0 evaluări0% au considerat acest document util (0 voturi)
33 vizualizări4 pagini
Dokumen tersebut membahas aspek etika dan hukum dalam profesi gizi. Ia menjelaskan tujuh bagian utama kode etik untuk ahli gizi yang mencakup kewajiban kepada klien, masyarakat, rekan sejawat, dan profesi itu sendiri. Dokumen juga menjelaskan sanksi yang diberikan kepada ahli gizi yang melanggar kode etika atau peraturan terkait profesi mereka.
Dokumen tersebut membahas aspek etika dan hukum dalam profesi gizi. Ia menjelaskan tujuh bagian utama kode etik untuk ahli gizi yang mencakup kewajiban kepada klien, masyarakat, rekan sejawat, dan profesi itu sendiri. Dokumen juga menjelaskan sanksi yang diberikan kepada ahli gizi yang melanggar kode etika atau peraturan terkait profesi mereka.
Dokumen tersebut membahas aspek etika dan hukum dalam profesi gizi. Ia menjelaskan tujuh bagian utama kode etik untuk ahli gizi yang mencakup kewajiban kepada klien, masyarakat, rekan sejawat, dan profesi itu sendiri. Dokumen juga menjelaskan sanksi yang diberikan kepada ahli gizi yang melanggar kode etika atau peraturan terkait profesi mereka.
1. Aspek etika gizi Etika (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, wata, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (Purwadarmita, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Menurut kamus kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam suatu profesi. Ahli gizi harus senantiasa bertakwa kepada Tuhan YME, berlandaskan pada pancasila, UUD 1945, AD-ART, dan kode etik profesi gizi. Adapun salah satunya adalah kode etika persatuan ahli gizi Indonesia (PERSAGI). Dimana diantaranya terdiri dari 7 bagian : 1. Prinsip-prinsip umum a. Ahli gizi berkewajiban untuk meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat. b. Ahli gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi, dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur, serta tidak mementingkan kepentingan pribadi. c. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya menurut ukuran yang tertinggi. d. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya dengan bersikap jujur, tulus, dan adil. e. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk senantiasa berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi, hendaknya secara objektif tanpa bisa individu dan mampu menunjukkan sumber rujukan yang benar f. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga bisa bekerjasama dengan pihak lain atan membuat rujukan bila diperlukan. 2. Kewajiban terhadap klien a. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu untuk senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atan dalam masyarakat umum. b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya, baik ketika klien masih atau sudah tidak berada dalan pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia. c. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, serta tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak melakukan pelecehan seksual. d. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, akurat terutama para klien yang menunjukkan tanda- tanda ada masalah gizi/gizi kurang. 3. Kewajiban terhadap masyarakat a. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi masyarakat umum, khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang keliru, dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi dan pangan, termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi yang faktual, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi, melakukan pemantauan atau pengukuran status gizi dalam masyarakat secara teratur dan berkesinambungan, sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gizi dalam masyarakat serta dapat merehabilitasi secara cepat pada masyarakat yang menderita masalah gizi. 4. Kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja a. Ahli gizi ketika melakukan promosi gizi dalam rangka meningkatkan dan memelihara status gizi optimal dari masyarakatnya, berkewajiban untuk senantiasa bekerjasama, melibatkan, dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja dalam masyarakat. b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan organisasi atau disiplin ilmu/profesional sejenis atau bukan sejenis, yang terkait dengan upaya peningkatan status gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat. c. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa loyal dan taat asas diorganisasi tempat dimana ahli gizi diperkerjakan. 5. Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri a. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. b. Ahli gizi berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri dan memaksa orang lain melanggar hukum. c. Ahli gizi berkewajiban untuk memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar mampu bekerja dengan baik. d. Ahli gizi berkewajiban untuk melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang. e. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan sepengetahuan klien/masyarakat. 6. Penetapan pelanggaran a. Ahli gizi berkewajiban untuk mendukung dan menunjukkan standar kualitas yang tinggi dalam menjalankan praktik profesinya, dan tidak diperbolehkan melecehkan tanggungjawabnya dalam melindungi klien, masyarakat, dan profesinya dalam menerapkan kode etik, serta selalu melaporkan jika menemui hal-hal yang bertentangan dengan kode etik melalui organisasi profesi. b. Ahli gizi dalam melakukan praktik profesi gizi dapat dicabut sertifikasinya jika : - Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak pada kegiatan praktiknya. - Diputuskan oleh pengadilan terlibat dalam tindak pidana, atau secara mental dinyatakan sudah tidak mampu. - Mendapat gangguan emosi dan mental yang mempengaruhi praktik pelayanannya, yang dapat membahayakan klien atau orang lain. c. Ahli gizi dalam menjalankan praktik profesinya harus mengikuti dalam melengkapi semua persyaratan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan profesionalismenya dan menunjukkan sikap disiplin dalam kondisi sebagai berikut : - Tidak terlibat tindakan kriminal menurut undang-undang yang berlaku. - Mematuhi semua disiplin dan peraturan yang berlaku. - Patuh pada semua aturan organisasi, hukum, dan pemerintah. 7. Kekuatan kode etik a. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas dasar prinsip bahwa organisasi profesi bertanggungjawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya. b. Kode etik ini berlaku setelah disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
Referensi :
Bakri-Bachyar-Mustafa-Annasari. Etika dan Profesi Gizi. Yogyakarta: (Graha