Sunteți pe pagina 1din 26

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tuntutan kualitas pelayanan keperawatan secara global yang melibatkan
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari perawat merupakan suatu dasar
pemikiran untuk peningkatan pengorganisasian asuhan keparawatan yang
professional. Sistem pengorganisasian keperawatan profesional yang mampu
memberikan suatu menejemen asuhan yang secara holistic berdasarkan
kebutuhan, namun tetap berorientasi pada tugas dan mutu asuhan adalah Model
Praktek Keperawatan Profesional Primer.

Model keperawatan ini merupakan upaya untuk membentuk suatu kerangka yang
jelas bagi konsep keperawatan dan untuk menggambarkan hubungan antara
perawat, klien dan lingkungan kesehatannya dengan menggunakan langkah
melalui pengkajian dan menetukan masalah keperawatan , merencanakan asuhan,
implementasi dan mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan tersebut. Selain
itu Keperawatan Primer menempatkan seorang perawat berkualitas untuk
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas kualitas asuhannya kepada klien.

Realitas penerapan model ini pada lahan klinik masih menghadapi banyak
kendala seperti belum adanya sumber daya manusia yang berkualitas/memenuhi
kriteria perawat professional, sarana dan prasarana serta kebijakan dalam tatanan
pelayanan kesehatan yang masih belum sepenuhnya berpihak pada dunia
keperawatan. Dalam kondisi seperti ini tidak bijak kiranya kalau kendala tersebut
hanya dijadikan sebagai pengulur waktu perkembangan keperawatan, kita harus
mencoba untuk melangkah mulai sekarang dengan segala kekurangan dari pada
tidak sama sekali. Untuk itu perlu dilaksanakan uji coba MPKP Primer yang lebih
pro aktif dalam mensikapinya, seperti pada pelaksanaan Praktek Klinik
Manajemen Keperawatan yang dilakukan Mahasiswa S1 Keperawatan di Ruang
Bedah G dalam rangka proses pembelajaran dan pemacu perubahan keperawatan
dalam sistem pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan pengelolaan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien di ruang rawat inap.
2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran praktek klinik manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa maampu menerapkan beberapa aspek dalam
pengelolaan pemberian pelayanan/asuhan keperawatan, yaitu :
a. pengumpulan data/ analisa situasi
b. perencanaan
c. pengorganisasian
d. pengelolaan staff
e. pengarahan
f. pengawasan

3. Alokasi Waktu dan Tempat


Penyelanggaraan praktek klinik manajemen keperawatan oleh kelompok 1b
Gerbong ke III ini di Ruang G II RSUD dr. Soetomo Surabaya yang di mulai
tanggal 1- 26 Oktober 2001

4. Pengorganisasian
Pembimbing : Nursalam, M.Nurs [Hons]
Purwaningsih, SKp
Siti Guntarlin, SKM
Sumiatun, SST
Obet Sugiono, SKM
I Made Saderu, AMK

Ketua : I Made Sukarja


Sekretaris : Erlina Suci Astuti
Bendahara : Eny Subiastutik
Anggota : Elok Kartiasmi
Hery Reonardo
Sri Wahyuni Awaludin
I Gusti Ayu Karnasih
5. Pendanaan
Pendanaan dalam penyelanggaraan pembelajaran klinik manajemen keperawatan
ini bersumber dari mahasiswa kelompok 1b yang dalam pengelolaannya
berdasarkan kebutuhan, akomodasi, kelengkapan pelaksanaan dan pelaporan.
PENGKAJIAN

1. Pengkajian Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja yang digunakan untuk penerapan proses manajerial
keperawatan dalam pembelajaran Manajemen Keperawatan Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan adalah ruang G II dengan kapasitas 9 buah tempat tidur.
Berdasarkan informasi statistik yang dihimpun penggunaan Bed Occupation Rate
(BOR) dalam satu bulan berkisar 88,9 – 100% dengan kasus bedah yang
ditangani adalah klien yang mengalami gangguan sistem gastrointestinal, trauma
kepala dan leher dengan tindakan medik utama pre dan post operatif.

Kondisi umum ruangan serta fasilitas fisik yang terdapat dalam ruang Bedah G II
adalah sebagai berikut

Gambar 1 : Denah ruang Bedah G II

Disamping terdapatnya ruangan di atas, klien dan keluarganya juga mendapatkan


fasilitas kamar kecil umum yang terletak sekitar 20 meter dibelakang ruang rawat
inap G II.

Ruang petugas kesehatan meliputi ruang kantor dan administrasi, ruang perawat
(nurse station), dan ruang tunggu/observasi yang terletak diantara ruang G I dan
ruang G II. Selain itu juga tersedia ruang ganti perawat (wanita dan pria) serta
kamar kecil khusus karyawan.
Peralatan perawatan kesehatan yang ada di rumah sakit (khusus ruang G I dan
G II) adalah sebagai berikut :
1). dressing chart 3 set
2). gunting plester 1 buah
3). sarung tangan 3 pasang
4). bengkok 2 buah
5). urinal 4 buah
6). pispot 2 buah

2. Pengkajian Tingkat Tenaga


Tingkat tenaga keperawatan yang teridentifikasi adalah :
1) Perawat yang bertanggung jawab di ruang Bedah G I dan G II rata-rata dua
orang dengan tingkat pendidikan Akademi Keperawatan dan Sekolah Perawat
Kesehatan dan yang ditunjuk sebagai ketua tim keperawatan ruang Bedah G II
adalah Bapak Agus Sugiarto.
2) Tujuh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
menyelesaikan Pendidikan Akedemik di PSIK-FK Unair
3) Input lain yang berkaitan dengan ketenagaan seperti arsip/catatan personalia,
evaluasi terhadap prestasi dan catatan kedisiplinan belum dapat dinilai secara
obyektif.

Berdasarkan hasil penyelenggaraan model praktek profesional yang


diselenggarakan kelompok sebelumnya, maka tampak adanya jumlah tenaga yang
lebih dari cukup dari tenaga yang dibutuhkan karena rata –rata kebutuhan tenaga
parawat setiap harinnya 2 oarng untuk shif pagi, 2 orang untuk shif sore dan
malam cukup 1 orang sehingga memungkinkan untuk diselenggarakan MPKP
dengan pertimbangan yang mengesampingkan kesiapan sarana yang menunjang
penyelenggaraan perawatan.

3. Analisa Penyelenggaraan Perawatan


Berdasarkan wawancara dan hasil evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan
perawatan dan praktek manajemen dari kelompok sebelumnya adalah sebagai
berikut :
1) Beberapa klien menyatakan kurang mendapatkan informasi tentang
masalah kesehatan yang dialaminya dan sistem pelayanan/orientasi di rumah
sakit
2) Sebagain besar klien belum mendapatkan penjelasan tentang prosedur
yang akan dilakukan
3) Sistem sentralisasi obat yang telah dilaksanakan pada sistem MPKP
terdahulu membuat klien puas dengan tindakan tersebut.
4) Pendokumentasian keperawatan yang diselenggarakan oleh kelompok
sebelumnya dengan menggunakan format rumah sakit ditambah dengan
lembaran kosong untuk menuliskan data tambahan dirasakan dapat
menimbulkan penafsiran yang berbeda karena kemampuan tiap individu
dalam melakukan pengkajian tidak sama, statis pada diagnosa prioritas
sedangkan perubahan klien terhadap respon sakit tiap hari sangat dinamis.

Tinjauan secara khusus terhadap kondisi ruang rawat dianalisa dengan


menggunakan SWOT yaitu :
1) Strength
 Adanya visi dan misi rumah sakit
 Jumlah sumber daya manusia yang terdiri dari 1 orang dengan latar
belakang D IV keperawatan [2,5 / ],8 orang dengan pendidikan D III
Keperawatan [20 / ],11 orang dengan pendidikan SPK [27,5 / ], TPP
dengan latar belakang pendidikan SMA sebanyak 7 orang [17,5 / ]
sedangkan TPP dengan latar belakang pendidikan SMP sebanyak 10 orang
[25 / ], PRT dengan pendidikan SMA 2 orang [ 5 / ] dan 1 pegawai Tata
Usaha dengan pendidikan SMA [2,5 / ].
 Rumah sakit tipe A sekaligus rumah sakit pendidikan
 Terdapatnya standar asuhan keperawatan dan standar operasional
perawatan
 Ruang rawat dalam satu ruang utuh [G II] sehingga memudahkan
pengkoordinasian
 Ruang rawat dengan kapasitas tempat tidur permanen dan dikhususkan
bagi klien dengan masalah khusus
 Ruang rawat memiliki fasilitas khusus
 Ruang rawat dipimpin oleh satu kepala tim (diterapkan metode tim)
 Telah tersedianya format pengkajian sampai evalusi keparawatan
 Ruang rawat telah digunakan sebagai ruang ujicoba penerapan Model
Praktek Keperawatan Profesional sebelumnya sebanyak 6 kelompok.
 Pengelolaan obat yang telah tertangani secara sentralisasi pada periode
MPKP sebelumnya
 Dukungan dari seksi keperawatan, kepala ruangan dan perawat
pelaksana untuk menerapkan MPKP.

2) Weakness
 Kualitas tenaga keperawatan belum sepenuhnya memenuhi kualifikasi
syarat professional [ 27,5 / berlatar pendidikan SPK dan Tenaga
Pembantu Perawat 42,5 / ]
 Peralatan perawatan masih bergabung dengan ruang rawat G I dan
belum memenuhi standar
 Pendokumentasian proses keperawatan belum optimal
 Tata tertib pengunjung yang belum diterapkan secara optimal

3) Opportunity
 Terdapatnya pendidikan tinggi keperawatan yang menyelenggarakan
praktek klinik mamajemen keperawatan di ruang bedah G
 Adanya kepuasan dari penyelenggaraan MPKP periode sebelumnya
dari klien
 Dukungan dari perawat pelaksana
 Kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat klinik

4) Treathened
 Persaingan antar rumah sakit dalam pemberian pelayanan kesehatan
kepada konsumen di era global.
PERENCANAAN

1. Pengorganisasian
Berdasarkan analisa situasi lingkungan serta ketenagaan maka kelompok
mahasiswa membuat tim kerja sebagai berikut :
Ketua : I Made Sukarja
Sekretaris : Erlina Suci Astuti
Bendahara : Eny Subiastutik
Anggota : - Elok Kartiasmi
- Hery Reonardo
- Sri Wahyuni
- I Gusti Ayu Karnasih
Susunan kepanitiaan ini bersifat tetap selama praktek manajemen keperawatan
dan berfungsi dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal mengenai teknis
penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat umum. Sedangakan
pengelolaan ruang rawat diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian
peran sebagai kepela ruangan, perawat primer dan perawat pelaksana/asosiet.

2. Pengatauran Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan diatur sebagai berikut :
Minggu I :  Pembuatan organisasi kelompok
 Orientasi dan perkenalan
 Analisa situasi
 Penyusunan program kerja
 Pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam
penerapan MPKP
 Persiapan dan pelaksanaan uji coba MPKP
 Evaluasi kegiatan minggu I
Minggu II :  Penerapan MPKP : aplikasi peran, pendelegasian tugas
dan proses dokumentasi
 Penyelenggaraan ronde keperawatan
 Persiapan sentralisasi obat
 Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas dalam 24 jam
 Evaluasi kegiatan minggu II

Minggu III :  Penerapan MPKP : aplikasi peran, pendelegasian tugas


dan proses dokumentasi
 Penerapan sentralisasi obat
 Evaluasi kegiatan minggu III
Minggu IV :  Evaluasi sumatif mahsiswa
 Persiapan dan pelaksanaan seminar
 Evaluasi penerapan MPKP
 Penyusunan laporan

3. Persiapan Penyelenggaraan Model Praktek


Keperawatan
Penanggung jawab : I Made Sukarja
Deskriptif : termasuk dalam perencanaan penyelenggaraan asuhan
keperawatan meliputi penerapan model praktek keperawatan
profesional yang digunakan dalam praktek manajemen,
pembagian peran dan penetapan deskripsi tugas sekaligus
pengaturan jadwal.

4. Persiapan Pendokumentasian
Penanggung jawab : I Gusti Ayu Karnasih
Deskriptif : dalam pendokumentasian yang perlu disiapkan adalah
format pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
proses keperawatan yang diserta petunjuk teknis pengisian
format ataupun pendokumentasiaannya

5. Persiapan Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Penanggung jawab : Hery Reonardo
Deskriptif : Kegiatan sentralisasi meliputi penyempurnaan sistem
sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan
petunjuk tehnis penyelenggaraan sentralisasi obat

6. Persiapan Penyelenggaraan Ronde


Penanggung jawab : Elok Kartiasmi
Deskriptif : persiapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan ronde
meliputi penentuan klien yang akan dijadikan sibyek ronde,
penentuan strategi ronde sekaligus menghubungi pihak-pihak
terkait dalam penyelenggaraan ronde termasuk pembuatan
dokumentasi hasil ronde
7. Persiapan Evaluasi
Penanggung jawab : Erlina Suci Astuti
Deskriptif : evaluasi meliputi tehnik evaluasi, pembuatan alat evaluasi
dan sekaligus pendokumentasian hasil kegiatan secara
umum.
PELAKSANAAN

1. Penyelenggaraan Asuhan Keperawatan


Data jumlah dan tingkat ketergantungan klien :
Hari Klasifikasi Jumlah Kebutuhan Perawat BOR
Ke Min Intermd Total Klien Pagi Siang Malam Harian
1 4 2 1 7 1,56=2 1,66=2 0,74=1 77,8
2 4 3 1 8 1,85=2 1,61=2 1,22=1 88,9
3 4 4 0 8 1,68=2 1,76=2 1,35=1 88,9
4 5 3 1 9 2,02=2 1,45=1 0,91=1 100
5 5 3 1 9 2,02=2 1,45=1 0,91=1 100
6 6 2 0 8 1,56=2 1,14=1 0,71=1 88,9
7 4 3 0 7 1,49=1 1,01=1 0,61=1 77,8
8 0 6 1 7 1,98=2 1,20=1 0,62=1 77,8
9 2 6 1 9 2,32=2 1,48=1 0,82=1 100
10 5 3 0 8 1,66=2 1,15=1 0,71=1 88,9
11 6 2 1 9 1,92=2 1,17=1 0,81=1 100
12 6 2 1 9 1,92=2 1,60=2 0,91=1 100
13 1 6 1 8 2,15=2 1,34=1 0,70=1 88,9
14 3 5 0 8 1,86=2 1,15=1 0,65=1 88,9
15 3 4 1 8 1,95=2 1,32=1 1,34=1 88,9
Rata-rata 1,86=2 1,33=1 0,87=1 90,38

Jika dilihat dari tingkat ketergantungan dan kebutuhan tenaga di atas ditunjang
dengan sarana yang telah tersedia dan penerapan MPKP yang telah dilaksanakan
oleh beberapa kelompok sebelumnya maka diputuskan unutk menggunakan
Model Praktek Keperawataan Profesional Primer dengan pertimbangan :
1. Tenaga diprediksikan cukup untuk melekasanakan MPKP Primer
2. Adanya kenyataan telah dapat diselenggarakan MPKP Primer
sebelumnya
3. Adanya kepuasan dari klien atas penyelenggaraan MPKP Primer dari
kelompok sebbelumnya
4. Sarana masih memungkinkan untuk menyelenggarakan MPKP Primer

Dengan penetapan MPKP Primer oleh kelompok pada tanggal 3 Oktober 2001
maka selanjutnya peran tenaga keperawatan dibagi dalaam kategori : kepala
ruangan, perawat primer dan perawat assosiet [jadwal terlampir]. Dalam rangka
penyelenggaraan asuhan keperawatan secara komprehensif dan
berkesinambungan maka pada minggu ke-3 disusun jadwal rotasi dinas dalam 24
jam [jadwal terlampir].
Ruang G II dengan kapasitas 9 tempat tidur dan jumlah tenaga sebanyak 7 orang
dari mahasiswa PSIK ini dalam penyelenggaraan peran dibantu oleh perawat
ruangan sebanyak tiga orang [sesuai dengan jadwal dinas], maka dibuat skema
pengaturan tenaga sebagai berikut :

Kepala Ruangan Px

PP 1 PP 2 PP 3

PX PX PX

PA PA PA

2. Dokumentasi Keperawatan
Pada minggu pertama kegiatan Praktek Manajemen Keperawatan di ruang bedah
G II kelompok mengusulkan suatu bentuk format pendokumentasian asuhan
keperawatan tersendiri mulai tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi
dengan menggunakan sistem pendokumentasian secara naratif. Berdasarkan
hasil analisa dari pengalaman pelaksanaan dokumentasi keperawatan kelompok-
kelompok sebelumnya ditambah masukan dari pembimbing institusi RS maupun
akademik maka format dokumentasi keperawatan tersebut dirubah, sehingga
bentuk yang ada merupakan adaptasi dan pengembangan dari format yang sudah
dipergunakan di RS serta dilengkapi format tambahan yang diharapkan dapat
memenuhi standar pendokumentasi keperawatan yang seharusnya. Hal ini
dimaksudkan agar sistem pendokumentasian keperawatan ini tidak hanya bisa
dikerjakan oleh mahasiswa PSIK yang sedang melaksanakan MPKP pada saat ini,
tetapi juga memperkenalkan system pendokumentasian tersebut kepada perawat
di ruangan sehingga dapat juga dimengerti dan secara bertahap dapat
dilaksanakan di ruangan perawatan mengingat sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang berlaku saat ini masih sederhana dan belum bisa memenuhi
standar dokumentasi keperawatan yang seharusnya.
Adapun format dokumentasi keperawatan yang telah disusun adalah sebagai
berikut :
1. Data dasar/ringkasan pengkajian , yang ditambahkan dengan format
pengkajian lanjutan [DMK 7.1]
2. Rencana Keperawatan [DMK 7.2]
3. Implementasi Keperawatan [DMK 7.3]
4. Evaluasi [DMK 7.4]
5. Lembaran pasien pulang [DMK 7.5]

Pelaksanaan dokumentasi keperawatan berlangsung pada minggu ke II [ masa uji


coba MPKP] sampai minggu ke III [ masa pelaksanaan MPKP] yaitu mulai
tanggal 4 Oktober sampai dengan 20 Oktober 2001.

Sistem pendokumentasian yang telah dimodifikasi didapatkan beberapa


keuntungan seperti :
1. Dengan adanya penambahan pengkajian lanjutan berbentuk check list dapat
melengkapi data yang kurang
2. Pemisahan format rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi
meningkatkan efisiensi penggunaan format karena lebih sedikit kolom yang
kosong.

Adapun kendala yang ditemukan :


1. Penerapan format pengkajian dari RS tidak dapat diisi dengan lengkap karena
tidak adanya juknis yang jelas dari RS. Walaupun kelompok telah membuat
juknis tetapi tidak dapat menangkap maksud dari format yang ada. Dan
kelemahan lain dari format ini : hanya ditujukan pada pengkajian dasar atau
pengkajian awal saat klien MRS, sedangkan di ruang G, klien merupakan
pindahan dari ruang lain sehingga keluhan utama pada saat masuk ke ruang
bedah G tidak terkaji secara efektif. Oleh karena itu kelompok menyarankan
perlunya perubahan materi format pengkajian yang disesuaikan dengan
karakteristik pasien yang dirawat di ruangan bersangkutan.
2. Pada penerapan sistem pendokumentasian MPKP yang sedang
dilaksanakan,tidak ada kesinambungan pendokumentasian karena satu PP
tidak bertanggung jawab penuh terhadap perawatan klien mulai masuk sampai
keluar. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan peran dari masing-
masing personil sebagai proses pembelajaran Manajemen Keperawatan.
Petunjuk teknis cara pengisian format dapat dilihat pada lampiran.
3. Sentralisasi Obat
Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
 Membuat format buku masuk obat, daftar
pemberian obat dan daftar sisa obat untuk pendokumentasian
 Membuat petunjuk penulisan buku masuk obat,
daftar pemberian obat dan daftar sisa obat untuk dokumentasi
 Melakukan sosialisasi di kelompok dan ruangan
untuk menyamakan persepsi antar petugas
 Mensosialisasikan jadwal pemnerian obat pada hari
jum’at, 12 oktober 2001 dengan rincian sebaggai berikut :
Obat oral 2 x 1 : 08.00 - 12.00 WIB
3x1 : 08.00 - 12.00 - 18.00 WIB
Obat injeksi 2 x 1 : 08.00 - 20.00 atau 12.00 – 24.00 WIB
3x1 : 08.00 - 16.00 - 24.00 WIB
4x1 : 08.00 - 14.00 – 20.00 – 02.00 WIB
 Strategi pemberian obat direncanakan adalah perawat primer dan
dilaksanakan perawat assosiet
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai tanggal 16 Oktober 2001, oleh dinas
pagi dilakukan :
 Memberikan informed consent pada klien dan
keluarganya
 Mengumpulkan obat program [obat oral dan
injeksi] ke kotak yang telah dituliskan nama klien, jenis obat dan dosis
pemberian
 Mencatat nama klien/No. register/Bed, nama
obat/jenis obat, dosis dan cara pemberian, jumlah obat yang diserahkan,
tanggal dan jam penyerahan, tanda tangan perawat dan klien/keluarganya
 Mengontrol nama/jenis dan dosis pemberian obat
baik oral maupun injeksi pada status klien.
 Memasukkan ke dalam daftar pemberian obat
 Memberikan dan membagikan obat sesuai dengan
dosis dan waktu pemberiannya
 Melakukan timbang terima obat setiap kali
pergantian shift/dinas pada daftar sisa obat
 Bila perlu kolaborasi untuk kelanjutan obat klien
kepada dokter yang merawat/jaga seperti : obat habis, penggantian obat,
dosis dan cara pemberian obat.
Pada akhir pelaksanaan yaitu tanggal 20 Oktober 2001 jam 20.30 WIB
dilakukan pengembalian sisa obat melalui serah terima yang ditanda tangani
oleh klien/keluarga

c. Kendala/hambatan dalam pelaksanaan


Dalam kegiatan sentralisasi obat ditemukan beberapa kendala yang dapat
dijadikan koreksi untuk pelaksanaan MPKP selanjutnya, kendala tersebut
adalah :
 Adanya pergantian penjaga klien sering menimbulkan salah pengertian,
sehingga petugas harus menjelaskan kembali maksud dan tujuan
sentralisasi obat serta menjelaskan oobat yang dilakukan sentralisasi
hanyalah oobat oral dan injeksi bukan obat/cairan atau peralatan medis
lainnya.
 Format obat serah terima shiff tidak terdapat tempat serah terima per shift
sehingga perawat harus menulis kembali nama dan jenis obat, sehingga di
perlukan perubahan format seperti yang terlampir pada lampiran.
 Terputusnya pemberian obat karena pada klien tertentu obat hanya
diresepkan satu hari[Astek, JPS] atau keluarga pasien hanya menebus ½
dari order sehingga menunda jadwal pemberian

d. Keuntungan sentralisasi obat


 Dapat dipertanggung jawabkan secara hukum maupun secara moral
karena proses pemberian terapi terdokumentasi secara kronologis
 Pemberian lebih tepat waktu sehingga lebih efektif dan efisien serta dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada klien

4. Ronde Keperawatan
Salah satu peningkatan pemberian asuhan keperawatan adalah pelaksanaan ronde
yang dilakukan secara terencana atau bila diperlukan untuk memecahkan masalah
klien. Dalam pelaksanaan ronde keperawatan yang dilakukan oleh kelompok 1b
Gerbong III meliputi beberapa tahap, yaitu :
a. Persiapan
 Dalam persiapan pelaksanaan ronde keperawatan ini, kepala ruangan yang
bertanggung jawab saat tersebut, penanggung jawab ronde dan perawat
primer saat pelaksanaan ronde menyiapkan pengelolaan kasus serta
validasi pengkajian, masalah yang sudah dan yang belum teratasi sampai
dengan rencana dan intervensi dalam proses prosedural tindakan.
 Penanggung jawab Ronde Keperawatan menyiapkan inform consent
kemudian disetujui dan ditanda tangani oleh istri klien
 Memperluas literature atau referensii untuk memperjelas keterkaitan
antara teori dan kenyataan yang ditemukan di lapangan
 Melakukan pembahasan dengan anggota kelompok untuk menyusun
kegiatan ronde keperawatan ini secara sistematis sesuai dengan maksud
dan tujuannya
 Melibatkan pembimbing terutama pembimbing ruangan dalam proses
persiapan ronde keperawatan
 Kepala ruangan memberitahu pembimbing akademik atau pembimbing
lainnya untuk bersamasama membahas tentang ronde keperawatan itu

b. Pelaksanaan
Ronde keperawatan ini sedianya dilaksanakan pada hari Kamis 10 Oktober
2001 tetapi akhirnya pada saat tersebut pembimbing akademik berhalangan
hadir sehingga pelaksanaan tersebut ditunda dan dilaksanakan pada hari Jumat
11 Oktober 2001 pk 11.00 – pk. 12.00 . Pembimbing yang hadir adalah Ibu
Purwaningsih, Skp dan Bapak I Made Saderu, Amd. Kep dengan rincian
kegiatan sebagai berikut :
1] Mempresentasikan hasil kajian pada klien Tn.S yang disampaikan oleh
perawat primer
2] Mendiskusikan beberapa hal serta klarifikasi untuk keakuratan dalam
pengkajian dan pendokumentasian
3] Berdasarkan saran dari pembimbing akademik maka masalah yang dibahas
perlu dispesifikkan menjadi satu topik yang dianggap prioritas yaitu
“Perawatan Luka dengan pus pada Fistel Rectosigmoid”dengan pertimbangan
bahwa selama hospitalisasi masalah tersebut merupakan masalah prioritas
yang belum teratasi dan bisa mempengaruhi penyelesaian masalah
keperawatan lain yang terkait.
EVALUASI

Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka kegiatan yang dapat
dilaksanakan antara lain :
 pengorganisasian kelompok
 analisa situasi
 penyusunan program kerja
 pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan MPKP
 penyiapan lembar dokumentasi
 sosialisasi penyelenggaraan MPKP
 uji coba penerapan MPKP
 penerapan MPKP : aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses
pendokumentasian
 penyelenggaraan ronde keperawatan
 penyelenggaraan sentralisasi obat
 penyelenggaraan rotasi dinas selama 24 jam
 evaluasi penerapan MPKP
 persiapan seminar
 penyusunan laporan

Dalam pelaksanaan penerapan MPKP ini, kami dari kelompok masih merasakan
adanya pelaksanaan yang belum optimal khususnya dalam aplikasi peran yang
diemban baik sebagai kepala ruangan, perawat primer maupun perawat assosiet.
Hal ini disebabkan karena :
 kurangnya kemampuan menguasai situasi ruang rawat yang berhubungan
dengan prsedural dan kebijakan rumah sakit
 kurangnya rasa percaya diri untuk mengambil keputusan berkenaan dengan
masalah klien serta tugas yang harus ditanggung dari masing-masing peran
 kurang efektifnya sistem serah terima dalam pemindahan pasien dari ruangan
lain karena kondisi klien sebelum pemindahan tidak terdokumentasi secara
jelas, sehingga kelanjutan asuhan keperawatan yang diberikan kurang
terkoordinasi dengan baik.

Dari proses pelaksanaan MPKP yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa proses penyelenggaraan MPKP yang diterapkan dengan menggunakan
metode Primer dapat diterapkan apabila didukung oleh adanya :
a. Kemampuan dan pengalaman staf sebagai pengelola klien maupun
fungsi advokasi terhadap klien
b. Kemampuan berkomunikasi antara perawat dengan klien maupun
petugas kesehatan lainnya serta proses pendokumentasian asuhan keparawatan
yang sudah memenuhi standar
c. Kemampuan perawat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan klien
d. Dukungan yang besar dari berbagai pihak yang bergabung dalam
tatanan pelayanan kesehatan kepada klien
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT
DOKUMENTASI KEPERAWATAN

1. Nama dokumentasi ini adalah Dokumentasi Keperawatan yang diberi kode DMK
7…karena merupakan bagian dari DMK 7 yang berlaku di RSUD Dr Soetomo
Surabaya
2. Catatan keperawatan ini terdiri dari 5 [lima] jenis, dimulai dari DMK 7.1 sampai
dengan DMK 7.5 yang terdiri dari beberapa fungsi.

DMK 7.1 Format Pengkajian

Komponen Penjelasan Yang Mengisi


Data Umum : Jelas Perawat Primer
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
MRS tgl :
Reg :

Riwayat Kesehatan Perawat Primer


Alasan datang ke RS Situasi yang membuat
klien/keluarga memutuskan untuk
ke RS

Penyakit yang pernah Penyakit yang pernah diderita,


dialami terutama yang berkaitan dengan
genetic atau bersifat menular

Pemeriksaan Fisik Adalah hasil pemeriksaan saat Perawat Primer


dilakukan pengkajian
Kesadaran Status kesadaran saat dilakukan
pengkajian
Tanda-tanda Vital Jelas
Lain-lain Hal-hal spesifik yang berkaitan
dengan penyakitnya
BB/TB Jelas
Pertumbuhan dan Khusus untuk pasien anak Perawat Primer
perkembangan pasien [ tidak dilakukan di ruang G-2]
anak

Pola Fungsi Kehidupan Merupakan paparan tentang Perawat Primer


Sehari-hari pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
kolom masalah diisi dengan
perubahan yang dialami setelah
sakit

Kesehatan Reproduksi Dikhususkan untuk pasien wanita Perawat Primer


[tidak dilakukan di ruang G-2]

Psikologis Berupa data tentang perilaku Perawat Primer


verbal, non verbal, dan keadaan
emosi yang muncul berkaitan
dengan kondisi sakit

Sosial Kebiasaan komunikasi, hubungan Perawat Primer


dengan orang lain, keluarga, orang
lain yang paling berarti/pelindung,
lingkungan tempat
tinggal/pekerjaaan
Keadaan Spiritual/ Keadaan agama/beribadah dan Perawat Primer
keyakinan kesehatan, tentang penyakit dan
penyembuhan

Informasi Penunjang Perawat Primer


Diagnosa Medik Jelas
Pemeriksaan Diagnostik Hasil lab yang sudah ada padaa
saat dikaji yang merupakan hasil
pemeriksaan serial untuk
membantu menegakkan diagnosa
klien saat ini.
Radiologi Rontgen, USG, MRI, EEG,EMG,
IVP, dll
Terapi Medik Pengobatan yang telah dilakukan
saat dikaji
Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang muncul dari hasil Perawat Primer
pengkajian

DMK 7.2 Rencana Keperawatan


Diisi setiap hari, mulai saat pertama masalah klien ditemukan sampai pasien pulang.
Komponen Penjelasan Yang Mengisi
Tanggal Tanggal ditegakkan nya duagnosa Perawat Primer
keperawatan

Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang dirumuskan Perawat Primer


berdasarkan masalah yang
ditemukan saat pengkajian

Tujuan Hasil yang diharapkan dan Perawat Primer


merupakan criteria berhasilnya
masalah yang ditangani.

Tanda tangan Paraf dari perawat pembuat Perawat Primer


rencana keperawatan

DMK 7.3 Implementasi Keperawatan


Diisi setelah melakukan tindakan sesuai dengan instruksi dari rencana dalam bentuk
narasi secara operasional menurut urutan waktu.

Komponen Penjelasan Yang Mengisi


Waktu Jam pelaksanaan tindakan Perawat Associate
keperawatan dilakukan

Implementasi Catatan semua tindakan Perawat Associate


keperawatan yang telah dilakukan,
termasuk respon klien setelah
tindakan tersebut dilakukan dan
perkembangan masalah yang
dialami klien yang memerlukan
tindakan selanjutnya.

TTD Paraf yang melakukan tindakan Perawat Associate/


Perawat Primer

DMK 7.4 Evaluasi


Merupakan evaluasi hasil yang telah dilakukan sesuai dengan criteria waktu yang
telah ditetapkan pada tujuan rencana keperawatan

Komponen Penjelasan Yang Mengisi


Tgl/Jam Waktu dilakukannya evaluasi Perawat Primer
Diagnosa Keperawatan Jelas Perawat Primer
Evaluasi Catatan hasil yang telah dicapai Perawat Primer
dengan menggunakan SOAP
TTD Paraf pembuat evaluasi Perawat Primer

DMK 7.5 Lembaran Pasien Pulang


Berisi pesan yang dituliskan oleh Perawat Primer untuk pasien yang akan pulang
[KRS]

Komponen Penjelasan Yang mengisi


Data Umum Berisi nama pasien, Perawat Primer
alamat, tgl MRS/tgl
operasi, tgl KRS, diagnosa
medis
Pesan Berbentuk narasi yang Perawat Primer
berisi tentang hal-hal yang
perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan
perawatan dan pengobatan
serta kapan kontrol ke
poliklinik
TTD Paraf pemberi pesan KRS Perawat Primer

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN FISTULA RECTO SIGMOID

Pengertian
Fistula adalah saluran yang abnormal antara dua organ tubuh atau organ dengan dunia
luar. Fistula recto sigmoid adalah saluran abnormal yang menghubungakan rectum
– sigmoid dengan dunia luar.

Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan fistula ini adalah :
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia lama , intake tidak adekuat, status hipermetabolik, absorpsi
makanan tidak optimal
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kekurangan berlebih melalui jalan normal maupun abnormal [NGT, luka],
pembatasan masukan secara medis, gangguan absorpsi cairan pada intestinal ,
status hipermetabolik
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan, aktifitas proses penyakit, takut
atau cemas
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aliran faeces dan flatus dari
stoma, reaksi terhadap produk kimia
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya luka terbuka, kehilangan
kontrol usus terhadap eliminasi, gangguan struktur tubuh, proses penyakit dan
program pengobatan
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis, pengeluaran
cairan/faeces melalui luka

Daftar Pustaka
Bates, B. [1998], A Pocket Guide to Physical Examination an History taking . J.B
Lippincott, C.O. Philadelphia
Carpenito, Lyndda Juall , [2000], Dokumentasi Proses Keperawatan , EGC, Jakarta
Doengoes, M.E. [2000], Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documentation Patient Care, F.A Davis, Philadelphia
Mi Ja Kim, [1995], Pocket Guide to Nursing Diagnosis. Mosby Year Book.
Philadelphia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN FISTULA RECTO
SIGMOID DI RUANG BEDAH G II RSUD DR SOETOMO SURABAYA
=====================================================

Pengkajian
Nama : Tn. S
Umur : 26 tahun
Alamat : Pabean, Surabaya
Suku/Bangsa : Jawa//Indonesia
Pekerjaan : Karyawan PT. Mandala, Denpasar
Agama : Islam
Tgl MRS : 23 September 2001

Keluhan utama:
Keluar pus lewat bekas luka operasi dan bekas insisi di bokong kiri dan kanan sejak
tgl 2-9-2001

Riwayat Penyakit :
Tgl 22 Juni 2001 klien dirawat di RSAD Denpasar karena diare [mencret dan
muntah] selama 3 minggu, faeces berwarna putih dan berlendir selama 1 minggu.
Bulan Juli 2001 pindah rawat ke RS Siti Hajar Sidoarjo selama 1 minggu, kemudian
KRS dan seminggu kemudian MRS lagi karena demam tinggi, bila flatus terasa ada
udara menjalar ke bokong kiri, saat itu juga langsung dilakukan laparatomi serta insisi
di gluteus [bokong] kiri. Dua minggu setelah KRS dilakukan insisi di bokong kanan
di RS yang sama.

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Ayah dan kakek dari pihak Ibu menderita Diabetes Mellitus

Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan, dalam batas normal
2. Sistem kardiovaskuler dalam batas normal
3. Sistem neurology dalam batas normal
4. Sistem perkemihan dalam batas normal
5. Sistem pencernaan,
BB : 40 kg, TB: 168 cm , keadaan mulut bersih, caries [-], nyeri tekan pada
abdomen, bising usus lemah, peristaltic 5 x/mnt, pengeluaran faeces dan pus
lewat luka bekas drain di periumbilikal kiri, bokong kiri dan kanan. Frekuensi
bab rutin lebih dari 3 kali setiap hari berbentuk cair bercampur antara sisa
residu makanan dan pus . Kulit disekitas fistula kemerahan dan iritasi, nyeri
tekan [+].
6. Sistem Muskuloskeletal
Mobilisasi pasif, nyeri saat bergerak dan aktivitas terutama untuk
menggerakkan tungkai kiri yang kaku.
Integumen : luka bekas drain di peri umbilikal kiri serta area di sekitar fistula
[bokong kiki, kanan] sering basah kena faeces dan pus, pinggang kiri terdapat
benjolan yang kemerahan dan nyeri tekan.

Data penunjang
Hasil laboratorium terakhir tgl 12 oktober 2001
Serum albumin : 2,4 gr/dl
HB : 9,2 gr /
Rencana Colonoscopy tgl 18 Oktober 2001
Rencana colon in loop tgl 23 Oktober 2001
Hasil cultur pus tgl 25-9-2001 didapatkan kuman jenis aerob

Penatalaksanaan medis :
- Cefotaxim 3 x 1 gr iv
- Metronidasol supp 3 x 1
- Becombion 3 x 1 caps

Masalah Keperawatan :
1. Integritas kulit dan jaringan
2. Risiko komplikasi : sepsis
3. Nutrisi
4. Mobilitas fisik
5. Psikologis
Diagnosa Keperawatan :
1. Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan luka insisi pada
daerah bokong kiri-kanan, sekunder akibat fistula recto sigmoid
2. Risiko komplikasi : sepsis berhubungan dengan adanya luka terpapar oleh
cairan feses dan pus sekunder terhadap fistula recto sigmoid
3. Perubahan nutrisi : kurang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
4. Penurunan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum dan
kekakuan pada tungkai kiri, sekunder akibat proses peradangan fistula
rectosigmoid
5. Gangguan konsep diri : ideal diri berhubungan dengan disfungsi peran dalam
keluarga

Prioritas masalah :
Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan luka insisi pada
daerah bokong kiri-kanan, sekunder akibat fistula recro sigmoid

Tujuan :
Dalam waktu 10 x 24 jam tidak terjadi perluasan kerusakan integritas kulit dan
jaringan

Kriteria :
- Kulit kering, tanda iritasi dan bengkak tidak ada
- Proses granulasi baik
-Tidak terdapat Pus dan rembesan residu faeces

Intervensi :
1 . Pantau perkembangan luka setiap pengganti verband
2. Pantau tandatanda vital
3. Pantau penampilan luka yang telah yang telah dibalut setiap 4–8 jam dan
rencanakan perawatan luka 2 kali sehari dengan menggunakan savlon dan
boorwater kompres
4. Pantau haluaran fistula , laporkan bila ada kelainan atau perubahan haluaran dari
fistula yang meningkat secara kontinyu
5. Libatkan keluarga dalam menjaga kebersihan diri dan kebersihan sekitar luka
6. Kolaborasi :
- Pemberian diit TKTP
- Cefotaxime 3 x 1000 mg / iv
- Becombion 3 x 1 caps/ p.o
- Metronidasol 3 x 1 supp

S-ar putea să vă placă și