Sunteți pe pagina 1din 31

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis Glaukoma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat berat. Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2
juta orang menderita glaukoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan,
dan hampir 70.000 benar – benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun.

Bila glaukoma di diagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan hampir selalu dapat dicegah.
Namun kebanyakan kasus glauma tidak bergejala sampai sudah terjadi kerusakan ekstensif dan
ireversibel. Maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit
ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma dan yang berusia diatas 35
tahun menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang, dan kaput
nervi optisi.

Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai bertambahnya usia, mengenai sekitar 2%
orang berusia di atas 35 tahun. Resiko lainya adalah diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang
mempunyai riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami trauma atau
pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi kortikostreroid jangka panjang.

Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat.. kadang diperlukan
pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan penanganan adalah untuk menghentikan atau
memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat
dilakukan dengan menurunkan TIO (Suzanne C. Smeltzer, 2001 : 2004-2005).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma adalah supaya perawat dan
mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien glaukoma.
1.2.2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.

b. Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.

c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala glaukoma.

d. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma.

e. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien glaukoma.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mampu memberikan pengetahuan tentang penyakit glaukoma kepada masyarakat.

2. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien penderita glaukoma.
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi

Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokular( Barbara C Long, 2000 : 262 ). Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf
optik(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf
optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang
sentral terkena(Bruce James. et al , 2006 : 95). Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi
glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal(Sidarta Ilyas, 2002 : 239). Glaukoma adalah suatu
keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-20mmHg)(Sidarta Ilyas, 2004 : 135).

Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular
( sampai lebih dari 20 mmHg)(Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382).Glaukoma adalah kelainan yang
disebabkan oleh kenaikan tekanan didalam bola mata sehingga lapang pandangan dan visus mengalami
ganggauan secara progresif(Vera H . Darling, 1996 : 88 ). Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang
yang khas( Anas Tamsuri, 2010 : 72 ). Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala
yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan
yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.

2.2. Klasifikasi

Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.

1. GLAUKOMA PRIMER

Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :

a) Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive glaukoma).

b) Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).


2. GLAUKOMA SEKUNDER

Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :

a) Kelainan lensa

 Luksasi

 Pembengkakan (intumesen)

 Fakoltik

b) Kelainan uvea

 Uveitis

 Tumor

c) Trauma

 Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).

 Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.

d) Pembedahan

Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.

e) Penyebab glaukoma sekunder lainnya

 Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)

 Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan

3. GLAUKOMA KONGENITAL

Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos). Glaukoma yang bertalian
dengan kelainan kongenital lain.

4. GLAUKOMA ABSOLUT

Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri (Sidarta Ilyas,
2002 : 240-241).
2.3. Etiologi

1. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah sempit dari
pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata
depan.

a. Faktor Pre-Disposisi

Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan terjadi hambatan aliran
akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary
block) hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang. Pada sudut bilik
depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan
trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di
salurkan keluar.terjadilah glaukoma akut sudut tertutup. Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan
di fahami karena mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup. Keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang bersumbu pendek
dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan
faktor untukmempersempit sudut bilik depan.

b. Faktor pencetus

Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan mendorong iris ke
depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak
diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.

c. Dilatasi pupil

Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang asalnya sudah
sempit, akan mudah tertutup(Sidarta Ilyas, 2002 :249-250).

2. GLAUKOMA KONGESIF AKUT

Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang yang sakit
berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau di papah. Penderita sendiri memegang
kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering
dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa bangun,
sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur
sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu. Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata
bengkak,konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik
mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil
tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total. Refleks pupil lambat
atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini
ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.

Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai sampai buta total. Bola
mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea
mengalami degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa)(Sidarta Ilyas, 2002 : 252).

3. GLAUKOMA SUDUT TERBUKA

Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum sendiri, akuos humor
dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah
trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan bebas( Sidarta
Ilyas, 2002 : 257 ).

4. GLAUKOMA SEKUNDER

Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit intraokular.

a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata

Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang membengkak karena
katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan
tekanan bola mata naik.

b. Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea

Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian perifer ( sinekia ) dan
eksudatnya yang menutup celah – celah trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang
berasal dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan rongga bola mata atau mendesak iris ke depan
dan menutup sudut bilik mata depan.

c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan


Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir saluran outflow tuberkulum.
Perforasi kornea karena kecelakaan menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik mata depan
dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan
keluar. Pada pembedahan katarak kadang – kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang
cukup lama, ini mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer terhambat.

d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris

Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh pembentukan pembuluh darah
di iris.

Di bagian iris perifer pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan – perlekatan sehingga sudut bilik
mata depan menutup.

Glaukoma yang ditimbulkan biasnya nyeri dan sulit diobati.

e. Galukoma Karena Kortikosteroid

Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul pula kasus glaukoma
pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma. Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai
glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus diobati dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi
tekanan bola matanya secara berkala.

f. Glaukoma Kongesif

Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.

Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga menghambat penyaluran
keluar akuos humor.

Akibatnya kornea membesar sehingga disebut Buftalmos atau “mata sapi”.

g. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai kebutaan total. Apabila
disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali
enukleasi merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata
dibiarkan( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 ).

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

3. Mual, muntah, berkeringat.

4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

5. Visus menurun.

6. Edema kornea.

7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).

8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

9. TIO meningkat.

( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

E. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh badan siliari dan
mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga
bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap
normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis,
tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik
dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi
peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada papil saraf
optik.

2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat
dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada
bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.

( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )

F. Penatalaksanaan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN

Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri, untuk
mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

o Palpasi atau digital dengan jari telunjuk

o Indentasi dengan tonometer schiotz

o Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

o Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yand aling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan
perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola
mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan
dengann palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.

Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut:

N : normal

N + 1 : agak tinggi

N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi

N – 1 : lebih rendah dari normal

N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

2. GONIOSKOPI

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa
kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik
mata depan.

3. OFTALMOSKOPI

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat penting
dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik
dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang
luasnya tetap atau terus melebar.

4. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam
tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30
derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma
Bjerrum(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248).
G. Asuhan Keperawatan Fokus

1. Pengkajian

1. Riwayat

a. Riwayat Okular

- Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan kabur

- Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan

b. Riwayat Kesehatan

- Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, cerebrovaskular, gangguan tiroid

- Keluarga menderita glaukoma

- Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau sistemik

- Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin

c. Psikososial

- Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan

d. Pengkajian umum

- Usia

- Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan kardiovaskular , hipertiroid

- Gejala gastrointestinal : mual muntah

e. Pengkajian Khusus

- Mata

- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)

- Nyeri tumpul orbital

- Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang


- Kemerahan (hiperemia mata)

- Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan.

Subyektif :

Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas, penurunan area penglihatan.

Objektif :

- Pemeriksaan lapang pandang menurun.

- Penurunan kemampuan identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat)

Tujuan :

Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan
perubahan visual.

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.

- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan


rangsang penglihatan

Pengkajian: Rasional:

Kaji Mengidentifikasi
ketajaman kemampuan
penglihatan visual klien.
klien.

Memberikan
Dekati klien rangsang
dari sisi yang sensori,
sehat. mengurangi rasa
isolasi/terasing.

Memberi
Identifikasi
keakuratan
alternatif
penglihatan dan
untuk
perawatannya.
optimalisasi
sumber
rangsangan.
Meningkatkan
kemampuan
persepsi sensori.
Sesuaikan
lingkungan
untuk
optimalisasi
penglihatan :

-
Orientasikan
klien terhadap
ruang rawat.

-
Letakkan alat
yang sering
digunakan di
dekat klien
Meningkatkan
atau pada sisi
kemampuan
mata yang
respons terhadap
lebih sehat.
stimulus
- Berikan
pencahayaan lingkungan.
cukup.

-
Letakkan alat
ditempat yang
tetap.

- Hindari
cahaya
menyilaukan.

Anjurkan
penggunaan
alternatif
rangsang
lingkungan
yang dapat
diterima :
auditorik,
taktil.

2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prognosis.

Subyektif :

Klien mengatakan takut tidak akan dapa melihat lagi setelah dilakukan tindakan operasi.

Obyektif :

- Klien terlihat kebingungan dan selalu bertanya perihal tindakan operasi.

- Tingkat konsentrasi klien berkurang.

- Terdapat perubahan pada tanda vital, tekanan darah meningkat.

Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.

- Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.

Pengkajian: Rasional:

Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan Umumnya faktor yang menyebabkan kecemasan
kecemasan, tingkat pengetahuan, dan ketakutan adalah kurangnya pengetahuan dan ancaman aktual
klien akan penyakit. terhadap diri. Pada klien glaukoma, rasa nyeri dan
penurunan lapang pandang menimbulkan ketakutan
utama.

Meningkatkan pemahaman klien akan penyakit.


Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, Jangan memberikan keamanan palsu seperti
prognosis, dan tahapan perawatan yang akan mengatakan penglihatan akan pulih atau nyeri akan
dijalani klien. segera hilang. Gambarkan secara objektif tahap
pengobatan harapan proses pengobatan, dan
orientasi pengobatan masa berikutnya.

Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien.

Dukungan psikologis dapat berupa penguatan


tentang kondisi klien, peran serta aktif klien dalam
perawatan maupun mengorientasikan bagaimana
Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
kondisi penyakit yang sama menimpa klien yang
dengan penyakitnya.
lain.

Berikan dukungan psikologis.

Mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecemasan


yang terjadi.
Terangkan setiap prosedur yang dilakukan dan Memberi kesempatan klien untuk berbagi perasaan
jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani, dan pendapat dan menurunkan ketegangan pikiran.
seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, foto
toraks, EKG, diet, sedasi operasi dll.
Mengorientasikan pada penyakit dan kemungkinan
realistik sebagai konsekuensi penyakit dan
Bantu klien mengekspresikan kecemasan dan menunjukan realitas.
ketakutan dengan mendengar aktif.

Beri informasi tentang penyakit yang dialami oleh


klien yang berhubungan dengan kebutaan.

3. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.

Subyektif :

Mengatakan mata tegang. Nyeri hebat, lebih sakit untuk melihat.

Objektif :

- Meringis, menangis menahan nyeri.

- Sering memegangi mata.

Tujuan :

Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.


Kriteria Hasil :

- Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.

- Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.

- Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.

Pengkajian: Rasional:

Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering Nyeri glaukoma umumnya sangat parah terutama
mungkin, jika diperlukan. pada glaukoma sudut tertutup.

Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ tindakan Penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan
yang dapat memicu nyeri. tekanan intraokular, yang dapat meningkat akibat
dipicu oleh :

- Mengejan (valsalva maneuver)

- Batuk

- Mengangkat benda berat

- Penggunaan kafein (rokok, kopi, teh)

- Gerakan kepala tiba-tiba

- Menunduk/ kepala lebih rendah dari pinggang

- Tidur pada sisi yang sakit

- Hubungan seks

- Penggunaan obat kortikosteroid.

Untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut.


Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang
dapat memprovokasi nyeri.
Analgetik berfungsi untuk meningkatkan ambang
nyeri. Biasanya analgetik yang diberikan adalah
kelompok narkotik/ sedatif.

Secara kolaboratif, berikan obat analgetik.


Untuk menurunkan sensasi nyeri dan memblokir
sensasi nyeri menuju otak. Teknik ini umumnya
efektif saat nyeri tidak sangat mengganggu klien.

Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien.

4. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi.

Subyektif :

- Mengatakan takut dioperasi

- Sering menanyakan tentang operasi

Objektif :

- Perubahan tanda vital peningkatan nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan

- Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.


- Klien berpartisipasi dalam kegiatan persiapan operasi

Pengkajian: Rasional:

Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pasca operasi. Meningkatkan pemahaman tentang gambaran
Manfaat operasi, dan sikap yang harus dilakukan operasi untuk menurunkan ansietas.
klien selama masa operasi.

Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan.


Meningkatkan kepercayaan dan kerjasama. Berbagi
Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan.
perasaan membantu menurunkan ketegangan.
Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak
Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap
terjadi secara langsung, tetapi bertahap sesuai
diperlukan untuk antisipasi depresi atau
penurunan bengkak pada mata dan perbaikan
kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan
kornea. Perbaikan penglihatan memerlukan waktu
harapan akan hasil operasi.
6 bulan atau lebih.

Diagnosis Keperawatan Pascaoperasi

5. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan, kehilangan vitreus.

Subyektif :

- Keinginan untuk memegang mata

- Menyatakan nyeri sangat

Obyektif :

- Perilaku tidak terkontrol

- Kecenderungan memegang darah operasi

Tujuan :

Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi


Kriteria Hasil :

- Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera

- Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera

Pengkajian: Rasional:

Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang
dan pembalutan mata. diperlukan.

Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam pasca operasi.
rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak/ tiba-tiba serta menggerakkan kepala
berlebih.

Bantu aktifitas selama fase istirahat. Ambulasi Mencegah/ menurunkan risiko komplikasi cedera.
dilakukan dengan hati-hati.

Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan


Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang menimbulkan kerusakan struktur mata pasca
dapat menyebabkan cedera. operasi antara lain :

- Mengejan ( valsalva maneuver)

- Menggerakan kepala mendadak

- Membungkuk terlalu lama

- Batuk

Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata


depan menonjol, nyeri mendadak, hiperemia, serta
Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata
hipopion mungkan menunjukan cedera mata pasca
depan menonjol, nyeri mendadak, nyeri yang tidak
berkurang dengan pengobatan, mual dan muntah. operasi.
Dilakukan setiap 6 jam asca operasi atau
seperlunya.

6. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi

Subyektif :

Mengatakan nyeri/tegang.

Objektif :

Gelisah, kecenderungan memegang daerah mata.

Tujuan :

Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.

Kriteria hasil :

- Klien mendemonstrasikan teknik penurunan nyeri

- Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.

Pengkajian: Rasional:

Kaji derajat nyeri setiap hari. Normalnya, nyeri terjadi dalam waktu kurang dari
5 hari setelah operasi dan berangsur menghilang.
Nyeri dapat meningkat sebab peningkatan TIO 2-3
hari pasca operasi. Nyeri mendadak menunjukan
peningkatan TIO masif.

Meningkatkan kolaborasi , memberikan rasa aman


untuk peningkatan dukungan psikologis.
Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri
setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan seperti gerakan tiba-tiba, membungkuk, mengucek
nyeri mendadak. mata, batuk, dan mengejan.

Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan Mengurangi ketegangan, mengurangi nyeri.
gerakan tiba-tiba yang dapat memicu nyeri.
Mengurangi nyeri dengan meningkatan ambang
nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Lakukan tindakan kolaboratif dalam pemberian


analgesik topikal/ sistemik.

7. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas
pascaoperasi.

Subyektif :

Mengatakan takut melaukan aktivitas tertentu.

Objektif :

- Tubuh tidak terawat, kotor.

- Pergerakan terbatas, hanya ditempat tidur.

Tujuan:

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil ;
- Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pememnuhan kebutuhan diri.

- Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap

Pengkajian: Klien dianjurkan untuk istiraht ditempat tidur pada


2-3 jam peratama pascaoperasi atau 12 jam jika ada
pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas
komplikasi. Selama fase ini, bantuan total
selama fase pascaoperasi
diperlukn bagi klien.

Memenuhi kebutuhan perawatan diri

Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan


Pelibatan klien dalam aktivitas perawatan dirinya
diri
dilakukan bertahap dengan berpedoman pada
Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi prinsip bahwa aktivitas tersebut tidak
kebutuhan diri memprovokasi peningkatan TIO dan menyebabkan
cedera mata, kontrol klinis dilakukan dengan
menggunakan indikator nyeri mata pada saat
melakukan aktivitas

( Anas Tamsuri, 2010 : 77-86 )

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus

Tn. S, 68 th, mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang lateral OD menurun, TIO
OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60, OS : 20/60, Tekanan darah 160/90 mmHg, N :
92x/menit, rr : 24x/menit, S : 37 C, Rencana pemeriksaan penunjang uji midriatikum dan uji kamar gelap.
Terapi : Golongan beta blocker, lasik, diet rendah garam.

B. Terminologi
a) Blured vision : Pandangan kabur

b) TIO : Tekanan Intraokular

c) OD : Oculus Dexter ( Mata kanan)

d) OS : Oculus Sinister (Mata kiri)

(Poppy Kumala, et al, 1998 )

e) Uji medriatikum

Tekanan mata dengan pupil normal dibandingkan dengan pupil saat dilatasi (midriasis). Pada mata yang
mempunyai predisposisi untuk glaukoma, tekanan nadi akan meningkat diatas batas normal, dapat
digunakan suatu midriatikum yang lemah sehingga efek kenaikan tekanan dapat dikembalikan
(diturunkan) dengan mudah. Apabila uji ini dilakukan pada pasien rawat jalan, pasien baru boleh pulang
setelah miosis dicapai(Darling Vera, 1996 : 98).

f) Uji Kamar Gelap

Dilatasi (pelebaran) pupil secara normal pada keadaan gelap akan menyebabkan hambatan sudut drainase.
Keadaan ini terutama benar pada glaukoma sudut tertutup. Tekanan intraokular direkam sebelum dan satu
jam setelah berada didalam kamar gelap. Pasien jangan diganggu, tetapi tidak diperkenankan tidur, karena
saat tidur akan terjadi relaksasi yang akan memberikan hasil pembacaan palsu. Hal ini harus diterangkan
kepada pasien agar diperoleh kerjasama yang baik. Radio transistor akan membantu pasien melewatkan
waktu tadi selama berada didalam kamar gelap. Suatu kenaikan tekanan sebesar 5 mmHg atau lebih
dianggap bermakna (positip)(Darling Vera, 1996 : 97).

g) LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)

suatu prosedur/tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada mata sehingga setelah
dilakukan tindakan ini, penderita kelainan refraksi diharapkan dapat terbebas dari kacamata/lensa kontak

(http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-mata.html)

h) Golongan Beta Blocker

Memblok – impuls adrenergik ( Sympathetik ) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme
yang bisa menurunkan IOP( Barbara C. Long, 2000 : 267).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata Klien

a. Data Demografi

Nama : Tn. S

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Dx. Medis : Glaukoma

Pengelompokan Data

1. Data Subjektif

- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri

- Klien mengeluh pandangan kabur (blured vision)

2. Data Objektif

- TD 160/90 mmHg

- N : 92x/menit

- rr : 24x/menit

- S : 37 C

- lapang pandang lateral OD menurun

- TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg

- visus OD 1/60, OS : 20/60

Analisa Data
1. DS :

- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri

DO :

- TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg

- TD 160/90 mmHg

E : Peningkatan tekanan intraokular

P : Nyeri

Dx.Kep : Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular

2. DS :

- Klien mengeluh pandangan kabur (blured vision)

DO :

- Lapang pandang lateral OD menurun

- visus OD 1/60, OS : 20/60

E : Penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan

P : Penurunan persepsi sensori : Penglihatan

Dx.Kep : Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular

2. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan
C. PERENCANAAN

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan.

Tujuan :

Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan
perubahan visual.

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.

- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan


rangsang penglihatan

Pengkajian: Rasional:

Kaji ketajaman penglihatan klien. Mengidentifikasi kemampuan visual klien.

Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa
isolasi/terasing.

Memberi keakuratan penglihatan dan


Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber
perawatannya.
rangsangan.

Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.


Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi
penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat


klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.
- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakkan alat ditempat yang tetap.

- Hindari cahaya menyilaukan.

Anjurkan penggunaan alternatif rangsang


lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil.
Meningkatkan kemampuan respons terhadap
stimulus lingkungan.

D. MEDICAL MANAGEMENT

a. LASIK (laser assisted in-situ keratomileusis)

Terapi Penjelasan umum Indikasi dan tujuan

LASIK (laser assisted in-situ suatu prosedur/tindakan dengan Tujuan :


keratomileusis) tujuan memperbaiki kelainan
Memperbaiki kelainan refraksi
refraksi pada mata sehingga
pada mata sehingga penderita
setelah dilakukan tindakan ini,
dapat terbebas dari kacamata
penderita kelainan refraksi
maupun lensa kontak.
diharapkan dapat terbebas dari
kacamata/lensa kontak. Indikasi :

- Apabila sudah berumur 18


tahun.

- Tidak sedang hamil atau


menyusui.

- Tidak mempunyai riwayat


auto imun.

- Mempunyai ukuran
kacamata yang stabil.

- Gangguan penglihatan
anda dapt dikoreksi dengan
kacamata atau lensa kontak.
- Kelainan refraksi anda
berkisar +_ 4.00 s/d 14 Dioptri.

- Apabila klien
menggunakan lensa kontak,
minimal klien telah melepas
lensa kontak 14 hari berturut-
turut untuk soft contact lensa dan
selama 30 hari untuk hard contact
lens.

http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-mata.html)

b.diet

Jenis diet Penjelasan umum Indikasi dan tujuan Makanan spesifik

Diet rendah garam Diet rendah garam Membantu Beras, kentan, macaroni,
adalah makanan dengan menghilangkan retensi mie tawar, roti
cara membatasi atau garam atau air dalam
Lauk hewani segar
menghindari garam jaringan tubuh
natrium. • Lauk nabati, dimasak
• Menurunkan tekanan
tanpa garam
darah pada pasien
hipertensi • Sayura segar

• Buah buahan segar

• Minyak margarine,
mentega (tanpa garam)

• Bumbu segar atau


kering yang tidak
mengandung garam

• Kecap khusus diet

• Susu segar rendah


lemak
• Selai khusus diet

(http://ktiskripsi.blogspot.com/2011/03/materi-kesehatan-diet-rendah-garam.html)

c. Obat-obatan Beta Blocker

Obat Efej terhadap glaukoma

Edrenergic Beta Bloker : Memblok – impuls adrenergik ( Sympathetik ) yang


secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme
Timolol meleate (Timoptic)
yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas
Betaxolol hydrochloride (Betaoptic)

Levobunolol hydrochloride (Betagan

(Barbara C. Long, 2000 : 267 )

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya
mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat
sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola
mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

B. Saran
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit serta
penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang
diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi
hanya mempertahankan fungsi penglihatan yang masih ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Arsculapiks.

Corwin, Elizabeth J. , Buku saku Patofisiologi, Ed. 3, 2009, Jakarta : EGC.

Darling, Vera H, 1996, Perawatan Mata, Yogyakarta : Yayasan Esentia Medika.

Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit Mata, 1991, Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.

Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.

James, Bruce, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi, Jakarta : Erlangga.

Long, Barbara C. , 2000, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran

Oka, P.N, 1993, Buku Penuntun – Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga University Press.

Smeltzer, Suzzane C. , 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8,
Jakarta : EGC.

Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.

S-ar putea să vă placă și