Sunteți pe pagina 1din 18

Askep Low Back Pain (LBP) akibat Ergonomi

1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah,
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang
ada kapanpun orang tersebut mengatakannya.
Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh terdesaknya
para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral
pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada daerah lumbasakral dan sakroiliakal atau pada diskus intervertebralis umumnya
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki.
Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul
secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai
bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai.

2. Etiologi
Penyebab low back pain bermacam-macam dan multifaktor. Diantaranya adalah:
1. Kelainan kongenital
a) Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu (in utero)
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada spondilolitesis, korpus
vertebrae itu sendiri (biasanya L5) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi masih berada dalam kandungan, namun (oleh karena
timbulnya kelainan-kelainan degeneratif) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan
nyeri pinggang. Nyeri ini dapat berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan
bertambah parah jika penderita berdiri atau berjalan.
b) Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis,
yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
c) Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini merupakan penyakit
sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa
nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi sendi tulang
belakang.
2. Trauma dan gangguan mekanis
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak
melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Adanya fraktur pada
salah satu prosesus tranversus pada orang-orang yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu
dipaksakan juga dapat menjadi penyebab nyeri pinggang bagian bawah (low back pain). Selain
itu pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat mengganggu keseimbangan
statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga dapat timbul nyeri pinggang.
3. Radang (inflamasi)
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinoval pada vertebra. Artritis rematoid
merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
4. Tumor (neoplasma)
Tumor vertebra dan medulla spinalis dapat jinak ataupun ganas. Pada tumor jinak dapat
mengenai tulang atau jaringan lunak yang menimbulkan nyeri yang menetap. Sifat nyeri pada
tumor ganas lebih hebat daripada tumor jinak.
5. Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan
nyeri pada pinggang yang dapat disebabkan oleh karena kekurangan protein ataupun oleh
gangguan hormonal misalnya menupause.
6. Psikis
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejalan low back pain, misalnya
ansietas yang dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri, misalnya di kuduk
atai di pinggang. Rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan ansietas
dan di ikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.
3. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi
nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif.
Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya
pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf
ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah lokal, sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak
lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis
paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan
nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap
transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat
dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi
sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit
diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan
otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum
tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat
berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai
akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia
akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita
stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi
dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

4. Manifestasi Klinis
1. Perubahan dalam gaya berjalan
a) Berjalan terasa kaku
b) Tidak bias memutar punggung
c) Pincang
2. Persyarapan
a) Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada
daerah yang tidak dirangsang.
b) Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3. Nyeri
a) Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan
b) Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit
c) Nyeri otot dalam
d) Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki
e) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis
f) Nyeri pada pertengahan bokong
g) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Fungsi lumbal
Untuk mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air, kekuningan/xantokram, keruh),
adanya kesan sumbatan atau hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau parsial,
jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
2. Foto rontgen
Untuk mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus,
juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis, bamboo spine destruksi vertebra, HNP
3. Computed tomografhy ( CT )
Berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak
tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
4. Ultrasonography
Dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
5. Magneting resonance imaging ( MRI )
Memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
6. Meilogram dan discogram
Untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
7. Venogram efidural
Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya
pergeseran vena efidural.
8. Elektromiogram (EMG)
Digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati).

6. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu
dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan
matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian
rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf
lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya
atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal
diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis.
Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi.
Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan
penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
b. Medika mentosa
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik
digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk
membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat
antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
c. Fisioterapi
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas,
kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan
kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan
masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang
timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan
akibat pembengkakan pada stadium akut.
d. Psikoterapi
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam
timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi, hyprosis
maupun biofeedback training.
e. Akupuntur
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras
mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup gerbang
nyeri.
f. Terapi operatic
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan spingter.
g. Latihan
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk keadaan,
dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah herniasi diskus.

7. Pencegahan
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan
keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbosacral, otot gluteal, paha dan
sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka
diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat. Hampir dari
90% penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan LBP merupakan keluhan
nomor dua yang sering muncul setelah keluhan pada gangguan system pernafasan.
Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP tidak
diketemukan penyebabnya yang jelas (Croft, 1999). Croft juga menyebutkan bahwa 90% klien
dengan LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun nyerinya masih
terasa.
Low back pain dikatagorikan sebagai akut (kurang dari 12 minggu), sub akut (6-12
minggu) dan kronik (lebih dari 12 minggu). Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan
ligament dan otot yang diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu.
Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur dan memiliki
kekuatan otot perut yang buruk.
Berikut ini akan diuraikan cara pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi
nyeri apabila LBP telah terjadi.
a) Latihan Punggung Setiap Hari
b) ) Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut
dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi
pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
c) Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah
beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
d). Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai.
Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu
setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
a) Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.
b) Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
c) Peganglah benda dekat perut dan dada
d) Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
e) Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
a) Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
b) Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut
sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang
diperlukan.
c) Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki
secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.
d) Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.
e) Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi
4. Tetaplah aktif dan hidup sehat
a) Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak
rendah
b) Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan
buah untuk mencegah konstipasi.
c) Tidurlah di kasur yang nyaman.
d) Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

8. Masalah Ergonomi yang dapat Menyebabkan Low Back Pain


Ergonomi sebagai ilmu, tekhnologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja
dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan
gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang
kerja (low back pain).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOW BACK PAIN

1 Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama :Ny. M
b. Umur : 1/07/1957
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Pekerjaan : ibu rumah tangga
e. Suku : Aceh/Indonesia
f. alamat : Gampa
2. Keluhan utama :
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan,
nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
3. Lingkungan Pekerjaan
a) Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya duduk terlalu lama dan jenis pekerjaan
yang mengangkat beban berat misalnya kuli pasar yang mengangkat beban di bahunya lebih dari
25kg sehari akan memperbesar timbulnya keluhan nyeri pinggan (low back pain).
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama
adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh
selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
b) Aktifitas fisik
Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah aktivitas fisik yang
berlebihan, seperti ; mengangkat benda/beban berat, membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat
saat beraktivitas, seperti; naik tangga, duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan
keluar dari mobil, bak mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras, membungkukkan
badan ke depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan yang berlebihan.
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti
duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang, misalnya; pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang
tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggungnya pada waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi
tidur yang salah seperti tidur pada kasur kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi
menggangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan
posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasan, beberapa aktivitas berat
seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan
aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak
tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
c) Olahraga
Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah tempat. Porsi latihan
yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap orang memiliki batas gerak tubuh yang
berbeda. Gerak otot dan tulang yang terlalu di forsir dapat menyebabkan cedera otot dan
persendian.
d) Vibrasi
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh manusia, khususnya
terhadap orang-orang di dalamnya. Selain dari kuitantitas frekuensi yang juga berpengaruh
adalah intensitas, arah, serta durasi getaran. Secara biologis, tubuh manusia terdiri dari massa
yang tidak homogen serta berupa sistem yang non-linier. Dalam hal ini, frekuensi getaran bebas
sebesar 4 sampai 5 Hz-lah yang paling banyak pengaruhnya.
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding perut dan dada,
serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut. Akibat getaran yang terus-menerus dan
tak tertahankan, seorang bisa menderita nyeri kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot,
dan jaringan ikat di bagian punggung.

4. Pemeriksaan Fisik
a) Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara duduk
yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b) Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi
kelateral kanan dan kiri.
c) Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan
sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur).
d) Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping
tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri
(spurling sign).
e) Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.

5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a) Aktivitas dan istirahat
 Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam
waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter
pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
 Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan
b) Eliminasi
 Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c) Integritas Ego
 Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
 Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d) Neurosensori
 Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
 Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme
pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e) Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher,
nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten;
nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
 Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang
terkena, nyeri pada palpasi.
f) Keamanan
  Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi .

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi, kompresi syaraf).
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan
sendi, kontraktur.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
No INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan 1. Selidiki keluhan nyeri, 1. Untuk membantu dalam
dengan agen injuri (trauma perhatikan lokasi, itensitas pengkajian pasien dan untuk
jaringan, inflamasi, kompresi nyeri, dan skala menentukan intervensi yang
syaraf). dapat dilakukan
2. Intervensi dini pada kontrol
Tujuan: 2. Anjurkan pasien untuk nyeri memudahkan pemulihan
Setelah dilakukan tindakan melaporkan nyeri segera saat otot dengan menurunkan
keperawatan selama 2 x 24 jam mulai tegangan otot
nyeri dapat berkurang atau 3. Respon autonomik meliputi,
hilang. perubahan pada TD, nadi, RR,
3. Pantau tanda-tanda vital yang berhubungan dengan
Kriteria Hasil: penghilangan nyeri
 Klien dapat mengungkapakan 4. Dengan sebab dan akibat
nyeri yang dirasakan berkurang nyeri diharapkan klien
atau hilang berpartisipasi dalam perawatan
 Klien tidak menyeringai 4. Jelaskan sebab dan akibat untuk mengurangi nyeri
kesakitan nyeri pada klien serta 5. Mengurangi nyeri yang
 Klien dapat melaporkan keluarganya diperberat oleh gerakan
kebutuhan istirahat tidur 6. Menurunkan tegangan otot,
tercukupi meningkatkan relaksasi, dan
 TTV dalam batasan normal 5. Anjurkan istirahat selama meningkatkan rasa kontrol dan
 Intensitas nyeri berkurang fase akut kemampuan koping
(skala nyeri berkurang 1-10) 6. Anjurkan teknik distruksi dan7. Memberikan dukungan (fisik,
 Menunjukkan rileks, istirahat relaksasi emosional, meningkatkan rasa
tidur, peningkatan aktivitas kontrol, dan kemampuan
dengan cepat koping)
8. Menghilangkan atau
mengurangi keluhan nyeri klien
7. Berikan situasi lingkungan
yang kondusif

8. Kolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian medikasi
sesuai indikasi
2. Kerusakan mobilitas fisik 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Dasar untuk memberikan
berhubungan dengan nyeri, klien yang masih ada alternatif dan latihan gerak
kerusakan muskuloskeletal, yang sesuai dengan
kekakuan sendi, kontraktur. kemampuannya
2. Tingkat aktifitas tergantung
Tujuan: 2. Evaluasi pemantauan tingkat dari perkembangan atau
Setelah dilakukan tindakan inflamasi atau rasa sakit resolusi dari proses inflamasi
keperawatan selama 4 x 24 jam 3. mempertahankan fungsi
klien dapat mobilisasi dengan sendi, kekuatan otot
adekuat. 3. Bantu dengan rentang gerak 4. untuk mengetahui tingkat
aktif atau pasif perkembangan pasien dan
Kriteria Hasil: 4. Observasi atau kaji terus dapat menentukan intervensi
 Klien dapat kemampuan gerak motorik dan yang tepat bagi pasien
mendemonstrasikan tekhnik keseimbangan pasien 5. Menghilangkan tekanan pada
atau perilaku yang jaringan dan meningkatkan
memungkinkan melakukan 5. Rubah posisi dengan sering sirkulasi.
aktifitas. dengan personal cukup 6. Untuk menghindari cedera
 Klien dapat melakukan 6. Berikan lingkungan yang
mobilitas secara bertahap. nyaman misal alat bantu 7. Dengan adanya motivasi dari
 Penampilan seimbang. 7. Anjurkan keluarga klien keluarga, pasien akan merasa
 Klien mampu berpindah untuk melatih dan memberi lebih dekat dan nyaman dengan
tempat tanpa bantuan. motivasi keluarga terdekatnya
8. Posisi yang nyaman dapat
mengurangi rasa nyeri pada
8. Buat posisi seluruh pasien.
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman dengan
memberikan penyangga pada
lekukan lekukan sendi serta
pastikan posisi punggung lurus
PENUTUP

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya
para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral
pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi inter vertebra
dan kaki yang tidak sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung
akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan
lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC

Noname. 2010. Askep Asuhan Keperawatan LBP Low Back Pain. http://www.
kapukonline.com/2010/02/askeplowbackpainlbp.html. diakses tanggal 04 Desember 2012 jam
13.10 WIB

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktis. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN LOW BACK PAIN
DI RUANG RAWAT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
CUT NYAK DHIEN MEULABOH

NAMA MAHASISWA : ENDANG PRIHATIN

NIM : 18901017

RUANG : RAWAT SARAF

TANGGAL PRAKTIK : 22-27/08-2019

PEMBIMBING : Ns.RIZKI ANDRIYANI, M.KEP

BERKAS YANG DIKUMPULKAN :

1. Laporan Pasien Kelolaan di Ruang Saraf


2. Absensi
3. Lookbook Kegiatan
4. Lembar Topik Bimbingan di Ruang Saraf

HARI PENYERAHAN :

PENERIMA :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA SERAMOE BARAT MEULABOH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2019

S-ar putea să vă placă și