
merumuskan dan memutuskan keyakinannya
sehingga melahirkan siswa yang cakap dalam
sendiri serta mengevaluasi setiap keputusannya
bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan
dengan tepat (Mahmuzah et al, 2014:44). Berpikir
berpikir kritis, pemecahan masalah, literasi sains
kritis tidak hanya menekankan pada proses
serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan
mengumpulkan dan menyimpulkan informasi,
zaman (Astuti et al, 2017: 227).
namun juga menekankan pada proses memberikan
Holbrook dan Rannikmae (2009:276) tanggapan atau penilaian yang ilmiah terhadap
menyatakan literasi sains berarti penghargaan pada suatu informasi (Utami et al, 2016: 125). Berpikir
ilmu pengetahuan dengan cara meningkatkan kritis akan mendorong siswa untuk memahami
komponen-komponen belajar dalam diri agar dapat permasalahan dan membuat alternatif penyelesaian
memberi kontribusi pada lingkungan sosial. masalah secara lebih praktis (Zetriulista et al,
Menurut DeBoer (2000:583) scientific literacy 2016:155). Kemampuan berpikir kritis juga mampu
berarti memahami sains dan aplikasinya bagi membuat siswa untuk terlibat aktif dalam proses
kebutuhan masyarakat. Udeani (2013:40) secara pembelajaran (Duron, et al, 2006:165). Jacob dan
lebih khusus menerangkan literasi ilmiah (scientific Sam (2008:3) menyebutkan ada 4 tahapan berpikir
literacy) ke dalam empat tema atau dimensi sains, kritis dalam memecahkan permasalahan, yaitu
yaitu: science a body of knowledge, science a way klarifikasi, penilaian, inferensi dan strategi.
of thinking, science a way of investigating,
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
interaction of science, technology and society.
tahapan kemampuan berpikir siswa dalam
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa fungsi menyelesaikan soal literasi sains adalah tingkat
dan tujuan pembelajaran fisika belum tercapai kemampuan metakognisi. Hal ini sependapat
secara optimal dalam mengembangkan literasi dengan Anggraini, et al (2015: 85) bahwa
sains. Hal ini berdasarkan setiap tes yang dilakukan kemampuan metakognisi mampu mengendalikan
oleh PISA didapatkan data bahwa indonesia tidak pengetahuan yang dimilikinya untuk menciptakan
pernah beranjak dari urutan 10 terendah ( kemampuan dan keterampilan yang baru seperti
OECD,2013). Penilaian terakhir yang dilakukan kemampuan berpikir kritis. Hal ini didukung pula
oleh PISA pada tahun 2012 menunjukkan bahwa oleh Malahayati et al (2015 : 178) menyatakan

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 255-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Pamungkas Z.S., Aminah N.S., Fahru N.

bahwa kemampuan metakognisi bisa mengatur dan METODE


mengontrol proses pencarian jawaban dari
Jenis penelitian ini adalah penelitian
pertanyaan yang muncul sehingga mampu
deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini
dalam penelitian ini adalah metode survei.
didukung pula oleh Budi & Ghofar (2017: 8) bahwa
Penelitian ini mengunakan prosedur penelitian
metakognisi memicu individu untuk berpikir
survei oleh Biemer dan Lyberg (2003:27) yaitu : 1)
tingkat tinggi dan dan secara kritis menanggapi
Research objective, 2) Concepts, 3) Quesioner, 4)
berbagai persoalan dan tantangan dalam belajar.
Population, 5) Sampling, 6) Data collection,, 7)
Menurut Aljaberi & Gheith (2015:122) Data processing, 8) Interpretation. Penelitian ini
secara sederhana metakognisi didefinisikan sebagai dilakukan pada semester genap tahun ajaran
berpikir tentang berpikir. Kemampuan metakognisi 2017/2018 di SMA Batik 2 Surakarta. Sampel
merupakan kemampuan untuk merefleksikan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
sesuatu yang sedang dipikirkan. Metakognisi SMA Batik 2 Surakarta.
memiliki peranan penting dalam mengatur dan
Suwandi & Basrowi (2008:64)
mengontrol proses kognitif seseorang dalam belajar
mengungkapkan sumber data menunjukkan asal
dan berpikir lebih efektif dan efisien
data diperoleh. Sumber data yang akan digunakan
(Sophianingtyas & Sugiarto, 2013:21).
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
Kemampuan metakognisi mampu mengatur
lembar tes dan angket yang diisi oleh siswa.
kognitis peserta didik dalam kegiatan belajar
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
(Wilson & Bai, 2010; Flavel, 1979; Reeve
tes dan angket. Instrumen yang digunakan dalam
&Brown, 1985). Rahayu (2012:166) menjelaskan
penelitian ini adalah lembar tes dan angket. Lembar
ada 4 tingkat kemampuan metakognisi yaitu tacit
tes digunakan untuk mengetahui profil kemampuan
use, aware use, strategic use dan reflective use.
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
Beberapa langkah penting yang berkaitan literasi sains berdasarkan tingkat kemampuan
dengan proses metakognisi yang dapat membantu metakognisi. Lembar angket digunakan sebagai
siswa menyelesaikan masalah menurut Fisher data pendukung hasil tes untuk mengetahui
(dalam Laurens, 2010 : 202) adalah: (1) mengenali tingkatan kemampuan metakognisi siswa.
masalah tersebut, mengidentifikasikan dan
Soal pada lembar tes terdiri dari 4 soal yang
mendefinisikan unsur-unsur dari situasi yang
telah memenuhi kriteria valid dan reliabel. Pada
diberikan, (2) merepresentasikan masalah tersebut,
tiap soal yang dikembangkan memuat 3 soal uraian
membuat gambaran dari masalah tersebut,
untuk menganalisis kemampuan berpikir siswa
membuat perbandingan dengan yang lainnya, (3)
dalam menyelesaikan soal literasi sains berdasarkan
merencanakan bagaimana melaksanakannya,
tingkat kemampuan metakognisi. Rubrik penilaian
memutuskan langkah-langkah, (4) mengevaluasi
pada lembar tes dapat dilihat pada tabel 1 dengan
hasil dan penyelesaian yang dibuat.
skala yang digunakan yaitu 0 jika tacit use, 1 jika
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil aware use, 2 jika strategic use, dan 3 jika reflective
kesimpulan bahwa kemampuan metakognisi siswa use.. Indikator pada lembar angket kemampuan
mampu mengembangkan kemampuan berpikir metakognisi diadopsi dari indikator yang dibuat
kritis siswa dalam menyelesaikan soal literasi sains. oleh Rompayom et al (2010) yaitu 1) Pengetahuan
Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk deklaratif , 2) Pengetahuan Prosedural, 3)
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa Pengetahuan kondisional. Skala yang digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan literasi sains dalam lembar angket adalah skala Guttman yaitu 1
berdasarkan tingkat kemampuan metakognisi. Hasil dan 0. Skor 1 apabila sesuai indikator dan skor 0
analisis dapat dijadikan rujukan atau dasar evaluasi apabila tidak sesuai indikator.
bagi guru untuk menentukan pembelajaran yang
tepat guna memperbaiki kualitas siswa.

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 256-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa…
3

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Literasi Sains Berdasarkan Tingkat
Kemampuan Metakognisi.

Standar Tingkatan Metakognisi


Berpikir Tacit use Aware use Strategic use Reflective use
Kritis
Klarifikasi Siswa tidak dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat
mengungkapkan mengemukakan sebagian mengemukakan mengemukakan
permasalahan dan konsep permasalahan dan konsep permasalahan dan konsep permasalahan dan konsep
dengan jelas namun sedikit terdapat dengan jelas dan tepat
kesalahan
Penilaian Siswa tidak dapat Siswa dapat menuliskan Siswa dapat menuliskan Siswa dapat menuliskan
menuliskan informasi sebagian informasi terkait keseluruhan informasi keseluruhan informasi
terkait konsep jika konsep terkait konsep namun terkait konsep
menuliskan siswa hanya sedikit terdapat kesalahan
asal menjawab
Inferensi Siswa tidak dapat Siswa mencoba untuk Siswa dapat menentukan Siswa dapat menentukan
menentukan langkah menentukan langkah langkah penyelesaian langkah penyelesaian dan
penyelesaian. penyelesaian. namun tidak dapat dapat memberikan alasan
memberikan alasan
Strategi Siswa tidak dapat Siswa mencoba untuk Siswa dapat Siswa dapat
mengevaluasi langkah mengevaluasi langkah mengevaluasi langkah mengevaluasi langkah
penyelesaian penyelesaian penyelesaian namun penyelesaian
terdapat kesalahan

Teknik analisis data yang digunakan dalam Profil Literasi Sains Siswa
penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Terdapat 4 kategori literasi sains siswa yang
Teknik analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan
diukur dalam penelitian ini yaitu kategori A
untuk mengolah data yang didapatkan dari tes dan
(science a body of knowledge), kategori B (science
angket dalam bentuk deskriptif persentase literasi
a way of thinking), kategori C (science a way of
sains, kemampuan berpikir kritis, dan tingkat
investigating) dan kategori D (interaction of
kemampuan metakognisi.
science, technology and society). Hasil
ketercapaian literasi sains siswa pada tiap kategori
HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat dilihat pada Gambar 1.
Materi pada lembar tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah fluida statis. Hal ini 40.0% 34.1%
dikarenakan materi fluida statis banyak terjadi 30.0% 27.7%
dalam kehidupan sehari-hari namun siswa masih
sering mengalami kesalahpahaman pada materi 20.0% 15.4%
fluida statis (Prastiwi et al, 2017 : 325). Hal ini 10.0% 7.1%
dikarenakan materi fluida statis memiliki
karakteristik analisis konseptual yang 0.0%
A B C D
memungkinkan siswa untuk mengkaitkan konsep
fisika dengan fenomena alam (Putri et al, 2017 : Gambar 1. Ketercapaian Literasi Sains Siswa pada Tiap
316) serta membutuhkan kemampuan untuk Kategori
menginferensi yang meliputi kemampuan dalam Pada gambar 1 dapat diketahui bahwa
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta ( Astuti ketercapaian literasi sains siswa pada tiap kategori
& Suparno, 2017 :4). Hasil jawaban siswa pada masih rendah. Kolom A menunjukkan bahwa
lembar tes dapat mengukur literasi sains siswa, literasi sains pada science a body of knowledge
kemampuan berpikir kritis siswa, dan kemampuan masih rendah dengan persentase ketercapaian
metakognisi siswa. Berikut ini akan diuraikan profil 24,6%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih
kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan kesulitan menjelaskan konsep, prinsip, dan hukum
tingkat kemampuan metakognisi dalam fluida statis yaitu konsep tekanan hidrostatis pada
menyelesaikan permasalahan literasi sains. pipa berhubungan U. Kolom B menunjukkan

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 257-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Pamungkas Z.S., Aminah N.S., Fahru N.

bahwa literasi sains pada kategori science a way of pemecahan masalah serta pengambilan keputusan
thinking mendapatkan nilai ketercapaian paling dari suatu. Terdapat 4 indikator kemampuan
rendah yakni sebesar 7,1%. Hal ini menunjukkan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan literasi
bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk sains yang diukur dalam penelitian ini yaitu
membuat kalkulasi perbandingan volume benda klarifikasi, penilaian, inferensi, strategi.. Hasil
jika dicelupkan dalam dua fluida yang berbeda. Hal ketercapaian kemampuan berpikir kritis siswa
ini dikarenakan siswa masih kesulitan dalam dalam menyelesaikan soal literasi sains dapat
menganalisis hukum archimedes pada dilihat pada gambar 2.
permasalahan tersebut. Kolom C menunjukkan
60.0% 54.7%
bahwa literasi sains pada kategori science a way of
50.0%
investigating masih rendah dengan persentase
40.0%
ketercapaian 27,7%. Hal ini menunjukkan bahwa
30.0%
siswa masih kesulitan dalam membaca tabel 14.6%
20.0%
hubungan posisi dan tekanan serta memberikan 7.2% 7.7%
10.0%
hubungan sebab dan akibat berdasarkan data yang
0.0%
ada dalam tabel. Kolom D menunjukkan bahwa Klarifikasi Penilaian Inferensi Strategi
literasi sains pada kategori interaction of science,
technology and society masih rendah dengan Gambar 2. Ketercapaian Kemampuan Berpikir Kritis
persentase ketercapaian 15,4%. Hal ini menunjukan Siswa
bahwa siswa masih belum memahami aplikasi Pada gambar 2 dapat diketahui bahwa
fluida statis dalam kehidupan sehari-hari seperti ketercapaian kemampuan berpikir kritis siswa
dongkrak hidrolik. dalam menyelesaikan soal literasi sains pada
Rendahnya literasi sains siswa disebabkan indikator penilaian, inferensi, dan strategi masih
karena siswa kurang terlatih dalam menyelesaikan rendah yakni dibawah 20%. Ketercapaian
soal-soal dengan karakteristik literasi sains ( Zainab kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator
et al, 2017 : 114). Guru hanya menggunakan klarifikasi sebesar 55,3%. Hal ini menunjukkan
penilaian yang menekankan pada isi bukan pada bahwa sebagian siswa mampu merumuskan
literasi sains seperti mengaplikasikan sains dalam masalah secara tepat dan jelas yakni dengan cara
kehidupan sehari-hari, berpikir memesahkan mengidentifikasi konsep yang mendasari
masalah, serta kemampuan proses sains (Ridwan et permasalahan tersebut Ketercapaian kemampuan
al, 2013 : 20). Hal ini didukung oleh Noviani et al berpikir kritis siswa pada indikator penilaian masih
(2017:148) bahwa para guru lebih mengutamakan rendah yakni sebesar 7,2%. Hal ini menunjukkan
siswa untuk mahir dalam penguasaan materi. Hal bahwa siswa masih belum bisa memberikan
ini didukung pula oleh Juliyanto et al (2011 : 18) argumen atau penilaian terkai konsep yang
bahwa instrumen evaluasi belajar yang dibuat lebih mendasari permasalahan tersebut. Salah satu faktor
mengukur seberapa banyak siswa dalam menguasai yang menyebabkan siswa kesulitan dalam
materi. memberikan argumen terkait konsep adalah
ketidakpahaman siswa terkait makna konsep yang
Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam mendasari permasalahan. Ketercapaian kemampuan
Menyelesaikan Soal Literasi Sains berpikir kritis siswa pada indikator inferensi sebesr
Rendahnya literasi sains siswa pada tiap 14,6%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih
kategori dikarenakan kemampuan berpikir kritis kesulitan dalam membuat deduksi dari hasil
siswa dalam menyelesaiakan persoalan literasi argumen berupa mengusulkan langkah
sains. Kemampuan berpikir kritis dalam penyelesaian permasalahan. Ketercapaian
menyelesaikan literasi sains merupakan kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator
kemampuan proses berpikir yang menggunakan strategi sebesr 7,7%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan bernalar dalam menyelesaikan siswa masih kesulitan dalam mendiskusikan dan
permasalahan literasi sains berupa merumuskan mengevaluasi langkah yang telah diajukan. Hal ini
suatu permasalahan, menggunakan strategi dalam dikarenakan siswa kebanyakan menghafalkan

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 258-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa…

persamaan matematis tanpa mengetahui strategi menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
penyelesaian persamaan tersebut. Hal ini didukung siswa yang digunakan dalam menyelesaikan soal
oleh Nusarantriya et al (2013:448) bahwa konsep literasi sains pada kategori science a way of
belajar mengajar dengan pengertian dan thinking hanya pada tahapan klarifikasi. Hal ini
pemahaman akan lebih maksimal dalam menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis daripada menjelaskan, konsep, dan menentukan langkah
konsep belajar dengan hafalan. penyelesaian serta mengevaluasi langkah
penyelesaian. Rendahnya kemampuan siswa dalam
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa
menjelaskan serta menentukan dan mengevaluasi
dalam menyelesaikan soal literasi sains perlu
langkah penyelesaian dikarenakan siswa kurang
diidentifikasi lebih lanjut terkait tahapan
mampu mengkalkulasi rumus perbandingan. Hal ini
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengalami
dikarenakan soal-soal latihan yang diberikan oleh
kesulitan dalam menyelesaikan tiap kategori literasi
guru selama proses pembelajaran hanya pada
sains. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir
tingkatan C3 (aplikasi) belum sampai pada
kritis siswa dalam menyelesaikan tiap kategori
tingkatan C4 (menganalisis). Sehingga siswa
literasi sains berbeda-beda. Ketercapaian indikator
kurang terlatih dalam menyelesaikan soal yang
kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan
membutuhkan kemampuan berpikir tingkat analisis
tiap kategori literasi sains dapat dilihat pada tabel 2.
yakni soal perbandingan
Tabel 2. Ketercapaian kemampuan berpikir kritis Pada
Tiap kategori literasi sains Pada kategori literasi sains sebagai science a
Kemampuan Kategori Literasi Sains way of investigating didapatkan data bahwa
Berpikir A B C D
Kritis
ketercapaian kemampuan berpikir kritis pada
Klarifikasi 75,6 % 28,3 % 76,7 % 38,3 % tahapan klarifikasi 76,7%, penilaian sebesar 25,8%,
Penilaian 0% 0% 25,8% 3% inferensi 0%, dan strategi sebesar 8,5%. Data
Inferensi 39,3% 0% 0% 19,2 %
Strategi 21,2 % 0% 8,5% 1% tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa yang paling rendah dalam
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa ketercapaian
menyelesaikan soal literasi sains pada kategori
kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan
science a way of thinking terletak pada tahapan
tiap kategori literasi sains berbeda. Pada kategori
inferensi dan strategi. Hal ini dikarenakan siswa
literasi sains sebagai science a body of knowledge
kurang terlatih dalam menganalisis tabel dari hasil
didapatkan data bahwa ketercapaian kemampuan
pengamatan. Salah satu faktor yang menyebabkan
berpikir kritis pada tahapan klarifikasi 75,6%,
hal tersebut adalah belum adanya kegiatan
penilaian sebesar 0%, inferensi 39,3%, dan strategi
praktikum atau percobaan saat proses pembelajaran
sebesar 21,2%. Hal ini menunjukan bahwa
sehingga siswa kurang terlatih dalam membuat
rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam
tabel pengamatan yang menyebabkan siswa
menyelesaikan kategori literasi sains sebagai
kesulitan dalam menganalisis informasi
science a body of knowledge terletak pada tahap
berdasarkan tabel hasil pengamatan. Hal ini
penilaian. Hal ini dikarenakan siswa hanya
didukung oleh Rasmawan (2017:67) bahwa
memahami konsep dan hukum-hukum fisika tanpa
kesalahan yang sering dijumpai adalah siswa
mampu memahami makna fisis dari konsep dan
menilai suatu pernyataan bersifat subjektif dan
hukum fisika pada fluida statis. Salah satu faktor
tidak melihat dan menggunakan informasi-
yang menyebabkan hal tersebut adalah bahan ajar
informasi yang telah disediakan dalam tabel.
yang digunakan hanya menjelaskan konsep atau
hukum fisika tanpa menjelaskan lebih lanjut terkait Pada kategori literasi sains sebagai
makna dari konsep atau hukum fisika tersebut. interaction of science, technology and society
didapatkan data bahwa ketercapaian kemampuan
Pada kategori literasi sains sebagai science a
berpikir kritis pada tahapan klarifikasi 38,3%,
way of thinking didapatkan data bahwa
penilaian sebesar 3%, inferensi 19,2%, dan strategi
ketercapaian kemampuan berpikir kritis pada
sebesar 1%. Data tersebut menunjukkan bahwa
tahapan klarifikasi 28,3%, penilaian sebesar 0%,
kemampuan berpikir kritis siswa yang berada pada
inferensi 0%, dan strategi sebesar 0%. Data tersebut

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 259-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Pamungkas Z.S., Aminah N.S., Fahru N.

kategori sangat rendah dalam menyelesaikan Pada gambar 3 dapat diketahui bahwa
literasi sains sebagai interaction of science, persentase siswa yang memiliki tingkat kemampuan
technology and society terletak pada tahapan metakognisi pada tingkatan tacit use sebesar 30%.
penilaian dan strategi. Rendahnya kemampuan Hal ini menunjukkan bahwa 30% peserta didik
berpikir kritis siswa pada tahapan penilaian menyelesaikan permasalahan tanpa berpikir dalam
menunjukan bahwa siswa masih kesulitan dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, siswa tidak
menjelaskan konsep atau hukum fisika dari aplikasi menjawab pertanyaan (pengetahuan prosedural)
yang berada dalam kehidupan-sehari-hari. Hal ini atau menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai
dikarenakan kurangnya penjelasan konsep fisika dengan pertanyaannya. Hal ini disebabkan karena
pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari seperti siswa tidak paham dengan pertanyaannya
dongkrak hidrolik. Rendahnya kemampuan berpikir (pengetahuan deklaratif), sehingga siswa hanya
kritis siswa pada tahapan strategi menunjukkan menjawab secara coba-coba dan asal menjawab
bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam dalam memecahkan masalah.
mengevaluasi langkah penyelesaian yang telah
Persentase siswa yang memiliki tingkat
diajukan. Hal ini dikarenakan guru tidak
kemampuan metakognisi pada tingkatan aware use
memperhatikan proses sehingga fisika akan
sebesar 54%. Hal ini menunjukkan bahwa 54%
menjadi ilmu yang sekedar hafalan rumus semata
menyadari proses berpikirnya sendiri. Hal ini dapat
yang akan menumbuhkan stigma negatif siswa
dilihat dari cara siswa menggunakan pengetahuan
terhadap fisika (Lisdianto et al, 2015: 130).
yang dimiliki sebelumnya untuk dihubungkah
Profil Tingkat Kemampuan Metakognisi Siswa dengan materi (pengetahuan deklaratif). Namun
dalam Menyelesaikan Soal Literasi Sains siswa masih mencoba menghubungkan informasi
yang mereka miliki untuk menentukan langkah
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa
pemecahan masalah (pengetahuan prosedural)
dalam menyelesaikan soal literasi sains dikarenakan
sehingga siswa masih mengalami kesalahan dalam
tingkat kemampuan metakognisi siswa masih
menentukan langkah penyelesaian.
rendah. Hal ini dikarenakan kemampuan
metakognisi membuat siswa terlatih untuk selalu Persentase siswa yang memiliki tingkat
merancang strategi terbaik dalam memilih, kemampuan metakognisi pada tingkatan strategic
mengingat, mengenali kembali, mengorganisasi use sebesar 16%. Hal ini menunjukkan bahwa 16%
informasi yang dihadapinya, serta dalam siswa mampu mengatur proses berpikir untuk
menyelesaikan masalah ( Budi & Ghofar, 2017: 2). meningkatkan keakuratan berpikirnya. Dalam hal
Terdapat 4 tingkat kemampuan metakognisi siswa ini, siswa menyadari proses berpikirnya sendiri
dalam menyelesaikan literasi sains yang diukur dengan menggunakan strategi-strategi khusus yang
dalam penelitian ini yaitu tacit use, aware use, dapat meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam
strategic use, reflective use. Persentase tingkat hal ini, siswa sadar dan mampu menyeleksi strategi
kemampuan metakognisi siswa dalam atau keterampilan khusus untuk menyelesaikan
menyelesaikan soal literasi sains dapat dilihat pada masalah, tetapi tidak dapat menjelaskan alasan
Gambar 3. mengapa memilih langkah tersebut.

60.0% 54.0% Persentase siswa yang memiliki tingkat


50.0% kemampuan metakognisi pada tingkatan strategic
40.0% 30.0% reflective use sebesar 0%. Hal ini menunjukkan
30.0% bahwa tidak ada siswa yang menyadari proses
20.0% 16.0%
berpikirnya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari cara
10.0% 0.0% siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki
0.0%
Tacit Use Aware Use Strategic Reflective sebelumnya untuk dihubungkan dengan materi
Use Use (pengetahuan deklaratif). Siswa pada tingkatan ini
dapat merefleksikan proses berpikirnya sebelum
Gambar 3. Persentase tingkat kemampuan metakognisi dan sesudah atau selama proses memecahkan
permasalahan berlangsung. Kemudian

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 260-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa…

mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil Persentase siswa pada tingkatan strategic use
pemikirannya sehingga jawaban pemecahan sebesar 38,4%. Hal ini menunjukan bahwa 38,4%
masalah sangat terstruktur (pengetahuan siswa memiliki pengetahuan deklaratif dan
prosedural) karena siswa dengan segera mengoreksi prosedural yang menyebabkan siswa memiliki
ketika ada langkah yang kurang. Siswa pada kemampuan berpikir kritis pada tahapan klarifikasi,
tingkatan ini juga dapat menjelaskan alasan penilaian dan inferensi sehingga siswa mampu
mengapa memilih langkah tersebut dalam menyebutkan dan menjelaskan konsep serta
memecahkan permasalahan. mengusulkan langkah penyelesaian. Namun siswa
masih belum memiliki pengetahuan kondisional
Tingkat kemampuan metakognisi siswa
yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis
dalam menyelesaikan soal literasi sains perlu
siswa pada tahapan strategi masih mengalami
dianalisis lebih lanjut terkait tingkat kemampuan
kesulitan sehingga siswa belum mampu
metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal
memberikan alasan pemilihan langkah penyelesaian
literasi sains pada tiap kategori. Hal ini dikarenakan
serta belum mampu dalam melakukan perbaikan
pengetahuan metakognisi yang mendominasi dalam
hasil pemikirannya. Persentase siswa pada
menyelesaikan tiap kategori literasi sains berbeda-
tingkatan reflective use sebesar 10,1%. Hal ini
beda. Persentase tingkat kemampuan metakognisi
menunjukkan bahwa 10,1% siswa memiliki
siswa dalam menyelesaikan tiap kategori literasi
pengetahuan prosedural, deklaratif dan kondisional
sains dapat dilihat pada tabel 3.
yang menyebabkan siswa memiliki kemampuan
Tabel 3. Persentase tingkat kemampuan metakognisi berpikir kritis pada tahapan klarifikasi penilaian,
Pada Tiap kategori literasi sains
Kemampuan Kategori Literasi Sains
inferensi dan strategi. Hal ini ditunjukkan dari
Metakognisi A B C D kemampuan siswa dalam menjelaskan konsep,
Tacit use 14,1 % 55,6 % 17,2 % 54,5 % mengusulkan langkah penyelesaian, serta
Aware use 37,4% 44,4% 82,8% 28,3%
Strategic use 38,4% 0% 0% 17,2% memberikan alasan pemilihan langkah dan
Reflectiv use 10,1 % 0% 0% 0% mengevaluasi langkah penyelesaian terhadap soal
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase yang diberikan.
tingkat kemampuan metakognisi siswa dalam Pada kategori literasi sains sebagai science a
menyelesaikan tiap kategori literasi sains berbeda. way of thinking didapatkan data bahwa persentase
Pada kategori literasi sains sebagai science a body siswa pada tingkatan tacit use sebesar 55,6 %. Hal
of knowledge didapatkan data bahwa persentase ini menunjukkan bahwa 55,6% siswa tidak
siswa pada tingkatan tacit use sebesar 14,1 %. Hal memiliki pengetahuan deklaratif yang
ini menunjukkan bahwa 14,1% siswa tidak menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa
memiliki pengetahuan deklaratif yang pada tahapan klarifikasi rendah dikarenakan siswa
menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa menjawab persoalan dengan coba-coba. Persentase
pada tahapan klarifikasi rendah dikarenakan siswa siswa pada tingkatan aware use sebesar 44,4%. Hal
menjawab dengan coba-coba. Persentase siswa ini menunjukan bahwa 44,4% siswa memiliki
pada tingkatan aware use sebesar 37,4%. Hal ini pengetahuan deklaratif yang menyebabkan siswa
menunjukan bahwa 37,4% siswa memiliki memiliki kemampuan berpikir kritis pada tahapan
pengetahuan deklaratif yang menyebabkan siswa klarifikasi dan penilaian sehingga siswa mampu
memiliki kemampuan berpikir kritis pada tahapan menyebutkan dan menjelaskan konsep, namun
klarifikasi dan penilaian sehingga siswa mampu siswa masih belum memiliki pengetahuan
menyebutkan dan menjelaskan konsep, namun prosedural yng menyebabkan kemampuan berpikir
siswa masih belum memiliki pengetahuan kritis siswa pada tahapan inferensi masih
prosedural yng menyebabkan kemampuan berpikir mengalami kesulitan sehingga siswa belum mampu
kritis siswa pada tahapan inferensi masih mengusulkan langkah penyelesaian.
mengalami kesulitan sehingga siswa belum mampu
Persentase siswa pada tingkatan strategic use
mengusulkan langkah penyelesaian.
dan reflective use sebesar 0%. Hal ini menunjukan
bahwa tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 261-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Pamungkas Z.S., Aminah N.S., Fahru N.

prosedural dan kondisional yang menyebabkan memiliki tingkatan tacit use dan strategic use
siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal literasi sains kategori
pada tahapan inferensi dan strategi sehingga siswa science a way of investigating adalah
belum mampu mengusulkan langkah penyelesaian ketidakpahaman siswa dalam menganalisis tabel
sehingga siswa tidak bisa memberikan alasan hasil pengamatan terkait hubungan posisi dan
pemilihan langkah penyelesaian serta melakukan tekanan. Hal ini dikarenakan soal-soal yang telah
perbaikan terhadap hasil pemikirannya. Salah satu diberikan terkait tekanan hidrostatis hanya berupa
faktor yang menyebabkan tidak adanya siswa yang soal yang menghitung tekanan hidrostatis benda
memiliki tingkatan tacit use dan strategic use sehingga siswa mengalami kebingungan ketika
dalam menyelesaikan soal literasi sains kategori dihadapkan pada soal berupa tabel hasil
science a way of thinking adalah ketidakpahaman pengamatan.
siswa dalam menyelesaikan persoalan
Pada kategori literasi sains sebagai
perbandingan pada konsep hukum archimedes. Hal
interaction of science, technology and society
ini dikarenakan soal-soal yang telah diberikan
didapatkan data bahwa persentase siswa pada
terkait hukum archimedes hanya berupa soal yang
tingkatan tacit use sebesar 54,5 %. Hal ini
menghitung gaya apung dan kondisi benda
menunjukkan bahwa 54,5% siswa tidak memiliki
sehingga siswa mengalami kebingungan ketika
pengetahuan deklaratif yang menyebabkan
dihadapkan pada soal perbandingan.
kemampuan berpikir kritis siswa pada tahapan
Pada kategori literasi sains sebagai science a klarifikasi rendah dikarenakan siswa menjawab
way of investigating didapatkan data bahwa persoalan dengan coba-coba. Persentase siswa pada
persentase siswa pada tingkatan tacit use sebesar tingkatan aware use sebesar 28,3%. Hal ini
17,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa 17,2% siswa menunjukan bahwa 28,3% siswa memiliki
tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang pengetahuan deklaratif yang menyebabkan siswa
menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa memiliki kemampuan berpikir kritis pada tahapan
pada tahapan klarifikasi rendah dikarenakan siswa klarifikasi dan penilaian sehingga siswa mampu
menjawab persoalan dengan coba-coba. Persentase menyebutkan dan menjelaskan konsep, namun
siswa pada tingkatan aware use sebesar 82,8%. Hal siswa masih belum memiliki pengetahuan
ini menunjukan bahwa 82,8% siswa memiliki prosedural yng menyebabkan kemampuan berpikir
pengetahuan deklaratif yang menyebabkan siswa kritis siswa pada tahapan inferensi masih
memiliki kemampuan berpikir kritis pada tahapan mengalami kesulitan sehingga siswa belum mampu
klarifikasi dan penilaian sehingga siswa mampu mengusulkan langkah penyelesaian.
menyebutkan dan menjelaskan konsep, namun
Persentase siswa pada tingkatan strategic use
siswa masih belum memiliki pengetahuan
sebesar 17,2%. Hal ini menunjukan bahwa 17,2%
prosedural yng menyebabkan kemampuan berpikir
siswa memiliki pengetahuan deklaratif dan
kritis siswa pada tahapan inferensi masih
prosedural yang menyebabkan siswa memiliki
mengalami kesulitan sehingga siswa belum mampu
kemampuan berpikir kritis pada tahapan klarifikasi,
mengusulkan langkah penyelesaian.
penilaian dan inferensi sehingga siswa mampu
Persentase siswa pada tingkatan strategic use menyebutkan dan menjelaskan konsep serta
dan reflective use sebesar 0%. Hal ini menunjukan mengusulkan langkah penyelesaian. Namun siswa
bahwa tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan masih belum memiliki pengetahuan kondisional
prosedural dan kondisional yang menyebabkan yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis
siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis siswa pada tahapan strategi masih mengalami
pada tahapan inferensi dan strategi sehingga siswa kesulitan sehingga siswa belum mampu
belum mampu mengusulkan langkah penyelesaian memberikan alasan pemilihan langkah penyelesaian
sehingga siswa tidak bisa memberikan alasan serta belum mampu dalam melakukan perbaikan
pemilihan langkah penyelesaian serta melakukan hasil pemikirannya. Persentase siswa pada
perbaikan terhadap hasil pemikirannya. Salah satu tingkatan reflective use sebesar 0%. Hal ini
faktor yang menyebabkan tidak adanya siswa yang menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 262-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa…

pengetahuan kondisional yang menyebabkan siswa to Solve Problems. American Journal of


tidak memiliki kemampuan berpikir kritis pada Contemporary Research, 5(3),121-134.
tahapan strategi sehingga siswa belum mampu Anggraini, Rosidin, Viyanti. 2013. Pengaruh
mengevaluasi langkah penyelesaian terhadap soal Keterampilan Metakognisi terhadap
yang diberikan.Hal ini ditunjukkan masih adanya Kemampuan Bertanya dan Berpikir Kritis
kesalahan siswa dalam menginterpretasikan luas Siswa SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika,
penampang. 1(3), 85-97.
Astuti, Zulyusri, Putri. 2017. Pengembangan
PENUTUP Instrumen Asesmen Berbasis Literasi Sains
pada Mate Pelajaran IPA kelas VIII Semester
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di II. Jurnal Biosains,1(2), 227-233.
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ketercapaian
Biemer, P. P. & Lyberg, L. E. 2003. Introduction to
literasi sains pada kategori science as a body of
survey quality. New Jersey: John Wiley &
knowledge, science as a way of thinking, science a Sons, Inc.
way of investigating, science as interaction between
Budi & Ghofar. 2017. Analisis Keterampilan
technology and society dibawah 50%. Hal ini
Berpikir Kritis dan Metaakognitif Mahasiswa
dikarenakan kemampuan berpikir kritis siswa pada Program Studi Pendidikan Biologi. Jurnal
tahapan penilaian, inferensi dan strategi dalam Bioma, 6(1), 1-11.
menyelesaikan masalah literasi sains masih rendah
Cahyana, Kadir, Gherardini. 2017. Relasi
yaitu dibawah 20%. Rendahnya kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis dalam
berpikir kritis dikarenakan tingkatan metakognisi Kemampuan Literasi Sains pada Siswa Kelas
siswa masih rendah yakni 84% siswa berada pada IV Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar,
tingkat kemampuan metakognisi pada tacit use dan 6(2), 14-20.
aware use dan 16% siswa pada tingkatan strategic DeBoer, G.E. 2000. Scientific Literacy : Another
use dan tidak ada siswa pada tingkatan reflective Look at its Historical and Contemporary
use. Meanings and its Relationship to Science
Education Reform. Journal of Research in
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Science Teaching, 37(6) : 582-601.
dilaksanakan, saran yang dapat diberikan sebagai
Duan, Xu, & Liu. 2013. The effective Ways of
berikut, strategi pembelajaran yang digunakan
Improving the Scientific Literacy of College
dalam proses pembelajaran harus mampu Students. International Conference on
mengembangkan kemampuan dan literasi sains Educational Research and Sports Education,
peserta didik, selain itu perlu didukung pula dengan 234-237.
adanya penilaian untuk monitoring dan evaluasi Duron, Limbach, Waugh. 2006. Critical thinking
terkait kemampuan dan literasi sains siswa. framework for any discipline. International
Journal of Teaching and Learning in Higher
UCAPAN TERIMA KASIH Education, 17(2), 160-166.
Penelitian ini dibimbing oleh dosen Flavel. (1979). Metacognition and Cognitive
pembimbing tesis yaitu Dr. Nonoh Siti Aminah, Monitoring : A New Area of Cognitive
M.Pd dan Dr. Fahru Nurosyid, M.Si. Oleh karena Developmental Inquiry. American
Psychologist, 34, 906-911.
itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
bapak ibu dosen pembimbing atas segala Holbrook, J, dan Rannikmae, M. 2009. The
bimbingan dan arahannya. Terima kasih pula saya Meaning of Science Literacy. International
sampaikan kepada kepala sekolah dan guru fisika Journal of Environmental & Science
Education, 4(3),275-288.
SMA Batik 2 Surakarta atas ketersediaanya untuk
dilaksanakan penelitian. Jacob & Sam. 2008. Measuring Critical Thinking in
Problem Solving Through Online Discussion
DAFTAR PUSTAKA Forums in First Year University
Mathematics. Proceedings of the
Aljaberi & Gheith. 2015. University Students Level International Multi Conference of Engeneers
of Metacognitive Thinking and Their Ability and Computer Science,1-6.

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 263-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Pamungkas Z.S., Aminah N.S., Fahru N.

Juliyanto, Hartono, & Wiyanto. 2011. Pembelajaran Ridwan, MS, Mardiyah, & Rusilowati. 2013.
Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Pengembangan Instrumen Asesmen dengan
Berpikir Hipotetikal Deduktif pada Siswa Pendekatan Kontekstual untuk Mengukur
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Level Literasi Sains. Seminar Nasional
7(2), 17-22. Evaluasi Pendidikan, 177-190.
Laurens, Theresia. 2010. Perjenjangan Metakognisi Rompayom, Tambunchong, Wongyuonoi, &
Siswa yang Valid dan Reliabilitas. Jurnal Dechsri. 2010. The Development of
Pendidikan dan Pembelajaran, 17(2), 201- Metacognitive Inventory to Measure
213. Students Metacognitive Knowledge Related
to Chemical Bonding Conceptions.
Lisdianto, D, Masykuri, M, & Aminah. 2015.
Association for Educatiobal Assesment, 1-8.
Pengembangan Integrated Contextual
Module untuk Meningkatkan Kreativitas dan Sophianingtyas, & Sugiarto. 2013. Identifikasi
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMK Level Metakognitif Siswa dalam
pada Pokok Bahasan Sifat Mekanik Bahan. Memecahkan Masalah Materi Perhitungan
Jurnal Inkuiri, 4(4),129-134. Kimia. Unesa Journal of Chemical
Education, 2(1), 21-27
Mahmuzah, Ikhsan, Yusrizal. 2014. Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Suwandi, & Basrowo. 2008. Memahami Penelitian
Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pendekatan Problem Posing. Jurnal Didaktik
Udeani. 2013. Quantitative Analysis of Secondary
Matematika, 1(2), 43-53.
School Biology Textbooks for Scientific
Noviani, Hartono, Rusilowati. 2017. Analisis Pola Literacy Themes. Research Journal in
Pikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Sains Organizational Psychology and Educational
ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Studies, 2(1) : 39-43.
Kreatif serta Literasi Sains. Journal of
Utami, Saputro, Ashadi, Masykuri, & Widoretno.
Innovative Science Education, 6(2) : 147-
2016. Critical thinking skills profile of high
154.
school sttudents in learning chemistry.
OECD. 2013. PISA 2015:Draft Science International Journal of Science and Applied
Framework. Paris : OECD. Science,1(2), 124-130.
Ogunkola, J. 2013. Scientific Literacy : Conceptual Wilson, N.S & Bai. 2010. The relationships and
Overview, Importance and Strategies for impact of teacher metacognitive knowledge
Improvement. Journal of Educational and and pedagogical understanding of
Social Research, 3(1) : 265-274. metacognition. Metacognition and Learning,
5(3), 269-288.
Rahayu, P. 2012. Students Metacognition Level
Through Implementation of Problem Based Zainab, Wati, & Miriam. 2017. Pengembangan
Learning with Metacognitive Strategies at Instrumen Kognitif Literasi Sains Pada
SMAN 1 Manyar. Unesa Journal of Pokok Bahasan Tekanan di Kelas VIII SMP
Chemical Education, 1(1),164-173. Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika,1(3), 113-125.
Rasmawan, R. 2017. Profil Keterampilan Kerja
Ilmiah dan Berpikir Kritis Siswa. Zetriulista, Ariawan,& Nufus. 2016. Students
Edusains,9(1), 60-70. critical thinking ability : description based on
academic level and gender. Journal of
Reeve, R & Brown, A. 1985. Metacognition
Education and Practice, 7(2), 154-164.
reconsidered : Implications For Intervention
research. Journal of Abnormal Child
Psychology, 13(3), 343-356.

EDUSAINS. Volume 10 Nomor 02 Tahun 2018, 264-264


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

S-ar putea să vă placă și