Sunteți pe pagina 1din 8

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal.

57 - 64 Jakarta, Juni 2009 ISSN 1441-318X

PENERAPAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN KARBON


DIOKSIDA DARI UDARA BEBAS MENGGUNAKAN
LARUTAN SODIUM HIDROKSIDA
Adi Mulyanto1), Dwindrata B. Aviantara1), Nida Sopiah1), Budhi Priyanto1),
Hendra Tjahjono2), Heru Subagio2)
Peneliti di 1)Balai Teknologi Lingkungan, BBPT
2)
Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT

Abstract
Increasing of Green House Gases (GHG), especially carbon dioxide gas (CO2) as a result from
human activities, has been urge several countries for doing an activity regarding the minimization
of CO2 in the atmosphere. This activity includes capturing of CO2 from atmospheric air utilizing
sodium hydroxide solution (NaOH) and it is called artificial tree. This experiment utilize technical
grade NaOH with the purity of 98% produced in Indonesia. Capturing of CO2 is performed in a
cyclonic spray reactor which is equipped with sprayers. This paper describes the performance
of system to capture CO2 from atmospheric air in process laboratory, Institute for Environmental
Technology (Balai Teknologi Lingkungan) BPPT. The concentration of CO2 in the laboratory
was 445 ppm. To obtain the wide surface area, solution of NaOH is sprayed into the reactor,
whereas, the air is blown into the reactor with a cyclonic flowing. In that way, reaction between
NaOH solution and CO2 will be effective. By using a blower, atmospheric air enters the reactor.
The blower has a capacity of 15 liter/second. The solution of NaOH to be pumped into the reactor
has concentration of 1% and 2% respectively. In this experiment, the flow of atmospheric air into
the reactor is constant. Whereas, solution of NaOH enter the reactor is vary.
Key words: artificial tree, cyclonic spray, sodium hydroxide, carbon dioxide, atmospheric air.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencegahan emisi gas carbon dioksida emisi yang besar, maka sudah selayaknyalah
ke atmosfer saat ini mendapat perhatian yang emisi gas CO2 dari kegiatan tersebut mulai
besar dari berbagai kalangan di seluruh dunia. diupayakan untuk dikendalikan. Pengendalian
Perhatian tersebut disebabkan karena gas tersebut dapat dilakukan dalam bentuk
karbon dioksida (CO2) diduga merupakan ‘penangkapan’ gas CO2 yang dihasilkan dari
penyumbang yang terbesar terhadap proses pembakaran bahan fosil. Teknologi
peristiwa pemanasan global di dunia ini. proses untuk menangkap CO2 dari gas buang
Perubahan iklim karena emisi CO2 sebagai meliputi antara lain: penyerapan menggunakan
hasil kegiatan manusia sudah selayaknya solvent (proses kimia), cryogenic, membran,
dipikirkan secara serius. Untuk mencegah absorbsi maupun adsorbsi secara fisik
cepatnya perubahan iklim, diperlukan satu dan yang pada saat ini mulai dipopulerkan
aktifitas untuk menstabilkan konsentrasi CO2 menggunakan proses biologi dengan agen
di udara. Pembakaran bahan bakar fosil baik fitoplankton melalui proses fotosintesis.
untuk keperluan pembangkit tenaga listrik Proses penangkapan CO2 dari atmosfer
atau transportasi merupakan penyumbang menggunakan bahan kimia (larutan NaOH)
yang besar dari emisi CO2 ke atmosfer1). perlu dilakukan, terutama di daerah perkotaan.
Karena kegiatan tersebut menyumbang Daerah perkotaan ini mempunyai ciri-ciri antara
Penerapan Teknologi Penangkapan...J. Tek. Ling.Edisi Khusus: 57 - 64 57
lain adalah ketersediaan lahan terbuka yang kegiatan manusia (anthropogenic) maupun
sangat sempit dan kadar polusi udara yang sumber yang dihasilkan oleh aktifitas alam
tinggi. Namun secara umum, penangkapan diperkirakan sejumlah 25 juta ton per tahun,
gas CO2 dari gas buang maupun dari atmosfer sedangkan gas non CO2 diperkirakan sebesar
memerlukan biaya dan energi yang besar. 30 juta ton setara gas CO2 per tahun.
Beberapa alasan yang menyebabkan mahal
1.2. Tujuan
dan besarnya energi yang diperlukan antara
lain adalah: Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan teknologi penangkapan
1. Gas CO 2 di dalam gas buang
CO 2 menggunakan NaOH cair sebagai
mempunyai tekanan parsial yang
larutan penyerap. Sedangkan sasaran dari
rendah. Tekanan parsial ini dapat
penelitian ini adalah:
ditambah dengan mengurangi tekanan
parsial dari gas nitrogen (N2) dengan 1. Terbangunnya satu unit reaktor
cara memisahkan gas ini sebelum sistem absorbsi yang bekerja secara
atau sesudah proses pembakaran. siklonik3).
2. Gas-gas CO 2 dan N 2 memerlukan 2. Diketahuinya kemampuan absorben
temperatur yang rendah dan tekanan NaOH dalam menyerap CO 2 di
yang tinggi untuk berkondensasi. atmosfer (ambien) di dalam sebuah
3. Beberapa senyawa yang ada di dalam reaktor sistem absorbsi melalui
gas buang yang mempunyai potensi pengoperasian reaktor tersebut.
sebagai penyebab korosi menambah
kompleksnya masalah dalam proses 2. METODOLOGI
pemisahan. 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
4. Pengkondensasian uap air di dalam gas
Penelitian skala prototipe ini dilakukan
buang menambah beban pendinginan
di Laboratorium Proses Balai Teknologi
pada proses pemisahan.
Lingkungan, gedung 412, Puspiptek,
5. Gas-gas CO2 dan N2 relatif inert dan tidak Serpong. Penelitian dilakukan pada bulan
mengalami reaksi bolak-balik yang siap Nopember dan Desember 2008.
membentuk produk yang terpisah.
2.2. Sampling dan Analisis Sample
6. Untuk keperluan transportasi atau
penyimpanan, gas CO2 harus selalu Sampling diambil langsung dari keluaran
dalam keadaan bertekanan. reaktor dan dianalisis secara titrimetri dengan
dibantu teknik potensiometri menggunakan
Pengkajian lanjutan menyebutkan pH meter. Hal ini disebabkan karena titik
bahwa emisi gas rumah kaca tersebut dapat akhir titrasi antara larutan asam Klorida (HCl)
dikurangi dengan cara peningkatan efisiensi dengan campuran endapan Barium Karbonat
penggunaan energi dan penggunaan energi (BaCO3) dan larutan Sodium Hidroksida
alternatif non fosil seperti energi matahari, (NaOH) dengan menggunakan metoda visual
angin, biomassa atau nuklir. mengalami kendala keajegan (consistency)
data yang diperoleh. Hal ini ditunjukkan
Disatu sisi, Indonesia mempunyai
dengan buruknya keterulangan (repeatability)
kewajiban melaksanakan kesepakatan protokol
dan ketertiruan (reproducibility) data yang
Kyoto untuk ikut serta menurunkan kadar
dibangkitkan oleh intraindividu maupun
CO2 di atmosfer. Sehingga secara langsung
interindividu. Untuk menyiasati persoalan
berkewajiban menjaga timbulnya gas rumah
tersebut digunakan penanggap listrik (electrical
kaca dan mengurangi dampak pemanasan
detector) guna menegaskan pengamatan
global2). Total CO2 yang dihasilkan di dunia
visual titik setara yang diperlihatkan oleh
ini, baik dari sumber yang disebabkan oleh
larutan penunjuk (indicator) bromofenol biru.
58 Adi Mulyanto, dkk. 2009
Metodologi analisis sample dapat Di dalam reaktor terjadi reaksi sebagai
disampaikan sebagai berikut4): berikut:
Persiapan pembuatan pereaksi: CO2 (g) + NaOH (aq) J NaHCO3 (aq) (i)
1) NaOH 1%, dengan cara menimbang NaHCO3 (aq) + NaOH (aq) J Na2CO3 (aq) + H2O (ii)
sebanyak 26 gram NaOH kemudian Larutan Na2CO3 kemudian direaksikan
dilarutkan dalam 2600 mL aquadest. dengan larutan BaCl2 jenuh dan dititrasi
2) HCl 0,1 N, dengan cara mengencerkan menggunakan larutan HCl 0,1N. Indikator
sebanyak 8,3 mL HCl 37% kedalam fenolphtalein diberikan untuk mengetahui
labu ukur 1000 mL. bahwa hasil reaksi sudah netral dan
3) Na2CO3 0,1N, dengan cara bromofenol biru diberikan untuk mengetahui
menimbang sebanyak 0,53 gram habisnya endapan BaCO3 yang terbentuk.
Na2CO3 kemudian dilarutkan dalam Reaksi yang terbentuk dapat digambarkan
labu ukur 100 mL. sebagai berikut:
4) Larutan BaCl2 jenuh. Na2CO3 (aq) + BaCl2 (aq) J BaCO3 (s) + 2 NaCl (iii)
5) Fenolpthalein 0,04% dalam etanol BaCO3 (s) + 2 HCl (aq) J BaCl2 + H2O + CO2 (g) (iv)
50%.
Reaksi (iv) yang merupakan ukuran
6) Bromofenol biru 0,04%. jumlah CO2 terserap dalam NaOH ditetapkan
Pelaksanaan Analisis: secara visual dengan menggunakan larutan
penunjuk bromo fenol biru (bekerja pada
1) Standarisasi larutan HCl dan NaOH. rentang pH 3 – 4) yang dapat berubah dari
Standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan warna basa biru menjadi warna asam kuning
Na2CO3 0,1N sebagai larutan standar kehijauan.
primer. Standarisasi larutan NaOH
1% dengan larutan HCl yang telah 2.3. Rancangan Peralatan
distandarisasi Na2CO3 0,1N. Gas CO2 yang terkandung di dalam
2) Analisis Karbondioksida yang udara bebas akan diserap dengan jalan
terabsorpsi pada larutan NaOH direaksikan dengan larutan NaOH di dalam
dilakukan dengan metode titrimetri. sebuah reaktor. Reaktor dirancang bekerja
Karbondioksida yang terabsorpsi secara siklonik, dimana udara ditiup ke dalam
larutan NaOH diendapkan dengan reaktor dari bagian bawah dan membentuk
BaCl2 jenuh, selanjutnya dilakukan aliran memutar sehingga menimbulkan
titrasi melalui tiga tahap titrasi. efek aliran siklon. Sementara itu, larutan
NaOH dipompakan ke dalam reaktor melalui
Titrasi pertama dilakukan untuk beberapa nosel yang dirancang menyerupai
menetralisir jumlah natrium hidroksida pohon di tengah-tengah reaktor.
yang tersisa dalam larutan setelah
bereaksi dengan karbondioksida; Unit absorber terdiri dari blower,
Titrasi kedua dilakukan untuk pompa, penampung absorben (untuk
menganalisis karbondioksida yang preparasi, pengumpanan dan persediaan),
diabsorpsi oleh larutan NaOH. reaktor (absorber), siklon, penampung udara
yang sudah diserap CO2 nya, dan pemipaan
3) Perhitungan : termasuk peralatan ukur (flowmeter).
Reaktor didesain berdasarkan sistem
(NHClxVHCl)-(NNaOHxVNaOH)x44x1000
CO2 (mg/L) = siklonik. Udara ditiup menggunakan blower,
2xVsampel masuk ke dalam reaktor dari sisi samping.
Absorben (NaOH) cair dipompakan masuk
ke dalam reaktor dari bagian tengah-

Penerapan Teknologi Penangkapan...J. Tek. Ling.Edisi Khusus: 57 - 64 59


bawah dan memancar menabrak dinding luar ruangan. Hasil pengukuran kandungan
reaktor. Dengan demikian diharapkan bahwa CO2 di dalam ruangan dapat disampaikan
absorben akan membentuk lapisan tipis pada sebagai berikut:
dinding dan sekaligus membentuk partikel
lembut di dalam reaktor sebagai akibat dari
tabrakan absorben dengan dinding reaktor.
Hal ini diharapkan akan menghasilkan
kontak yang baik antara partikel absorben
dan CO2 yang terkandung di dalam udara
(Gambar 1).
Reaktor terbuat dari stainless steel
dengan dimensi sesuai dengan Gambar 2.
Di bagian tutup dari reaktor dibuat sirip-sirip
untuk anti-spin supaya hembusan udara yang
berputar secara siklonik dapat mengalirdengan
arah yang lurus menuju siklon (Gambar 3).
Siklon juga dibuat dari stainless steel dan
digunakan untuk menangkap percikan larutan
NaOH yang mungkin terikut bersama dengan
aliran udara. Pipa-pipa yang menghubungkan
peralatan satu dengan lainnya terbuat dari
PVC.

Gambar 2. Desain Reaktor.

Gambar 1. Unit Penyerap CO2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
Di dalam laboratorium proses terdapat
kegiatan lain yang menghasilkan biogas.
Biogas ini mengandung CO 2, sehingga
kandungan CO 2 di dalam ruangan lebih
tinggi dibanding dengan kandungan CO2 di Gambar 3. Desain Siklon.

60 Adi Mulyanto, dkk. 2009


Kandungan gas CO2 di dalam ruangan di dalam reaktor. Gambar 6. Menunjukkan
rata-rata menunjukkan nilai sebesar 445 ppm. biaya operasional yang dibutuhkan untuk
Skala prototipe pohon buatan ini menyerap 1 gram gas CO2 dari udara.
dioperasikan menggunakan absorben Series 1 merupakan jumlah larutan
larutan NaOH dengan konsentrasi masing- NaOH 1% yang direaksikan dengan CO2
masing 1% dan 2%. Larutan NaOH tersebut di dalam reaktor. Series 2 adalah biaya
direaksikan dengan gas CO2 yang terda operasional yang dibutuhkan untuk bereaksi
pat di dalam udara. Reaksi terjadi di dalam dengan 1 gram CO2.

Gambar 4. Hasil Pengukuran Gas CO2 di dalam Ruangan.

absorber yang merupakan bagian utama Hubungan antara biaya yang dibutuhkan
dari unit pohon buatan. Semua perhitungan untuk menyerap 1 gram CO 2 dengan
dalam pengoperasian prototipe ini didasarkan efisiensi proses dapat dilihat pada Gambar
pada waktu operasi selama 1 jam. Dalam 7. Perhitungan biaya tersebut didasarkan
percobaan ini diperoleh data berupa: pada harga NaOH kemurnian 98% sebesar
1) Jumlah CO2 (dalam liter) dari udara Rp. 12.000,- per kilogram dan harga listrik
yang direaksikan dengan sejumlah dengan golongan tarif R2M (daya 6.600 VA)
absorben (larutan NaOH, dalam liter). non subsidi sebesar Rp. 1.380,- per kWh.
2) Biaya penyerapan per gram CO2 yang
bereaksi.
3) Efisiensi penyerapan CO2 dari udara
ambien menggunakan pohon buatan.
(1) Reaksi NaOH 1% dengan CO2 dari
Udara.
NaOH yang digunakan mempunyai
kemurnian 98%. Hasil dari reaksi tersebut
dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Series 1 merupakan volume larutan
NaOH berkonsentrasi 1% yang nilainya Gambar 5. Gas CO2 yang Bereaksi
dikalikan dengan 100 liter. Sedangkan dengan Larutan NaOH 1%.
series 2 merupakan volume gas CO2 yang
berhasil bereaksi dengan larutan NaOH 1%

Penerapan Teknologi Penangkapan...J. Tek. Ling.Edisi Khusus: 57 - 64 61


Series 1 merupakan biaya operasional bereaksi dengan larutan NaOH 2% yang
per gram CO2 yang bereaksi dengan larutan nilainya dikalikan dengan Rp. 100,-.
NaOH 1% yang nilainya dikalikan dengan Rp. Sedangkan series 2 adalah efisiensi proses
100,-. Sedangkan series 2 adalah efisiensi yang dicapai oleh reaktor.
proses yang dicapai oleh reaktor.
(2) Reaksi NaOH 2% dengan CO2 dari
Udara.

Gambar 8. Hubungan antara Absorben


dengan Gas CO2.
Gambar 6. Jumlah Larutan Absorben dan
Biaya Penyerapan per gram 3.2. Pembahasan
Gas CO2 Pada proses penyerapan CO2 dari
Pada Gambar 8, series 1 menyatakan udara menggunakan larutan NaOH 1%,
jumlah larutan NaOH 2% (x 100 liter) yang kebutuhan NaOH untuk menyerap 1 liter
direaksikan dengan gas CO2 dari udara ambien, gas CO2 pada percobaan 1 sampai dengan
sedangkan series 2 menyatakan jumlah percobaan 6 masing-masing sebesar 54,665;
CO2 dari udara yang berhasil direaksikan 52,062; 45,554; 45,554; 90,625 dan 90,625 liter
menggunakan larutan NaOH 2%. NaOH per liter CO2. Dengan demikian, maka
percobaan 3 dan 4 membutuhkan larutan
Gambar 9. merupakan jumlah larutan
NaOH paling sedikit, sehingga biaya yang
absorben dan biaya penyerapan per gram gas
diperlukan paling murah, yaitu masing-masing
CO2, dimana series 1 adalah jumlah larutan
sebesar Rp. 2.813,- per gram CO2 dan Rp.
NaOH 2% dan series 2 menyatakan biaya
2.810,- per gram CO2. Efisiensi proses yang
penyerapan setiap gram CO2 dari udara.
dicapai kurang dari 60%. Tabel 1. menyatakan
Pada gambar 10. series 1 merupakan ringkasan dari percobaan 3 dan 4.
biaya operasional per gram CO 2 yang

Gambar 9. Jumlah Larutan Absorben dan


Gambar 7. Hubungan antara Biaya dan Biaya Penyerapan per gram
Efisiensi Proses. Gas CO2.
62 Adi Mulyanto, dkk. 2009
Sedangkan pada proses penyerapan sedikit, sehingga biaya yang diperlukan
CO 2 dari udara bebas menggunakan paling murah, yaitu sebesar Rp. 3.876,- per
larutan NaOH 2%, kebutuhan NaOH untuk gram CO2. Tabel 2. Menunjukkan ringkasan
menyerap 1 liter gas CO2 pada percobaan kondisi operasi dari percobaan 2.
1 sampai dengan percobaan 6 masing- Tabel 2. Kondisi Percobaan Nomor 2.
masing sebesar 47,141; 31,428; 47,141;
47,141; 55,460 dan 70,712 liter NaOH per
liter CO2. Dengan demikian, maka percobaan Kondisi percobaan Nomor 2.
2 membutuhkan larutan NaOH paling Lama waktu operasi (jam). 1
Jumlah absorben (konsentrasi 343,05
2%, liter).
Kebutuhan listrik (kWh). 0,56
Gas CO2 yang diserap:
Dalam gram/jam 21,4413
10,9156
Dalam liter/jam
Biaya penyerapan 3.876,-
(Rp./gram CO2)
Efisiensi proses (%). 45,42
Gambar 10. Hubungan antara Biaya dan
Efisiensi proses.

Tabel 1. Kondisi Percobaan Nomor 3 dan 4.

Kondisi percobaan Nomor 3. Nomor 4.


Lama waktu operasi (jam). 1 1
Jumlah absorben (konsentrasi 1%, liter). 596,65 654,55
Kebutuhan listrik (kWh). 0,56 0,56
Gas CO2 yang diserap:
Dalam gram/jam 25,728 13,0977 28,224
Dalam liter/jam 14,367
Biaya penyerapan (Rp./gram CO2) 2.813,- 2.810,-
Efisiensi proses (%). 54,5 59,79

Penerapan Teknologi Penangkapan...J. Tek. Ling.Edisi Khusus: 57 - 64 63


4. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Biaya untuk menyerap gas CO2 dengan 1. h t t p : / / w w w. u c a l g a r y. c a / ~ k e i t h /
sistem yang ada masih tergolong mahal. papers/84.Stolaroff.AirCaptureGHGT-
Walaupun sistem ini dapat menunjukkan 8p.pdf
efisiensi proses yang tinggi, yaitu 95,5%
2. http://climatechange.menlh.go.id/
untuk pemakaian larutan NaOH 2%, namun
index.php?option=content&task=vie
membutuhkan biaya yang tinggi, yaitu Rp.
w&id=17&ltemid=2
8.657,- per gram CO2 terserap.
3. Green, D.W (ed). 2008. Perry’s
Karena masih membutuhkan biaya
Chemical Engineers’ Handbook.
yang tinggi, maka disarankan penyerapan
8th edition. McGraw-Hill. New York.
CO 2 dari udara bebas menggunakan
2735pp.
tumbuhan jenis fitoplankton.
4. Clesceri, L.S. et al.1998. Standard
Methods for the Examination of
Water and Waste Water Method
2310B (Titration Method), USA, 20th
edition.

64 Adi Mulyanto, dkk. 2009

S-ar putea să vă placă și