Sunteți pe pagina 1din 6

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa
tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi,
yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu,
pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak
tersedia (Kemenkes RI, 2014). Menurut American Heart Association {AHA},
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah
mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit
analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia
menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar
252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu
kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya
melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%)
dan prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
(Kemenkes.RI, 2014).
Salah satu fenomena yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat
ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer yang dimana gejala
dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala
penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk,
mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan. (Kemenkes.RI, 2014). Apabila penyakit ini
tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian
dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive
heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung [ CITATION
Rah09 \l 1057 ].
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke). (Kemenkes RI, 2014).
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya pengurangan resiko
naiknya tekanan darah dan pengobatannya. Dalam penatalaksanaan hipertensi
upaya yang dilakukan berupa upaya farmokologis (obat-obatan) dan upaya
nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup). Beberapa pola hidup sehat yang
dianjurkan oleh banyak guidelines (pedoman) adalah dengan penurunan berat
badan, mengurangi asupan garam, olah raga yang dilakukan secara teratur,
mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok. Dalam penatalaksanaan
hipertensi perawat memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit penderita
dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko dari sakit
yang diderita. Perawat mempunyai peran sebagai educator tentang informasi
hipertensi dalam menambah pengetahuan pasien dan dapat membentuk sikap
yang positif agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga
komplikasi dapat dicegah [ CITATION Net18 \l 1057 ].
Beberapa intervensi yang bisa dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
Hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala)
adalah dengan menggunakan terapi berupa pelatihan relaksasi. Terapi relaksasi
di sini tidak dimaksudkan untuk mengganti terapi obat yang selama ini
digunakan penderita hipertensi, terapi ini hanya membantu untuk
menimbulkan rasa nyaman atau relaks. Dalam keadaan relaks, tubuh melalui
otak akan memproduksi endorphrin yang berfungsi sebagai analgesik alami
tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik). Selain itu,
dalam keadaan relaks tubuh akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatetis
yang berfungsi untuk menurunkan detak jantung, laju pernafasan dan tekanan
darah [ CITATION Ind13 \l 1057 ].
Selain menggunakan teknik tersebut, intervensi lain yang bisa dilakukan
perawat adalah dengan menganjurkan pasien mengkonsumsi madu, tujuannya
adalah sebagai obat alternatif oleh kebanyakan orang sebagai pengobatan alami
berbagai penyakit, madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek
kolinergik yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan menurunkan
tekanan darah Madu memiliki ciri-ciri kimia yang menarik, madu memiliki
rasa yang berbeda dari pada gula dan pemanis lainnya. Kebanyakan
mikroorganisme tidak bisa berkembang di dalam madu karena rendahnya
aktivitas air[ CITATION Nan18 \l 1057 ]. Sehingga diharapkan dengan berbagai
macam intervensi keperawatan yang diberikan, maka masalah keperawatan pada
Hipertensi dapat diatasi.
Berdasarkan uraian diatas, didapatkan bahwa masalah keperawatan gangguan
rasa nyaman (Nyeri kepala) memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
kondisi pasien Hipertensi. Maka, untuk mengatasi masalah keperawatan penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus terhadap penyakit Hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Hipertensi dengan
Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala)?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Hipertensi dengan
Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala).

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit
Hipertensi dengan Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala)
dalam konteks Ilmu Keperawatan Medikal Bedah.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dan wawasan tambahan bagi penulis tentang
penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Hipertensi dengan
Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala). Serta memberikan
pengalaman dan kesempatan untuk mengaplikasikan metodologi riset
keperawatan secara langsung pada tatanan praktik.
b. Bagi Klien
Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi
klien, meningkatkan kualitas kesehatan klien, serta memberikan pengetahuan
kepada klien dan keluarga dengan memberikan penyuluhan tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien Penyakit Hipertensi dengan Masalah Keperawatan
gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala)
c. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi bagi
pihak rumah sakit tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Hipertensi
dengan Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala), sehingga
pihak rumah sakit dapat meningkatkan kinerja pelayanan yang lebih baik dalam
memberikan asuhan keperawatan, untuk menunjang keselamatan dan
meningkatkan angka kesembuhan pasien dengan jumlah hari rawat yang minimal
setelah diberikan pelayanan yang berkualitas.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang
serupa tentang tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Hipertensi
dengan Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman (Nyeri kepala).
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes.RI (2014) ‘Pusdatin Hipertensi’, Infodatin. doi:


10.1177/109019817400200403.

Kemenkes RI (2014) ‘Hipertensi’, Pusat Data Dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI.

Damayantie, N., Heryani, E. & Muazir, 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku penatalaksanaan Hipertensi oleh penderita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018. Jurnal Ners
dan Kebidanan, 5(3), pp. 224-232.

Daulay, N. M. & Simamora, F. A., 2018. Pengaruh Jus Buah Mengkudu Dan
Madu Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA, 3(2), pp. 38-46.

Rahajeng, E. & Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di


Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(12), pp. 580-587.

Sulistyarini, I., 2013. Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah. Jurnal
psikologi, 40(1), pp. 28-38.

S-ar putea să vă placă și