Sunteți pe pagina 1din 11

MODEL TRANSFORMATIONAL SERVICE DENGAN PENDEKATAN TEORI

SISTEM INTERPERSONAL IMOGENE KING TERHADAP MUTU


PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMAS TANJUNG PALAS KABUPATEN
BULUNGAN KALIMANTAN UTARA TAHUN 2018

Indah Nursanti1, Muhammad Hadi2, Rochadi Haryanto3


1,2,3
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Fakultas Ilmu Keperawatan
Diterima : 8 November 2018 Disetujui : 15 November 2018
Email : bxn.indah@yahoo.com

Abstrack
Background : There are issues that Health Center is still considered as a middle to
lower health service, unsatisfactory service, and the attitude of officers who arbitrarily
provide services that cause the Health Center got a bad view. Observations on 5 nurses
were still found the nurses who were still passive towards work, rarely smiled, and did
not care about their appearance. Transformational service as a service at the highest
level that is expected to be able to change customer character because it is able to
provide solutions to customer problems. Purpose: The purpose of this study was to
know the Transformational Service with Imogene King interpersonal system approach
and the effect to the quality of health service at Tanjung palas Health Center, Bulungan
District, North Kalimantan in 2018 2018. Method: This was a quantitative study with a
quasi-experimental research method with pre-post and control group design. The
sample of this study were patients at Tanjung Palas Health Center and Bumi Rahayu
Health Center, with total sample in the intervention group were 40 respondents and in
the control group were 40 respondents, used a simple random sampling technique and
analysis method of General Linear Model Repeated Measure (GLM-RM). Result: The
results of this study showed that there were significant figures at the level of health
services at Tanjung Palas Health Center. The mean values from measurement 1 to 4
were 76.20 from measurements 1 and d 88.29 in measurement 4 with a difference of
12.09. While the average value in the control group between measurements 1 and 4
were 75.93 and 83.44 with a difference of 07.51. From the difference in the average
value between the differences in quality of health services in measurements 1 and 4 in
the intervention group compared to the control group made conclusion that Ha
accepted. Conclusion: The Transformational Service model with Imogene King
interpersonal system approach was effective to improve the quality of health service at
Tanjung palas Health Center, Bulungan District, North Kalimantan in 2018.
Conclusion : The Transformational Service model with Imogene King interpersonal
system approach was effective to improve the quality of health service at Tanjung palas
Health Center, Bulungan District, North Kalimantan in 2018.

Keywords : Transformational Service, System Interpersonal Imogene King, and Quality


of Health Service

75
76 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

Transformational service yang ingin


menghadirkan kesadaran dalam diri
PENDAHULUAN pelanggan.
Gambaran pencapaian tahap Beberapa penelitian memberikan
kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas gambaran tentang mutu pelayanan di
hingga saat ini juga disebabkan faktor Puskesmas (Widi Utami, 2012)
sikap dan kinerja personal yang meliputi menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
faktor internal dan ekternal. Adanya isu yaitu pelayanan, kemampuan petugas,
bahwa Puskesmas masih dianggap sebagai biaya kesehatan, tersedianya obat-obatan,
pelayanan kesehatan menengah kebawah, dan keamanan lingkungan secara parsial
pelayanan yang kadang kurang dan stimulan berpengaruh terhadap
memuaskan, sikap petugas yang kepuasan pasien. Penelitian Rustam
seenaknya dalam memberikan pelayanan Effendi (2013) menunjukkan bahwa
yang menyebabkan kadang Puskesmas responden yang menyatakan mendapat
mendapatkan pandangan yang buruk. Hal kenyamanan cukup sebanyak 94%
tersebut mengindikasikan bahwa personil sedangkan sisanya responden yang kurang
kesehatan atau provider kesehatan dalam nyaman sebanyak 6%.
sebuah organisasi merupakan fokus Hasil observasi pada 5 orang perawat
daripada hasil karya organisasi tersebut. tersebut bahwa masih ditemukan perawat
Artinya, bahwa personil yang masih bersikap pasif terhadap
kesehatan/provider kesehatan harus pekerjaan, jarang senyum, dan masih tidak
mempunyai ciri dan sifat yang melekat peduli dengan penampilannya.
pada dirinya. Menurut Parasuraman dalam Penguasaan kompetensi yang baik pada
Muninjaya (2015) pelayanan yang servis terhadap pelayanan harus di
dimaksud tersebut antara lain adalah tanamkan dan menjadi unsur yang
kemampuan dalam hal tampilan fisik melekat pada perawat sehingga setiap
(tangibles), kemampuan untuk tindakan atau asuhan yang diberikan
memberikan pelayanan yang dapat bukan hanya terselesainya pekerjaan tapi
diandalkan dan akurat (realibility), juga menghasilkan mutu pelayanan yang
kemauan untuk membantu para pelanggan baik. Tidak semua pasien bisa memahami
dan memberikan pelayanan dengan sebaik perawat sedang sibuk, fasilitas pelayanan
mungkin (responsiveness), pengetahuan yang kurang, tenaga yang kurang,perawat
dan kebaikan karyawan untuk yang tidak ramah,penampilan yang tidak
memberikan kepercayaan dan kayakinan menarik,pekerjaan yang menumpuk
(assurance) serta kepedulian dan sehingga perawat tidak bisa memberikan
perhatian terhadap pelanggannya secara pelayanan yang optimal. Pasien
individu (empathy). membutuhkan respon yang cepat dalam
Transformational service sebagai setiap keluhan nya ,terlebih Puskesmas
servis pada tingkatan tertinggi diharapkan selama ini masih dianggap sebagai pilihan
mampu mengubah karakter pelanggan kunjungan kedua apabila ada rumah sakit
karena mampu memberikan solusi atas dalam satu wilayah.
masalah pelanggan. Bukan hanya Berdasarkan uraian permasalahan
memunculkan perasaan Exciting saja terkait dengan mutu pelayanan di
sebagai tujuannya, namun lebih dari Puskesmas Tanjung Palas Kabupaten
Indah Nursanti, Model Transformational Service dengan Pendekatan 77

Bulungan, masih kurangnya penerapan group design. Total 80 responden ikut


servis pelayanan yang menggunakan serta dalam penelitian ini. Kemudian
model keperawatan, serta keluhan pasien dibagi menjadi 2, kelompok intervensi dan
tentang pelayanan yang diberikan seperti kelompok kontrol. Menggunakan
petugas perawat dirasakan kurang pengukuran GLMRM, dan dilaksanakan
perhatian terhadap keluhan pasien, kurang selama 4 minggu.
tanggap terhadap keluhan yang di rasakan Kepada masing-masing kelompok
pasien, penampilan yang belum rapi, serta diminta tanggapan tentang mutu
komunikasi yang kurang edukatif serta pelayanan menggunakan kuesioner. Untuk
hasil observasi masih ditemukan perawat kelompok intervensi terlebih dahulu
yang masih bersikap pasif terhadap dilakukan pengukuran 1, setelah diperoleh
pekerjaan, jarang senyum, dan masih tidak hasilnya kemudian diterapkan
peduli dengan penampilannya. Transformational service dengan
Dengan penjelasan tersebut maka pendekatan sistem interpersonal Imogene
permasalahan maka Penerapan Model King . sedangkan kelompok kontrol tidak
Tranformational service dengan mendapat perlakuan. Penerapan ini
pendekatan sistem interpersonal Imogene dilaksanakan selama 4 minggu dan setiap
King efektif diberikan sebagai alternatif 1 minggu dilakukan pengukuran akhir
untuk meningkatkan mutu pelayanan di untuk masing–masing kelompok dan
Puskesmas Tanjung Palas Kabupaten disimpulkan apakah terdapat perbedaan
Bulungan. mutu pelayanan kesehatan antara
kelompok intervensi dan kelompok
METODE PENELITIAN kontrol.
Penelitian ini menggunakan Data diolah menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode komputer. Kaji etik dilakukan oleh
penelitian quasi eksperimental Jenis Komite Etik Riset Fakultas Ilmu
penelitian adalah quasi eksperimen Keperawatan Universitas Muhammadiyah
dengan rancangan pre post with control Jakarta

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frequensi Responden pada kelompok intervensi dan kelompok


kontrol menurut umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

Variabel Kelompok Kelompok Total


Intervensi Kontrol
F Presentase F Presentase F Presentase
Umur
1. < 18 th 5 14,6 4 9,8 9 11,25
2. 18 - 25 th 7 17,1 10 24,4 17 21,25
3. 26 - 35 th 12 29,3 14 34,1 26 32,5
4. 36 - 45 th 8 19,5 6 17,1 14 17,5
5. 46 – 55 th 6 14,6 4 9,8 10 12,5
6. > 55 th 2 4,9 2 4,9 4 5
78 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

Jenis Kelamin
1. Laki-laki 17 42,5 16 40 33 41,25
2. Perempuan 23 57,5 24 60 47 58,75

Pendidikan
1. SMP 16 40 20 50 36 45
2. SMA 18 45 15 37,5 33 41,25
3. Perguruan 6 15 5 12,5 11 13,75
Tinggi
Berdasarkan tabel diatas,dalam hal intervensi terdapat sebanyak 24 (60%) dan
umur dari tabel diatas terlihat sebagian kelompok kontrol terdapat 23 orang
terbesar untuk kelompok kontrol berada (57,5%).
pada kategori 26 sampai 35 tahun, yaitu Dari segi pendidikan pada kelompok
sebanyak 14 orang responden (34,1%). kontrol terdapat 20 responden (50%) yang
Demikian pula untuk kelompok intervensi berpendidikan SMP, 15 responden
untuk kategori yang sama terdapat 12 (37,5%) yang berpendidikan SMA, dan 5
orang responden (29,3%). responden (12,5%) yang berpendidikan
Dalam hal jenis kelamin untuk kelompok Perguruan Tinggi. Sedangkan pada
kontrol terdapat 16 responden (40%) kelompok intervensi terdapat 16
berjenis kelamin laki-laki dan pada responden (40%) yang berpendidikan
kelompok intervensi sebanyak 17 SMP, 18 responden (45%) yang
responden (42,5%). Sedangkan untuk berpendidikan SMA dan 6 responden
jenis kelamin perempuan pada kelompok (15%) berpendidikan Perguruan Tinggi.

Tabel 2. Rata-rata (Mean), SD dan Min-Maks Mutu Pelayanan kesehatan kelompok


kontrol dan kelompok intervensi berdasarkan pengukuran 1 sampai 4.
Variabel Mean N SD SE Min-maks 95% CI
Kontrol
1. Pengukuran 1 75,93 10 4,150 0,648 65-85 74,62-77,24
2. Pengukuran 2 78,41 10 3,860 0,603 67-86 77,20-79,63
3. Pengukuran 3 80,85 10 3,403 0,531 71-88 79,78-81,93
4. Pengukuran 4 83,44 10 2,958 0,462 76-90 82,51-84,37

Intervensi
1. Pengukuran 1 76,20 10 4,760 0,743 65-86 74,69-77,70
2. Pengukuran 2 79,59 10 4,466 0,698 68-87 78,18-81,00
3. Pengukuran 3 89,24 10 4,928 0,770 76-99 82,69-85,80
4. Pengukuran 4 88,29 10 5,419 0,846 78-109 86,58-90,00

Berdasarkan table 2 tersebut diatas berulang-ulang terbukti mutu pelayanan di


mutu pelayanan kesehatan pada kelompok kedua kelompok terjadi peningkatan. Hal
intervensi maupun kontrol trend ini dapat dilihat pada nilai mean pada
perkembangannya positif. Artinya, dari setiap pengukuran mulai dari pengukuran
hasil pengukuran yang dilakukan secara pertama sampai pengukuran ke empat.
Indah Nursanti, Model Transformational Service dengan Pendekatan 79

Tabel 3. Rata-rata (Mean), SD dan Min-Maks Mutu Pelayanan Kesehatan pada


kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada Pengukuran 1 dan 4.

Variabel Mean N SD SE Min- 95% CI Mean p-


maks dif Value
Intervensi
Pengukuran 1 76,20 10 4,760 0,743 65-86 74,69-77,70 21,50 0,000
Pengukuran 4 88,29 10 5,419 0,846 78-109 86,58-90,00 0,000

Kontrol
Pengukuran 1 75,93 10 4,150 0,648 65-85 74,62-77,24 20,50 0.000
Pengukuran 4 83,44 10 2,958 0,462 76-90 82,51-84,37 0,000

Rata-rata Mutu Pelayanan 4 adalah 86,58 - 90,00. Hasil analisis


Kesehatan pada kelompok intervensi dan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
kelompok kontrol antara pengukuran 1 mutu pelayanan kesehatan pada kelompok
dan setelah intervensi atau pengukuran 4 intervensi memiliki proporsi yang berbeda
diterapkan Model Transformational antara pengukuran 1 dan pengukuran 4,
Service dengan sistem interpersonal dengan nilai Delta 21,50 dan p-Value
Imogene King khusus untuk pengukuran 0,000
seperti tergambar dalam tabel 5.3 Sedangkan hasil analisis nilai rata-
dibawah. rata mutu pelayanan kesehatan di
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa Puskesmas Bumi Rahayu sebagai
terdapat perbedaan nilai rata-rata mutu kelompok kontrol pada pengukuran 1
pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah 75,93 dengan standar deviasi 4,150
Tanjung Palas sebagai kelompok dan rata-rata pada pengukuran 4 adalah
intervensi antara sebelum intervensi dan 83,44 dengan standar deviasi 2,958. Hasil
setelah intervensi. Dalam pengukuran 1 estimasi confident interval untuk 95% CI
atau sebelum intervensi nilai mean 76,20 diyakini mutu pelayanan kesehatan pada
dengan standar deviasi 4,76 dan setelah pengukuran 1 pada kelompok kontrol
intervensi nilai mean 88,29 dengan adalah antara 74,62 sampai dengan 77,24
standar deviasi 5,419. dan estimasi interval pada mutu pelayanan
Hasil estimasi confident interval kesehatan pada pengukuran ke 4 adalah
dapat disimpulkan bahwa untuk 95% CI 82,51 sampai dengan 84,37, nilai Delta
diyakini mutu pelayanan kesehatan pada 20,50 dengan p-Value 0,000. Hasil
pengukuran ke 1 pada kelompok analisis tersebut menujukkan bahwa
intervensi adalah antara 74,62 - 77,70 dan distribusi mutu pelayanan rata-rata
hasil estimasi confident interval mutu responden pada kelompok kontrol
pelayanan kesehatan pada pengukuran ke memiliki proporsi yang berbeda.
80 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

Tabel 4. Mutu pelayanan kesehatan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
dari hasil Pengukuran 1 dan Pengukuran 4.

Variabel Mean N SD p-Value


Intervensi :
1. Pengukuran 1
2. Pengukuran 4 76,20 10 2,450 0,000
3. Kenaikan 88,29 10 5,633
12,09
Kontrol :
1. Pengukuran 1
2. Pengukuran 4 75,93 10 0,978 0,000
3. Kenaikan 83,44 10 1,551
07,51

Hasil analisis diatas menunjukkan Sedangkan nilai rata-rata mutu


bahwa nilai rata-rata mutu pelayanan pelayanan kesehatan pada kelompok
kesehatan pada kelompok intervensi pada kontrol pada pengukuran 1 diperoleh nilai
pengukuran 1 adalah 76,20 dengan standar rata-rata atau mean sebesar 75,93 dengan
deviasi 2,450 dan nilai rata-rata mutu standar deviasi 0,978. Sedangkan pada
pelayanan kesehatan setelah intervensi pengukuran 4 diperoleh mean 83,44
atau pengukuran 4 adalah 88,29 dengan dengan standar deviasi 1,551. Hasil uji
standar deviasi 5,633. Terjadi kenaikan statistik didapatkan nilai p value sebesar
rata-rata skore mutu pelayanan sebesar 0,000 sehingga dapat disimpukan bahwa
12,09. ada perbedaan yang signifikan antara
Hasil uji statistik perbedaan kedua mutu pelayanan pada kelompok kontrol
nilai rata-rata (mean) pada kelompok antara pre test dan pos test. Dengan
intervensi didapatkan nilai p value sebesar demikian juga terjadi peningkatan sebesar
0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa 7.51. Namun demikian besarnya nilai
ada perbedaan yang signifikan dalam hal perbedaan antara pre dan post test di
mutu pelayanan bagi responden antara Puskemas kontrol tidak sebesar di
sebelum dan setelah intervensi. Puskesmas kelompok intervensi.

Tabel 5. Uji Normalitas data mutu pelayanan kesehatan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

Kelompok Variabel Z-Value P-Value Kesimpulan


Intervensi -.Pengukuran 1
-.Pengukuran 2 1,161 0,135 Normal
-.Pengukuran 3 0,622 0,834 Normal
-.Pengukuran 4 0,969 0,304 Normal
1,113 0,168 Normal
Kontrol
-. Pengukuran 1 1,230 0,097 Normal
Indah Nursanti, Model Transformational Service dengan Pendekatan 81

-. Pengukuran 2 1,366 0,048 Normal


- Pengukuran 3 1,162 0,134 Normal
-. Pengukuran 4 1,262 0,083 Normal

Tehnik yang dilakukan peneliti


untuk menguji normalitas adalah Repeated Measure
menggunakan Kolmogorov-Semirnov pada Gambar 1. Metode Analisis General
semua pengukuran kelompok intervensi Linier Model-Repeated Measure
maupun kontrol. menunjukkan hasil uji Dapat dilihat trend perubahan
normalitas distribusi data kelompok untuk kelompok intervensi yang terus
intervensi dan kontrol menunjukkan
keadaan normal, karena p-Value > 0,05.
walaupun pada pengukuran 2 untuk
kelompok kontrol p-Value 0,048 atau
sedikit < 0,05, akan tetapi nilai tersebut
bisa diabaikan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kedelapan pengukuran mutu
pelayanan kesehatan di kedua kelompok
berdistribusi normal.

Tabel 6. Uji Sperisitas pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol
Kelompok Greenhouse- F
Geisser
Intervensi 1,708
286,573
meningkat mulai dari pengukuran 2
Kontrol 1,708 17,192 sampai pengukuran 4. Akan tetapi
perubahan tersebut dalam upaya
Uji sphericity menggunakan uji meningkatkan mutu pelayanan belum
Mauchly dengan nilai p= Value< 0,05 mencapai titik optimum.
(p value =0,000), maka data tidak
memenuhi syarat sperisitas sehingga PEMBAHASAN
peneliti menggunakan nilai koreksi Berdasarkan hasil penelitian
Greenhouse-Geisser 1,708, dan dapat didapatkan bahwa model
disimpulkan bahwa uji Sphericity dapat Transformational Service dengan
terpenuhi dan data proporsional. Pendekatan sistem interpersonal Imogene
Untuk mengetahui perkembangan King dan pengaruhnya terhadap mutu
efektifitas dari waktu ke waktu dari pelayanan kesehatan yang diberikan pada
penerapan model Transformational kelompok intervensi mempunyai
Service dengan sistem interpersonal pengaruh yang sangat kuat yang
Imogene King peneliti menggunakan tergambar pada pengukuran 1,
metode analisis General Linier Model- pengukuran 2, pengukuran 3 dan
82 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

pengukuran 4 pada tabel GLM-RM pendidikan saja tapi juga dipengaruhi


(General Linear Model Measure Repeat ). oleh perilaku Transformational service.
Hasil pengukuran didapatkan setelah Peneliti berpendapat perubahan
pemberian intervensi Model yang lebih baik pada sebuah organisasi/
Transformational Service dengan pihak manajemen harus di rencanakan
pendekatan sistem interpersonal Imogene dengan tepat pada sebuah promosi dalam
King di Puskesmas Tanjung Palas, bahwa pelayanan yang diselaraskan dengan Visi
81,81 % artinya Model Transformational dan Misi organisasi, tidak hanya
Service dengan pendekatan sistem memfokuskan pada pelaksanaan program
interpersonal Imogene King efektif saja tetapi juga penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ditanamkannya prinsip-prinsip dalam
di Puskesmas Tanjung Palas Kabupaten pelayanan yang didukung oleh SOP,
Bulungan. kebijakan dan dilanjutkan dengan
Peneliti menilai bahwa mutu motivasi untuk perubahan yang lebih baik
pelayanan kesehatan yang diberikan secara terus menerus dan pemberian
kepada pasien sebagai pelanggan reward kepada staf.
dipengaruhi oleh sebuah perilaku yang Selain itu penting juga ditekankan
dapat diamati dan ditemukan dalam sistem dalam melakukan perencanaan.
kesehatan di masyarakat. Dimana tujuan Perencanaan merupakan langkah awal
keperawatan adalah untuk membantu sebelum kegiatan dilaksanakan yang
individu menjaga kesehatan mereka meliputi kegiatan merumuskan tujuan
sehingga mereka dapat berfungsi dalam puskesmas sampai dengan menetapkan
peran-peran mereka. Karena keperawatan kegiatan alternatif. Tanpa ada
adalah sebuah proses aksi, reaksi, dan perencanaan puskesmas, tidak akan ada
transaksi interpersonal serta persepsi kejelasan kegiatan yang akan
seorang perawat dan seorang pasien yang dilaksanakan oleh staf untuk mencapai
mempengaruhi proses sebuah pelayanan tujuan puskesmas (Alamsyah,2011).
sesuai dengan sistem interpersonal Menurut Bodek dalam Almalki, et
Imogene King. al (2012) pegawai memiliki keinginan
Dari penelitian Aisyah (2016) untuk dihormati atau dihargai atas
didapatkan bahwa perawat yang dimensi pekerjaan yang dilakukan dan karakter
konteks kerjanya yang baik mempunyai diri mereka sendiri. Peneliti berpendapat
peluang 2,121 kali akan menghasilkan hal ini lah yang menjadi latar belakang
mutu pelayanan yang baik juga. Hal ini trend yang tergambar pada hasil di tabel
menjawab apa yang tergambar pada GLM-RM (General Linear Model
perubahan kelompok intervensi dan Measure Repeat ) . Jurnal Nerima (2011)
kelompok kontrol pada pengukuran ke 4 menyatakan bahwa motivasi perawat
dengan nilai mean pada kelompok secara signifikan lebih tinggi dari dokter
intervensi 88,29 dan 83,44 pada kelompok dengan tingkat kepuasan kerja umum (p -
kontrol . Value > 0,05). Dari informasi yang
Kualitas pelayanan kesehatan didapatkan bahwa kelompok kontrol
yang baik ditentukan oleh kompetensi sebelumnya pernah mendapatkan
dari perawat sebagai petugas kesehatan, pelatihan tentang Standar Pelayanan
tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat Prima, hal ini pula yang dianggap sebagai
Indah Nursanti, Model Transformational Service dengan Pendekatan 83

salah satu penyebab kenaikan pada kepemimpinan dalam manajemen


perubahan Mean dari pengukuran 1, 2, 3, keperawatan merupakan kemampuan dan
dan 4 nya. Akan tetapi masalah ini bukan ketrampilan seorang manajer keperawatan
merupakan tujuan dari peneliti untuk dalam mempengaruhi perawat lain
membandingkan jenis pelatihan servis dibawah pengawasannya untuk
yang berbeda. Penelitian Rodwell ,et al melaksanakan tugas dan tanggung jawab
(2008) menyimpulkan bahwa ada dalam memberikan pelayanan
hubungan positif dan signifikan baik keperawatan sehingga tujuan keperawatan
secara parsial maupun stimultan tehadap tercapai. Ditambahkan pula dengan
praktik komunikasi organisasional dengan pengorganisasian yang baik.
kinerja karyawan. Peneliti berpendapat Pengorganisasian merupakan serangkaian
komunikasi organisasi yang baik telah kegiatan manajemen untuk menghimpun
disampaikan kelompok kontrol sehingga semua sumber daya yang ada di
trend ini bisa terjadi. Penelitian Sulistyo Puskesmas dan dimanfaatkan secara
(2009) juga menekankan terdapat efisien untuk program kesehatan. Selain
pengaruh yang signifikan komunikasi itu diperlukan juga motivasi perawat
organisasional terhadap kinerja karyawan. seperti yang diungkapkan oleh penelitian
Fungsi komunikasi sebagai pengendali Ria (2016) bahwa terdapat hubungan
perilaku anggota organisasi dan saat antara motivasi perawat dengan
organisasi menyampaikan keluhan terkait pelaksanaan asuhan keperawatan. Dimana
pelaksanaan tugasnya. Hal ini lah yang mutu pelayanan diukur dari pelaksanaan
memperkecil kemungkinan terjadi proses asuhan keperawatan yang melibatkan
pemecahan masalah yang produktif dalam sistem interpersonal pada perawat dan
interaksi antar individu dalam kelompok pasien. Desain pelayanan transformatif
yang berbeda. yang bertujuan untuk meningkatkan
Sedangkan dari trend perubahan kesejahteraan layanan dan kesejahteraan
yang tergambar pada hasil di tabel GLM- entitas konsumen dengan berfokus kepada
RM (General Linear Model Measure peningkatan hasil pelayanan kesehatan
Repeat ) kelompok intervensi pada memang dibutuhkan agar memperoleh
pengukuran 1,2,3 dan 4 juga didukung manfaat dari keterlibatan dan kolaboratif
oleh faktor kepemimpinan. Dimana pasien maupun penyedia layanan , Sidney
seorang pemimpin harus mampu Anderson, et al (2017).
memastikan bahwa bawahan Pada hasil penelitian di
melaksanakan pekerjaannya berdasarkan pengukuran 1, 2, 3 dan 4 di kelompok
ketrampilan yang dimiliki dan komitmen intervensi dapat disimpulkan total nilai
terhadap pekerjaan untuk menghasilkan rata-rata yaitu 23,07 % Responsiveness
keluaran yang terbaik. Robbins (Daya tanggap) , 20 % Assurance
menyatakan kepemimpinan merupakan (jaminan) , 18,85 % Tangibles (bukti
kemampuan untuk mempengaruhi fisik), 14,65 % Emphaty (Empati), 15,62
kelompok dalam mencapai tujuan yang % Realibility (kehandalan). Dari standar
dapat bersumber dari formal seperti posisi nilai kuisioner dengan jumlah total nilai
atau kedudukan dalam suatu organiasi. 110 ,maka dapat dijelaskan bahwa hal
Menurut Kron yang diungkapkan pada yang perlu ditingkatkan pada kelompok
penelitian Sri Aryanti (2017) bahwa
84 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

intervensi yaitu Emphaty (Empati), dan Transformational Service dengan


Realibility (kehandalan). Pendekatan sistem interpersonal
Sedangkan pada kelompok kontrol Imogene King mengalami peningkatan
di pengukuran 1,2,3, dan 4 dapat pada pengukuran 1 dan pengukuran ke
disimpulkan total nilai rata-rata yaitu 4 dengan perbedaan nilai rata-rata
18,37%Responsiveness (Daya tanggap) , yang signifikan
17,6 % Assurance (jaminan) , 14,7 % 3. Mutu pelayanan kesehatan Puskesmas
Tangibles (bukti fisik), 15,7 % Emphaty Bumi Rahayu Kabupaten Bulungan
(Empati), 16,37% Realibility yang tidak menerapkan model
(kehandalan). Tranformational service dengan
Asumsi peneliti bahwa ada pendekatan sistem interpersonal
beberapa hal yang perlu ditingkatkan dan Imogene King pada pengukuran 1 dan
ada yang dipertahankan pada kelompok pengukuran 4 ternyata juga mengalami
kontrol dan intervensi. kenaikan dengan perbedaan nilai rata-
Untuk dapat melaksanakan rata yang signifikan walaupun tidak
pembangunan kesehatan puskesmas perlu setinggi nilai rata-rata pada kelompok
ditunjang oleh manajemen yang baik. intervensi.
Manajemen puskesmas adalah rangkaian 4. Adanya perbedaan signifikan pada
kegiatan yang bekerja secara sistematis Mutu Pelayanan kesehatan setelah
untuk menghasilkan luaran puskesmas dilakukan intervensi Model
yang efektif dan efisien (Kemenkes Transformational Service dengan
,2012). Manajemen diselenggarakan Pendekatan sistem interpersonal
sebagai proses pencapaian tujuan, Imogene King pada Puskesmas
menselaraskan tujuan organisasi dan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan
tujuan pegawai puskesmas, mengelola dan Kalimantan Utara pada pengukuran 1,
memberdayakan sumber daya dalam 2, 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa Ha
rangka efisiensi dan efektifitas puskesmas, diterima.
sebagai proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah, proses kerjasama DAFTAR RUJUKAN
dan kemitraan dalam pencapaian tujuan Aisyah, (2016). Pengaruh Pelatihan
puskesmas (Alamsyah, 2011). terhadap Peningkatan
Kemampuan Supervisi Ketua Tim
KESIMPULAN DAN SARAN dalam rangka peningkatan
1. Model Transformational Service Kualitas Dokumentasi Asuhan
dengan pendekatan sistem Keperawatan Standar Akreditasi
interpersonal Imogene King dan Rumah Sakit Versi 2012, Tesis
pengaruh terhadap mutu pelayanan tidak dipublikasikan, Universitas
kesehatan di Puskesmas Tanjung Palas Muhammadiyah Jakarta.
Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara Dian Yudhawati, Alimatus & Reny,
dapat dapat diketahui pengaruhnya . (2016). Pengaruh Pelatihan
2. Mutu pelayanan kesehatan di Kepemimpinan Transformasional
Puskesmas Tanjung Palas Kabupaten Supervisor terhadap mutu
Bulungan Kalimantan Utara sebelum pelayanan pramuniaga di Flora
dan sesudah intervensi model
Indah Nursanti, Model Transformational Service dengan Pendekatan 85

Grup, Universitas Mercu Buana, pelaksana di ruang rawat inap


Yogyakarta. Rumah Sakit Tk II Kartika Husada
Kemenkes (2012) Bentuk Pelayanan Pontianak, Tesis tidak
Puskesmas, Jakarta . dipublikasikan, Universitas
Muninjaya (2015).Manajemen Mutu Muhammadiyah Jakarta.
Pelayanan Kesehatan, Sidney Anderson,et al (2017),
EGC,Jakarta Transformative service research
Ria Anugrahwati, (2016). Faktor-faktor and service design: synergistic
yang berperan terhadap effect in healthcare,
pelaksanaan asuhan keperawatan htttps://doi.org/.10.1080/02642069
berdasarkan standar akreditasi .2017.1404579, di upload 11
Rumah Sakit Hermina Podomoro agustus 2018 00.00
Jakarta, Tesis tidak Widi Utami & Ahmad Alim, (2012).
dipublikasikan, Universitas Pengaruh Dimensi Kualitas
Muhammadiyah Jakarta Pelayanan Puskesmas S.Parman
Sri Ariyanti (2017). Hubungan Banjarmasin Terhadap Kepuasan
Karakteristik Perawat dan Pasien dalam memperoleh
Karakteristik Organisasi dengan Pelayanan Kesehatan, Universitas
Perilaku Caring perawat Lambung Mangkurat.

S-ar putea să vă placă și