Sunteți pe pagina 1din 4

Mengenal Khiyar Majlis di Pasar

By Ustadz Ammi Nur Baits - Jun 17, 2019

Ilustrasi

Mengenal Khiyar Majlis di Pasar


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebelum kita membahas khiyar majlis, terlebih dahulu kita akan memahami hak khiyar.

Di dalam buku ensiklopedi Fiqh Islam disebutkan definisi khiyar,

ْ ِ َ‫ُﻫ َﻮ َﺣﻖ ْاﻟﻌ‬


ِ ‫ ِﻟ ُﻈ ُﻬ‬، ‫ﺎﻗ ِﺪ ِﻓﻲ َﻓ ْﺴ ِﺦ اﻟﻌَ ْﻘ ِﺪ ا ْو ا ْﻣ َﻀﺎ ِﺋ ِﻪ‬
‫ﻮر ُﻣ َﺴﻮ ٍغ َﺷ ْﺮ ِﻋﻲ ا ْو‬

ٍ ‫ِﺑ ُﻤ ْﻘﺘَ َﻀﻰ اﺗ َﻔ‬


‫ﺎق ﻋَ َﻘ ِﺪي‬

“Hak pelaku akad untuk membatalkan atau melanjutkan akad disebabkan alasan yang syar’i atau karena ada
kesepakatan ketika akad.” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 20/41).

Berdasarkan definisi di atas, ada beberapa catatan yang bisa kita simpulkan,
[1] Bahwa hak khiyar melindungi semua pelaku akad, yang mencakup penjual dan pembeli. Sehingga hak khiyar
tidak hanya melindungi pembeli semata, tapi juga penjual.

[2] Hak khiyar adalah turunan dari akad, dalam arti di mana ada akad jual beli maka di situ ada hak khiyar. Karena
itu, tidak ada hak khiyar tanpa akad jual beli.

[3] Hak khiyar ada karena dua alasan:

(a) Sebab yang diizinkan oleh syariat, seperti masih di majlis akad atau adanya aib atau sebab dibodohi.
(b) Karena kesepakatan pelaku akad, seperti hak khiyar syarat.

[4] Khiyar hanya berlaku untuk akad yang lazim (mengikat kedua pihak). Sementara akad yang jaiz (bisa
dibatalkan sepihak), tidak berlaku khiyar.
Ibnu Hubairah – ulama Hambali w. 560 H,

‫ واﻟﻤﻀﺎرﺑﺔ‬،‫ واﻟﻮﻛﺎﻟﺔ‬،‫واﺗﻔﻘﻮا ﻋﻠﻰ أن ﺧﻴﺎر اﻟﻤﺠﻠﺲ ﻻ ﻳﺜﺒﺖ ﻓﻲ اﻟﻌﻘﻮد اﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﻏﻴﺮ ﻻزﻣﺔ ﻛﺎﻟﺸﺮﻛﺔ‬

Ulama sepakat bahwa khiyar majlis tidak berlaku untuk akad yang tidak lazim (mengikat), seperti syirkah,
wakalah atau mudharabah. (Ikhtilaf al-Aimmah, Ibnu Hubairah, 1/350).

Hak Khiyar Majlis


Selanjutnya, di bagian ini kita akan membahas khusus mengenai hak khiyar majlis.

Khiyar majlis adalah hak khiyar bagi pelaku akad untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi selama
keduanya masih berada di majlis akad.

Keberadaan hak khiyar majlis telah dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﺎر ِﻣ ْﻦ ﺑ َْﻴ ِﻌ ِﻪ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﻳَ ﺘَ َﻔﺮ َﻗﺎ‬ ْ ِ ‫ﺎن ِﺑ ْﺎﻟ َﺒ ْﻴ ِﻊ َﻓﻜُﻞ َو‬ ْ


ِ ‫اﺣ ٍﺪ ِﻣﻨ ُْﻬ َﻤﺎ ِﺑﺎﻟ ِﺨ َﻴ‬ ِ َ‫ا َذا َﺗ َﺒﺎﻳَ ﻊَ اﻟ ُﻤﺘَ َﺒ ِﺎﻳﻌ‬
Jika ada dua orang yang melakukan akad jual beli, maka masing-masing memiliki hak khiyar dalam akad jual beli
yang mereka lakukan, selama mereka belum berpisah. (HR. Muslim 3935)

Dalam riwayat lain, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ﺎر َوﻻَ ﻳَ ِﺤﻞ ﻟَ ُﻪ ا ْن‬ َ ُ‫ﺎر َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﻳَ ْﻔﺘَ ِﺮ َﻗﺎ اﻻ ا ْن َﺗﻜ‬ ْ ْ


ٍ ‫ﻮن َﺻ ْﻔ َﻘ َﺔ ِﺧ َﻴ‬ ِ ‫ﺎن ِﺑﺎﻟ ِﺨ َﻴ‬
ِ َ‫اﻟ ُﻤﺘَ َﺒ ِﺎﻳﻌ‬
‫ﺎﺣ َﺒ ُﻪ َﺧ ْﺸ َﻴ َﺔ ا ْن ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻘﻴﻠَ ُﻪ‬
ِ ‫ﺎر َق َﺻ‬ ِ ‫ﻳُ َﻔ‬
Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar selama mereka belum berpisah. Kecuali jika ada perpanjangan khiyar. Dan
tidak halal baginya untuk meninggalkan lawan akadnya, karena khawatir akad dibatalkan. (HR. Nasai 4500, Abu
Daud 3458 dan dihasankan al-Albani)

Dalam hadis yang kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut ‘tidak halal’ bagi orang yang tidak
memberikan hak khiyar majlis. Ini menunjukkan bahwa khiyar majlis hukumnya wajib.

Batasan Khiyar Majlis


Apa batasan masa khiyar majlis, apakah selama masih di sekitar pasar ataukah selama masih bertatap muka
antara penjual dan pembeli?
Jawabannya: batasan khiyar majlis adalah selama penjual dan pembeli masih bertatap muka. Karena ketika
sudah berpisah badan, berarti sudah disebut berpisah secara makna bahasa.

Al-Wazir Ibnu Hubairah menjelaskan mengenai makna ‘berpisah’ untuk khiyar majlis,

‫واﻟﺘﻔﺮق ﻓﻲ اﻟﻠﻐﺔ ﻻ ﻳﺤﻤﻞ إﻻ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻔﺮق ﺑﺎﻷﺑﺪان‬

Berpisah secara bahasa tidak memiliki makna selain berpisah secara fisik. (al-Ifshah, 4/127).

Dan seperti inilah yang dipahami sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, selaku sahabat yang meriwayatkan
hadis tentang Khiyar Majlis.

Nafi’ – menantunya Ibnu Umar – menceritakan,

ِ ‫اﺷﺘَ َﺮى َﺷ ْﻴﺌًﺎ ﻳُ ﻌْ ِﺠ ُﺒﻪُ َﻓﺎ َر َق َﺻ‬


ُ‫ﺎﺣ َﺒﻪ‬ ْ ‫َوﻛَﺎنَ اﺑْﻦُ ﻋُ َﻤ َﺮ ا َذا‬

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika membeli sesuatu yang beliau sukai, maka (selesai akad) beliau segera
tinggalkan penjualnya. (HR. Bukhari 2107)

Dalam riwayat lain, Nafi’ mengatakan,

‫ﺎم َﻓ َﻤ َﺸﻰ ُﻫﻨَﻴ ًﺔ ُﺛﻢ َر َﺟﻊَ اﻟَ ْﻴ ِﻪ‬


َ ‫ﻼ َﻓﺎ َرادَ ا ْن ﻻَ ﻳُ ِﻘﻴﻠَ ُﻪ َﻗ‬ َ َ ‫َﻓﻜ‬
ً ‫ﺎن ا َذا ﺑَﺎﻳَ ﻊَ َر ُﺟ‬

Ibnu Umar ketika melakukan transaksi dengan seseorang, dan beliau ingin agar tidak dibatalkan (mengikat)
maka beliau berpindah sedikit, lalu kembali lagi ke penjual. (HR. Muslim 3935).

Ketika si A dan si B melakukan akad di pasar, mereka saling bertemu. Ketika akad sudah deal dilakukan, lalu si A
berpindah ke penjual sampingnya, maka akad menjadi mengikat, karena khiyar majlis sudah tidak berlaku.
Konsekuensi akad yang mengikat (lazim), akad itu tidak bisa dibatalkan sepihak.

Hikmah Adanya Khiyar Majlis


Apa hikmah khiyar majlis diwajibkan dalam setiap akad?

Banyak kejadian orang melakukan akad tanpa pikir panjang. Sehingga bisa jadi setelah akad, dia menyesal,
karena mereka rugi. Islam memberikan hak khiyar majlis, untuk mengindari peluang penyesalan semacam ini.
Agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Ibnul Qoyim menjelaskan hikmah adanya Khiyar Majlis,

‫وﺳﻼﻣﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ أﺛﺒﺖ ﺧﻴﺎر اﻟﻤﺠﻠﺲ ﻓﻲ‬ ‫إن اﻟﺸﺎرع ﺻﻠﻮات ا‬
‫اﻟﺒﻴﻊ ﺣﻜﻤﺔ وﻣﺼﻠﺤﺔ ﻟﻠﻤﺘﻌﺎﻗﺪﻳﻦ وﻟﻴﺤﺼﻞ ﺗﻤﺎم اﻟﺮﺿﻲ اﻟﺬي ﺷﺮﻃﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
‫ﻓﻴﻪ ﻓﺈن اﻟﻌﻘﺪ ﻗﺪ ﻳﻘﻊ ﺑﻐﺘﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﺮو وﻻ ﻧﻈﺮ ﻓﻲ اﻟﻘﻴﻤﺔ ﻓﺎﻗﺘﻀﺖ‬
‫ﻣﺤﺎﺳﻦ ﻫﺬه اﻟﺸﺮﻳﻌﺔ اﻟﻜﺎﻣﻠﺔ أن ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻌﻘﺪ ﺣﺮﻳﻤﺎ ﻳﺘﺮوى ﻓﻴﻪ اﻟﻤﺘﺒﺎﻳﻌﺎن‬
‫وﻳﻌﻴﺪان اﻟﻨﻈﺮ وﻳﺴﺘﺪرك ﻛﻞ واﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻋﻴﺒﺎ ﻛﺎن ﺧﻔﻴﺎ‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan khiyar majlis dalam transaksi jual beli, karena ada hikmah
dan maslahat bagi pelaku akad. Agar terjadi keridhaan yang sempurna seperti yang Allah sebutkan dalam al-
Quran Karena akad terkadang terjadi secara tiba-tiba tanpa pikir panjang mengenai harganya sehingga bagian
Quran. Karena akad terkadang terjadi secara tiba tiba tanpa pikir panjang mengenai harganya, sehingga bagian
dari kebaikan syariah yang sempurna ini, adanya jeda agar masing-masing pelaku akad bisa merasa puas,
mempertimbangkan ulang, sehingga masing-masing mengetahui aib yang tersembunyi. (I’lam al-Muwaqqi’in,
3/164)

Dalam artikel yang ditulis oleh Dr. Ali Abdullah dan Dr. Ahmad Syahdah disebutkan,

‫إن اﻟﺤﺎﺟﺔ – وﻫﻲ ﻣﻤﺎ ﺟﺎءت اﻟﻌﻘﻮد ﻟﺘﻠﺒﻴﺘﻬﺎ وإﺷﺒﺎﻋﻬﺎ – داﻋﻴﺔ ﻹﺛﺒﺎت‬
‫ﻫﺬا اﻟﺨﻴﺎر؛ ذﻟﻚ أن ﻛﻼ ﻣﻦ اﻟﻤﺘﻌﻘﺪﻳﻦ ﻗﺪ ﻳﻘﺒﻼن ﻋﻠﻰ اﻟﺒﻴﻊ ﺑﻐﺘﺔ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ‬
‫ ﻓﻠﻮ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﻠﺰوم اﻟﻌﻘﺪ ﺑﻤﺠﺮد‬،‫ﺗﺮو؛ ﻓﻴﺤﺼﻞ ﻟﻬﻤﺎ اﻟﻨﺪم ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻋﻘﺪاه‬

‫اﻹﻳﺠﺎب واﻟﻘﺒﻮل ﻟﺘﻀﺮرا ﻣﻦ ذﻟﻚ؛ ﻓﻨﺎﺳﺐ أن ﻳﺸﺮع ﺧﻴﺎر اﻟﻤﺠﻠﺲ ﻟﻜﻞ‬


‫ﻣﻨﻬﻤﺎ دﻓﻌﺎ ﻟﻠﻀﺮر‬

Pertimbangan kebutuhan – yang merupakan tujuan besar dilakukannya akad – sangat mendesak untuk
menetapkan keberadaan khiyar ini. karena masing-masing pelaku akad, bisa jadi menyetujui akad jual beli secara
tiba-tiba dan tidak berfikir panjang. Sehingga mereka menyesali akad yang mereka lakukan. Jika kita nyatakan
bahwa akad itu mengikat hanya dengan ijab qabul, tentu akan merugikan mereka. Sehingga sangat sesuai ketika
disyariatkan adanya khiyar majlis bagi masing-masing untuk menghindari hal yang merugikan. (Majallah as-
Syariah wal Qanun, hlm 201)

Demikian, semoga bermanfaat.

Allahu a’lam.

Sumber: Buku Pasar Muslim & Dunia Makelar

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID
NETWORK
KONFIRMASI DONASI hubungi: 087-738-394-989

Ustadz Ammi Nur Baits


http://yufid.org

Ustadz Ammi Nur Baits Beliau adalah Alumni Madinah International University, Jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh. Saat ini, beliau aktif
sebagai Dewan Pembina website PengusahaMuslim.com, KonsultasiSyariah.com, dan Yufid.TV, serta mengasuh pengajian di
beberapa masjid di sekitar kampus UGM.

S-ar putea să vă placă și