Sunteți pe pagina 1din 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya
dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh.
Insidensi kanker endometrium mencapai 8% pada kasus kanker perempuan di dunia.
Prevalensi kanker endometrium selama 5 tahun mencapai 31% pada kasus kanker
ginekologi di dunia dengan prevalensi kanker serviks 48,1%. Kanker endometrium
merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi di dunia barat, menempati urutan
keempat kanker pada wanita setelah kanker payudara, kolon, dan paru.
Angka kematian di Amerika Serikat meningkat dua kali antara tahun 1988 dan 1998.1
Berdasarkan penelitian Martin pada tahun 2002 didapatkan angka kejadian kanker
endometrium 2,06% dari 194 kasus kanker ginekologi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik
dan RSU dr. Pirngadi Medan.
Angka kejadian kanker endometrium cenderung meningkat setiap tahunnya di Indonesia,
menempati urutan ke-9 pada tahun 2006 dan menjadi urutan ke-7 pada tahun 2008. Di Jawa
Timur kanker endometrium didiagnosis sebanyak 326 kasus pada tahun 2006 dan meningkat
menjadi 469 kasus didiagnosis pada tahun 2009 (Badan Registrasi Kanker IAPI, 2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari CA Endometrium?
2. Apa etiologi dari penyakit CA Endometrium?
3. Apa manifestasi klinis yang terjadi pada CA Endometrium?
4. Bagaimana patofisiologi pada CA Endometrium?
5. Bagaimana proses pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit CA Endometrium?
6. Apa saja penatalaksanaan medis dan keperawatan pada CA Endometrium?
7. Bagaimana proses Asuhan Keperawatan CA Endometrium?

C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui definisi CA Endometrium.
2. Mampu memahami etiologi terjadinya CA Endometrium.
3. Mampu menyebutkan manifestasi klinis pada penyakit CA Endometrium.
4. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi penyakit CA Endometrium.

1
5. Mampu memahami pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada penyakit CA
Endometrium.
6. Mampu mengetahui dan menerapakan pelaksanaan medis maupun keperawatan pada
pasien penderita CA Endometrium.
7. Mampu memahami proses asuhan keperawatan yang diperlukan saat menangani penyakit
CA Endometrium.

D. MANFAAT
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai CA Endometrium dan
meningkatkan keterampilan kelompok dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan
baik.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang CA Endometrium
pada anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai
tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang-kadang disebut
kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau
sel miometrium. Kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering
menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause.
(Whoellan 2009).
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lendir rahim yang tumbuh di luar
rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker
endometrium tumbuh pada ovarium, tuba fallopi, dan saluran menuju vagina. Tumbuhnya
jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk
kembali ke tuba fallopi dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga
jaringan tersebut menetap dan tumbuh diluar rahim.

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa
meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau Kegemukan
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion
menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas
merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali.
Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali
lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25
Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid Pertama (Menarche)
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali
lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12
tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko
dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) =
3
usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium
sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak Pernah Melahirkan
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau
belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25%
penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya
juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada
jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan Estrogen
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
e. Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput
lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan
dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia
endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker
endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma
endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal
berkisar antara 17-64%.
g. Hipertensi
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi
kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan
endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
h. Faktor Lingkungan dan Diet
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan
endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang sedang berkembang. Kejadian
keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian
keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan
perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan
yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin.
Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika
Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri
4
dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang,
angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia
lainnya.
i. Riwayat Keluarga
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang
terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j. Tumor Memproduksi Estrogen
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

C. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
a. Rasa sakit pada saat menstruasi.
b. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan
bertambah pada saat berhubungan seks.
c. Sakit punggung pada bagian bawah.
d. Sulit buang air besar atau diare.
e. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
f. Keputihan bercampur darah dan nanah.
g. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita
tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen
dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan
sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.

5
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium
yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada
saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan
endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat
latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan
gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat.
Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

6
PATHWAY
Hygiene Hubungan Seksual Dini (<16 Infeksi Virus HIV Merokok Ganti-ganti pasangan Pemajanan
Genetik Seksual Jelek tahun) seksual Dietil
Stilbestrot

Kanker
Endometrium

Kedua Jenis Epitel Mendesak (Elektro Endo Serviks)

Metoplasia (Erosif)

Porsio yang Erosive (Metoplasma Squamosa)

Metoplasma Squamosa Displastik Diskoriotik


Columner Junction

Eksofilik Endofilik Ulserasif Karsinoma Invasif Serviks Penyebaran Tumor

Scj ke lumen Infiltrasi Dari scj Penebalan epitel displastik serviks Operasi/bedah Melalui pembuluh darah / kelenjar getah
vagina bening

7
Keputihan Bau Ulkus Menusuk Regresi spontan
Busuk jaringan
serviks
Vagina Corpus Mengfiltrasi
uterus septum rektum
vaginal dan V-
U
HARGA DIRI RESIKO Ulkus luar Perdarahan Perdarahan
RENDAH INFEKSI spontan
GANGGUAN
ELIMINASI URIN
KERUSAKAN Anemia KEKURANGAN VOLUME
INTEGRITAS KULIT CAIRAN
RESIKO
INFEKSI
KELETIHAN

KETIDAK-SEIMBANGAN NUTRISI KURANG


DARI KEBUTUHAN TUBUH

8
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
a. Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
b. Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
c. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati, faal ginjal,
elektrolit.

F. PENATALAKSAAN MEDIS
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch syndrome tipe 2 perlu
dilakukan evaluasi endometrium secara seksama dengan hysteroscopy dan biopsy.
Pemeriksaan USG transvaginal merupakan test non invasif awal yang efektif dengan negative
predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan endometrium kurang dari 5 mm.
Pada banyak kasus histeroskopi dengan instrumen yang fleksibel akan membantu dalam
penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-ooforektomi
bilateral, deseksi kelenjar getah bening pelvis dan biopi paraaorta bila mencurigakan, bilasan
peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Pengangkatan
tumor merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.

Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh
atau metastase ke tempat lain.
a. Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
1. Membunuh sel-sel kanker.
2. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
3. Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
b. Jenis kemoterapi:
1. Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
2. Terapi neoadjuvan
9
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor,
biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
3. Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk
diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
4. Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
5. Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : (Wanita yang menopause secara alami Umur :
diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko
jika dibandingkan sebelum usia 49
tahun.)
Suku/Bangsa :
Agama :
Pendidikan : (Pendidikan dan status sosial ekonomi
diatas rata-rata meningkatkan resiko
terjadinya kanker endometrium akibat
konsumsi terapi pengganti estrogen dan
rendahnya paritas.)
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
No. Telp : No. Telp :

b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama.
c. Status Kesehatan
1) Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Usia menarche dini (<12 tahun) berkaitan dengan
meningkatnya risiko kanker endometrium walaupun tidak
selalu konsisten.
b. Siklus : Dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih
panjang (banyak atau bercak).
c. Jumlah : Lebih banyak.
d. Lamanya : Dapat memanjang.
e. Sifat Darah : Encer atau menggumpal.
f. Teratur/Tidak : Mengalami perubahan.
g. Dismenorhea : Dapat terjadi.

11
h. Flour Albus : Berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah.
i. HPHT : -
2) Riwayat Penyakit yang lalu
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh ibu khususnya
penyakit ginekologi,diabetes dan hipertensi.
3) Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium berisiko pada
wanita yang memiliki riwayat genetik.
4) Riwayat Sosial Budaya
a) Status Emosional
Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan penyakitnya.
b) Tradisi
Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya (merokok atau perokok
pasif), sirkumsisi.
5) Riwayat Penyakit Sekarang
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan
perubahan pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan, keluhan
lain yang disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter,
rectum, pembuluh darah dan limfe.
d. Pola Fungsi kesehatan Gordon
1) Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Kanker endometrium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang
mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
endometrium.
2) Pola Istirahat dan Tidur
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh pasien.
3) Pola Nutrisi
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi,
terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal, kacang-
kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan risiko kanker
yang memproteksi melalui pitoestrogen.
4) Pola Eliminasi
12
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi, retensi
urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
5) Pola Kognitif – Perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi gangguan pada
pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
pengecap.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Meskipun
penyakit ini tidak disebabkan dari berganti – ganti pasangan.
7) Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan sedikit
lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya,
selain itu pasien juga akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas
bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas
kanker endometrium sehingga harus beristirahat total.
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) yang berbau busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi
Menggali jenis dan lama kontasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan
lebih dari 6 tahun, KB IUD).
9) Pola Manajemen Koping Stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
10) Pola Peran – Hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya.
Pasien dengan kanker endometrium harus mendapatkan dukungan dari suami serta
orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
13
Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada
yang menderita penyakit kanker endometrium.
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
2. DATA OBYEKTIF
a. PEMERIKSAAN UMUM
1) KU :
2) Tekanan Darah : Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita pancamenopause
dengan obesitas.
3) Denyut Nadi :
4) Pernapasan :
5) Suhu :
6) Berat Badan : Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.
Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko
sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan
meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
b. PEMERIKSAAN FISIK
1) Muka
Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
2) Dada
Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran)
3) Abdomen
Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.
4) Genetalia
a) Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan, berbau amis atau
busuk, dapat bercampur darah, purulent), perdarahan.
b) Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller, tumor eksofitik.
6) Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah .
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan keputihan berbau busuk.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ulkus endofilik.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infiltrasi ulkus endofilik.
4. Keletihan berhubungan dengan anemia dan perdarahan.
14
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anemia.
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, perdarahan spontan.
7. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyebaran tumor di area vagina yang
menekan uretra.

15
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Harga Diri Rendah Situasional NOC NIC
Definisi : Perkembangan persepsi  Body image, disturbed Self Esteem Enchacement
negatif tentang harga diri sebagai  Coping, ineffective  Tunjukkan rasa percaya diri terhadap
respon terhadap situasi saat ini.  Personal identity, disturbed kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
 Health behaviour, risk  Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan
Batasan Karakteristik :  Self esteem situasional, low dirinya
 Evaluasi diri bahwa individu tidak  Ajarkan keterampilan perilaku yang positif
mampu meghadapi peristiwa Kriteria Hasil : melalui bermain peran, model peran, diskusi
 Evaluasi diri bahwa individu tidak  Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik :  Dukung peningkatan tanggung jawab diri, jika
mampu menghadap situasi respon adaptif klien terhadap tantangan diperlukan
 Perilaku bimbang fungsional penting akibat ketunandayaan  Buat statement positif terhadap pasien
 Perilaku tidak asertif fisik  Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien
 Secara verbal melaporkan tantangan  Resolusi berduka : penyesuaian dengan yang negatif
situasional saat ini terhadap harga kehilangan aktual atau kehilangan yang  Dukung pasien untuk menerima tantangan baru
diri akan terjadi  Kaji alasan-alasan untuk mengkritik atau
 Ekspresi ketidakberdayaan  Penyesuaian psikososial : perubahan hidup; menyalahkan diri sendiri
 Ekspresi ketidakbergunaan respon psikososial adaptif individu  Kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas
 Verbalisasi meniadakan diri terhadap perubahan bermakna dalam hidup dinas sosial, perawat spesialis klinis, dan
 Menunjukkan penilaian pribadi tentang layanan keagamaan)

16
Faktor yang Berhubungan : harga diri
 Perilaku tidak selaras dengan nilai  Mengungkapkan penerimaan diri : Counseling
 Perubahan perkembangan komunikasi terbuka  Menggunakan proses pertolongan interaktif yang
 Gangguan citra tubuh  Mengutamakan optimisme tentang masa berfokus pada kebutuhan, masalah, atau
 Kegagalan depan perasaan pasien dan orang terdekat untuk

 Gangguan fungsional  Menggunakan strategi koping efektif meningkatkan atau mendukung koping,

 Kurang penghargaan pemecahan masalah.

 Kehilangan
 Penolakan Coping Enhancement

 Perubahan peran sosial


Body Image Enhancement

2. Resiko Infeksi NOC NIC


Definisi : Mengalami peningkatan  Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi)
resiko terserang organisme patogenik  Knowledge: Infection Control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
 Risk control  Pertahankan teknik sosial
Faktor Resiko :  Batasi pengunjung bila perlu
 Penyakit kronis (diabetes melitus, Kriteria Hasil :  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
obesitas)  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
 Pengetahuan yang tidak cukup untuk  Mendeskripsikan proses penularan meninggalkan pasien
menghindari pemanjaan patogen penyakit, faktor yang mempengaruhi  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
 Pertahanan tubuh primer yang tidak
17
adekuat penularan serta penatalaksanaanya  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Ketidakadekuatan pertahanan  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah tindakan keperawatan
sekunder timbulnya infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Vaksinasi tidak adekuat  Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung
 Pemajanan terhadap patogen  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Pertahankan lingkungan aseptik selama
lingkungan meningkat pemasangan alat
 Prosedur invasif  Ganti letak IV perifer dan line central dan
 Malnutrisi dressing sesuai dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Dorong masukan nutrisi yang cukup

18
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

3. Kerusakan Integritas Kulit NOC NIC


Definisi : Perubahan / gangguan  Tissue Integrity : Skin and mucous Pressure Management :
epidermis dan/atau dermis membranes  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
 Hemodyalis access yang longgar
Batasan Karakteristik :  Hindari kerutan pada tempat tidur
 Kerusakan lapisan kulit (dermis) Kriteria Hasil :  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
 Gangguan permukaan kulir  Integritas kulit yang baik bisa kering
(epidermis) dipertahankan (sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
 Invasi struktur tubuh temperatur, hidrasi, pigmentasi) dua jam sekali
 Tidak ada luka/lesi pada kulit  Monitor kulit akan adanya kemerahan
Faktor-faktor yang berhubungan :  Perfusi jaringan baik  Oleskan lotion atau baby oil pada daerah yang

19
 Eksternal  Menunjukkan pemahaman dalam proses tertekan
- Zat kimia, radiasi perbaikan kulit dan mencegah terjadinya  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Usia yang ekstrem cedera berulang  Monitor status nutrisi pasien
- Kelembapan  Mampu melindungi kulit dan  Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Hipertermia, Hipotermia mempertahankan kelembapan kulit dan hangat
- Faktor mekanik perawatan alami
- Medikasi Insision site care
- Lembab  Membersihkan, memantau, dan meningkatkan
- Imobilitasi fisik proses penyembuhan pada luka yang ditutup
 Internal dengan jahitan, klip, atau staples
- Perubahan status cairan  Monitor proses kesembuhan area insisi
- Perubahan pigmentasi  Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
- Perubahan turgor  Bersihkan area sekitar jahitan atau staples
- Faktor perkembangan menggunakan lidi kapas steril
- Kondisi ketidakseimbangan  Gunakan preparat antiseptik, sesuai program
nutrisi  Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai
- Penurunan imunologis
atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut)
- Penurunan sirkulasi sesuai program
- Kondisi gangguan metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang

20
4. Keletihan NOC NIC
Definisi : Penurunan kapasitas kerja  Tingkat Keletihan Menurun  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
fisik dan mental yang tidak pulih informasi
dengan istirahat Kriteria Hasil :  Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas
 Meningkatnya kemampuan melakukan dan istirahat
Batasan Karakteristik : aktivitas rutin  Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
 Merasa energi tidak pulih walaupun  Meningkatnya mobilitas fisik sesuai kesepakatan
telah tidur  Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
 Merasa kurang tenaga untuk bertanya
 Mengeluh lelah  Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/
 Tidak mampu mempertahankan olahraga secara rutin
aktivitas rutin  Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,
 Tampak lesu aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
Faktor yang Berhubungan : istirahat
 Gangguan tidur  Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
 Gaya hidup monoton istirahat
 Kondisi fisiologis  Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
 Program perawatan/pengobatan aktivitas sesuai kemampuan
jangka panjang
 Peristiwa hidup negatif

21
 Stress berlebihan
 Depresi

5. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang NOC NIC


dari Kebutuhan Tubuh  Nutritional status : Fluid and food intake Nutritional Management :
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional status : nutrient intake  Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik.  Weight control  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : pasien
 Kram abdomen  Adanya peningkatan berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Nyeri abdomen dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatka protein dan
 Menghindari makanan  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi Vit C
 Berat badan 20% atau lebih dibawah badan  Berikan substansi gula
berat badan ideal  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
 Kerapuhan kapiler  Tidak ada tanda-tanda malnutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Diare  Menunjukkan peningkatan fungsi  Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Kehilangan rambut berlebihan pengecapan dari menelan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Bising usus hiperaktif  Tidak terjadi penurunan berat badan yang  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Kurang makanan berarti  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
 Kurang informasi nutrisi yang dibutuhkan
 Membran mukosa pucat

22
 Kurang minat pada makanan Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
Faktor-faktor yang berrhubungan :  Monitor adanya penurunan berat badan
 Faktor biologis  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
Faktor ekonomi dilakukan
 Monitor lingkungan selama makan
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Monitor mual dan muntah

6. Kekurangan Volume Cairan NOC NIC


Definisi : Penurunan cairan  Fluid balance Fluid Management :
intravaskular, interstitial, dan/atau  Hydration  Pertahankan catatan intake dan output yang
intraseluler. Ini mengacu pada  Nutritional Status : Food and akurat
dehidrasi, kehilangan cairan tanpa ada  Fluid Intake  Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
perubahan pada natrium cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)
Kriteria Hasil :  Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
Batasan Karateristik :  Mempertahankan urine output sesuai PAP, dan PCWP
 Perubahan status mental dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT  Monitor vital sign
 Penurunan tekanan darah normal  Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
 Penurunan tekanan nadi  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam  Kaji lokasi dan luas edema
 Penurunan volume nadi batas normal  Monitor masukan makanan / cairan dan hitung

23
 Penurunan turgor kulit  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas intake kalori
 Penurunan turgor lidah turgor kulit baik, membran mukosa  Monitor status nutrisi
 Penurunan keluaran urin lembab, tidak ada rasa haus yang  Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi
 Penurunan pengisian vena berlebihan  Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
 Membran mukosa kering berlebih muncul memburuk
 Kulit kering
 Peningkatan hematokrit Hypovolemia Management

 Peningkatan suhu tubuh  Monitor status cairan termasuk intake dan

 Peningkatan frekuensi nadi output cairan

 Peningkatan konsentrasi urin  Pelihara IV line

 Penurunan berat badan  Monitor tingkat Hb dan hematokrit

 Haus  Monitor vital sign

 Kelemahan  Monitor respon pasien terhadap penambahan


cairan

Faktor yang Berhubungan :  Monitor berat pasien

 Kehilangan cairan aktif  Dorong pasien untuk menambah intake oral

 Kegagalan mekanisme regulasi  Monitor adanya tanda dan gejala kelebihan


volume cairan
 Monitor adanya tanda gejala gagal ginjal

24
7. Gangguan Eliminasi Urin NOC NIC
Definisi : Disfungsi pada eliminasi  Urinary elimination Urinary Retention Care
urine  Urinary Continuence  Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
berfokus pada inkontinensia
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Memantau penggunaan obat dengan sifat
 Disuria  Kandung kemih kosong secara penuh antikolinergik atau properti alpha agonis
 Sering berkemih  Tidak ada residu urine >100-200 cc  Memonitor efek dari obat-obatan yang
 Anyang-anyangan  Intake cairan dalam rentang normal diresepkan
 Inkontinensia  Bebas dari ISK  Menyediakan penghapusan privasi
 Nokturi retensi  Tidak ada spasme bladder  Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan
 Dorongan  Balance cairan seimbang air atau disiram toilet
 Merangsang refleks kandung kemih dengan
Faktor yang Berhubungan : menerapkan dingin untuk perut, membelai
 Obstruksi anatomi tinggi batin, atau air
 Penyebab multiple  Anjurkan pasien/keluarga untuk merekam
 Gangguan sensori motorik output urine
 Infeksi saluran kemih  Instruksikan cara-cara untuk menghindari
konstipasi atau impaksi tinja
 Memantau asupan dan keluaran
 Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi

25
 Membantu dengan toilet secara berkala
 Memasukkan pipa ke dalam lubang tubuh untuk
sisa
 Menerapkan kateterisasi intermitten
 Merujuk ke spesialis kontinensia kemih

26
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar
rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan kanker endometrium.
Tanda dan gejala kanker endometrium bisa dilihat jika ada hal-hal seperti, rasa sakit pada
saat menstruasi, rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah (rasa sakit
ini akan bertambah pada saat berhubungan seks), sakit punggung pada bagian bawah, sulit
buang air besar atau diare, keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit, keputihan
bercampur darah dan nanah, atau terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

B. SARAN
1. Mahasiswa diharapkan bisa mengetahui skrinning dan deteksi dini terhadap kanker
endometrium serta melakukan asuhan yang sesuai protap
2. Setiap wanita, terutama mereka yang sudah menopause harus diberitahu mengenai risiko
dan gejala kanker endometrium
3. Wanita harus melaporkan setiap perdarahan atau bercak darah pada dokter atau tenaga
kesehatan lain.

27
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Baziad,Ali dkk. 1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jilid 2. Jogjakarta: MediAction.

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

28

S-ar putea să vă placă și