Sunteți pe pagina 1din 30

Paper Perbandingan Hukum Pidana

Indriyane Vera Natalia, 2019

KEDUDUKAN HUKUM PIDANA MENURUT QANUN JINAYAT DAN


HUKUM PIDANA ADAT DALAM SISTEM HUKUM PIDANA NASIONAL

Diajukan untuk memenuhi Nilai Tugas


Mata Kuliah : Perbandingan Hukum Pidana

Oleh:
Indriyane Vera Natalia
110 110 160 354

Dosen:

Nella Sumika Putri, S.H., M.H.


Aman Sembiring M., S.H., M.H.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS HUKUM
JATINANGOR
2019

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 0


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

KEDUDUKAN HUKUM PIDANA MENURUT QANUN JINAYAT DAN


HUKUM PIDANA ADAT DALAM SISTEM HUKUM PIDANA NASIONAL

Indriyane Vera Natalia1


Mahasiswa Program S1 Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Email : indriyanevn@gmail.com

Abstract

Comparison of law as a legal discipline as well as a branch of law, at the time understood as one
method of understanding the legal system. To open a law, the legal system of the country needs
to be launched in advance of foreign countries. Every country has its own legal system. Indonesia
itself is a nation that does not only look at normative laws or look at laws that are made by special
authorities or legislators whose essence is that law is not only an appointed rule that is
accommodated in law. Some social changes and a positivist view of customary law distinguish
the distinctive features of the Indonesian Criminal Law System. This was realized with the
Criminal Law according to Qanun Jinayat (Regional Regulation) in the Province of Nangroe Aceh
Darussalam and the Law of Indigenous Crimes in all corners of Indonesia. This problem made
the legal certainty and legal justice principle pass. The author tried to analyze the legal existence
in Jinayat Qanun and customary law in the national legal system and its position as legal
protection, legality principle, and grouping of the legal system of Law and Common Law. Jinayat
Qanun and civil law can bring the Indonesian Pidana Legal System to develop towards a better
direction.

Key words: Comparison of Criminal Law, Criminal Law System, Jinayat Qanun, Customary
Criminal Law

Abstrak

Perbandingan hukum sebagai disiplin hukum sekaligus sebagai cabang ilmu hukum, pada
awalnya dipahami sebagai salah satu metoda pemahaman sistem hukum. Untuk melakukan
perbandingan hukum, perlu terlebih dahulu mempelajari sistem hukum negaranya maupun dari
negara asing. Setiap negara mempunyai sistem hukumnya sendiri – sendiri. Indonesia sendiri
merupakan bangsa yang tidak hanya memandang hukum secara normatik atau memandang
hukum sekedar peraturan tertulis yang dibuat oleh penguasa atau badan khusus pembuat
undang-undang yang intinya hukum bukan hanya merupakan seperangkat aturan yang telah
diakomodir di dalam undang-undang. Beberapa perubahan sosial maupun pandangan positivis

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 1


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

mengenai keberadaan hukum adat mewarnai karakteristik yang khas dari Sistem Hukum Pidana
Indonesia. Hal tersebut terealisasikan dengan kehadiran Hukum Pidana menurut Qanun Jinayat
(Peraturan Daerah) di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Hukum Pidana Adat di seluruh
pelosok Indonesia. Permasalahan ini membuat kaburnya asas kepastian hukum dan keadilan
hukum.Penulis mencoba menganalisis eksistens hukum pidana dalam Qanun Jinayat dan hukum
pidana adat dalam sistem hukum pidana nasional serta kedudukannya apabila dikaitkan
pengelompokan keluarga hukum, konsep asas legalitas, dan pengelompokan menurut sistem
hukum Cicil Law dan Common Law. Diharapkan dengan dilakukannya tinjauan terhadap
kedudukan hukum pidana dalam Qanun Jinayat dan hukum pidana adat dapat membawa Sistem
Hukum Pidana Indonesia untuk berkembang ke arah yang lebih baik.

Kata kunci: Perbandingan Hukum Pidana, Sistem Hukum Pidana, Qanun Jinayat, Hukum
Pidana Adat

I. PENDAHULUAN internasional dan lainnnya. Sedangkan,


menurut Seodarto pidana adalah
Dewasa ini, hukum mempunyai penderitaan yang sengaja dibebankan
posisi yang sangat sentral bagi kepada orang yang melakukan
kehidupan manusia. Hal ini dapat terlihat perbuatan yang memenuhi syarat-syarat
bahwa hampir sebagian besar sisi dari tertentu.3 Kemudian, menurut
kehidupan kita diatur oleh hukum. Lamintang, hukum pidana adalah suatu
Adapun pengertian hukum hingga saat sistem norma-norma yang menentukan
ini belum ada yang pasti atau dengan terhadap tindakan-tindakan yang mana
kata lain belum ada sebuah pengertian (hal melakukan sesuatu atau tidak
hukum yang dijadikan standar dalam melakukan sesuatu dimana terdapat
memahami makna dan konsep hukum.1 suatu keharusan untuk melakukan
Menurut Notohamidjojo, hukum adalah sesuatu) dan dalam keadaan-keadaan
sebagai keseluruhan peraturan yang bagaimana yang dapat diajtuhkan bagi
4
tertulis dan tidak tertulis yang biasanya tindakan-tindakan tersebut.
bersifat memaksa, untuk kelakuan Selanjutnya, W.L.G. Lemaire turut
manusia dalam masyarakat negara mendefinisikan hukum pidana sebagai
(serta antar negara), yang mengarah norma-norma yang berisi keharusan-
kepada keadilan, demi terwujudnya tata keharusan dan larangan-larangan yang
damai, dengan tujuan memanusiakan (oleh pembentuk undang-undang) telah
manusia dalam masyarakat. 2 Hukum dikaitkan dengan suatu sanksi berupa
sendiri dibagi menjadi beberapa bidang hukuman, yaitu suatu penderitaan yang
yakni hukum pidana, perdata, tata bersifat khusus.
negara, administrasi negara,

1 3
Ranidar Darwis, Pendidikan Hukum dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan
Konteks Sosial Budaya bagi Pembinaan Kebijakan Pidana, (Bandung : Alumni,
Kesadaran Hukum Warga Negara, 2005), hlm. 2
4
(Bandung : Departemen Pendidikan P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia UPI), hlm. 6 Indonesia, (Bandung : Sinar Baru, 1984),
2
O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat hlm. 1-2
Hukum, (Salatiga: Griya Media, 2011),
hlm. 121

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 2


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Indonesia berdiri sebagai negara teratur dari pandangan, teori, asas dan
hukum sebagaimana ditegaskan di sebagainya. 8 Jika dikaitkan dengan
dalam Konstitusi Negara Republik hukum, maka gabungan kata sistem dan
Indonesia tahun 1945. 5 Sebagai negara hukum dapat diartikan sebagai suatu
hukum (Rechsstaat), Indonesia adalah kesatuan utuh yang teridiri dari beberapa
negara yang tunduk kepada hukum dan sub-bidang hukum di mana unsur-
berada di bawah hukum. 6 Di dalamnya, unsurnya saling berhubungan satu
kekuasaan negara dibatasi dan dengan yang lain.9 Kesemua unsur-
ditentukan oleh hukum, demikian pula unsur hukum itu perlu bekerja sama
alat-alat kelengkapannnya termasuk menurut tata dan pola yang ada.10
pemerintah harus bersumber dan Kemudian, Sistem Hukum Nasional
berakar dalam hukum. Oleh karena itu, dapat disederhanakn sebagai satu
dalam sebuah negara hukum, selain kesatuan hukum yang utuh di mana
persamaan (equality) terdapat juga segala bidang hukum bekerja saling
pembatasan (restriction). Batas-batas menopang, memiliki hierarki dan
kekuasaan ini juga berubah-ubah, bertujuan. Kesemua sub-sistem hukum
bergantung kepada keadaan. Akan Nasional bekerja di atas prinsip yang
tetapi, sarana yang dipergunakan untuk tertuang dalam UUD 1945. Prinsip dan
membatasi kedua kepentingan itu adalah sumber dari segala sumber hukum
hukum, baik negara maupun individu Nasional itu adalah Pancasila. Adapun
adalah subjek hukum yang memiliki hak mengenai Sistem Hukum Pidana
dan kewajiban. Oleh sebab itu, di dalam Nasional, seluruh kesatuan hukum
suatu negara hukum, kedudukan dan pidana yang utuh dan bermuara kepada
hubungan individu dengan negara Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
senantiasa dalam keseimbangan di (yang selanjutnya disebut KUHP).
mana keduanya memiliki hak dan Pengembangan ilmu hukum pidana
kewajiban yang dilindungi oleh hukum. khususnya Sistem Hukum Pidana dan
Berangkat dari fakta Indonesia usaha pembaruan hukum pidana perlu
merupakan negara hukum, Indonesia ditunjang dengan pengkajian yang
pun turut memiliki sistem hukum. Secara bersifat komparatif. Usaha ini dapat
bahasa, sistem merujuk pada arti disebut sebagai studi perbandingan
seperangkat unsur yang secara teratur hukum yang merupakan bagian yang
saling berkaitan sehingga membentuk sangat penting dan diperlukan bagi ilmu
suatu totalitas.7 Selain itu, sistem juga hukum serta bermanfaat untuk dapat
dapat diartikan sebagai susunan yang lebih memahami dan mengembangkan

5 9
Lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Ridwan Nurdin, “Kedudukan Qanun Jinayat
1945 Aceh dalam Sistem Hukum Pidana
6
Naskah diterima: 25 Februari 2016, Direvisi: 9 Nasional), Jurnal Miqpt, Vol. XLII, Np. 2,
Juni 2016, Disetujui untuk diterbitkan: 16 Juli-Desember 2018, hlm. 362
10
Juni 2016 Fajat Nurhadianto, “Sistem Hukum dan Posisi
7
http://kbbi.web.id/sistem, yang diakses pada Hukum Indonesia”, Jurnal TAPIs, Vol. 11,
Rabu, 24 April 2019 pukul 12.34 WIB No. 1, Januari-Juni 2015, hlm. 35
8
Jasser Audah, Membumikan Hukum Islam
Melalui Maqashid Syariah, (Bandung:
Mizan, 2015), hlm. 61

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 3


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

hukum nasional. 11 Istilah perbandingan Sedangkan, Romli Atmasasmita


hukum, dalam bahasa asing, mendefinisikan perbandingan hukum
diterjemahkan : comparative law (bahasa sebagai ilmu pengetahuan yang
Inggris), vergleihende rechstlehre mempelajari secara sistematis hukum
(bahasa Belanda), droit compare (pidana) dari dua atau lebih sistem
(bahasa Perancis). Di kalangan pakar hukum dengan mempergunakan metoda
hukum Indonesia istilah yang perbandingan. 14
dipergunakan adalah hukum Perbandingan hukum sebagai
perbandingan pidana. Akan tetapi, istilah disiplin hukum sekaligus sebagai cabang
tersebut saat ini kurang popular dan ilmu hukum, pada awalnya dipahami
hampir tidak dipergunakan lagi. Istilah sebagai salah satu metoda pemahaman
yang dipergunakan adalah perbandingan sistem hukum, disamping sosiologi
hukum (pidana). Istilah ini sudah hukum dan sejarah hukum. Ketiga
memasyarakat di kalangan teoritikus metoda pemahaman sistem hukum
hukum Indonesia. 12 tersebut berkaitan erat satu dengan
Untuk meniliknya lebih dalam, maka lainnya.15
perlu dikemukakan definisi perbandingan Untuk melakukan perbandingan
hukum dari beberapa pakar hukum. hukum, perlu terlebih dahulu
Rudolf B. Schlesinger mendefinisikan mempelajari sistem hukum dari negara
perbandingan hukum sebagai metoda asing. Setiap negara mempunyai sistem
penyelediikan dengan tujuan untuk hukumnya sendiri – sendiri. Untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih mengetahui sistem hukum asing itu
dalam tentang bahan hukum tertentu. sangatlah sulit. Oleh karena itu, untuk
Perbandingan hukum bukanlah memudahkan diadakannya klasifikasi
perangkat peraturan dan asas – asas sistem hukum yang ada di dunia dalam
hukum dan bukan suatu cabang hukum, beberapa “keluarga hukum” (legal
melainkan merupakan teknik untuk families).16 Sampai saat ini belum ada
menghadapi unsur hukum asing dari kesepakatan mengenai kriteria
suatu masalah hukum. Kemudian, penggolongan keluarga hukum itu. Di
menurut Zweigert dan Kotz dalam buku Rene David dan Brierley
perbandingan hukum adalah dikemukakan, bahwa beberapa penulis
perbandingan dari jiwa dan gaya dari mendasarkan klasifikasi keluarga hukum
sistem hukum yang berbeda – beda atau pada “struktur konseptual dari hukum
lembaga-lembaga hukum yang berbeda- (law’s conceptual structure) atau pada
beda atau penyelesaian masalah hukum “teori sumber-sumber hukum” (the theory
yang dapat diperbandingkan dalam of sources of the law). Penulis lain
sistem hukum yang berbeda-beda. 13 menekankan pada “tujuan sosial yang

11 14
Major Legal Systems in the World Today, 1978, Romli Atmasasmita, Op.Cit., hlm. 12
15
hlm. 3 – 4 dan 16 Ibid., hlm. 5
12 16
Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum
Pidana, (Bandung : Penerbit Mandar Pidana, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Maju, 2000), hlm. 6 2015), hlm. 16
13
A.E. Orucu, Method and Object of Comparative
Law, (1986), hlm. 70

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 4


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

ingin dicapai dengan bantuan sistem melahirkan pengetahuan tentang


hukum” (the social objectives to be karakteristik sistem-sistem hukum
achieved with the help of the legal dimaksud. Penemuan karakteristik
system) atau pada “tempat hukum itu sistem-sistem hukum yang
sendiri dalam tatanan sosial” (the place diperbandingkan merupakan suatu
of law itself within the social order). langkah awal dari usaha memahami
Bagi Indonesia, studi perbandingan asas-asas, konsep-konsep, dan
tak dapat dipungkiri lagi memiliki esensi lembaga hukum yang berlaku dalam dua
yang sangat penting, berguna, dan atau lebih sistem hukum. Di dunia,
relevan dengan perkembangan upaya dikenal dua sistem hukum yang
pembaharuan hukum nasional. Esensi memberikan gambaran karakteristik
studi perbandingan hukum adalah hukum yang sangat berbeda. Dua sistem
mempelajari hukum asing (foreign law), ini adalah Common Law dan Civil Law.
dan untuk mempelajari hukum asing Sistem Hukum Civil Law atau Eropa
dengan baik, diperlukan pemahaman Kontinental adalah sistem hukum yang
mengenai keluarga – keluarga hukum memperoleh kekuatan mengikat karena
(legal families).17 Keluarga hukum, yaitu diwujudkan dalam peraturan-peraturan
suatu upaya pengelempokan pelbagai yang berbentuk undang-undang dan
hukum yang berbeda-beda ke dalam tersusun secara sistematik di dalam
suatu sistem klasifikasi tertentu, kodifikasi. Sedangkan, Sistem Hukum
didasarkan atas unsur – unsur Common Law atau Anglo Saxon adalah
fundamental, akan tetapi tanpa sistem hukum yang berasal dari Inggris
memperhatikan persamaan dan dan didasarkan pada yurisprudensi atau
perbedaan di dalamnya. Adapun ahli – putusan hakim/pengadilan.
ahli yang mengelompokan “keluarga Sebagaimana kita tahu bahwa,
hukum” adalah Esmein, Arminjon Sistem Hukum Pidana Indonesia
bersama dengan Nolde dan Wolff, Rene memiliki karakteristik yang berbeda
David dan John E.C. Brierly, serta dengan sistem hukum di negara –
Zwigert dan Kotz. negara lain. Hal ini tentunya dipengaruhi
Sebagaimana kita tahu, bahwa dari aspek sejarah, aspek filosofis
hukum merupakan suatu gejala maupun aspek-aspek lainnya.
universal. Hal ini dapat diartikan bahwa Sedangkan untuk melakukan studi
hukum itu di seluruh bangsa dan negara perbandingan hukum, perlu dipahami
akan selalu ada dan diperlukan. Namun, mengenai pengelompokan keluarga
pada kenyataannya hukum itu memiliki hukum yang akan diperoleh dengan
ciri karakteristik yang berbeda dari satu meneliti Sistem Hukum Pidana
bangsa kepada bangsa lain.18 Indonesia. Karakteristik yang berbeda
Pemahaman terhadap adanya dan khas dari Sistem Hukum Pidana
persamaan dan perbedaan antara dua Indonesia ini membuat sulitnya untuk
sistem hukum atau lebih akan mengklasifikasikan secara pasti

17 18
David Rene & John C. Brierley, Major Legal Romli Atmasasmita, Op. Cit., hlm. 21
Systems in The World Today, 1985, hlm.
20

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 5


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

mengenai kelompok keluarga hukum menghadapi perubahan pesoalan sosial.


yang dianut Indonesia. Perubahan sosial yang terjadi di
Hal ini dikarenakan Indonesia masyarakat tidak dapat diakomodasi
merupakan bangsa yang tidak hanya dengan undang-undang saja, akan tetapi
memandang hukum secara normatik secara teoritis harus dapat menjelaskan
atau memandang hukum sekedar fenomena yang terjadi. Penjelasan
peraturan tertulis yang dibuat oleh secara teoritis inilah yang terkadang sulit
penguasa atau badan khusus pembuat dilakukan karena telah lama terkurung
undang-undang yang intinya hukum dalam alam pikiran dogmatis dan
bukan hanya merupakan seperangkat positivis yang mengembalikan segala
aturan yang telah diakomodir di dalam sesuatunya hanya pada peraturan atau
undang-undang. Hukum juga merupakan undang-undang.
fenomena sosial yang dapat kita Selain mengenai banyaknya
temukan dalam perilaku manusia atau perubahan sosial yang tidak dapat
lebih tepatnya perilaku sosial.Maka, secara utuh diakomodir dalam
mencermati pandangan demikian, berarti pandangan normatik terhadap hukum,
pembicaraan tentang hukum tidak akan Indonesia merupakan negara yang
terhenti saat apa yang dinamakan nilai memiliki banyaknya suku bangsa yang
atau kinsep dalam masyarakat atau sangat beraneka ragam. Tiap daerah
bangsa tentang isi kehidupan manusia memiliki suku-suku yang berbeda dan
telah terwujud secara kongkrit dalam pula memiliki hukum adat yang turut
satu undang-undang atau peraturan, berbeda. Hukum adat merupakan hukum
akan tetapi pembicaraan mengenai hal asli dalam suatu masyarakat tertentu,
itu akan terus berlangsung pasca yang biasanya tidak tertulis, di mana
undang-undang itu terbentuk dan pada masa dahulu dipergunakan
diundangkan. Persoalan seperti hal nya sebagai pedoman bagi seluruh aspek
siapa yang diuntungkan dari peraturan kehidupan dalam masyarakat
itu, bagaimana pelaksanaannya, apa bersangkutan.
tanggapan masyarakat mengenai Beberapa perubahan sosial maupun
peraturan itu, dan apa yang pandangan positivis mengenai
mempengaruhi individu dalam keberadaan hukum adat mewarnai
kehidupan masyarakat dan sebagainya. karakteristik yang khas dari Sistem
Persoalan ini akan semakin rumit jika kita Hukum Pidana Indonesia. Hal tersebut
hanya mengingat bahwa nilai-nilai yang terealisasikan dengan kehadiran
ada di dalam masyarakat itu terus Hukum Pidana menurut Qanun
berubah seiring dengan perkembangan Jinayat (Peraturan Daerah) di Provinsi
zaman. Ini merupakan pertanyaan yang Nangroe Aceh Darussalam dan
tidak biasa dijawab hanya dengan Hukum Pidana Adat di seluruh
menggunakan pendekatan normatis pelosok Indonesia. Dalam
belaka. Hukum yang ada sebagai perkembangannya, Indonesia sebagai
perwujudan nilai-nilai yang ada pada Negara hukum dalam sejarah penerapan
masa lalu akan “out off date” yang hukumnya mengenal 3 (tiga) sumber
menyebabkan tidak akan mampu hukum yaitu sumber hukum yang berasal

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 6


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

dari barat, hukum Islam dan, hukum untuk Aceh pada tahun 1999 dengan
adat. 19 Qanun Jinayat merupakan dikeluarkannya Undang-Undang No. 44
bagian dari eksistensi hukum Islam Tahun 1999 tentang Keistimewaan
dalam sistem hukum Indonesia. Hukum Aceh. Hal ini kembali diperkuat dengan
Islam yang berlaku di Indonesia berlaku Undang-Undang No. 18 Tahun 2001
tidak saja secara yuridis formal, yakni tentang Otonomi Khusus Provinsi
menjadi hukum positif karena telah Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
ditunjuk oleh peraturan perundang- Nangroe Aceh Darussalam. Dengan
undangan, namun juga yang berlaku dilegalisasinya Syariat Islam di Aceh,
secara normative seperti hukum yang berlaku pula hukum-hukum Islam yang
mengatur hubungan manusia dengan terkodifikasi dalam Qanun Jinayat. Hal
Tuhan. 20 Kedua, norma tersebut telah demikian juga berujung berlakunya
menjadi hukum yang hidup (living law) di Hukum Pidana Islam di Provinsi Nangroe
dalam masyakat. Hukum Islam sebagai Aceh Darussalam. Hukum Pidana Islam
salah satu sumber hukum serta tetap lahir di Provinsi Nangroe Aceh
hidup di masyarakat Indonesia, telah Darussalam berbeda dengan hukum
mengalami pasang surut sesuai dengan Pidana Indonesia yang selama ini
kondisi politik yang ada. Syariat Islam berlaku secara umum di Nusantara.
telah menjadi sejarah yang panjang. Sampai sekarang ini belum ada Qanun
Semenjak zaman kerajaan-kerajaan khusus yang mengatur tentang Hukum
bahkan sampai pada masa Pidana Islam di Nangroe Aceh
kemerdekaan penegakan Syariat Islam Darussalam tetapi Hukum pidana Islam
terus diperjuangkan khususnya di Aceh. tersebut masih tersebar pada Qanun-
21
Implementasi syariat Islam di Aceh Qanun yang ada. 22 Hal ini tentunya
merupakan suatu yang special pada membuat permasalahan karena
mada modern. Kekuatannya berada menyebabkan terjadinya dualisme
dalam sistem hukum Indonesia yakni di Hukum Pidana di Indonesia. Hukum
dalam UUD 1945 dinyatakan secara Pidana Indonesia sebagaimana tertuang
tegas tentang kebebasan beragama dalam Kitab Undang-Undang Hukum
dalam artian bebas menjalankan ajaran Pidana (yang selanjutnya disebut KUHP)
agama bagi pemeluknya. Otonomi suatu berlaku secara umum di Indonesia
provinsi dalam negara telah sesuai dengan yang diatur dalam
memperbolehkan melaksanakan sub- Undang-Undang No. 1 tahun 1946
sistem hukum secara tersendiri. Salah tentang KUHP. Dengan demikian,
satu wujudnya adalah pemberian seharusnya KUHP juga turut berlaku
otonomi khusus kepada daerah-daerah untuk Provinsi Nangroe Aceh
di seluruh Indonesia yang terbukti Darussalam karena Aceh adalah bagian
dengan diberikannya otonomi khusus integral dari Negara Kesatuan Republik

19
Kamarusdiana, “Qanun Jinayat Aceh Dalam Bunga Rampai Peradilan Agama di
Perspektif Negara Hukum Indonesia”, Indonesia, (Bandung : Ulil Albab Press,
Jurnal Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016, 1997), hlm. 73
21
hlm. 151 Kamarudiana, Op. Cit., hlm. 152
20 22
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, UUPA, Ibid., hlm. 153
dan Masalahnya, dalam Cik Hasan Bisri,

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 7


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Indonesia. Akan tetapi, dengan lahirnya Sedangkan, dalam pembaruan KUHP


Qanun Jinayat yang berdasarkan Syariat tahun 2015 memperkuat eksistensi
Islam dan dibuat oleh masyarakat Aceh hukum kebiasaan sebagai dasar
secara pribadi sebagai suatu ketentuan pemidanaan. Kenyataan ini
yang lebih khusus karena Aceh telah menimbulkan permasalahan karena
diberi otonomi seluas-luasnya. dapat diartikan terjadinya pergeseran
Permasalahan ini membuat kaburnya dalam dalam penerapan dasar
asas kepastian hukum dan keadilan penjatuhan pidana, dimana hukum adat
hukum. semakin kuat esksistensinya. Bahkan
Selain permasalahan dengan eksistensi hukum adat telah ada, lahir
kehadiran Qanun Jinayat di Provinsi dan berkembang di bumi Indonesia
Nangroe Aceh Darussalam, sudah sejak lama. 24 Fakta hukum
permasalahan juga turut terjadi dengan pidana adat tidak diatur dalam KUHP
kehadiran Hukum Pidana Adat di dalam dan hanya diatur dalam konsep
Sistem Hukum Pidana di Indonesia. perubahan KUHP yang secara
Dapat diketahui bahwa negara Indonesia normatif diatur dalam Pasal 12 ayat (2)
memiliki banyak suku bangsa dengan dan Pasal 68 ayat (3) Konsep
berbagai hukum adat pula. Dengan Perubahan KUHP 2015. Hal ini
kondisi begitu banyaknya suku bangsa di menyebabkan kaburnya kembali asas
Indonesia, maka tercipta pula perbedaan kepastian hukum dan keadilan hukum
konsepsi diantara masyarakat hukum sebagaimana terjadi pula akibat
adat yang satu dengan yang lainnya kehadiran Qanun Jinayat.
mengenai nilai-nilai yang dianggap baik Permasalahan-permasalahan di atas
dan tidak baik bagi tata kehidupan tidak hanya menghadirkan kekaburan
mereka masing-masing, maka suatu asas kepastian hukum dan keadilan
kaidah hukum yang menatur suatu aspek hukum. Permasalahan di atas juga turut
kehidupan yang sama di dalam menyebabkan beberapa masalah
masyarakat yang satu akan berbeda lainnya yang dikaji berkaitan dengan
pengaturannya dengan masyarakat yan Perbandingan Hukum Pidana, yakni
lain. Salah satu wujud dari hukum adat kerancuan pengelompokan keluarga
adalah Hukum Pidana Adat. KUHP hukum untuk Sistem Hukum Pidana
memandang hukum pidana adat sebagai Indonesia, bentroknya beberapa
dasar pemidanaan diatur dalam pasal 5 penerapan dengan asas legalitas, dan
ayat (3) sub b Undang-Undang Darurat kerancuan pengelompokan Sistem
tentang Tindakan-Tindakan Sementara Hukum Pidana Indonesia menurut
Untuk Menyelenggarakan Kesatuan Civil Law System ataupun Common
Susunan Kekuasaan dan Acara Law System. Pertama, kondisi demikian
Pengadilan-Pengadilan Sipil.23 tentunya menyulitkan akademisi

23 24
Warih Anjari, “Eksistensi Delik Adat dan L. Mulyadi, “Eksistensi Hukum Pidana Adat di
Implementasi Asas Legalitas Hukum Indonesia : Pengkajian Asas, Norma,
Pidana Materiil Indonesia, Jurnal Teori, Praktek, dan Prosedurnys,” Jurnal
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 46, Hukum dan Peradilan, Vol. 2, No. 2, Juli
Oktober 2017, hlm. 329 2013, hlm. 123

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 8


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

maupun peneliti yang hendak Berkenaan dengan polemik di atas,


melakukan studi perbandingan maka penulis merasa perlu adanya
hukum berkaitan dalam menentukan pengkajian mengenai kedudukan hukum
pengelompokan keluarga hukum. pidana menurut Qanun Jinayat dan
Kemudian, Rene David juga turut hukum pidana adat di dalam Sistem
menegaskan bahwa dua hukum tidaklah Hukum Pidana Indonesia. Pada tulisan
dapat dimasukan dalam keluarga hukum ini, penulis mencoba untuk memberikan
yang sama sekalipun keduanya fokus kepada pengkajian dari sudut
menggunakan konsepsi-konsepsi dan pandang kelompok keluarga hukum,
teknik-teknik yang sama, apabila mereka konsep asas legalitas dan sistem hukum
didasarkan pada prinsip-prinsip filosofis, yang dianut sistem hukum pidana
politis, dan prinsip-prinsip ekonomi yang Indonesia. Berdasarkan pemikiran
berbeda.25 Hal ini tentu menghambat tersebut, maka penulis merumuskan
Indonesia khususnya Sistem Hukum untuk mengkaji lebih dalam tentang
Pidana Indonesia untuk berkembang ke Kedudukan Hukum Pidana menurut
arah yang lebih baik karena tentunya Qanun Jinayat dan Hukum Pidana Adat
perlu ditentukan salah satu keluarga dalam judul paper: KEDUDUKAN
hukum yang tepat untuk melakukan HUKUM PIDANA MENURUT QANUN
perbandingan hukum. Kedua, JINAYAT DAN HUKUM PIDANA ADAT
penerapan Qanun Jinayat dan Hukum DALAM SISTEM HUKUM PIDANA
Pidana Adat dalam hukum pidana NASIONAL.
materiil dengan penerapan asas II. IDENTIFIKASI MASALAH
legalitas merupakan dua hal yang
bersifat kontradiktif. Hingga sekarang Berdasarkan latar belakang
belum ditemukan titik singgung agar permasalahan di atas, dapat dirumuskan
dapat perjalan seiring. Dalam praktik, beberapa identifikasi permasalahan
Hukum Pidana Adat diakomodir dalam terkait kedudukan hukum pidana
yurisprudensi pengadilan dan perubahan menurut Qanun Jinayat dan Hukum
KUHP di Indonesia. Hal demikian juga Pidana Adat dalam Sistem Hukum
terjadi dengan kehadiran pemidanaan Pidana Nasional, yakni :
menurut Qanun Jinayat yang juga turut 1. Bagaimana eksistensi hukum pidana
diterapkan dan menghasilkan dualisme dalam Qanun Jinayat dan hukum
hukum pidana di Aceh. Ketiga, kondisi pidana adat dalam sistem hukum
demikian juga turut menyulitkan pidana nasional?
akademisi maupun peneliti yang hendak 2. Bagaimana kedudukan hukum
melakukan sutdi perbandingan hukum pidana dalam Qanun Jinayat dan
berkaitan dalam menentukan sistem hukum pidana adat dalam sistem
hukum yang berlaku di Indonesia hukum pidana nasional apabila
menurut pembagian Civil Law System dikaitkan pengelompokan keluarga
ataupun Common Law System juga hukum, konsep asas legalitas, dan
didasarkan pada pemberlakukan hukum pengelompokan menurut sistem
pidana di Indonesia. hukum Cicil Law dan Common Law?

25
Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hlm. 16

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 9


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

III. ANALISIS seluruh Indonesia. Terkhusus


A. Eksistensi Hukum Pidana dalam untuk Aceh, pada tahun 1999
Qanun Jinayat dan Hukum Pidana dikeluarkanlah Undang-Undang
Adat dalam Sistem Hukum Pidana No. 44 Tahun 1999 tentang
Nasional Penyelenggaraan Keistimewaan
1. Hukum Pidana dalam Qanun Provinsi Daerah Istimewa Aceh
Jinayat (Lembaran Negara Republik
Syariat Islam di Aceh Indonesia Tahun 1999 Nomor
berkembang seiring dengan 172, Tambahan Lembaran
perkembangan Islam itu sendiri. Negara Nomor 3839). Era
Perkembangan hukum Islam di reformasi ternyata telah secara
Aceh tidak dapat dilepaskan dari serta-merta menggebrak pintu
peran sultan yang memerintah Otonomi Daerah di seluruh
dan memegang kekuasaan pada Indonesia dalam bentuk otonomi
masa itu.26 Kekuasaan tidak yang seluas-luasnya bagi
terbatas yang dimiliki Sultan Provinsi Aceh hingga dapat
dalam melaksanakan hukum melaksanakan Syariat Islam.
Islam menyebabkan hukum Islam Legalisasi ini kemudian diperkuat
yang ada di Aceh berubah dengan lahirnya Undang-Undang
menjadi adat. Realitas di atas No. 18 Tahun 2001 tentang
menggambarkan bahwa Islam Otonomi Khusus bagi Provinsi
yang berkembang pada masa Daerah Istimewa Aceh sebagai
pemerintahan Sultan Iskandar Provinsi Nangroe Aceh
Muda (1607-1637) dan beberapa Darussalam (NAD) (Lembaran
penguasa sesudahnya diwarnai Negara Republik Indonesia
dengan Islam berperspektif Tahun 2001 Nomor 114,
27
tasawuf. Namun, demikian Tambahan Lembaran Negara
dalam beberapa decade akhir Nomor 4134).
perkembangan kerajaan juga Dengan berjalannya Syariat
berkembang aspek fikih. Islam dalam penerapan hukum di
Akan tetapi, pada masa Aceh, salah satu bidang hukum
reformasi, usaha untuk yang menjadi sorotan adalah
membangun hukum sesuai Hukum Pidana yang berlaku di
dengan nilai yang hidup dalam Aceh. Hukum Pidana Islam yang
masyarakat memasuki babak lahir di Provinsi Nangroe Aceh
baru sesuai dengan perubahan Darussalam sangat berbeda
paradigm dalam kehidupan dengan Hukum Pidana Nasional
bernegara. Salah satu wujudnya yang berlaku secara umum di
adalah pemberian otonomi Indonesia. Hingga sekarang,
khusus kepada daerah-daerah di belum ada Qanun khusus yang

26 27
Kamarusdiana, Op.Cit., hlm. 152 Sehat Ihsan, Adat dalam Dinamika Politik
Aceh, (Banda Aceh: Arti&Icaios, 2010),
hlm. 205

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 10


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

mengatur tentang Hukum Pidana penyelenggaraan otonomi


Islam di Provinsi Nangroe Aceh khusus.
Darussalam. Adapun Qanun Adapun pada pelaksanaanya
adalah bentuk hukum yang telah timbul permasalahan yakni
menjadi legal formal. 28 Dengan Hukum Pidana Islam di Aceh
demikian, Qanun dapat telah menetapkan prinsip-prinsip
didefinisikan sebagai hukum yang tidak seutuhnya sama
yang telah memiliki dasar dan dengan prinsip-prinsip Hukum
teori yang matang melalui dua Pidana Indonesia. Perbedaan itu
proses, yakni proses menyebabkan ketidakselarasan
pembudidayaan hukum dan satu sama lain. Akan tetapi, di sisi
diformalkan oleh lembaga lain, perbedaan ini menjadi
legislatif. 29 Dengan demikian, pengisi bagi kekosongan hukum
Qanun merupakan hukum positif pidana nasional. Ditemukan
yang berlaku pada satu negara bahwa terdapat orientasi
yang dibuat oleh pemerintah, pemidanaan yang tidak status
sifatnya mengikat, dan ada namun boleh dikatakan berlawan
sanksi bagi yang arah. Contohnya saja hukuman
30
melanggarnya. Qanun atau cambuk di Aceh yang kerap
peraturan perundang-undangan dianggap sebagai balasan.31
khusus di Indonesia bersumber Bagi Hukum Pidana Nasional,
pada tiga hukum: hukum kolonial, pandangan yang dianggap benar
hukum Islam, dan hukum adat, dan sederhana adalah pelaku
yang kemudian diberi tajuk lebih baik dihadapkan dengan
“trikhotomi” sebagai symbol dari penjara yang tentunya memiliki
persaingan tiga hukum tersebut. fungsi rehabilitasi dan
Kemudian, Pasal 1 butir 8 resosialisasi. Hal yang
Undang-Undang No. 18 Tahun dikhawatirkan adalah ketika
2001 mendefinisikan Qanun cambuk tidak memiliki fungsi
adalah sebagai peraturan rehabilitasi dan resosialisasi
daerah, yang menjadi peraturan sama sekali, maka hukuman
pelaksanaan undang-undang di tersebut hanya akan menjadi
wilayah Provinsi Nangroe Aceh hukuman yang tidak bermanfaat
Darussalam dalam rangka dan harus ditinggalkan. Menurut

28
Jasser Auda, Maqasid al Syariah as Philosphy apa adanya. Pelaksanaannya ditunjukan
of Islamic Law a Systems Approach, (The untuk suatu ketaatan dan penghapusan
International of Islamic Thought, 2009), dosa (expiation). Lihat Khairil Akbar,
hlm. 59 Pidana Mati terhadap Penyalahguna
29
Deddym Ismatullah, Materi Kuliah Sejarah Psikotropika dalam Perspektif Teori
Sosial Hukum Islam, tanggal 11 Pemidanaan Islam: Studi terhadap UU
September 2007, hlm. 2 No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
30
Rachmat Syafe’I, Materi Kuliah Qanun dan (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2014), hlm.
Syari’ah, tanggal 02 Oktober 2007, hlm. 3 53-55
31
Cambuk sebagai balasan identic dengan teori
jawabir yang cenderung melihat sanksi

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 11


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Abdul Qadir Audah, hukuman Maisir Dengan sengaja Ps.


cambuk memiliki tujuan melakukan judi; 303
menyelenggarakan,
penetapannya yaitu untuk menyediakan fasilitas,
memperbaiki keadaan manusia, atau membiayai
baik secara kejiwaan maupun perjudian;
lainnya. 32 Hukuman cambuk mengikutsertakan anak-
anak; dan percobaan
sebagai bagian dari penerapan judi.
sanksi Hukum Pidana Ilsma Khaiwat Dengan sengaja
disinyalir berlaku secara efektif berkhalwat;
bagi pelanggar Syariat Islam di menyelenggarakan,
menyediakan fasilitas,
wilayah hukum Kota Banda Aceh. atau mempromosikan.
Hal ini dibuktikan dengan Ikhtilath Dengan sengaja
terjadinya penuruntan kejahatan berikhtilath;
terkait Pidana Syariat yang menyelenggarakan,
menyediakan fasilitas,
dimaksud pada kurun waktu atau mempromosikan;
2005-2007. 33 Hingga saat ini, melakukan dengan
Qanun Jinayat sudah dijadikan anak berumur lebih dari
10 tahun; melakukan
dasar pemidanaan dalam
dengan mahram.
beberapa putusan seperti halnya Zina Dengan sengaja Ps.
Putusan No. 60 P/Hum/2015, berzina; berzina dengan 284
Putusan No. 38/JN/2015/MS.Ksg anak; berzina dengan
mahram.
dan Putusan No. 47 P/Hum/2016.
Pelecehan Dengan sengaja Ps.
Berikut adalah tabel yang Seksual melakukan pelecehan 287
berisi Tindak Pidana atau Delik seksual;
yang diatur dalam Qanun Jinayat Pemerkosaan Dengan sengaja Ps.
melakukan 285
No. 6 Tahun 2014, yakni:
pemerkosaan;
memperkosa anak-anak
Jarimah Rincian Perbuatan Pasal Qadzaf Dengan melakukan
dalam qadzaf (menuduh orang
KUHP lain berbuat zina tanpa
bukti)
Khamar Minum-minuman keras; Ps. Liwath Dengan sengaja Ps.
menyimpan/menimbun, 492, melakukan liwath; 292
memproduksi, Ps. mengulangi perbuatan;
memasukan, 536 melakukan dengan
memperdagangkan, anak-anak
membeli, Musahaqah Dengan sengaja Ps.
membawa/mengangkut, melakukan musahaqah, 292
menghadiahkan mengulangi perbuatan;
khamar; atau melakukan dengan
mengikutsertakan anak- anak-anak.
anak minum khamar
Tabel 1.1

32 33
Muslimin Zainuddin, Problematika Hukuman Ibid., hlm. 92-93
Cambuk di Aceh, (Banda Aceh: Dinas
Syari’at Islam, 2011), hlm. 89-90

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 12


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Tindak Pidana atau Delik yang diatur dalam Qanun yang dalam readksi lama
Jinayat menyatakan bahwa Gubernur
2. Hukum Pidana Adat Jenderal berkuasa menjadikan
Hukum adat merupakan Kitab Undang-Undang Hukum
hukum asli dalam suatu Pidana yang berlaku bagi orang
masyarakat tertentu, di mana Eropa, berlaku juga bagi orang
pada masa dahulu dipergunakan bukan Eropa. 35 Pada masa
sebagai pedomana bagi seluruh Gubernur Jenderal Daendels di
aspek kehidupan dalam Indonesia (1808), terdapat suatu
masyarakat yang bersangkutan. ketentuan bahwa bagi golongan
Indonesia yang terbagi dari hukum Indonesia asli berlaku
berbagai suku bangsa membuat hukum adatnya, tetapi Gubernur
terbentuklah beberapa Jenderal berhak mengubah
masyarakat hukum adat. Akibat sistem hukuman yang telah
demikian, terdapat perbedaan ditetapkan berdasarkan hukum
konsepsi diantara masyarakat adat. Menurut plakat tanggal 22
hukum adat yang satu dengan April 1808, pengadilan
yang lainnya mengenai nilai-nilai diperbolehkan menjatuhkan
yang dianggap baik dan tidak hukuman antara lain:
baik bagi tata kehidupan mereka a. Dibakar hidup dengan terikat
masing-masing. Namun, pada suatu tiang;
disamping terdapatnya b. Dimatikan (dibunuh) dengan
perbedaan-perbedaan mengenai mempergunakan keris;
pengaturan bagi suatu aspek c. Dicap bakar, dipukul,
kehidupan yang sama di dalam
dipenjara, dan bekerja paksa.
masyarakat hukum adat, ternyata
dapat ditemukan pula suatu Selanjutnya, eksistensi
persamaan mengenai Hukum Pidana Adat diatur dalam
pengaturan bagi suatu aspek Pasal 5 ayat (3) sub b Undang-
kehidupan yang berlaku secara Undang Darurat No. 1 Tahun
universal di dalam berbagai 1951 tentang Tindakan-Tindakan
masyarakat hukum adat tersebut. Sementara untuk
Seluruh masyarakat hukum adat Menyelenggarakan Kesatuan
di Indonesia mengenal serta Susunan Kekuasaan dan Acara
melarang dilakukannya Pengadilan-Pengadilan Sipil.
perbuatan yang disebut sebagai Kriteria penerapan hukum pidana
perbuatan sumbang. 34 adat sebagai dasar pemidanaan
Sejarah eksistensi Hukum berdasarkan pasal tersebut
Pidana Adat dapat dikatakan adalah apabila suatu perbuatan
muncul sejak Pasal 75 ayat (2) hukum yang hidup harus
Regeringsreglement (RR) 1854 dianggap sebagai perbuatan

34 35
Oemar Seno Adji, Hukum Hakim Pidana, E. Utrecht, Hukum Pidana I, (Jakarta: Penerbit
(Jakarta; Erlangga, 1980). hlm. 46 Universitas, 1958), hlm. 44

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 13


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

pidana, akan tetapi tiada dan terlepas


bandingannya dalam KUHP, apakah salah satu
pihak sudah
maka dapat dijatuhi pidana menikah atau
maksimum 3 bulan penjara, atau belum sesuai
maksimum 10 tahun penjara. syarat Pasal 284
Kemudian, dalam pembaruan KUHP
KUHP tahun 2015, eksistensi 2. Putusan No. Persetubuh diluar
Hukum Pidana Adat semakin 427/Pid/2008/PT.Mks perkawinan
diperkuat sebagai dasar tahun 2009 dengan orang
yang sama-sama
pemidanaan. Dalam
dewasa yang
pembaharuan hukum pidana, hal menurut hakim
yang diperjuangkan adalah perbuatan
berorientasi pada nilai yang tersebut tiada
bandingnya dalam
berkembang di masyarakat yaitu KUHP sehingga
Hukum Pidana Adat yang bersifat dasar
orisinil. 36 Pada pembaharuan pemidanaan
KUHP tahun 2015 eksistensi bersumber dari
hukum adat
Hukum Pidana Adat diatur dalam (pidana).
Pasal 12 ayat (2) dan Pasal 68
ayat (3). 3. Putusan No. 984 Dalam putusan ini
K/Pid/1996 tanggal 30 hakim
Dalam pelaksanaanya,
Januari 1996 menyatakan jika
terdapat putusan pengadilan pelaku perzinahan
yang turut menerapkan hukum telah dijatuhi
pidana adat atau delik adat sanksi adat atau
mendapatkan
sebagai dasar untuk reaksi adat oleh
menjatuhkan pidana, yakni: para pemangku
desa adat maka
No. Nomor Putusan Deskripsi Kasus tuntutan jaksa
harus dinyatakan
tidak diterima.
1. Putusan No. 93 Delik adat zina
4. Putusan No. 1600 Dalam putusan ini
K/Kr/1976 tanggal 19 adalah perbuatan
K/Pid/2009 menyatakan
Oktober 1977 terlarang
walaupun
mengenai
pencabutan
hubungan kelamin
perakra telah
antara pria dan
lewat waktu
wanita, terlepas
selama 3 bulan
dari apakah
sesuai dengna
perbuatan itu
Pasal 75 KUHP,
dilakukan di
perdamaian yang
tempat umum
terjadi anatra
atau tidak seperti
pelapor dengan
disebutkan dalam
terlapor
Pasal 281 KUHP,
mengandung nilai

36
W. Anjari, “Eksistensi Hukum Pidana Adat Jurnal Indigenious Law Review, Vol. 1,
(Delik Adat) dalam Pembaharuan KUHP”, Maret 2015, hlm. 231

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 14


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

yang tinggi harus samar. Karena hal tersebut,


diakui. Karena Zweigert dan Kotz berpendapat
dengan perkara
dihentikan, bahwa yang menentukan
manfaatnya lebih klasifikasi ialah gaya (style) dari
besar dari apda suatu sistem hukum atau
dilanjutkan. Hal ini kelompok sistem hukum.
akan memulihkan
keseimbangan Sehubungan dengan pernyataan
ayng terjadi demikian, Prof. Roeslan Saleh
karena adanya turut melengkapi unsur gaya
tindak pidana (style) yang dikemukakan oleh
5. Putusan No. Perbuatan Zweigert dan Kotz, yaitu:
536/Pid.B/2009/PN.PL bersetubuh a. Asal mula historis dan
tanggal 12 Januari dengan wanita perkembangan hukum
2010 yang bukan
istrinya bersangkutan;
merupakan b. Bentuk pikir yang khas dari
perbuatan zina bangsa pendukung stesel
berdasarkan
hukum tersebut;
hukum adat.
c. Lembaga-lembaga hukum
yang tipikal dalam stesel
Tabel 1.2 hukum bersangkutan;
Tindak Pidana atau Delik yang diatur dalam Qanun
d. Sifat dari sumber-sumber
Jinayat
hukum dan cara
B. Kedudukan Hukum Pidana dalam
menafsirkannya, yang
Qanun Jinayat dan Hukum Pidana dilihat berkaitan dengan ciri-
Adat dalam Sistem Hukum Pidana ciri tersendiri dari organisasi
kehakimannya dan
Nasional
pendidikan para hali hukum
1. Menurut Pengelompokan serta peranan mereka dalam
Keluarga Hukum menegakan hukum dan
Zweigert dan Kotz menciptakan hukum;
merupakan ahli yang turut e. Unsur ideologi yang
mengelompokan keluarga menjadi dasar dari struktur
hukum. Zweigert dan Kotz setuju politik ekonomi dan
dengan Rene David, bahwa yang kemasyarakatan di mana
dapat menjadi kriteria untuk stesel hukum nasional
mengelompokan keluarga hukum merupakan pernyataanya. 37
adalah teknik dari sistem hukum
Bertolak dari kriteria gaya (style)
dan prinsip-prinsip falsafah,
yang telah dikemukakan di atas,
politik, dan ekonomi yang
kemudian Zweigert dan Kotz
mendasarinya, tetapi kriteria ini
membedakan delapan kelompok
masih terlalu sempit dan samar-
hukum (rechskreise), yaitu

37
Ibid., hlm. 18-19

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 15


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

keluarga hukum Romanistis, peradilan dibawah MA, akan


Jerman, Skandinavia, Common tetapi terdapat pula
Law, Sosialistis, Timur Jauh, Mahkamah Syariah untuk
Islam, dan Hindu. memidakan delik pidana
a. Hukum Pidana dalam islam.
Qanun Jinayat b. Hukum Pidana Adat
Jika ditinjau dari sudut Jika ditelaah dari sudut
pandang historis, bentuk pandang historis, bentuk
pemikiran yang khas dari pemikiran yang khas dari
bangsa tersebut, lembaga bangsa tersebut, lembaga
hukum, sifat dari sumber hukum, sifat dari sumber
hukum serta unsur ideology hukum serta unsur ideology
yang dijadikan dasar, yang dijadikan dasar,
keluarga hukum yang keluarga hukum yang
dianut di Aceh adalah dianut masyarakat adat
keluarga hukum Islamic. yang tersebar di seluruh
Dari sudut pandang historis Indonesia adalah keluarga
jelas bahwa Hukum Islam hukum Jermanic. Adapun
yang sudah menetap lama di ciri dari keluarga hukum
Aceh diwarnai dengan Jermanic adalah adanya
beberapa pemerintahan resepsi dari hukum Romawi,
sultan-sultan yang tentunya adanya pengaruh yang kuat
memberikan corak dan dari keberadaan nilai-nilai
pengaruh yang berbeda- moral yang ada terhadap
beda. Kemudian, dari pola prinsip dasar keadilan,
pemikiran yang khas, sumber adanya kecenderungan
hukum serta unsur lembaga hukum mempunyai
ideologinya dapat diketahui nilai yang tetap dan adanya
bahwa Syariat Islam yang upaya menumbuhkan
kemudian menghasilkan kembali nilai yang hidup di
Qanun-Qanun termasuk dalam masyarakat asli
Qanun Jinayat yang setempat ke dalam sistem
mengatur tentang Hukum hukum. Dari sudut pandang
Pidana Islam yang historis, hukum pidana adat
mewarnainya. Dari sudut sudah hidup sejak zaman
pandang lembaga-lembaga kolonial. Kemudian, dari segi
hukum, lembaga penegak bentuk pemikiran, sumber
hukum yang menerapkan hukum, dan unsur ideology
hukum acara pidana-nya sangat bergantung dengan
tetap didasarkan pada Syariat nilai-nilai yang hidup dalam
Islam di mana di Aceh tidak masyarakat yakni nilai moral
hanya pengadilan yang yang kemudian direalisasikan
berada dalam lingkungan ke dalam hukum adat

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 16


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

khususnya hukum pidana pidana menurut undang-undang,


adat. Selanjutnya, lembaga tidak ada penerapan undang-
hukum yang hidup di undang berdasarkan analogi,
masyarakat adat adalah seseorang tidak dapat dipidana
pengadilan adat yang berdasarkan kebiasaan, tidak
dikuatkan oleh Pasal 5 ayat boleh ada perumusan delik yang
(3) sub b Undang-Undang kurang jelas, tidak ada kekuatan
Darurat Nomor 1 Tahun 1951 surut dari ketentuan surut dari
tentang Tindakan-Tindakan ketentuan pidana (non-retoraktif),
Sementara Untuk tidak ada pidana lain kecuali yang
Menyelenggarakan Kesatuan ditentukan dalam undang-
Susunan Kekuasaan dan undang, serta penuntutan pidana
Acara Pengadilan- hanya boleh dilakukan menurut
Pengadilan Sipil. cara yang ditentukan oleh
2. Menurut Konsep Asas undang-undang. 39
Legalitas Keberadaan asas ini
ditujukan untuk melindungi warga
Asas Legalitas dalam hukum
dari kesewenang-wenangan
pidana merupakan asas yang
penguasa. Akan tetapi, disisi lain
sangat fundamental. Asas
asas ini mempersulit keberadaan
legalitas dalam hukum pidana
hukum yang tidak tertulis dan
begitu penting untuk menentukan
tumbuh secara alamiah di dalam
apakah suatu peraturan hukum
masyarakat. 40 Di Indonesia, asas
pidana dapat diberlakukan
legalitas secara formal diatur
terhadap tindak pidana yang
dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP
terjadi. Jadi dapat disimpulkan
yang intinya menyatakan bahwa:
bahwa apabila terjadi suatu
tiada suatu perbuatan dapat
tindak pidana, maka akan dilihat
dipidana kecuali atas kekuatan
apakah telah ada ketentuan
aturan yang ada pada saat tindak
hukum yang mengaturnya adalah
pidana tersebut dilakukan. Untuk
apakah aturan yang telah ada
menjatuhkan pidana terhadap
tersebut dapat diperlakukan
pelaku harus ada peraturan yang
terhadap tindak pidana yang
menyatakan perbuatan tersebut
terjadi. 38 Makna asas legalitas
dijatuhi pidana terlebih dahulu.
secara rinci juga dituturkan oleh
Keberadaan asas legalitas
Schaffmeister, Keijzer, dan
hingga sekarang tetap
Sitorius sebagaimana dikutip
dipertahankan melihat tujuannya
oleh Eddy Hiariej yakni
adalah unguk melindungi hak
seseorang tidak dapat dipidana
asasi manusia atau seacra linera
kecuali berdasarkan ketentuan

38 39
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Eddy Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 59 Hukum Dalam Hukum Pidana, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm. 56
40
Warih Anjari, Op. Cit., hlm. 332

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 17


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

yakni melindungi warga Undang-Undang No. 11


negaranya dari kesewenang- Tahun 32006 kembali
wenangan disamping dengan menjelaskan kedudukan
Qanun dalam Pasal 233 ayat
segala kelemahannya.
(1) dan selanjutnya dilengkapi
a. Hukum Pidana dalam dengan Qanun Nomor 3
Qanun Jinayat Tahun 2007. Fungsi
Kedudukan Qanun Jinayat pembentukan Qanun itu untuk
di Provinsi Aceh didasarkan penyelenggaraan pemerintah
pada Undang-Undang No. 18 Aceh atau Kabupaten/Kota.
Tahun 2001 sebagai Maka Qanun dapat mengatur
hal apapun yang termasuk
landasan pelaksanaan benteuk penyelenggaraan
Syariat Islam di Provinsi Pemerintah Aceh atau
Nangroe Aceh Darussalam Kabupaten/Kota.
yang saat ini dilanjutkan Qanun dari sisi hierarki
dengan Undang-Undang No. perundang – undangan
11 Tahun 2006 tentang memang sejenis peraturan
daerah sesuai dengan
Pemerintahan Aceh. Di dalam
ketentuan Undang-Undang
ketentuan umum angka 21 No. 18 Tahun 2001 maupun
dan 22 Undang-Undang No. Undang-Undang No. 11 Tahun
11 Tahun 2006 disebutkan 2006 dan peraturan daerah
bahwa: 41 yang kedudukannya paling
“Qanun Aceh adalah rendah lainnya. Hal ini
peraturan perundang- dituliskan dalam Penjelasan
undangan sejenis Pasal 7 ayat (2) Undang-
peraturan daerah Undang No. 10 Tahun 2004
Provinsi, sebagaimana sudah diganti
Kabupaten/Kota yang dengan Undang-Undang No.
mengatur 11 Tahun 2012 tentang
penyelenggaran Pembentukan Peraturan
pemerintahan dan Perundang-Undangan. Artinya
kehidupan masyarakat adalah di atas Qanun Jinayat
Aceh atau kehidupan terdapat Perpres, PP,
masyarakat UU/Perpu, Tap MPR, dan
Kabupaten/Kota yang UUD 1945. Jadi, Qanun
mengatur Jinayat selain merupakan
penyelenggaraan Perda Provinsi Nangroe Aceh
pemerintahan dan Darussalam, ia juga bagian
kehidupan masyarakat dari Syariat Islam yang
Aceh atau kehidupan dilegalisasi dalam bentuk
masyarakat Qanun oleh DPRA dan
kabupaten/kota di disetujui oleh Gubernur Aceh.
Aceh.” Akan tetapi, beberapa pihak
merasa bahwa kedudukan

41
Lihat ketentuan umum angkata 21 dan 22
Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 18


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Qanun Jinayat dalam Sistem orang yang mempunyai


Hukum Pidana di Indonesia kesanggupan untuk
berbeda dengan Peraturan memahami dalil-dalil
Daerah yang ada di Indonesia.
pembebanan dan untuk
Alasannys adalah secara
yuridis, kedudukan Qanun di mengerjakannya, dan
Provinsi Nangroe Aceh menurut Syara’ pula
Darussalam jelas mempunyai pekerjaan yang
kekuatan hukum yang lebih dibebankan hanya
kuat dibandingkan dengan pekerjaan yang mungkin
Peraturan Daerah lainnya di dilaksanakan dan
Indonesia.
disanggupi serta diketahui
Melihat fenomena di atas,
dapat dikatakan bahwa pula oleh mukallaf
kedudukan Hukum Pidana sedemikan rupa sehingga
menurut Qanun Jinayat bisa mendorong dirinya
sudah selaras dengan Asas untuk memperbuatnya. 43
Legalitas di mana seluruh
delik pidana di atur dalam Permasalahan mengenai
sebuah pengaturan secara kedudukan Hukum Pidana
formal. Asas Legalitas juga menurut Qanun Jinayat jika
turut diatur dalam beberapa ditinjau dari konsep asas
aturan pokok yang sangat legalitas adalah terjadinya
penting di Syariat Islam, yakni: dualisme hukum. Sebagai
1) QS. Al Isra’: 15 yang isinya bagian dari sistem perundang-
bahwa tidak ada sesuatu undangan Indonesia, Qanun
jarimah kecuali sudah ada Jinayat Aceh hadir untuk
penjelasan, dan tidak ada melengkapi perihal yang
belum diatur dalam hukum
hukuman kecuali sesudah
pidana nasional. Akan tetapi,
ada pemberitahuan;42 terkadang Qanun Jinayat
2) Aturan yang berbunyi Aceh bahkan menghendaki
“sebelum ada nas norma yang realtif berbeda
(ketentuan), tidak ada dengan KUHP maupun
hukum bagi perbuatan Undang-Undang Pidana
Nasional lainnya. Semangat
orang-orang yang berakal
formalisasi syariat Islam di
sehat”; Aceh tidak dipungkiri
3) Aturan yang berbunyi menjadikan Aceh berbeda
“pada dasarnya semua dengan provinsi lain di
perkara dan semua Indonesia. Berangkat dari hal
perbuatan dibolehkan”; demikian, Aceh memiliki
4) Aturan yang menyatakan definisi sendiri untuk zina
maupun pengaturan
“orang yang diberi
mengenai masalah khamr
pembebanan (taklif) hanya (minuman keras). Aceh juga

42 43
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Ibid., hlm. 58
Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), hlm.
59-61

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 19


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

turut mengatur yang yang Dengan kondisi demikian,


berbeda mengenai pelecehan dapat dikatakan dualisme
seksual, di mana Aceh hukum yang terjadi membuat
menetapkan sanksi yang goyahnya kekuatan asas
relatif lebih berat dibandingkan legalitas. Pertanyaan yang
KUHP. Sementara bagi hendak muncul adalah
perilaku seperti lesbian dan mengenai hukum mana yang
gay, Aceh tidak sekerang akan dipakai ketika keduanya
melarang namun juga sudah diatur secara formal.
menetapkan sanksi ta’zir yang Akan tetapi, hingga sekarang
berat. Menurut Pasal 3 ayat (2) Qanun Jinayat harus tetap
Qanun Jinayat Aceh, delik diupayakan tetap sejalan
yang diakui oleh Qanun dengan norma yang tercipta
hanyalah 10 jenis jarimah dalam sistem hukum pidana
(delik) dengan variasnya nasional tanpa harus
masing-masing yakni: khamr; mengurangi nilai yang
maisir; kalwat; ikhtilath; zina; terkandung dalam syariat
pelecehan seksual; Islam. Kewibawaan Wilayatul
pemerkosaan; qadzah; liwath; Hisbah menunjukan bahwa
dan musahaqah. Dari 10 masyarakat menaruh harapan
varians ini, perbedaan dengan akan berlakunya penerapan
KUHP lebih kepada jenis dan syariat secara adil dan
bentuk sanksinya saja. transparan dalam bingkai
Dari sudut pandang hukum sistem hukum.
acara, hukum acara pidana di b. Hukum Pidana Adat
Indonesia juga berbeda
dengan hukum acara pidana di Penggunaan hukum
Aceh. Hukum Pidana Nasional pidana untuk menyelesaikan
bermuara pada Kitab Undang- permasalahan di masyarakat
Undang Hukum Acara Pidana merupakan salah satu upaya
(yang selanjutnya disebut untuk mensejahterakan
KUHAP). Salah satu letak rakyat. Seperti yang kita tahu,
perbedaannya adalah dalam
dasar dari penerapan Sistem
susunan, pola, serta jenis
sanksi, dendan, hukuman Hukum Pidana Nasional
tambahan, dan hukuman mati bermuara pada KUHP. Akan
yang diberikan kepada setiap tetapi, dapat disadari pula
jarimah. Contohnya saja bahwa KUHP merupakan
sanksi Hudud yakni sanksi warisan dari Belanda yang
berbentuk cambuk dan belum mengalami perubahan
merupakan hukuman pokok
signifikan sesuai dengan
(bukan hukuman tambahan).
Perbedaan ini disinyalir karena kultur bangsa. Dewasa ini,
secara historis Qanun Jinayat sedang dilakukan perubahan
disusun dan disertakan secara keseluruhan sehingga
prinsip-prinsip beracara yang melahirkan konsep
dianggap suci dan dipahami di perubahan KUHP 2015.
dalam hukum islam, tidak Perubahan KUHP ini
halnya dengan KUHAP.
merupakan bagian dari politik

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 20


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

hukum. Politik hukum (legal legalitas yang bersifat


policy) merupakan arah formalistik, sehingga sulit
hukum yang diberlakukan untuk dapat menyesuaikan
oleh negara untuk mencapai dengan situasi dan kondisi
tujuan negara yang masyarakat Indonesia yang
bentuknya dapat berupa plural dan dinamik. Sifat
pembuatan hukum baru atau formal ini justru
pembuatan hukum lama. 44 memperlemah hukum dalam
Perubahan KUHP dan menjalankan fungsinya
putusan pengadilan sebagai penjaga ketertiban
mengakomodir delik adat dan pengayoman
merupakan sebuah masyarakat. Menurut Sajipto
pembaharuan hukum . Rahardjo, sifat formalitas
Pembaharuan hukum dalam yang melekat dalam
konsep progresif bertujuan paradigm positivism
untuk membentuk hukum merupakan salah satu
nasional bukan semata-mata penyebab menurunnya
melakukan pembaharuan an kinerja dan kualitas aparatur
sich, akan tetapi ditujukan penegak hukum, karena tidak
pada pembaharuan hukum dapat menterjemahkan nilai-
yang progresif yang nilai keadilan yang
merupakan konkretisasi dari dikehendaki masyarakat.
sistem nilai yang berlaku Apabila meniliki
dalam masyarakat. 45 kembali kepada putusan yang
Terjadi penguatan menjatuhkan dasar
eksistensi Hukum Pidana pemidanaan menggunakan
Adat yang secara linear hukum pidana adat, maka
akan memperlemah asas kita dapat menyimpulkan
legalitas secara formal hal tersebut didasarkan
sendiri. Hal ini dapat dilihat kepada asas legalitas
dengan beberapa contoh materiil. Dengan demikian,
putusan yang terlampir di asas legalitas harus dapat
atas yang mengindikasikan mengakomodir keduanya
hukum pidana adat yang yaitu dapat menjadi
telah diterapkan dalam perlindungan atas
beberapa kasus terbukti kesewenang-wenangan
dapat menyelesaikan kasus penegak hukum dan dapat
yang ada. Dapat disimpulkan pula menyelesaikan kasus
pula bhawa hukum tertulis pidana adat yang berada di
yang selaras dengan asas masyarakat, namun tidak

44
Warih Anjari, Op. Cit., hlm. 330 Legislasi Yang Progresif,” Jurnal
45
Putuhena, “Politik Hukum Perundang- Rechvinding, Vol. 2, No. 3, Desember
Undangan: Mempertegas Reformasi 2014, hlm. 112

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 21


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

diatur secara formal di dalam kontradiktif dengan asas


perundang-undangan. Dapat legalitas. Dibalik kedudukan
dikatakan bahwa untuk hukum pidana adat yang
menyatakan suatu tindak eksistensinya didukung oleh
pidana tetap menggunakan asas legalitas material,
asas legalitas formal yang namun juga terdapat
berlandaskan sumber kelemahan yang turut
hukum formal (sumber menjadi perhatian.
kekuasaan formal yaitu Kelemahan dari asas
negara atau undang- legalitas material adalah
undang) dan untuk dalam pemidanaan
mengakomodir hukum terhadap hukum yang
yang hidup di dalam hidup di masyarakat
masyarakat dengan menjadi wewenang negara
menggunakan asas yang bersifat mutlak,
legalitas material (sumber sehingga dapat mencederai
kekuasaan dari masyarakat kepastian hukum maupun
atau hukum tidak tertulis). asas kemanfaatan hukum
Fenomena ini dapat yang hidup di masyarakat.
dikatakan sebagai Kepastian hukum berkaitan
perluasan asas legalitas dengan keberagaman hukum
formal kearah perumusan adat ini memungkikan orang
material yang yang tidak mengetahui
implementasinya telah adanya hukum adat yang
dilaksanakan oleh pengadilan berlaku di daerah tersebut
negara dan pengadilan adat. tetapi dapat dijatuhi hukuman
Pada praktiknya, pidana berdasarkan
fenomena ini kemudian peraturan formal. Demikian
dipertegas dan diperkuat pula terhadap pemidanaan
dengan lahirnya yang belum tentu sesuai
Rancangan KUHP 2015 dengan harapan masyarakat
yang telah mengakomodir adat. 46 Menurut Warih Anjari,
delik adat atau hukum penerapan asas legalitas
kebiasaan ke dalam formal dan material bersifat
peraturan yang bersifat kontekstual dan alamiah, di
formal. Rancangan KUHP mana fungsi formalitas
2015 ini mempertegas perundang-undangan harus
eksistensi delik adat dan dibatasi dengan kepentingan
menjadikan perbuatan yang masyarakat. Maka, tidak
melanggar nilai-nilai yang semua yang bersifat formal
hidup di masyarakat tidak lagi untuk delik adat diselesaikan

46
Tabiu & Hiariej, “Pertentangan Asas Legalitas Undang KUHP,” Jurnal Penelitian Hukum, Vol. 2,
Formil dan Materiil dalam Rancangan Undang- No. 1, hlm. 341

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 22


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

melalui pengadilan negara. (yang diperbandingkan) dapat


Jika kasus dapat diselesaikan dijelaskan lebih lanjut melalui
melalui pengadilan adat maka metoda sejatah (hukum) dan
negara tidak perlu hadir. metoda sosiologi (hukum). 47
Contohnya saja pada kasus Pemahaman terhadap
yang berkaitan dengan tindak adanya persamaan dan
pidana kesusilaan. Hal yang perbedaan antara dua sistem
dapat disimpulkan pula hukum atau lebih akan
bahwa dengan melahirkan pengetahuan tentang
diintrodusirnya hukum karakteristik sistem-sistem
kebiasaan atau delik adat hukum dimaksud. Penemuan
dalam pengadilan di karakteristik sistem-sistem
Indonesia, mengindikasikan hukum yang diperbandingkan
jiwa bangsa Indonesia yaitu merupakan suatu langkah awal
Pancasila sudah mulai dari usaha memahami asas-
diimplementasikan dalam asas, konsep-konsep, dan
kehidupan masyarakat. lembaga hukum yang berlaku
3. Menurut Pengelompokan dalam dua atau lebih sistem
Sistem Hukum hukum. Tanpa pemahaman
mengenai karakteristik tersebut,
Hukum merupakan suatu
tidak akan diperoleh
gejala universal, dalam arti
pengetahuan yang lengkap
bahwa hukum itu di seluruh
tentang substansi hukum yang
bangsa dan negara akns elalu
diperbandingkan, dan bahkan
ada dan diperlukan; namun
akan membawa
hukum itu memiliki ciri
kesimpangsiuran penafsiran atau
karakteristik yang berbeda dari
kurang tepatnya penafsiran
satu bangsa kepada bangsa lain.
terhadap apa yang
Pengetahuan perbandingan
diperbandingkan. Pada
hukum sudah dapat dikatakan
kesempatan ini, penulis akan
tidak cukup jika hanya sekedar
mencoba memperbandingkan
pencatatan belaka tentang
Sistem Hukum Civil Law dan
persamaan dan perbedaan dari
Common Law. Civil
dua sistem hukum yang berlaku,
Law dan Common Law keduanya
melainkan juga diperlukan
merupakan dua sistem hukum
keterangannya. Keterangan-
yang berbeda. Satjipto
keterangan yang dimaksud
Rahardjo dalam bukunya Ilmu
hendalkah diartikan bahwa setiap
Hukum, berpendapat bahwa di
persamaand an perbedaan ayng
dunia ini kita tidak jumpai satu
ada di antara dua sistem hukum
sistem hukum saja, melainkan

47
Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum
Pidana, (Bandung : Penerbit Mandar
Maju, 2000), hlm. 21

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 23


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

lebih dari satu. Adapun sistem keluarga hukum lagi, yaitu


hukum yang dimaksud di sini keluarga atau rumpun
meliputi unsur-unsur seperti: hukum campuran atau
struktur, kategori, dan konsep. dapat disebut sebagai a
Perbedaan dalam unsur-unsur mixed legal system.
tersebut mengakibatkan Menurut Tetley, a mixed legal
perbedaan dalam sistem hukum system adalah suatu sistem
yang dipakai.48 huum yang berasal dari lebih
a. Hukum Pidana dalam dari satu tradisi/keluarga
Qanun Jinayat hukum.
Jika didasarkan kepada
M.Fuady meng - keberadaan Qanun Jinayat
elompokan lima tradisi khususnya hukum pidana
hukum, yaitu: hukum yang islam, maka dapat dilihat
berlaku di Eropa daratan bahwa Indonesia dalam
(Hukum Eropa Kontinental), perkembanganya tidak
hukum yang berlaku di Inggris sepenuhnya menganut
(Hukum Anglo Saxon), Civil Law, tidak pula
hukum yang berlaku di Rusia menganut hukum adat yang
dan bekas Uni Soviet (Hukum sangat beragam atau
Sosialis), hukum yang hukum Islam semata. Hanya
berlaku di wilayah tertentu saja, ada satu
(adat/hukumkedaerahan), kecenderungan yang sangat
dan hukum yang berdasarkan mencolok bahwa semua
ajaran agama (hukum model hukum itu mengarah
keagamaan). Pada awalnya, kepada formalisasi. Artinya
sistem hukum nasional jika adalah hukum pidana local
ditinjau dari hukum pidana dengan perdanya, hukum
nya lebih identik kepada islam dengan perda/Qanun
rumpun atau tradisi hukum serta undang-undang.
Eropa Kontinental atau Civil Dengan upaya formalisasi,
Law. Sekalipun mengenal maka sesungguhnya corak
hukum adat, hukum tertulis sistem hukum yang
berupa peraturan perundang- dikatakan paling kuat
undangan lebih mengikat diantara percampuran
sifatnya di negara yang besar sistem hukum itu tetap
ini. Akan tetapi dalam berada pada Civil Law
perkembangannya, sistem System.
hukum itu kemudian
bercampur. Karenanya b. Hukum Pidana Adat
harus ditambah satu

48
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 235

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 24


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Sama halnya dengan kepada model formalisasi.


akibat keberadaan hukum Hal ini ditandai dengan
pidana di dalam Qanun banyaknya upaya untuk
Jinayat, keberadaan hukum memasukan dan menguatkan
pidana adat-pun turut eksistensi delik adat di dalam
menciptakan Indonesia RKUHP 2015. Walaupun
menerapkan mixed legal tidak dapat ditetapkan sistem
system yaitu berlakunya hukum yang mewarnai corak
hukum berdasarkan Indonesia dikarenakan mixed
perundang-undangan, hukum system yang dianutnya,
Islam dan hukum adat. Hal ini usaha untuk melakukan
karena, Indonesia sebagai formalisasi tersebut
negara timur masih menggambarkan pola pikir
memegang teguh adat masyarakat Civil Law
ketimuran yang sangat System di mana untuk
sensitif dengan perbuatan memperoleh kepastian
yang bertentangan dengan hukum selalu ada upaya
nilai moral, agama, dan formalisasi.
kesusilaan masyarakat. IV. PENUTUP
Hukum adat atau hukum yang A. Kesimpulan
hidup dimasyarakat diakui
1. Eksistensi Hukum Pidana dalam
eksistensinya berdasarkan
Qanun Jinayat dalam Sistem
Pasal 5 ayat (3) sub b
Hukum Pidana Nasional
Undang-Undang Darurat
didukung oleh Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1951. Dalam
No. 44 Tahun 1999 tentang
praktek terdapat beberapa
Penyelenggaraan Keistimewaan
putusan yang telah
Provinsi Daerah Istimewa
mengakomodir eksistensi
kemudian diperkuat dengan
delik adat. Apresiasi terhadap
lahirnya Undang-Undang No. 18
delik adat pada dasarnya
Tahun 2001 tentang Otonomi
telah dilaksanakan oleh
Khusus bagi Provinsi Daerah
lembaga peradilan di
Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Indonesia. Penerapan delik
Nangroe Aceh Darussalam
adat yang berdasarkan
(NAD). Sedangkan, hukum
hukum kebiasaan di
pidana adat eksistensi Hukum
masyarakat, menutupi
Pidana Adat diatur dalam Pasal
kelemahan yang ada didalam
5 ayat (3) sub b Undang-Undang
hukum yang bersifat modern.
Darurat No. 1 Tahun 1951
Hal yang sama juga
tentang Tindakan-Tindakan
turut terjadi dalam akibat
Sementara untuk
keberadaan Hukum Pidana
Menyelenggarakan Kesatuan
Adat dimana beberapa pihak
Susunan Kekuasaan dan Acara
berusaha mengarahkan
Pengadilan-Pengadilan Sipil;

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 25


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

2. Kedudukan Hukum Pidana dapat diselaraskan sehingga


dalam Qanun Jinayat menurut kepastian dan keadilan hukum
pengelompokan keluarga akan tercipta;
hukum termasuk keluarga 3. Hukum Pidana Adat kiranya
hukum Islamic, kedudukan dibuat batasan atau ketentuan
Hukum Pidana menurut Qanun pemberlakuan sehingga hanya
Jinayat sudah selaras dengan berlaku untuk masyarakat
asas legalitas di mana seluruh setempat saja. Kemudian
delik pidana di atur dalam pengaturannya dapat diserahkan
sebuah pengaturan secara kepada pemerintah daerah untuk
formal, serta dianutnya mixed kemudian dituangkan dalam
type system yang tetap condong suatu peraturan daerah. Penulis
kepada Civil Law System. juga turut menyarankan agar
Sedangkan, hukum pidana adat hakim dalam menjatuhkan
menurut pengelompokan pidananya mempertimbangkan
keluarga hukum termasuk keseimbangan dan kondisi
keluarga hukum Jermanic, pelaku dan lebih mengutamakan
kedudukan Hukum Pidana Adat kebermanfaatan langsung bagi
telah terkakomodir dalam asas masyarakat setempat. Hal
legalitas secara material, serta demikian untuk menghindari
dianutnya mixed type system sanksi yang dijatuhkan lebih
yang tetap condong Civil Law berat daripada pelanggaran yang
System karena terdapat upaya dilakukannya.
formalisasi dari setiap
pengaturan.
B. Saran
1. Hukum Pidana yang terkandung
dalam Qanun Jinayat dan Hukum
Pidana Adat harus selalu dijaga
dan dilindungi eksistensinya di
dalam Sistem Hukum Pidana
Nasional dan harus diperkuat
pula kedudukannya;
2. Hukum Pidana yang terkandung
dalam Qanun Jinayat harus tetap
berada dalam kerangka sistem
hukum pidana nasional. Hal ini
untuk meminimalisir dualisme
pengaturan pidana antara Qanun
Jinayat dengan KUHP. Dengan
selarasnya Qanun Jinayat
dengan KUHP, semakin sedikit
aturan yang bentrok dan tidak

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 26


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

DAFTAR PUSTAKA Notohamidjojo, O. 2011. Soal-Soal


Pokok Filsafat Hukum. Salatiga:
A. Daftar Buku Griya Media
Adji, Oemar Seno. 1980. Hukum Hakim Rahardjo, Satjipto. 1991. Ilmu Hukum.
Pidana. Jakarta; Erlangga Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Ali, Mahrus. 2012. Dasar-Dasar Hukum Utrecht, E. 1958. Hukum Pidana I.
Pidana. Jakarta: Sinar Grafika Jakarta: Penerbit Universitas
Ali, Muhammad Daud. 1997. Hukum Zainuddin, Muslimin. 2011. Problematika
Islam, UUPA, dan Masalahnya, Hukuman Cambuk di Aceh. Banda
dalam Cik Hasan Bisri, Bunga Aceh: Dinas Syari’at Islam
Rampai Peradilan Agama di B. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Bandung : Ulil Albab Republik Indonesia. Undang-Undang
Press Dasar 1945
Arief, Barda Nawawi. 2015.
Perbandingan Hukum Pidana. ------------------------. Undang-Undang
Jakarta : Raja Grafindo Persada Darurat No. 1 Tahun 1951 tentang
Arief, Barda Nawawi dan Muladi. 2005. Tindakan-Tindakan Sementara
Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Untuk Menyelenggarakan
Bandung : Alumni Kesatuan Sususnan Kekuasaan
Audah, Jasser. 2015. Membumikan dan Acara Pengadilan-Pengadilan
Hukum Islam Melalui Maqashid Sipil
Syariah. Bandung: Mizan
------------------------.Undang - Undang No.
Atmasasmita, Romli. 2000.
44 Tahun 1999 tentang
Perbandingan Hukum Pidana.
Penyelenggaraan Keistimewaan
Bandung : Penerbit Mandar Maju
Provinsi Daerah Istimewa
Darwis, Ranidar. 2002. Pendidikan
Hukum dalam Konteks Sosial ------------------------.Undang – Undang
Budaya bagi Pembinaan No. 18 Tahun 2001 tentang
Kesadaran Hukum Warga Negara. Otonomi Khusus bagi Provinsi
Bandung : Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Aceh.
Indonesia UPI
Hanafi, Ahmad. 1993. Asas-Asas Hukum ------------------------.Kitab Undang-
Pidana Islam. Jakarta: PT. Bulan Undang Hukum Pidana
Bintang
Hiariej, Eddy. 2009. Asas Legalitas dan C. Jurnal
Penemuan Hukum Dalam Hukum
Pidana. Jakarta: Erlangga Anjari, W. 2015.“Eksistensi Hukum
Ihsan, Sehat. 2010. Adat dalam Pidana Adat (Delik Adat) dalam
Dinamika Politik Aceh. Banda Pembaharuan KUHP”. Jurnal
Aceh: Arti&Icaios Indigenious Law Review, Vol. 1,
Lamintang, P.A.F. 1984. Dasar-Dasar Maret 2015
Hukum Pidana Indonesia. Bandung Nurdin, Ridwan. 2018. “Kedudukan
: Sinar Baru Qanun Jinayat Aceh dalam Sistem
Hukum Pidana Nasional). Jurnal

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 27


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Miqpt, Vol. XLII, Np. 2, Juli-


Desember 2018
Nurhadianto, Fajat. 2015. “Sistem
Hukum dan Posisi Hukum
Indonesia”. Jurnal TAPIs, Vol. 11,
No. 1, Januari-Juni 2015
Kamarusdiana. 2016. “Qanun Jinayat
Aceh Dalam Perspektif Negara
Hukum Indonesia”. Jurnal Ahkam:
Vol. XVI, No. 2, Juli 2016
Mulyadi, L. 2014. “Eksistensi Hukum
Pidana Adat di Indonesia :
Pengkajian Asas, Norma, Teori,
Praktek, dan Prosedurnys,” Jurnal
Hukum dan Peradilan, Vol. 2, No. 2,
Juli 2014
Putuhena. 2014. “Politik Hukum
Perundang-Undangan:
Mempertegas Reformasi Legislasi
Yang Progresif.” Jurnal
Rechvinding, Vol. 2, No. 3,
Desember 2014
Tabiu & Hiariej. 2016. “Pertentangan
Asas Legalitas Formil dan Materiil
dalam Rancangan Undang-
Undang KUHP,” Jurnal Penelitian
Hukum, Vol. 2, No. 1

D. Publikasi Lainnya

http://kbbi.web.id/sistem, yang diakses


pada Rabu, 24 April 2019 pukul
12.34 WIB
Deddym Ismatullah. Materi Kuliah
Sejarah Sosial Hukum Islam,
tanggal 11 September 2007
Rachmat Syafe’I. Materi Kuliah Qanun
dan Syari’ah, tanggal 02 Oktober
2007

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 28


Paper Perbandingan Hukum Pidana
Indriyane Vera Natalia, 2019

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | 0

S-ar putea să vă placă și