Sunteți pe pagina 1din 9

Dokter Post Share this

Dokter Post HOME

21 FEBRUARY 2018

Terapi Batuk Pilek pada


Bayi

Penyakit yang sering ditemui pada anak-anak


adalah infeksi pada sistem saluran pernapasan.
Sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus,
yang menimbulkan gejala common cold, yaitu
batuk, pilek dan suara serak. Infeksi virus pada
saluran pernafasan menimbulkan morbiditas
dan mortalitas. Pada bayi yang terpapar infeksi

sejak dini maka di kemudian hari lebih rentan


berkembang menjadi asma.
Diagnosis dan Terapi
Dokter Post Share this

Batuk Pilek pada Bayi


Dalam pemeriksaan infeksi saluran nafas atas, dapat
ditemukan rhinitis dan faringitis yang dapat disertai dengan
gangguan mata dan telinga. Pada bayi, infeksi saluran nafas
atas sering disertai demam dan dapat menimbulkan lethargy
dan pemberian makan yang kurang. Gejala yang paling
umum ditemukan adalah batuk, bersin, hidung buntu dan
pilek.

Pada kondisi infeksi saluran nafas atas, tatalaksana


utamanya adalah mengurangi gejala demam, hidung buntu
dan batuk. Beberapa obat yang sering digunakan adalah
antihistamin generasi pertama, antipiretik (paracetamol),
obat antiinflamasi (ibuprofen), antitusif (dextrometorphan),
ekspektoran (guaifenesin) dan dekongestan (pseudoefedrin
dan phenylpropanolamine). Walau dapat meringankan
gejala, tetapi obat-obatan tersebut tidak terbukti dapat
mengurangi durasi gejala.

Food and Drug Adinistration juga memberikan peringatan


untuk tidak memberikan obat-obatan tersebut pada anak
dibawah 2 tahun. Tidak ada keuntungan yang terbukti dapat
diberikan oleh obat over the counter (OTC) bandingkan
dengan placebo pada anak-anak, dan risiko efek sampingnya
besar.

Analgesik antipiretik seperti paracetamol mungkin

bermanfaat dalam mengurangi ketidaknyamanan dan gejala,


serta lebih mudah dalam memberikan makanan, dan cairan
oral. Paracetamol dapat diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB
perkali.
DokterPenggunaan
Post antibiotik pada infeksi saluran nafas atas
Share this

sebenarnya tidak diperlukan karena lebih dari 90% infeksi


disebabkan oleh virus. Pemberian antibiotik sering kali
overprescribed dan malah menimbulkan resistensi. Studi
menunjukkan alasan pemberian antibiotik oleh klinisi
adalah karena diagnosis yang masih belum jelas, tekanan
sosiokultural dan ekonomi, ketakutan akan malpraktik dan
harapan dari orang tua agar anaknya diberi antibiotik.

Namun antibiotik dapat diberikan bila terdapat indikasi


yaitu rhinosinusitis akut yang berat dan menetap lebih dari
10 hari dan otitis media akut yang berat. Selain itu efikasi
antibiotik lebih baik pada pasien dengan risiko komplikasi
yang lebih tinggi.

Akhir-akhir ini berkembang obat-obatan herbal sebagai salah


satu terapi alternatif untuk infeksi saluran nafas atas. Dua
obat herbal yang sering digunakan dan diteliti adalah
Echinacea dan Andrographis paniculata yang merupakan
imunostimulan. Selain itu propolis dari lebah juga banyak
diteliti dapat meningkatkan produksi antibodi. Akan tetapi
obat-obatan herbal tersebut masih belum terstandardisasi.
Data penelitian yang ada masih belum cukup untuk dapat
menyimpulkan penggunaan obat-obatan alternatif dalam
pencegahan dan terapi. Efek imunostimulan terhadap sistem
imun yang belum matur juga masih belum diketahui.

Terdapat beberapa intervensi lain yang bisa dilakukan untuk


mengatasi infeksi saluran nafas atas. Larutan saline nasal
spray mungkin bermanfaat untuk mengurangi gejala

common cold. Pada kondisi obstruksi hidung oleh sekret,


dapat dilakukan irigasi dengan menggunakan larutan saline
diikuti dengan aspirasi secara hati-hati dapat efektif
dilakukan pada bayi. Suplementasi besi juga efektif pada
Dokterarea
Post endemik defisiensi besi. Share this

Madu sebenarnya bermanfat dalam terapi batuk karena efek


antioksidan atau antimikrobialnya, namun madu tidak dapat
digunakan untuk bayi dibawah 12 bulan karena dapat
menimbulkan botulisme. Kebiasaan mencuci tangan di
rumah tangga perlu digalakkan untuk dapat mengurangi
insiden penyakit saluran nafas. Orang tua yang merokok juga
dapat memicu eksaserbasi infeksi respirasi pada anak dan
dapat menjadi faktor predisposisi dari asma.

Sekitar sepertiga dari bayi dengan infeksi virus pada saluran


nafas akan berkembang menjadi infeksi saluran nafas bawah
dengan gejala takipnea, wheezing, batuk yang berat, sulit
bernafas dan distres nafas. Gejala klinis yang muncul
meliputi pernafasan cuping hidung, retraksi, hingga sianosis.
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan wheezing, crackles,
krepitasi, dan ronchi inspirasi.

Beberapa klinisi menggolongkannya menjadi bronkitis,


bronkiolitis dan pneumonia berdasarkan lokasinya, namun
terapi yang diberikan kurang lebih sama. Tatalaksana dari
infeksi saluran pernafasan bawah tergantung dari derajat
keparahan yang dinilai dari saturasi oksigen dan analisa gas
darah. Ketidakmampuan dalam pemberian makanan dan
minuman juga menentukan tatalaksana pada bayi.

Untuk virus influenza A dan B, obat penghambat


neuraminidase seperti oseltamivir dan zanamivir dapat
digunakan sebagai obat antivirus pada pasien usia 1-5 tahun

namun tidak untuk bayi. Obat ini dapat digunakan sebagai


profilaksis setelah paparan dan sebagai terapi virus influenza
jika dapat diberikan dalam 48 jam setelah paparan atau 36
jam setelah gejala pertama muncul. Obat ini
di k d ik d kd bidi k ik d
direkomendasikan pada anak dengan morbiditas kronik
Share this
dan
Dokter Post
berisiko terkena penyakit yang lebih berat karena
influenzanya.

Karena tidak adanya antivirus yang efektif pada bayi, maka


terapi hanya fokus kepada obat yang dapat mengatasi
obstruksi jalan nafas dan distres nafas. Bronkodilator
digunakan secara luas, seperti agonis beta 2, epinefrin nebul,
dan antimuskarinik seperti ipatropium bromide. Namun
secara umum hasil pengobatan dengan obat-obatan tersebut
kurang memuaskan.

Beberapa studi menunjukkan bahwa bronkodilator tidak


memberi efek pada bronkiolitis pada bayi. American
Academy of Pediatrics tidak merekomendasikan
bronkodilator untuk rutin digunakan pada pasien
bronkiolitis. Kecuali pada pasien dengan penyakit dasar
reactive-airway dimana didapatkan wheezing. Namun agonis
beta dua kerja cepat harus digunakan dengan hati-hati pada
bayi karena berisiko bereaksi paradoks.

Kortikosteroid juga sering digunakan untuk mengontrol


inflamasi saluran pernafasan dan gejala yang mengikutinya.
Namun lagi-lagi hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan gejala klinis dan lama perawatan di
rumah sakit pada bayi dengan infeksi saluran nafas bawah
yang diberi kortikosteroid inhalasi maupun sistemik
dibanding dengan placebo. Kortikosteroid mungkin berguna
pada wheezing rekuren dan croup.

Penggunaan antibiotik seperti golongan penicillin dan

golongan macrolide pada infeksi saluran nafas bawah pada


bayi juga tidak memberikan manfaat. Tidak ada perbedaan
antara durasi perawatan rumah sakit, suplementasi oksigen,
dan pemberian makanan dengan gastric tube dengan
dan pemberian makanan dengan gastric tube dengan
Dokter Post Share this
pemberian azithromycin dan ampicillin. Karena kurangnya
medikasi yang efektif pada infeksi saluran nafas bawah pada
bayi, maka hanya terapi suportif yang bisa diberikan.

Sebuah terapi yang memiliki perkembangan yang


menjanjikan adalah penggunaan inhalasi saline hipertonik.
Penelitian menunjukkan berkurangnya lama perawatan
sebanyak 26 % pada pasien bronkiolitis akut karena virus
dengan terapi ini. Studi yang difokuskan pada bayi di bawah
6 bulan menunjukkan adanya manfaat saline hipertonik
inhalasi sehingga dapat berguna sebagai terapi baru penyakit
saluran nafas bawah (alv).

Semoha Bermanfaat^^

Sponsored Content

Buku paling dicari dokter puskesmas, IGD dan Klinik


Pratama dari aceh-papua ini sudah mau terbit lagi. Versi
update tahun 2018 "BUKU 155 DIAGNOSIS DAN TERAPI
FASKES PRIMER"
Dokter Post Share this

Harganya 155 ribu. Tapi, kalau kamu ikut pre-order, kamu


akan dapat bonus DVD TERAPI CAIRAN DI IGD DAN
PUSKESMAS senilai 156 ribu.

Tanggal 21-28 Februari ini kita buka pre-order. Langsung aja


WA 085608083342 Yahya atau klik link order ini.

Buku akan dikirim ke rumahmu tanggal 18-04-18

J i kk b i k kk i ^^
Jangan sampai nggak kebagian kayak kemarin^^
Dokter Post Share this

Dokter Post Read More


Clinical Researcher, Book Author, Creative Scientific Blogger

Diagnosis Kelainan Visus di


Puskesmas
Penurunan tajam penglihatan atau
visus merupakan salah satu gejala
yang dapat dialami oleh pasien.
Gejala tersebut umumnya
disebabkan oleh penyakit pada
mata, namun bisa juga menjadi
tanda dari penyakit lain di luar Diagnosis dan Terapi
mata. Tirotoksikosis
Pada suatu hari, di Unit Gawat
Darurat Puskesmas sebuah
kecamatan kecil, datang seorang
wanita umur 30 an dengan gejala
wanita, umur 30-an dengan gejala
Dokter Post Share
berdebar, penurunan this badan,
berat
peningkatan nafsu makan, tangan
gemetar, dengan benjolan di leher.
Dari pemeriksaan

DOKTER POST DOKTER POST

Dokter Post © 2019


Latest Posts Facebook Ghost

S-ar putea să vă placă și