Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Home
About
Archives
Sallindry Widyasari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TBC
undefinedundefined
B. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1-4mm dg tebal 0,3-0,6mm. sebagian besar komponen M. Tuberculosis
adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta
sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.
Tuberculosis senang tinggal di daerah apex paru-paru yang kandungan
oksigennya tinggi. daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberculosis.
C. Patofisiologi
Infeksi diawali Karena seseorang menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri
menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke
area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui system limfe
dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry).
Selanjutnya system kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan)
basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya
eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jangringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa) hal ini
kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi non aktif.
Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang
atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini,
ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa
didalam brounkhus. Tubercle yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini
berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak didalam sel.
Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10
– 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respons berbeda, pada
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Patway
D. Tanda – gejala
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum , malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk darah .
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan
Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang
berbeda.
Anemia bila penyakit berjalan menahun
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut
kembali normal pada tahap penyembuhan.
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi
air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b. Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan
lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang
dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan
hitam dan diafragma menonjol ke atas.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah
penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks
(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
2) Keluhan utama
Pada saat pengkajian Ny. B mengeluh batuk berdarah, cepat lelah,
letih, keringat dimalam hari.
6) Riwayat Psikososial
Klien merasa takut akan penyakitnya dan menganggap penyakitnya
itu mematikan.
8) Data Fokus
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan sering mengalami - Suhu = 38,5 oC
demam ringan (meriang) - Berat badan menurun dari 60 kg
- Badan terasa letih menjadi 48 kg,turun 12 kg (anoreksia)
- Berat badan menurun - Keringat pada malam hari (+)
- Keringat pada malam hari - Sputum disertai darah (+)
- Batuk berdarah - Tuberculin test (+)
- Photo thorax terlihat bercak putih di
apeks paru
- RR = 24 x permenit
- TD = 110/70 mmHg
- HR = 80 x permenit
b. Diagnosa Keperawatan
DO
klien terlihat :
- Batuk dgn Sputum
bercampur darah
- Tuberculin test (+)
- Suhu = 38,5 oC
- HR = 78 x permenit
- RR = 24 x permenit
- TD = 110/70 mmHg
- Rongent Thorax (+)
- Terlihat bercak putih
DS Perubahan nutrisi kurang Berkaitan dengan intake
klien mengatakan : dari kebutuhan yang tidak ade kuat
- Tidak nafsu makan
- Cepat letih
- Berat badan turun 12 kg
- Mual
- Tidak suka makan rumah
sakit
DO
klien terlihat :
- Antropometri : berat
badan turun 12 kg (60-
48)
- Biokimia ; Eritrosit : 4 –
5 (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 12 –
15 (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 36 – 47
(%)
Trombo sit : 150.000 –
400.000(/ul)
Leukosit : 5.000 –
10.000(/ul)
Laju Endap Darah (LED)
: < 15 (mm/jam)
- Chemical sain : Rhonki
(+), konjungtivaanemis
(+) , mukosa bibir
(kering), togor kulit jelek
- Diathistori : klien tidak
suka makan telur, dan
sayuran
c. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA
DX INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
1 Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
keperawatan selama 3x24 1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain
jam, diharapkan : suara, jumlah, irama, dan kedalaman
- Pasien menyatakan nafas, serta catatan pula mengenai
bahwa batuk berkurang penggunaan otot nafas tambahan
atau hilang, tidak ada Rasionalnya : adanya perubahan fungsi
sesak dan secret respirasi dan penggunaan otot tambahan
berkurang. menandakan kondisi penyakit yang
- Suara nafas normal masih dalam kondisi penanganan penuh
(vesikular)
- Tanda-tanda Vital : 2. Mencatat kemampuan untuk
Tekanan Darah : 100/60 mengeluarkan secret atau batuk secara
– 130/80 mmHg efektif
RR : normal (12-20 Rasional : ketidak mampuan
X/menit), mengeluarkan secret menjadikan
Suhu normal (36-370C), timbulnya penumpukan berlebihan pada
- Tidak ada dipsnue saluaran penafasan
3. Mengatur posisi tidur semi/ high
fowler. Membantu pasien untuk berlatih
batuk secara efektif dan menarik nafas
dalam
Rasional : posisi semi atau high fowler
memberikan kesempatan paru-paru
berkembang secara maksimal akibat
diagfagma turun kebawah. Batuk efektif
mempermudah ekspetorasi mucus.
4. Membersihkan secret dari mulut dan
trakea, suction jika memungkinkan
Rasional ; pasien dalam kondisi sesak
cenderung bernafas melalui mulut yang
jika tidak di tindak lanjuti akan
mengakibatkan stomatitis.
Kolaborasi
1. Memberikan O2 udara inspirasi yang
lembab.
Rasional: berfungsi meningkatkan
kadar tekanan parsial O2 dan saturasi
O2 dalam darah.
2. Memberikan pengobatan atas indikasi:
a. Agen mukolitik
Missal: Acetilcystein
b. Bronkodilator:
c. Kortokosteroid (prednison)
Rasional:berfungsi untuk mengencerkan
dahak dan meningkatkan atau
memperlebar saluran udara
2 Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
keperawatan selama 3x24 1. Mendokumentasikan status nutrisi
jam, diharapkan : pasien serta mencatat tugor kulit, berat
- Diharapkan perasaan badab saat ini, tingkat kehilangan berat
mual berkurang atau badan, integritas mukosa mulut, tonus
hilang perut
- Pasien mengatakan nafsu Rasional: menjadi data focus
makan meningkat merencanakan tindakan selanjutnya
- Berat badan pasien tidak 2. Memberikan oral care sebelumdan
mengalami penurunan sesudah penatalaksanaan respiration
drastic (stabil) Rasional: meningkatkan kenyamanan
- Pasien terlihat dapat daerah mulut sehingga akan
menghabiskan porsi meningkatkan perasaan nafsu makan
makan yang disediakan
- Hasil analisis 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
laboratorium menyatakan Rasional: meningkatkan intake
protein darah/albumin makanan dan nutrisi pasien, terutama
darah dalam rentang kdar protein tinggi yang dapat
normal meningkatkan mekanisme tubuh dalam
proses penyembuhan.
Kolaborasi:
1. Menganjurkan kepada ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet
Rasional: menentukan kebutuhan
nutrisi yang tepat bagi pasien
2. Monitor pemeriksaan laboratorium:
serum protein, dan albumin
Rasioanl: mengontrol ketidak efektifan
tindakan terutama dengan kadar protein
darah.
3 Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
keperawatan selama 3x24 1. Beri penyuluhan kepada pasien dan
jam, diharapkan : keluarga tentang penyakit TBC
- Pasien mengerti proses Rasional: dengan pengetahuan maka
terjadinya penyakit TBC penyakit dapat di cegah.
- Pasien dapat menciptakan
lingkungan yang sehat di
dalam keluarganya
- Pasien mengerti penyakit
TBC
- Pasien mengerti
pencegahan penyakit
TBC.