Sunteți pe pagina 1din 8

-~~

Jurnal llmu Pertanian Indonesia, April 2011, him. 35-42 Vol. 16 No.1
ISSN 0853- 4217

PERENCANAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN YANG TERKENA


DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PENAMBANGAN KAPUR
-4

(LAND MANAGEMENT PLANNING WHICH INFLUENCED BY LAND USING


FOR LIME MINING ACTIVITY)

Oteng Haridjaja 1 >, Wiwik Dwi Haryanti 2>, Rina Oktaviani 3 >

ABSTRACT
The need of cement industry mine material to support the requirements on agricultural land resource as
livelihood is two different interest that have a potential to emerge conflict of interest on nature resource
utilization. Knowing the nature and human resource potentials as well as determining the direction of utilization
planning strategy for sustainable land management. Research was carried out from November 2008 - April 2009.
This is a descriptive qualitative study to describe the field condition. For determining sustainable land utilization
and management priority was used AHP by pair elements comparison method. General condition explained that
land utilization for ecologically agriculture commodities is on appropriate land: un-suitability (NS), marginally
suitability (S-3t, and S-3gt) for seasonal plants, as well as un-suitability (NS), marginally suitability (S-3te),
and moderatly suitability (S-2te) for annual plants. The agricultural, industrial, and husbandry commodities that
have proper economic potential is cassava, long bean, cucumber, mangoes, wood (albasia), tapioca industry, and
goats husbandry. Main job as farmers is 85 %, 83°/o don't have an own land so they need an agricultural land.
It is very important for their who have livelihood as a paisant, 72°/o moreover for theirs who were in a
productive age. Result of AHPto determine the direction of land utilization and management pre, post, and non
mining land showed that the stakeholders group who have important role on all land condition is the corporate.
Priority ecology aspect on pre and post mining, socially aspect is on non-mining land utilization and
management, the main choice for non-mining land utilization and management is food plants. Although value
priority of bio-fuel plantation is higher than value priority of food plants, but food plants have more useful in
social and economic. Priority pre-mining land utilization and management is food plants, and post-mining is land
management based on sustainable environment

Keywords: land, management, mining, sustainable.

ABSTRAK
Bahan tambang industri semen untuk mendukung pembangunan nasional dan lahan pertanian masyarakat
sekitar kawasan penambangan, akan berpotensi menimbulkan konflik kepentingan dalam pemanfaatannya. Oleh
karena itu diperlukan perencanaan dalam pengelolaan sumberdaya lahan tersebut. Penelitian bertujuan untuk
menyusun arahan stratregis perencanaan pengelolaan lahan kawasan penambangan berkelanjutan dengan cara
deskriptif-kualitatif untuk menggambarkan kondisi lapangan melalui survai. Pengumpulan data primer dan
sekunder dilakukan Nopember 2008 - April 2009. Penetapan prioritas pengelolaan digunakan Analytical
Hierarchy Process (AHP) dengan metoda perbandingan berpasangan. Secara ekologis kawasan lahan tambang
ini termasuk lahan: tidak cocok (NS), cocok marjinal (S-3t, S-3gt) untuk tanaman semusim, sedangkan untuk
tanaman tahunan termasuk: tidak cocok (NS), cocok marjinal (S-3te), dan cukup cocok( S-2te). Komoditas
tanaman pertanian, industri dan peternakan yang berpotensi ekonomi adalah: ubi-kayu, kacang-panjang,
mentimun, mangga, albasia, tepung-tapioka, dan peternakan kambing. Penduduk bermata-pencaharian utama
adalah petani (85%), dengan 83% tidak memiliki lahan dan dalam kondisi umur produktif sebanyak 72%. Hasil
AHP menunjukan peranan perusahaan penambangan sangat menentukan arahan pengelolaan penggunaan lahan
pada pra tambang dan lahan yang tidak ditambang, dengan prioritas pilihan tanaman pangan; sedangkan pada
lahan pasca tambang perlu dikelola yang diarahkan untuk keberlanjutan lingkungan.

Kata kunci: Berkelanjutan, lahan, pengelolaan, tambang.

ll Dep. Ilmu Tanah dan Sumberdaya La han, Fakultas


PENDAHULUAN
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
2
l Alumnus Sekolah Pascasarjana, Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Sumberdaya alam (SDA) baik hayati maupun
Pertanian Bogor non-hayati sangat besar peranannya bagi
3
l Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
36 Vol. 16 No. 1 J.llmu Pert. Indonesia

kelangsungan hidup manusia, eksploitasi sumberdaya pertimbangan dalam perencanaan pengelolaan


alam yang melimpah diimbangi dengan melihat daya sumberdaya alam berkelanjutan.
dukungnya (Mitchell/ 2007). Jika eksploitasi dilakukan 2. Menganalisis pilihan alternatif kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan manusia maka pemanfaatan dan pengelolaan lahan pra tambang
kerusakan dan kehilangan sumberdaya alam akan dan tidak ditambang serta arahan kebijakan
mengancam keberlanjutan kehidupan manusia dalam pengelolaan lahan pasca tambang yang
(Suripin, 2002). berkelanjutan.
Pengelolaan lahan untuk pertambangan
andalan perekonomian negara dalam pengelolaannya
tidak lepas dari berbagai permasalahan antara lain;_ BAHAN DAN METODE
dampak aktivitas penambangan berpotens1
Penelitian bersifat deskriptif kualitatif untuk
menimbulkan kerusakan lahan, konflik dengan
menggambarkan kondisi SDA di lapangan melalui
masyarakat yang juga memiliki akses terhadap
data literatur dan pengamatan lahan di lapangan
sumberdaya lahan di atasnya (Anwar, 2005), serta
serta metode Partisipatory Rural Appraissal {PRA)
keberlanjutan sumberdaya alam dan manusianya
mengenai kondisi potensi ekonomi, sosial dan
(Suyanto, 2006). Keberadaan kawasan tambang
kelembagaan di Desa Lulut dan Leuwikaret
diantara kawasan pedesaan berpotensi besar
Kecamatan Kalapanunggal, serta Desa Hambalang
terjadinya permasalahan, antara lain bentu~an
Kecamatan Citeureup. Desa-desa tersebut berada
kepentingan/akses sumberdaya, ketimpangan sos1al~
pada kawasan penambangan kapur PT Indocement
dampak langsung aktivitas penambangan sepert1
Tunggal Perkasa (ITP) Tbk Unit Citeureup Kabupaten
debu, kebisingan, pencemaran maupun perubahan
Bogar. Penelitian dilaksanakan mulai November 2008
iklim mikro sebagai akibat pembukaan lahan untuk
sampai April 2009.
penambangan (Surianegara, 1978). Pengelolaan
Analisis ekologis digunakan untuk
Lahan kawasan tambang PT ITP yang luasannya
mengetahui kondisi biofisik sumberdaya alam dan
kurang lebih 2000 ha harus direncanakan agar
lahan (SOL), perbandingan usaha ekonomi yang telah
memiliki manfaat baik secara ekologis, ekonomi dan
dan sedang dilaksanakan saat ini sesuai daya dukung
sosial sehingga keberlanjutan potensi sumberdaya
dan kemampuan sumberdaya alam dan lahan, dan
alam terjamin (Agus dan Husen, 2005).
kebijakan pemerintah dalam Rencana Tata Ruang
Selain berbagai permasalahan tersebut,
dan Wilayah (RTRW).
dampak penambangan terhadap kerusakan
Kesesuaian lahan (Arsyad, 2000) menjadi dasar
sumberdaya lahan pasca tambang merupakan faktor
rujukan dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan
lain yang harus diperhatikan dalam pengelolaan lahan
dengan mengetahui berbagai faktor pembatas
kawasan tambang (Sukmana, 2003). Kerusakan
dengan melakukan pengamatan lapangan serta cross
lahan pasca tambang antara lain: perubahan land
check peta kesesuaian lahan yang dikeluarkan oleh
scape yang biasanya menimbulkan cekungan-
Lembaga Penelitian Tanah Bogar Tahun 1979 dengan
cekungan, hilangnya unsur tanah, menurunnya
skala peta 1 : 50.000.
kesuburan tanah, dan perubahan iklim kawasan
Jumlah responden 60 orang terdiri dari
merupakan dampak operasionalisasi tambang yang
30 responden dari Desa Lulut dan Leuwikaret, karena
harus ditanggulangi. Peraturan yang berlaku
lokasi berbatasan langsung dengan kawasan
berdasarkan KEPMEN 1211K Tahun 1995 tentang
penambangan kapur pada Quarry C, D, dan E.
Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan
30 responden lainnya masyarakat Desa Hambalang
Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha
berbatasan langsung dengan aktivitas penambangan
Penambangan Umum dan PERMEN ESDM No. 18
tanah liat pada Quarry Hambalang. Jumlah
Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan
responden masing-masing desa ditentuka~
Tambang. Reklamasi lahan bekas tambang terdiri dari
berdasarkan pertimbangan jumlah penduduk petam.
dua kegiatan yaitu; pemulihan lahan bekas tambang
Berdasarkan data monografi desa tahun 2006, jumlah
untuk memperbaiki lahan terganggu ekologi dan
penduduk petani di Desa Lulut 591 orang dan Desa
mempersiapkan lahan bekas tambang yang diperbaiki
Leuwikaret 1275 orang. Dengan demikian dalam
ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya (Latifah,
pengambilan sampel responden digunakan metod~
2003). Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan
quota sampling yaitu membandingkan jumlah petam
untuk:
satu desa dengan jumlah petani tiga desa dikalikan
1. Menganalisis potensi sumberdaya alam/biofisik
jumlah responden yang akan diambil. Oleh karena it~
ekologis, ekonomi, sosial dan kelembagaan di
responden masing-masing desa diambil 10 orang dan
kawasan penambangan, sebagai dasar
Desa Lulut dan 20 orang dari Desa Leuwikaret.
---- -~~--

Vol. 16 No.1 J.IImu Pert. Indonesia 37

Pada kajian ekonomi, kriteria net present value, Komoditas pertanian dan perkebunan terdiri
nilai uang secara nyata saat ini didasarkan pada dari tanaman pangan, sayuran, buah-buahan seperti
konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai manggis, rambutan, duku, dan tanaman produksi
sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas kayu. Perkebunan cengkeh, kopi, karet, dan kayu
masuk dan keluar selama umur investasi ke nilai merupakan perkebunan milik swasta. Komoditas
sekarang, kemudian menghitung angka neto, maka buah banyak ditanam di pekarangan. SDL relatif luas,
diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang terutama di Desa Hambalang dengan luas wilayah
sama, yaitu harga (pasar) saat ini, sedangkan pada 4.270 hektar lahan; namun pemilik lahan berasal dari
perhitungan IRR, Nilai NPV ditentukan dulu = 0 , luar penduduk setempat, meskipun untuk sementara
ker:nudian dicari berapa besar arus pengembalian masyarakat dapat memanfaatkan lahan.
(diskonto) (i) agar hal tersebut terjadi. Operasionalisasi tambang berlangsung di
Analisis sosial dilakukan secara deskriptif quarry D luasnya 1.022,89 ha. Berdasarkan asumsi
statistik untuk melihat potensi sumberdaya manusia selama 34 tahun luas lahan yang sudah ditambang
berdasarkan tingkat pendidikan, kondisi sosial hingga batas maksimal kedalaman deposit yang
ekonomi, usaha ekonomi, dan mengenai dapat dambil, pada quarry A dan D kurang lebih
pemanfaatan SDL dan persepsi masyarakat terhadap 100 ha, maka pada quarry D dimungkinkan masih
pemanfaatan lahan, menjadi pertimbangan dalam sangat lama. Demikian pada quarry Hambalang,
merumuskan alternatif pilihan dalam pemanfaatan sejak ditambang pada tahun 1989 kurang lebih
dan pengelolaan lahan baik pada lahan yang tidak 20 tahun luas lahan yang sudah dibuka mencapai
ditambang maupun pada lahan pra dan pasca kurang lebih 100 ha, dan masih terdapat 300 ha yang
tam bang. belum dibuka dan dimanfaatkan penduduk dengan
Penentuan keputusan dalam pemanfaatan dan rata-rata pembukaan lahan pertahun 4 -5 ha.
pengelolaan SDL pra dan pasca tambang Kawasan tambang kapur tercantum dalam
menggunakan metode analisis hierarki proses (AHP) RTRW hanya Quarry D, sedangkan Quarry C,E, dan
didasarkan pada aspek biofisik/ekologis, ekonomi, Pabuaran belum ada. Kawasan tambang di Desa
sosial dan kelembagaan. Metode AHP memiliki Hambalang dengan izin Pemerintah Daerah yaitu
keunggulan untuk menjelaskan proses pengambilan SIPD Batu Gamping/ Kapur bernomor 541.3/209
keputusan yang digambarkan secara grafis sehingga Distamben. Yan/2000 seluas 2.867 ha di Quarry D,
mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dan SIPD Hambalang bernomor 541.3/210
dalam pengambilan keputusan. Keunggulan lain Distamben. Yan/2003 seluas 2.344,5 ha dituangkan
adalah dapat menguji konsistensi penilaian, bila pada peta revisi RKL dan RPL tahun 2007 belum
terjadi penyimpangan yang jauh dari nilai konsistensi tertuang dalam RTRW Kabupaten Bogar.
sempurna, maka penilaian perlu diperbaiki, atau Berdasarkan Peta RTRW, 70% kawasan
hierarki harus distruktur ulang (Saaty da/am Marimin, pemukiman penduduk di Desa Lulut (977,84 ha),
2004). Analisis data dilakukan menggunakan termasuk lahan pertanian sawah non irigasi di sekitar
perangkat komputer dengan program expert chaise aliran sungai Cileungsi dan Cibuluh. Kawasan zona
2000. tambang kurang lebih 30% (418,84 ha) dari luas
desa. Di Desa Leuwikaret zona tambang dan
pemukiman masing-masing 18% (488,32ha), hutan
HASIL DAN PEMBAHASAN produksi 53% (1.395,22 ha) dan hutan lindung 11%
(279,15 ha) di kawasan Gunung Cioray. Saat ini
Desa-desa lokasi kawasan tambang memiliki masyarakat menjadikan mata air yang letaknya di
potensi ekologis antara lain: Iklim; Desa Lulut, kawasan Gunung Cioray menjadi sumber air
Leuwikaret dan Hambalang dipengaruhi tipe iklim C masyarakat. Di Desa Hambalang peruntukan wilayah
bercurah hujan cukup besar (1500-2500 mm/tahun) lahan perkebunan 28% (1.191,76 ha), pertanian
dan bulan basah lebih dari 6 bulan. Potensi ini lahan kering 68% (2.893,78 ha), dan sebagian kecil
mendukung kebutuhan petani dengan usaha lahan pemukiman 2% (99,06 ha).
pertanian banyak dilakukan di lahan kering, namun Kesesuaian lahan pertanian Desa Lulut dan
berpotensi menyebabkan kerusakan SDL dengan Leuwikaret sebagian merupakan petani dengan
kondisi topografi lahan cenderung bergelombang komoditas: albasia, akasia, mahoni dan bambu.
sampai berbukit dengan lereng curam. Lokasi Buah-buahan: manggis, rambutan, duku banyak
kawasan tambang merupakan hamparan perbukitan ditanam masyarakat. Kedua jenis tanaman tersebut
yang memanjang dan meluas. Di Desa Hambalang ditanam di lahan pekarangan dan lahan buffer zone
terdapat pegunungan/perbukitan dan di Desa milik PT ITP pada tingkat kesesuaian S-3te untuk
Leuwikaret terdapat gua karst.
= 38 Vol. 16 No. 1 J.IImu Pert. Indonesia

tanaman tahunan. Tanaman pangan: padi lahan maka petani kehilangan sumber mata pencaharian
kering, jagung, singkong, kacang tanah, kacang karena 47% tidak memiliki mata pencaharian
panjang, cabe, ketimun, dan buncis. Komoditas ini tambahan. Indikasi petani membutuhkan SOL
diusahakan di lahan zona aman berbatasan dengan sebagai sumberdaya ekonomi keluarga berkelanjutan.
wilayah pemukiman, pada kesesuaian lahan NS Penduduk umur produktif 50% membutuhkan
untuk tanaman semusim dan padi sawah. Lahan pra lapangan kerja dan usaha. Tingkat pendidikan
tambang dengan kesesuaian lahan NS untuk masyarakat desa (34% di Desa Lulut, 9% dari 15%
= tanaman semusim, dimanfaatkan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pokok petani sehari-hari.
di Desa Leuwikaret lulus sekolah, dan 69% di Desa
Hambalang) menunjukkan rendahnya sumberdaya
Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian di Desa man usia.
= Hambalang sesuai untuk komoditas tanaman pangan
di desa Hambalang; ubi kayu, jagung, dan kacang
Hasil AHP dalam pemanfaatan dan pengelolaan
lahan tidak ditambang berkelanjutan dilakukan
tanah. Ubi kayu merupakan komoditas dominan analisis prioritas aktor berperan, prioritas aspek dan
pada lahan milik swasta (PT ITP, Megatama, Buana prioritas alternatif berdasarkan keseluruhan aspek.
Estate, dan Yayasan Tirasa). Kacang panjang, dan Hasil analisis sebagai berikut : Analisis gabungan
= cabe diusahakan petani pada lahan dengan
kesesuaian NS, S-3t dengan pembatas topografi (t),
pada kelompok stakeholder dengan prioritas aktor
berperan mempengaruhi kebijakan pemanfaatan dan
dan S-3gt dengan pembatas periode pertumbuhan pengelolaan lahan yang tidak ditambang
(g) dan topografi (t). Tanaman tahunan; mahoni, menunjukkan berurutan PT ITP (0,455), masyarakat
!j cengkeh, karet, coklat, dan buah-buahan dengan (0,224), LSM (0,170), Pemda (0,138), dan Perguruan
kesesuaian s- 3te dengan pembatas topografi dan Tinggi (0,104). Indek inkonsistensi analisis 0,03
I bahaya erosi dan S-2te dengan pembatas topografi
dan erosi. Desa Leuwikaret dan Lulut, berada pada
menunjukkan hasil analisis dapat diterima. Aspek
prioritas dalam mencapai tujuan pemanfaatan dan
kategori kesesuaian lahan; tidak sesuai untuk padi pengelolaan lahan yang tidak ditambang pada
sawah, semusim maupun tahunan, kesesuaian tidak kelompok stakeholde!S menunjukkan aspek sosial
sesuai (NS) untuk tanaman padi sawah dan prioritas pertama(0,301), aspek ekonomi (0,280),
semusim, namun sesuai marginal (S-3te) untuk ekologis (0,277) dan kelembagaan (0,141). Prioritas
tanaman tahunan. Di Desa Hambalang berada pada pilihan alternatif berdasarkan kriteria semua aspek:
kategori tidak sesuai (NS) untuk tanaman padi Alternatif ke-1, perkebunan biofuel jarak
sawah dan semusim, namun sesuai marginal (S-3te) pagar merupakan kebijakan perusahaan
untuk tanaman tahunan dan kategori tidak sesuai memanfaatkan lahan kawasan tambang sejalan
(NS) untuk tanaman padi sawah namun sesuai dengan program pemerintah. Tujuannya untuk
marginal (S-3t) untuk tanaman semusim, dan agak menyediakan bahan bakar alternatif yang digunakan
sesuai (S-2te) untuk tanaman tahunan. PT ITP atau perusahaan lain untuk keperluan energi
Berdasarkan potensi ekonomi, komoditas dan sarana penghijauan di lahan kawasan tambang
pertanian dan non pertanian diusahakan; ubikayu, sebagai bentuk komitmen perusahaan pada program
kacang panjang, mentimun, buah manggis, kayu Clean Development Mecanisme (CDM). Alternatif ini
sengon, industri tepung tapioka dan peternakan dipilih PEMDA dan PT ITP, serta pilihan ke-2 LSM.
kambing secara ekonomis berdasarkan analisis NPV Alternatif ke-2 adalah Tanaman pangan (Tp)
dan IRR pada faktor discount rate 14% menunjukkan diprioritaskan untuk pemanfaatan dan pengelolaan
layak diusahakan. Nilai IRR tertinggi pada usaha lahan yang tidak ditambang dengan komoditas padi,
ternak pembesaran kambing (63%) dan terendah jagung, ubikayu, kedelai, kacang panjang, ketimun,
perkebunan buah manggis (17%). Hanya padi ladang cabe, tomat, buncis, dan lain-lain jenis sayuran
(15%) oleh perusahaan menunjukkan NPV dan IRR dataran rendah.
negatif. Alternatif ke-3 untuk Hutan produksi kayu
Berdasarkan potensi sosial dan kelembagaan (Hpk) bagi masyarakat merupakan pilihan utama
pada Gambar 2, kondisi sosial masyarakat sekitar berdasarkan kriteria semua aspek. Permintaan kayu
kawasan penambangan menunjukkan sebagian besar ditingkat lokal cukup baik dengan berkembangnya
(85%) bertani sebagai mata pencaharian utama, 3 industri kayu olahan di Desa Lulut, dan satu unit di
namun 83% dari jumlah petani tidak memiliki lahan Desa Leuwikaret. Jenis tanaman kayu yang
sendiri. Sebanyak 72% petani termasuk umur diusahakan masyarakat baik diusahakan sebagai
produktif, dan tanggungan keluarga 5-6 jiwa 37% tanaman utama maupun pioner adalah albasia,
serta 80% petani memiliki tanggungan keluarga mahoni, dan jati.
masih bersekolah. Jika kehilangan lahan garapan

i
Vol. 16 No.1 J.IImu Pert. Indonesia 39

Alternatif ke-4: Tanaman buah (Tb) menempatkan aspek ekologis prioritas pertama
berpotensi ekologis dan ekonomis: rambutan, duku, (0,400), aspek ekonomi (0,254), aspek sosial (0,199)
manggis dan durian. Buah manggis paling potensial dan aspek kelembagaan (0,147). Pilihan prioritas
dengan pertumbuhan dan produktivitas tinggi. Rata- alternatif berdasarkan kriteria semua aspek:
rata produksi 16,6 kwintal/tahun manggis yang dijual Alternatif ke-1, untuk tanaman pangan.
melalui GAPOKTAN manggis yang beranggotakan Kenyataannya masyarakat telah memanfaatkan
20 orang. Buah berkualitas baik dan memenuhi kawasan pra tambang untuk produksi tanaman
syarat ekspor, didistribusikan ke perusahaan eksportir pangan dipilih masyarakat dan perguruan tinggi
buah manggis. Rata-rata produksi buah pohon usia (0,649 dan 0,367) dan pilihan kedua PT ITP (0,226).
6-.10 tahun 1000 buah/pohon dengan harga Alternatif ke-2 untuk Perkebunan biofuel
Rp 25.000/buah atau Rp 4000-Rp 5000./kg (Januari (Pbf), yang merupakan kebijakan perusahaan dalam
2009), maka pendapatan perpohon dapat mencapai pemanfaatan lahan kawasan tambang. Proyek
Rp 250.000. Rata-rata setiap penduduk memiliki Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn Project)
3-5 pohon manggis. Berdasarkan AHP didapatkan secara ekologis dapat memperbaiki lahan bekas
hasil struktur hierarki arahan kebijakan pemanfaatan tambang dan memanfaatkan lahan tidak ditambang
dan pengelolaan lahan pasca tambang pada Gambar untuk produksi bahan bakar alternatif. Prioritas ini
1 Pendekatan AHP untuk menentukan prioritas dipilih PT ITP (0,604), dan pilihan kedua LSM (0,299).
pilihan terhadap aktor yang mempengaruhi Alternatif ke-3 untuk Hutan produksi kayu
kebijakan, aspek tujuan, dan alternatif pemanfaatan (Hpk) yang dipilih LSM (0,339), pilihan ke-2
dan pengelolaan lahan pra tambang melalui metode masyarakat dan perguruan tinggi (0,217 dan 0,287).
perbandingan berpasangan sebagai berikut: Dari segi pemeliharaan tidak perlu tenaga dan modal
Pilihan prioritas pada kelompok stakeholders relatif besar. Awal penanaman dapat dilakukan
sebagai aktor berperan dalam kebijakan pemanfaatan tumpangsari dengan tanaman semusim ada nilai
dan pengelolaan lahan yang tertinggi adalah PT ITP tambah dari pemanfaatan lahan.
(0,380), PEMDA (0,222), masyarakat (0,206), Alternatif ke-4 untuk penanaman rumput
Perguruan Tinggi (0,107) dan LSM (0,085). Pendapat pakan ternak (Rpt). Alternatif ini pilihan utama
stakeho/de!S menunjukkan masyarakat memiliki PEMDA (0,397). Perguruan tinggi pada pilihan ke-3
prioritas tertinggi (0,401) menurut PEMDA. PT ITP (0,202). Berdasarkan data potensi desa jumlah
dan masyarakat menganggap perusahaan (0,541 dan ternak yang membutuhkan pakan rumput, di desa
0,600). Perguruan Tinggi dan LSM berpendapat Lulut terdapat 205 ekor sapi, 246 ekor kerbau dan
PEMDA paling tinggi (0,535 dan 0,264). 492 ekor kambing. Di Desa Hambalang jumlah ternak
Hasil AHP nilai prioritas aspek mencapai tujuan yang dipelihara penduduk adalah 30 ekor sapi, 40
pemanfaatan dan pengelolaan lahan pra tambang ekor kerbau, dan 4.874 ekor kambing. Ketersediaan

Sub Tujuan Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan Tidak di Tambang

:.spek

Hutan produksi Perkebunan biofuel Tanaman pangan Tanaman buah


:. ternatif kayu (Hpk) (Pbf) (Tp) (Tb)
0,234 0,267 0,252 0,227

~ambar 1. Hasil struktur hierarki perumusan arahan kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan tidak
ditambang.
.
I
------------------------------------------------------~----~

• 40 Vol. 16 No. 1 J.IImu Pert. Indonesia


-= pakan alami bagi ternak sangat mendukung untuk Hasil AHP menunjukkan nilai prioritas aspek
• pengembangan ternak berkaki empat ini. dalam mencapai tujuan pemanfaatan dan

• Hasil analisis dengan pendekatan AHP dalam


struktur hierarki arahan kebijakan pemanfaatan dan
pengelolaan lahan pasca tambang menempatkan
aspek ekologis sebagai prioritas pertama (0,588),

••
pengelolaan lahan pra tambang sebagai berikut: aspek sosial (0,171), aspek kelembagaan (0,148) dan
Susunan arahan strategi kebijakan dari hasil AHP aspek ekonomi (0,093). Pilihan Prioritas Alternatif
untuk pemanfaatan dan pengelolaan lahan pasca berdasarkan semua aspek:
•I tambang: 1) Pengelolaan lahan pasca tambang Alternatif ke-1: pemanfaatan dan
berbasis lingkungan berkelanjutan (Lb) melalui pengelolaan lahan pasca penambangan berbasis

, revegetasi lahan dengan vegetasi mudah tumbuh dan


berkembang untuk mempercepat proses perbaikan
tanah menjadi kawasan hutan. 2) Pengelolaan lahan
lingkungan dan berkelanjutan (0,279) sebelum di
reklamasi dengan tanaman yang bernilai ekonomis.
Alternatif ke-2: pemanfaatan dan
pasca tambang bernilai ekonomi tinggi untuk pengelolaan lahan pasca tambang lebih mengacu
pertanian, peternakan, ataupun industri bagi pada peraturan pemerintah agar tidak terjadi tumpah
masyarakat (Et). 3) Melibatkan masyarakat dalam tindih pemanfaatan lahan yang mengakibatkan
• pengelolaan lahan pasca tambang
Pengelolaan lahan pasca tambang yang mengacu
(Mm).4) konflik sektor pertambangan dengan sektor-sektor
lain.
pada Peraturan Pemerintah (Pp) tentang peruntukan Alternatif ke-3: pemanfaatan dan
•i
,•
;I
lahan dan kebijakan
tam bang.
pengelolaan lahan pasca

Hasil Analisis yang sudah dilakukan terhadap


pendapat kelima kelompok stakeholders melalui
pengelolaan lahan pasca penambangan yang bernilai
ekonomis tinggi (Et) bagi masyarakat setempat
(0,240). Perekonomian masyarakat mengandalkan
sumberdaya alam sebagai sumber penyedia bahan
I pendekatan AHP adalah: Pendapat masing-masing mentah untuk kelangsungan hidup sejalan dengan

• stakeholders terhadap aktor yang berperan dalam perundang-undangan pemerintah, dimana

• kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan lahan pra


tambang menunjukkan PEMDA memiliki prioritas
tertinggi (0,405). PT ITP menganggap perusahaan
yang berbobot tertinggi (0,547). Masyarakat
pertambangan memperhatikan faktor lingkungan,
ekonomi juga sosial masyarakat.
Alternatif ke-4: melibatkan partisipasi
masyarakat (Mm) dalam menentukan pengelolaan
menganggap PT ITP memiliki peran tertinggi (0,667). lahan pasca penambangan (0,226). Dalam Undang-
Perguruan Tinggi dan LSM berpendapat PEMDA Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPL),
berbobot tertinggi (0,533 dan 0,320). dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat mendapat

Sub Tujuan Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan Pra Tambang

Aktor

Aspek

Hutan produksi Perkebunan Tanaman pangan Rumput pakan


Alternatif kayu (Hpk) biofuel (Pbf) (Tp) ternak (Rpt)
0,277 0,280 0,346 0,178

Gambar 2. Hasil struktur hierarki perumusan arahan kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pra
tambang.
-~

Vol. 16 No.1 J.IImu Pert. Indonesia 41

Sub Tujuan Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan Pasca Tambang


-~

Aktor

Aspek

Penegelolaan pasca Penegelolaan pasca tambang Melibatkan Peraturan


Alternatif tambang berbasis bernilai ekonomi tinggi masyarakat dalam pemerintah menjadi
lingkungan bagi masyarakat setempat pengelolaan lahan acuan Penegelolaan
berkelanjutan (Lb) (Et) pasca tambang (Mm) pasca tambang (Pp)
0,279 0,240 0,226 0,178

Gambar 3. Hasil struktur hierarki perumusan arahan kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pasca
tambang.

tempat pengaturan yang cukup layak dalam proporsi ditingkatkan kualitasnya, baik tingkat pendidikan,
pengelolaan lingkungan. skill, maupun wawasannya sehingga mampu
Hasil analisis dengan pendekatan AHP mengelola SDA di wilayahnya dengan baik dan
c:Jidapatkan skala preferensi diantara berbagai menjamin keberlanjutan hidup mereka secara
alternatif sehingga hasil struktur hierarki arahan mandiri.
'ebijakan pemanfaatan dan pengelolaan lahan pasca Lahan pasca tambang yang telah mengalami
:ambang disajikan pada Gambar 3. kerusakan dalam pengelolaannya harus diutamakan
perbaikan kondisi biofisik/ekologis, untuk itu sesuai
dengan hasil analisis dalam penelitian ini alternatifnya
KESIMPULAN adalah pengelolaan lahan pasca tambang berbasis
pembangunan yang berkelanjutan. Revegetasi lahan
Penekanan pengembangan di kawasan untuk mempercepat perbaikan lahan merupakan
~-o:nambangan dan sekitarnya diarahkan pada potensi upaya konkrit untuk mencapai tujuan tersebut.
~ JL dengan pemanfaatannya yang memperhatikan Hal yang dapat disarankan dalam pengelolaan
. Jaya-upaya pengelolaan konservasi karena secara SDL berkelanjutan dengan upaya program
· ologis Ia han sebagian besar tidak sesuai untuk pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung
::11ua jenis tanaman baik padi, tanaman semusim, jawab perusahaan melalui Corporate Social
· 3Upun tanaman tahunan, tepatnya di Desa Lulut Responsibility (CSR) dalam bentuk pengelolaan hutan
~~ Leuwikaret, sedangkan di Desa Hambalang bersama masyarakat.
csuai marginal untuk tanaman semusim dan
c~unan dengan pembatas topografi dan bahaya
:si. DAFTAR PUSTAKA
Potensi komoditas berbasis potensi SDL
.,·c:Jasarkan analisis NPV dan IRR layak diusahakan Agus. F, Husen. E. 2005. Multifungsi pertanian
:~lah usaha pertanian (ubikayu, jagung, ketimun, Indonesia. Balai Pertanian Tanah. Bogar .
• :ang panjang, buah manggis), kayu albasia,
=~stri tepung tapioka, dan peternakan (ternak Anwar. A. 2005. Ketimpangan pembangunan wilayah
--bing). dan pedesaan. (Tinjauan kritis) P4W Press.
Sumberdaya manusia di desa-desa sekitar Bogar.
·· Jang secara kuantitas sangat besar, namun harus
----------------------------------------------·~------------~·· --------

42 Vol. 16 No. 1 J.IImu Pert. Indonesia

Arsjad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB


Press. Bogar.
Latifah, S. 2003, Kegiatan reklamasi pada lahan
bekas tambang. Program Ilmu Kehutanan
Jurusan Manajemen Hutan. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Marimin. 2004. Teknik dan aplikasi pengambilan
keputusan kriteria majemuk. Grasindo. Jakarta .
.Mitchell/ B. 2007. Pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan. Gadjah mada university Press.
Yogyakarta.
Priyantono. 2007. Pengelolaan lahan green belt PT
Semen Gresik Tbk. (www.suaramerdeka.com.
28 Agustus 2009).
Sukmana, 0. 2003. Dasar-dasar psikologi lingkungan.
Bayu Media dan UMM Press. Malang.
Surianegara, I. 1978 Pengelolaan sumberdaya alam.
Program studi pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan. Program Pasca Sarjana
IPB.Bogor.
Suripin, 2002. Pelestarian sumberdaya tanah dan air,
Andi. Yogyakarta
Suyanto. 2006. Imbalan jasa lingkungan melalui
pemberian hak atas lahan. Jurnal Agro
ekonomi vol 24 : 1

S-ar putea să vă placă și