Sunteți pe pagina 1din 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya
bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan mental
bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam
begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan
jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang
bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata
meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa,
terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup
mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti
Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari
sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai.
Sedangkan selebihnya tidak tertangani.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi
hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang
menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan
menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu
yang perlu mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni
mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11
kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk
rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan
maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan
jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.
2

B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini dirumuskan masalah yaitu Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
dengan kecemasan ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui
pengertian,gejala,penyebab,pengkajian,diagnosa dan intervensi pada ashuan keperawatan
kecemasan.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini di susun atas : BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, sisitematika penulisan. BAB II : Pembahasan yang berisi tentang asuhan
keperawatan pada klen kecemasan. BAB III : Penutup yang tersusun atas kesimpulan dan saran.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang
panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak
berhubungan dengan rangsang eksternal (Fracchione, 2004).
Menurut Rathus (dalam Nawangsari, 2001) kecemasan didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari
lingkungan. Sementara itu menurut Zakiyah Derajat (dalam Hartanti, 1997) kecemasan adalah
manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur aduk, yang terjadi ketika individu sedang
mengalami tekanan perasaan atau frustasi dan pertentangan batin atau konflik. Sedangkan menurut
Nawangsari (2000) kecemasan adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan meliputi rasa takut,
rasa tegang, khawatir, bingung, tidak suka yang sifatnya subjektif dan timbul karena adanya perasaan
tidak aman terhadap bahaya yang diduga akan terjadi.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi fisiologis dan psikologis sehingga menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu, seperti : gemetar, banyak keringat, mual, sakit kepala, palpitasi, rasa
takut, rasa tegang, khawatir, binggung, dan lain sebagainya.

B. GEJALA UMUM ANXIETAS


1. Gejala psikologik:
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut kehilangan
kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual,
sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan
yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada;
kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung
berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak
dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan
dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk
penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan
gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala
4

1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan
biasanya dirasakan cukup gawat.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER
EGO”. Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan
akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang
pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

D. PENGGOLONGAN ANXIETAS
1. Anxietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi
dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
5

b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Anxietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita
mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu
yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia
berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang
lain.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
6

b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat
tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap
ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, gemetar
7

b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas

E. BENTUK GANGGUAN ANXIETAS


1. Gangguan Panik
a. Definisi
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar
juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika
individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh
rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami
serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahan
prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan
akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu
dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari
lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia
atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan
menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada
8

serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga
mengalami agorafobia.
Ada dua kriteria Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan
gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic
b. Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan
fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinis harus berusaha untuk mengetahui
tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering
dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala
mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan
kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali
mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit
mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap
kali mereka keluar rumah.
c. Gejala Penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan
panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang
dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.
d. Diagnosa Banding
1) Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.
2) Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.
3) Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.
4) Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma
pramestruasi, gangguan menopause, dsb. lntoksikasi obat, putus obat.
5) Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia
dsb
9

e. Pedoman Diagnosis
1) Pedoman Diagnosis Agrafobia
a) Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan
sulit meloloskan diri
b) Situasi dihindari, misal jarang bepergian
c) Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain,
misal fobia social
2) Pedoman Diagnostik Gangguan Panik
a) Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan
b) Sekurangnya satu serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap
akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan,
perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
c) Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi
medis umum
d) Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
misal gangguan obsesif - kompulsif.
e) Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.
f. Terapi
1) Konseling
Ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu,
konsentrasikan diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks,
latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara
menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik,
akan berlalu.
2) Medikasi
Banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi.
Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri
antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg
malam selama 2 minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas,
jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1)
hindari pemberian jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.
10

2. Gangguan fobik
a. Definisi
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen populasi
menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang
menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang
ditakuti. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera,
dsb. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial
seperti berbicara di depan umum, dsb
b. Pedoman Diagnostik
1) Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek
/situasi)
2) Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan
3) Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan
4) Situasi fobik dihindari
c. Terapi
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan,
membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi
rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi.
Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada anxietas
beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta
bloker dapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.
3. Gangguan Obsesif – Kompulsif
a. Definisi
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum
diperkirakan adalah 2-3 persen. OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang,
tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki. KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang
berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
b. Pedoman Diagnosis
1) Pikiran, impuls, yang berulang
2) Perilaku yang berulang
3) Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan
4) Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan
5) Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.
11

c. Diagnosi Banding
1) Kondisi fisik
Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis, komplikasi trauma, dsb)
2) Kondisi psikiatrik
Skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, gangguan depresif.
d. Terapi
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang
berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku
kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk
mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila
diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin
Reuptake Inhibitors. Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.
4. Ganguan Stres Pasca – Trauma
a. Definisi
Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila
mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang.
Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan,
kecelakaan.
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui
mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan
penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten.
Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi,
kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)
Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3
persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang
subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun
gangguan paling menonjol pada usia dewasa muda.
b. Pedoman Diagnostik
1) Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
a) Mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa
ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang
serius,atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
b) Respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya
12

2) Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara
berikut:
a) Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
b) Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
c) Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
d) Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian
traumatik
e) Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal
yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
3) Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
4) Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:
kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon
kejut yang berlebihan.
5) Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
6) Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
5. Gangguan Stres Akut
a. Definisi
Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa
adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun
mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.
Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu
dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan
keparahannya suatu reaksi stres akut.
b. Pedoman Diagnostik
Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman
stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau
bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan :
1) Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala
permulaan berupa keadaan “ terpaku” , semua gejala berikut mungkin tampak:
depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan
tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran
klinisnya untuk waktu lama.
13

2) Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat


menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak
dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah 24 - 48 jam
dan biasanya menghilang setelah 3 hari.
6. Gangguan Anxietas Menyeluruh
a. Definisi
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh
dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan
tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa
ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang
lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita
sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang
seringkali diungkapkan
b. Pedoman Diagnostik
Pasien harus menunjukan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap
hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala
ini biasanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan tentang masa depan, ketegangan
motorik, overaktivitas otonomik
c. Terapi
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya
mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi
dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan
menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali
kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur
sering menolong. Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika
dengan konseling gejala menetap. Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam
hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik,
antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan
berlangsung lebih dan 3 bulan.
14

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang
dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
15

b. Kaji stressor presipitasi


Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian:
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
meliputi:
a) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan
di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan
psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping
sebagai pertahanan melawan kecemasan.
1) Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
2) Respon psikologologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
3) Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun
isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun,
mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung.
4) Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
d. Kaji penilaian terhadap stressor
e. Kaji sumber dan mekanisme koping
f. Rentang perhatian menurun
16

g. Gelisah, iritabilitas
h. Kontrol impuls buruk
i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
j. Deficit lapangan persepsi
k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal
2. Diagnosa Keperawatan
a. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
b. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
c. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
3. Intervensi keperawatan
a. DX 1: panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
Kriteria hasil:
1) Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
2) Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
3) Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
4) Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.
Intervensi:
1) Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara
ritmik.
2) Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3) Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti:
berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
4) Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah terlatih.
5) Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas.
b. DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.
Kriteria hasil:
1) Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
2) Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
3) Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat
Intervensi:
17

1) Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat,
,menjadi pendengar yang baik.
2) Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3) Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang
ringan.
4) Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters
c. DX 3: ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara
kandung.
Kriteria hasil:
1) Klien memiliki koping terhadap ancaman.
2) Strategi koping positif.
3) Untuk mengetahui sebab biologis.
4) Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intervensi:
1) Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil
digunakan pada masa lampau.
2) Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3) Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
4) Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab
biologis.
5) Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi
klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.
18

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang
ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas
memiliki banyak manifestasi, tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini
(DSM-IV-TR,2000):
· Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.
· Gangguan fobia: sosial atau spesifik.
· Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).
· Gangguan stres pascatrauma.
· Gangguan stres akut.
· Gangguan ansietas umum.
· Gangguan ansietas akibat kondisi medis.
· Gangguan ansietas akibat zat.
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif di alami dan
dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji dengan melihat stresos predisposisi dan
stresor presipitasi dan faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan
proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

B. SARAN
Untuk rekan-rekan mahasiswa yang membaca makalah ini kami kelompok memberikan saran
agar kiranya lebih banyak membaca literature yang berkaitan dengan materi kecemasan agar lebih
menambah wawasan kita tentang konsep cemas secara keseluruhan.
19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua sehingga kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk bersama-sama
menikmati indahnya islam dan nikmatnya ilmu pengetahuan. Kami kelompok sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Kecemasan” yang merupakan tugas mata kuliah JIWA.
Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kami ucapkan atas bantuan dosen pembimbing dan
teman-teman semua yang telah memberikan masukan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Kami sangat berharap kiranya ada kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun dapat berguna bagi kita semua.

Pontianak, Mei 2012

Penulis

Kelompok
20

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2

C. TUJUAN ........................................................................................................ 2

D. SISTEMATIKA PENULISAN ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. PENGERTIAN .............................................................................................. 3

B. GEJALA UMUM ANXIETAS ...................................................................... 3

C. FAKTOR PREDISPOSISI ............................................................................ 4

D. PENGGOLONGAN ANXIETAS ................................................................. 4

E. BENTUK GANGGUAN ANXIETAS ............................................................ 7

F. ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 18

B. SARAN .......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... iii


21

DAFTAR PUSTAKA

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan Berduka

dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta


Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk

Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Tarwoto dan wartona. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, Jakarta: Salemba

Medika.

Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa.EGC,Jakarta

S-ar putea să vă placă și