Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat berat. Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2
juta orang menderita glaukoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan,
dan hampir 70.000 benar – benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun.
Bila glaukoma di diagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan hampir selalu dapat dicegah.
Namun kebanyakan kasus glauma tidak bergejala sampai sudah terjadi kerusakan ekstensif dan
ireversibel. Maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit
ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma dan yang berusia diatas 35
tahun menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang, dan kaput
nervi optisi.
Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai bertambahnya usia, mengenai sekitar 2%
orang berusia di atas 35 tahun. Resiko lainya adalah diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang
mempunyai riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami trauma atau
pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi kortikostreroid jangka panjang.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat.. kadang diperlukan
pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan penanganan adalah untuk menghentikan atau
memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat
dilakukan dengan menurunkan TIO (Suzanne C. Smeltzer, 2001 : 2004-2005).
Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma adalah supaya perawat dan
mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien glaukoma.
1.2.2. Tujuan khusus
2. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien penderita glaukoma.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokular( Barbara C Long, 2000 : 262 ). Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf
optik(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf
optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang
sentral terkena(Bruce James. et al , 2006 : 95). Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi
glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal(Sidarta Ilyas, 2002 : 239). Glaukoma adalah suatu
keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-20mmHg)(Sidarta Ilyas, 2004 : 135).
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular
( sampai lebih dari 20 mmHg)(Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382).Glaukoma adalah kelainan yang
disebabkan oleh kenaikan tekanan didalam bola mata sehingga lapang pandangan dan visus mengalami
ganggauan secara progresif(Vera H . Darling, 1996 : 88 ). Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang
yang khas( Anas Tamsuri, 2010 : 72 ). Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala
yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan
yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.
2.2. Klasifikasi
1. GLAUKOMA PRIMER
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
a) Kelainan lensa
Luksasi
Pembengkakan (intumesen)
Fakoltik
b) Kelainan uvea
Uveitis
Tumor
c) Trauma
d) Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
3. GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos). Glaukoma yang bertalian
dengan kelainan kongenital lain.
4. GLAUKOMA ABSOLUT
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri (Sidarta Ilyas,
2002 : 240-241).
2.3. Etiologi
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah sempit dari
pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata
depan.
a. Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan terjadi hambatan aliran
akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary
block) hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang. Pada sudut bilik
depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan
trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di
salurkan keluar.terjadilah glaukoma akut sudut tertutup. Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan
di fahami karena mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup. Keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang bersumbu pendek
dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan
faktor untukmempersempit sudut bilik depan.
b. Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan mendorong iris ke
depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak
diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.
c. Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang asalnya sudah
sempit, akan mudah tertutup(Sidarta Ilyas, 2002 :249-250).
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang yang sakit
berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau di papah. Penderita sendiri memegang
kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering
dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa bangun,
sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur
sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu. Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata
bengkak,konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik
mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil
tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total. Refleks pupil lambat
atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini
ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai sampai buta total. Bola
mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea
mengalami degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa)(Sidarta Ilyas, 2002 : 252).
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum sendiri, akuos humor
dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah
trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan bebas( Sidarta
Ilyas, 2002 : 257 ).
4. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit intraokular.
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang membengkak karena
katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan
tekanan bola mata naik.
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian perifer ( sinekia ) dan
eksudatnya yang menutup celah – celah trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang
berasal dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan rongga bola mata atau mendesak iris ke depan
dan menutup sudut bilik mata depan.
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh pembentukan pembuluh darah
di iris.
Di bagian iris perifer pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan – perlekatan sehingga sudut bilik
mata depan menutup.
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul pula kasus glaukoma
pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma. Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai
glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus diobati dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi
tekanan bola matanya secara berkala.
f. Glaukoma Kongesif
Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga menghambat penyaluran
keluar akuos humor.
g. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai kebutaan total. Apabila
disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali
enukleasi merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata
dibiarkan( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 ).
D. Manifestasi Klinis
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
9. TIO meningkat.
E. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh badan siliari dan
mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga
bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap
normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis,
tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik
dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi
peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada papil saraf
optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat
dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada
bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.
F. Penatalaksanaan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri, untuk
mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
o Nonkontak pneumotonometri
Cara ini adalah yand aling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan
perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola
mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan
dengann palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
N : normal
N + 1 : agak tinggi
2. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa
kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik
mata depan.
3. OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat penting
dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik
dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang
luasnya tetap atau terus melebar.
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam
tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30
derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma
Bjerrum(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248).
G. Asuhan Keperawatan Fokus
1. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat Okular
b. Riwayat Kesehatan
c. Psikososial
d. Pengkajian umum
- Usia
e. Pengkajian Khusus
- Mata
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan.
Subyektif :
Objektif :
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan
perubahan visual.
Kriteria Hasil :
Pengkajian: Rasional:
Kaji Mengidentifikasi
ketajaman kemampuan
penglihatan visual klien.
klien.
Memberikan
Dekati klien rangsang
dari sisi yang sensori,
sehat. mengurangi rasa
isolasi/terasing.
Memberi
Identifikasi
keakuratan
alternatif
penglihatan dan
untuk
perawatannya.
optimalisasi
sumber
rangsangan.
Meningkatkan
kemampuan
persepsi sensori.
Sesuaikan
lingkungan
untuk
optimalisasi
penglihatan :
-
Orientasikan
klien terhadap
ruang rawat.
-
Letakkan alat
yang sering
digunakan di
dekat klien
Meningkatkan
atau pada sisi
kemampuan
mata yang
respons terhadap
lebih sehat.
stimulus
- Berikan
pencahayaan lingkungan.
cukup.
-
Letakkan alat
ditempat yang
tetap.
- Hindari
cahaya
menyilaukan.
Anjurkan
penggunaan
alternatif
rangsang
lingkungan
yang dapat
diterima :
auditorik,
taktil.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prognosis.
Subyektif :
Klien mengatakan takut tidak akan dapa melihat lagi setelah dilakukan tindakan operasi.
Obyektif :
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria Hasil :
Pengkajian: Rasional:
Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan Umumnya faktor yang menyebabkan kecemasan
kecemasan, tingkat pengetahuan, dan ketakutan adalah kurangnya pengetahuan dan ancaman aktual
klien akan penyakit. terhadap diri. Pada klien glaukoma, rasa nyeri dan
penurunan lapang pandang menimbulkan ketakutan
utama.
Subyektif :
Objektif :
Tujuan :
Pengkajian: Rasional:
Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering Nyeri glaukoma umumnya sangat parah terutama
mungkin, jika diperlukan. pada glaukoma sudut tertutup.
Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ tindakan Penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan
yang dapat memicu nyeri. tekanan intraokular, yang dapat meningkat akibat
dipicu oleh :
- Batuk
- Hubungan seks
Subyektif :
Objektif :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Pengkajian: Rasional:
Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pasca operasi. Meningkatkan pemahaman tentang gambaran
Manfaat operasi, dan sikap yang harus dilakukan operasi untuk menurunkan ansietas.
klien selama masa operasi.
5. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan, kehilangan vitreus.
Subyektif :
Obyektif :
Tujuan :
Pengkajian: Rasional:
Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang
dan pembalutan mata. diperlukan.
Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam pasca operasi.
rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak/ tiba-tiba serta menggerakkan kepala
berlebih.
Bantu aktifitas selama fase istirahat. Ambulasi Mencegah/ menurunkan risiko komplikasi cedera.
dilakukan dengan hati-hati.
- Batuk
Subyektif :
Mengatakan nyeri/tegang.
Objektif :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Pengkajian: Rasional:
Kaji derajat nyeri setiap hari. Normalnya, nyeri terjadi dalam waktu kurang dari
5 hari setelah operasi dan berangsur menghilang.
Nyeri dapat meningkat sebab peningkatan TIO 2-3
hari pasca operasi. Nyeri mendadak menunjukan
peningkatan TIO masif.
Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan Mengurangi ketegangan, mengurangi nyeri.
gerakan tiba-tiba yang dapat memicu nyeri.
Mengurangi nyeri dengan meningkatan ambang
nyeri.
7. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas
pascaoperasi.
Subyektif :
Objektif :
Tujuan:
Kriteria hasil ;
- Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pememnuhan kebutuhan diri.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
Tn. S, 68 th, mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang lateral OD menurun, TIO
OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60, OS : 20/60, Tekanan darah 160/90 mmHg, N :
92x/menit, rr : 24x/menit, S : 37 C, Rencana pemeriksaan penunjang uji midriatikum dan uji kamar gelap.
Terapi : Golongan beta blocker, lasik, diet rendah garam.
B. Terminologi
a) Blured vision : Pandangan kabur
e) Uji medriatikum
Tekanan mata dengan pupil normal dibandingkan dengan pupil saat dilatasi (midriasis). Pada mata yang
mempunyai predisposisi untuk glaukoma, tekanan nadi akan meningkat diatas batas normal, dapat
digunakan suatu midriatikum yang lemah sehingga efek kenaikan tekanan dapat dikembalikan
(diturunkan) dengan mudah. Apabila uji ini dilakukan pada pasien rawat jalan, pasien baru boleh pulang
setelah miosis dicapai(Darling Vera, 1996 : 98).
Dilatasi (pelebaran) pupil secara normal pada keadaan gelap akan menyebabkan hambatan sudut drainase.
Keadaan ini terutama benar pada glaukoma sudut tertutup. Tekanan intraokular direkam sebelum dan satu
jam setelah berada didalam kamar gelap. Pasien jangan diganggu, tetapi tidak diperkenankan tidur, karena
saat tidur akan terjadi relaksasi yang akan memberikan hasil pembacaan palsu. Hal ini harus diterangkan
kepada pasien agar diperoleh kerjasama yang baik. Radio transistor akan membantu pasien melewatkan
waktu tadi selama berada didalam kamar gelap. Suatu kenaikan tekanan sebesar 5 mmHg atau lebih
dianggap bermakna (positip)(Darling Vera, 1996 : 97).
suatu prosedur/tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada mata sehingga setelah
dilakukan tindakan ini, penderita kelainan refraksi diharapkan dapat terbebas dari kacamata/lensa kontak
(http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-mata.html)
Memblok – impuls adrenergik ( Sympathetik ) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme
yang bisa menurunkan IOP( Barbara C. Long, 2000 : 267).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata Klien
a. Data Demografi
Nama : Tn. S
Umur : 48 tahun
Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
- TD 160/90 mmHg
- N : 92x/menit
- rr : 24x/menit
- S : 37 C
Analisa Data
1. DS :
DO :
- TD 160/90 mmHg
P : Nyeri
2. DS :
DO :
Dx.Kep : Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan
C. PERENCANAAN
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan.
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan
perubahan visual.
Kriteria Hasil :
Pengkajian: Rasional:
Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa
isolasi/terasing.
D. MEDICAL MANAGEMENT
- Mempunyai ukuran
kacamata yang stabil.
- Gangguan penglihatan
anda dapt dikoreksi dengan
kacamata atau lensa kontak.
- Kelainan refraksi anda
berkisar +_ 4.00 s/d 14 Dioptri.
- Apabila klien
menggunakan lensa kontak,
minimal klien telah melepas
lensa kontak 14 hari berturut-
turut untuk soft contact lensa dan
selama 30 hari untuk hard contact
lens.
http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-mata.html)
b.diet
Diet rendah garam Diet rendah garam Membantu Beras, kentan, macaroni,
adalah makanan dengan menghilangkan retensi mie tawar, roti
cara membatasi atau garam atau air dalam
Lauk hewani segar
menghindari garam jaringan tubuh
natrium. • Lauk nabati, dimasak
• Menurunkan tekanan
tanpa garam
darah pada pasien
hipertensi • Sayura segar
• Minyak margarine,
mentega (tanpa garam)
(http://ktiskripsi.blogspot.com/2011/03/materi-kesehatan-diet-rendah-garam.html)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya
mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat
sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola
mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
B. Saran
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit serta
penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang
diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi
hanya mempertahankan fungsi penglihatan yang masih ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit Mata, 1991, Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Long, Barbara C. , 2000, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran
Oka, P.N, 1993, Buku Penuntun – Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga University Press.
Smeltzer, Suzzane C. , 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8,
Jakarta : EGC.
Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.