Sunteți pe pagina 1din 9

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

ANALISIS KADAR VITAMIN C PADA BEBERAPA MINUMAN KEMASAN


Kezia Elian Devina1, Angelly Kalengkongan2, Brigita Intan3
1,2,3
Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Kristen Satya Wacana
472016031

ABSTRACT
Vitamin C or ascorbic acid is a valuable component in the food because it is useful as an
antioxidant. Vitamin C is generally present in vegetable foods, namely vegetables and fruits such as
oranges, pineapples, and rambutan. The primary role of vitamin C is in the formation of intercellular
collagen. Vitamin C is essential for our body is therefore required testing levels of vitamin C in a food.
The goal in this lab is to determine the vitamin C content of some bottled beverages that contain vitamin
C with iodimetric method. Samples used the drink Orange Water, Pulpy Orange, Orange Buavita, and
UC 1000. The result is high levels of vitamin C Orange Water on the first titration was 6.23 mg / 5 mL;
124.6 mg / 100 ml; and 623 mg / packaging. In the second titration is equal to 1.78 mg / 5 mL; 35.6 mg
/ 100 mL; and 178 mg / packaging. In the third titration had similar results with the second titration.
Levels of vitamin C Pulpy Orange in the first and second titration have the same result in the amount
of 0.89 mg / 5 mL; 17.8 mg / 100 mL; and 62.3 mg / packaging. In the third titration is equal to 1.78
mg / 5 mL; 35.6 mg / 100 mL; and 124.6 mg / packaging. Levels of vitamin C Buavita Orange titrate
the first, second, and third have the same result in the amount of 0.89 mg / 5 mL; 17.8 mg / 100 mL;
and 44.50 mg / packaging. Levels of vitamin C UC 1000 by the first titration was 4.45 mg / 5 mL; 89
mg / 100 mL; and 129.05 mg / packaging. In the second titration is equal to 7.12 mg / 5 mL; 142.4 mg
/ 100 ml; and 206.5 mg / packaging.
Keywords : Levels of vitamin C, beverage packaging, and iodometric titration.

ABSTRAK
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan karena berguna
sebagai antioksidan. Vitamin C pada umumnya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayuran dan
buah-buahan seperti jeruk, nanas, dan rambutan. Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan
kolagen interseluler. Vitamin C sangat penting bagi tubuh kita oleh karena itu diperlukan pengujian
kadar vitamin C pada suatu bahan pangan. Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menentukan kadar
vitamin C dari beberapa minuman kemasan yang mengandung vitamin C dengan metode iodimetri.
Sampel yang digunakan yaitu minuman Orange Water, Pulpy Orange, Buavita Orange, dan UC 1000.
Hasil yang diperoleh adalah kadar vitamin C Orange Water pada titrasi pertama adalah 6,23 mg/ 5 mL;
124,6 mg/100 mL; dan 623 mg/kemasan. Pada titrasi kedua yaitu sebesar 1,78 mg/5 mL; 35,6 mg/100
mL; dan 178 mg/kemasan. Pada titrasi ketiga memiliki hasil yang sama dengan titrasi kedua. Kadar
vitamin C Pulpy Orange pada titrasi pertama dan kedua memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0,89
mg/5 mL; 17,8 mg/100 mL; dan 62,3 mg/kemasan. Pada titrasi ketiga yaitu sebesar 1,78 mg/5 mL; 35,6
mg/100 mL; dan 124,6 mg/kemasan. Kadar vitamin C Buavita Orange pada titrasi pertama, kedua, dan
ketiga memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0,89 mg/5 mL; 17,8 mg/100 mL; dan 44,50 mg/kemasan.
Kadar vitamin C UC 1000 pada titrasi pertama adalah 4,45 mg/5 mL; 89 mg/100 mL; dan 129,05
mg/kemasan. Pada titrasi kedua yaitu sebesar 7,12 mg/5 mL; 142,4 mg/100 mL; dan 206,5 mg/kemasan.
Kata Kunci : Kadar vitamin C, minuman kemasan, dan titrasi iodometri.

1
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

PENDAHULUAN
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam
diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolism dalam sel dan penting untuk melangsungkan
pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat
disintesis oleh tubuh, beberapa di antaranya masih dapat dibentuk dalam tubuh namun kecepatan
pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh[1].
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air. Sumber vitamin C
sebagian besar tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan terutama buah-buahan segar. Asupan gizi
rata-rata sehari sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang dewasa. Namun,
terdapat variasi kebutuhan dalam individu yang berbeda. Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan
heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C
dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan.
Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam
dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro
askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali[2].
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin C
mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang
dapat melindungi molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C juga mempunyai
peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine,
terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin[2].
Titrasi iodimetri adalah salah satu metode analisis yang dapat digunakan dalam menghitung
kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh
iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera terdeteksi
oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda. Kadar vitamin C dapat diketahui
dengan perhitungan. Prinsip analisa kadar vitamin C dengan metode titrasi iodimetri adalah reaksi
vitamin C dengan iodin membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkapnya
hilang dan terbentuk kompleks iodium-amilum berwarna biru gelap[3].
Vitamin C sangat penting bagi tubuh kita, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pada suatu
bahan pangan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam bahan pangan tersebut. Praktikum ini memiliki
tujuan untuk mengalisis kadar vitamin C pada minuman kemasan yang mengandung vitamin C.
Pengujian dilakukan dengan metode iodimetri atau titrasi langsung.

METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan pada hari Senin, 20 November 2017 pukul 10.00-12.00 WIB di
Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana.
2.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beberapa minuman kemasan yang
mengandung vitamin C seperti Buavita Orange, UC 1000, Orange Water, Pulpy Orange. Bahan lain

2
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

yang digunakan dalam proses titrasi adalah larutan iodium 0,1 N, H2SO4 1%, amilum 1%, dan akuades.
Alat yang digunakan adalah labu takar 100 mL, gelas beaker, gelas ukur 50 mL, erlenmeyer 100 mL,
corong, pipet ukur 5 mL, pompa karet, pipet tetes, buret, dan statif.
2.3. Prosedur Percobaan
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mengambil sampel sebanyak 10 mL dan
mengencerkan sampel dengan akuades sebanyak 90 mL sehingga membentuk larutan sebanyak 100
mL. Mengambil 5 sampel hasil pengenceran lalu menambahkan H2SO4 1% sebanyak 2,5 mL dan
amilum 1% sebanyak 2 mL. Mentitrasi larutan sampel dengan menggunakan larutan iodium hingga
berubah warna menjadi biru tetap. Mencatat volume titran yang digunakan dan melakukan perulangan
titrasi sebanyak 3 kali.

HASIL
Volume Kadar Vitamin C
Sampel Foto
Titrasi 5 mL 100 mL Kemasan

Orange Water V1 = 0,7 mL 6,23 mg 124,6 mg 623 mg

V2 = 0,2 mL 1,78 mg 35,6 mg 178 mg

V3 = 0,2 mL 1,78 mg 35,6 mg 178 mg

Pulpy Orange V1 = 0,1 mL 0,89 mg 17,8 mg 62,3 mg

3
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

V2 = 0,1 mL 0,89 mg 17,8 mg 62,3 mg

V3 = 0,2 mL 1,78 mg 35,6 mg 124,6 mg

Buavita
V1 = 0,1 mL 0,89 mg 17,8 mg 44,50 mg
Orange

V2 = 0,1 mL 0,89 mg 17,8 mg 44,50 mg

V3 = 0,1 mL 0,89 mg 17,8 mg 44,50 mg

UC 1000 V1 = 0,5 mL 4,45 mg 89 mg 129,05 mg

4
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

V2 = 0,8 mL 7,12 mg 142,4 mg 206,5 mg

a) Orange Water
 Titrasi 1
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,7 mL
= 0,07
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,07 x 89
= 6,23 mg / 5 mL
100 mL sampel = 6,23 x 20
= 124,6 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 6,23 x 100
= 623 mg
 Titrasi 2
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,2 mL
= 0,02
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,02 x 89
= 1,78 mg / 5 mL
100 mL sampel = 1,78 x 20
= 35,6 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 1,78 x 100
= 178 mg
 Titrasi 3
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,2 mL
= 0,02
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,02 x 89
= 1,78 mg / 5 mL
100 mL sampel = 1,78 x 20
= 35,6 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 1,78 x 100
= 178 mg
b) Pulpy Orange
 Titrasi 1
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,1 mL
= 0,01
Mg sampel S1 = M grek x BE

5
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

= 0,01 x 89
= 0,89 mg / 5 mL
100 mL sampel = 0,89 x 20
= 17,8 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 0,89 x 70
= 62,3 mg
 Titrasi 2
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,1 mL
= 0,01
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,01 x 89
= 0,89 mg / 5 mL
100 mL sampel = 0,89 x 20
= 17,8 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 0,89 x 70
= 62,3 mg
 Titrasi 3
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,2 mL
= 0,02
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,02 x 89
= 1,78 mg / 5 mL
100 mL sampel = 1,78 x 20
= 35,6 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 1,78 x 70
= 124,6 mg
c) Buavita Orange
 Titrasi 1
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,1 mL
= 0,01
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,01 x 89
= 0,89 mg / 5 mL
100 mL sampel = 0,89 x 20
= 17,8 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 0,89 x 50
= 44,50 mg
 Titrasi 2
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,1 mL
= 0,01
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,01 x 89
= 0,89 mg / 5 mL

6
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

100 mL sampel = 0,89 x 20


= 17,8 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 0,89 x 50
= 44,50 mg
 Titrasi 3
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,1 mL
= 0,01
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,01 x 89
= 0,89 mg / 5 mL
100 mL sampel = 0,89 x 20
= 17,8 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 0,89 x 50
= 44,50 mg
d) UC 1000
 Titrasi 1
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,5 mL
= 0,05
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,05 x 89
= 4,45 mg / 5 mL
100 mL sampel = 4,45 x 20
= 89 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 4,45 x 29
= 129,05 mg
 Titrasi 2
M grek = N titran x V titran
= 0,1 x 0,8 mL
= 0,08
Mg sampel S1 = M grek x BE
= 0,08 x 89
= 7,12 mg / 5 mL
100 mL sampel = 7,12 x 20
= 142,4 mg / 100 mL
Kadar dalam kemasan = 7,12 x 29
= 206,5 mg

PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan 3 kali pengulangan titrasi. Hasil yang diperoleh dalam
praktikum ini adalah sampel Orange Water pada titrasi pertama volume titrasi yang diperoleh yaitu 0,7
ml. Kadar vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 6,23 mg; kadar vitamin C setiap 100 mL yaitu 124,6 mg;
dan kadar vitamin C dalam kemasan yaitu 623 mg. Pada titrasi kedua volume titrasi yang diperoleh
yaitu 0,2 ml. Kadar vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 1,78 mg; kadar vitamin C setiap 100 mL yaitu
35,6 mg; dan kadar vitamin C dalam kemasan yaitu 178 mg. Pada titrasi ketiga diperoleh hasil yang
sama dengan titrasi kedua. Sampel Pulpy Orange pada titrasi pertama volume titrasi yang diperoleh

7
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

yaitu 0,1 ml. Kadar vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 0,89 mg; kadar vitamin C setiap 100 mL yaitu
17,8 mg; dan kadar vitamin C dalam kemasan yaitu 62,3 mg. Pada titrasi kedua diperoleh hasil yang
sama dengan titrasi pertama. Pada titrasi ketiga volume titrasi yang diperoleh yaitu 0,2 ml. Kadar
vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 1,78 mg; kadar vitamin C setiap 100 mL yaitu 35,6 mg; dan kadar
vitamin C dalam kemasan yaitu 124,6 mg. Sampel Buavita Orange pada titrasi pertama volume titrasi
yang diperoleh yaitu 0,1 ml. Kadar vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 0,89 mg; kadar vitamin C setiap
100 mL yaitu 17,8 mg; dan kadar vitamin C dalam kemasan yaitu 44,50 mg. Pada titrasi kedua dan
ketiga diperoleh hasil yang sama dengan titrasi pertama. Sampel UC 1000 pada titrasi pertama volume
titrasi yang diperoleh yaitu 0,5 ml. Kadar vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 4,45 mg; kadar vitamin C
setiap 100 mL yaitu 89 mg; dan kadar vitamin C dalam kemasan yaitu 129,05 mg. Pada titrasi kedua
volume titrasi yang diperoleh yaitu 0,8 ml. Kadar vitamin C dalam setiap 5 mL yaitu 7,12 mg; kadar
vitamin C setiap 100 mL yaitu 142,4 mg; dan kadar vitamin C dalam kemasan yaitu 206,5 mg. Pada
sampel UC 1000 hanya dilakukan titrasi sebanyak 2 kali pengulangan. Hal ini dikarenakan kurangnya
bahan yaitu amilum 1%.
Pada praktikum ini diambil sampel sebanyak 10 mL dan diencerkan dengan akuades sehingga
volumenya menjadi 100 mL. Sebelum melakukan pentitrasian vitamin C pada sampel minuman
kemasan, terlebih dahulu dicampur dengan larutan asam pekat. Asam pekat yang digunakan disini
adalah asam sulfat encer (H2SO4). Hal ini dilakukan karena vitamin C yang telah diencerkan dengan
aquades, kadar keasamannya akan menurun, sehingga harus ditambahkan dengan larutan asam agar
vitamin C selalu berada dalam keadaan asam, sebab jika tidak maka hasil titrasi tidak akan maksimal.
Kemudian larutan vitamin C dititrasi secara perlahan-lahan dengan larutan iodium. Ketika akan
mencapai batas akhir titrasi larutan vitamin C terkadang menimbulkan warna biru akan tetapi warna
biru tersebut hilang lagi. Hal ini dikarenakan masih ada vitamin C yang belum bereaksi dengan larutan
iodium. Setelah beberapa saat maka didapatkanlah hasil larutan yang berwarna biru mantap. Hal ini
menandakan bahwa vitamin C telah habis bereaksi dan titik akhir titrasi telah tercapai. Warna biru
terbentuk karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya
ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks
dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna biru tua
pada kompleks tersebut.
Fungsi larutan standart iodium ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang
terdapat dalam sampel menjadi senyawa dehidro askorbat sehingga akan berwarna biru tua karena
pereaksi yang berlebih. Fungsi amylum ialah untuk meningkatkan kecepatan percobaan (sebagai
indikator). Reaksi ini disebut reaksi iodometri karena terjadi perubahan dari tidak berwarna (bening)
menjadi berwarna biru tua.
Vitamin C mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam benzen,
eter, kloroform, dan minyak. Dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau
dan mencair pada suhu 190 sampai 192ºC. Senyawa ini mempunyai rasa asam dan bersifat reduktor
kuat. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara dan sensitif pada
pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan. Vitamin C merupakan nutrien organik yang dibutuhkan
dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi kimiawi dan pada umumnya tidak disintesis oleh tubuh
sehingga harus dipasok dari luar[4].
Standar jumlah yang dibutuhkan tubuh sudah dibuat oleh USA Academy of Sciences. Jumlah
kebutuhan vitamin ini berbeda-beda menurut umur dan jenis kelaminnya. Kebutuhan harian vitamin C
bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg.

8
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
Jl. R.A. Kartini No. 11 A, Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. (0298) 324-861; Fax. (0298) 312728
Email: fkik@adm.uksw.edu

Namun karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan bermotor
dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat yaitu 120 mg.
Apabila dosis vitamin C yang diberikan berlebihan, maka vitamin C yang berlebih ini akan
diekskresikan melalui urine. Sebagian dari vitamin C tadi akan diubah menjadi garam-garam oksalat,
dan pada keadaan fisiologis, kira-kira 40-50 mg garam oksalat yang diekskresikan berasal dari vitamin
C, yakni kira-kira setengah dari seluruh ekskresi oksalat. Apabila dosis vitamin terus ditinggikan maka
proporsi vitamin C yang diubah menjadi oksalat ternyata akan menurun. Tetapi apabila orang tersebut
memang menderita gangguan metabolisme oksalat, hal ini dapat menimbulkan masalah. Kelebihan
vitamin C juga dapat menaikkan kadar keasaman darah khususnya yang mendapat vitamin C dosis
tinggi secara intravena. Pada keadaan tertentu, penurunan pH darah tidak diharapkan. Kelebihan
vitamin C akan meningkatkan keasaman urine. Pada keadaan tertentu (gangguan metabolisme urat
dan/atau oksalat dan lain-lain) dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih[5].
Defisiensi vitamin C menimbulkan penyakit skorbut. Gejala-gejala klinik antara lain nyeri pada
tungkai, pseudoparalysis, pembengkakan pada tungkai, fraktur pada daerah epiphisis, pendarahan dan
pembengkakan gusi dan lain-lain. Penderita dengan gejala-gejala skorbut yang jelas kini sudah jarang
dijumpai. Apabila pengobatan terlambat dilakukan, skorbut ini dapat menimbulkan kematian[5].

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa vitamin C merupakan
vitamin yang larut dalam air. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C sangat penting bagi tubuh, oleh karena
itu diperlukan pengujian kadar vitamin C pada suatu bahan pangan. Dalam praktikum ini dilakukan
analisis kadar uji vitamin C pada minuman kemasan. Sampel Orange Water pada titrasi pertama
menghasilkan kadar vitamin C sebesar 6,23 mg/ 5 mL; 124,6 mg/100 mL; dan 623 mg/kemasan. Pada
titrasi kedua yaitu sebesar 1,78 mg/5 mL; 35,6 mg/100 mL; dan 178 mg/kemasan. Pada titrasi ketiga
memiliki hasil yang sama dengan titrasi kedua. Kadar vitamin C Pulpy Orange pada titrasi pertama dan
kedua memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0,89 mg/5 mL; 17,8 mg/100 mL; dan 62,3 mg/kemasan.
Pada titrasi ketiga yaitu sebesar 1,78 mg/5 mL; 35,6 mg/100 mL; dan 124,6 mg/kemasan. Kadar vitamin
C Buavita Orange pada titrasi pertama, kedua, dan ketiga memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0,89
mg/5 mL; 17,8 mg/100 mL; dan 44,50 mg/kemasan. Kadar vitamin C UC 1000 pada titrasi pertama
adalah 4,45 mg/5 mL; 89 mg/100 mL; dan 129,05 mg/kemasan. Pada titrasi kedua yaitu sebesar 7,12
mg/5 mL; 142,4 mg/100 mL; dan 206,5 mg/kemasan.

DAFTAR PUSTAKA
1) Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2) Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga.
3) Wijanarko, dkk. 2002. Analisa Hasil Pertanian. Malang : Universitas Brawijaya.
4) Andarwulan, dkk. 2011. Analisis Pangan. Jakarta : PT Dian Rakyat.
5) Sudarmadji, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : UGM-Press.

S-ar putea să vă placă și