Sunteți pe pagina 1din 15

Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Kanker Dan Paliatif :

Literature Review

Minanton, S.Kep, Ns.,1 Dr. dr.Arlina Dewi, M.Kes, AAK2


1
Mahasiswa magister keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
2
Dosen Senior Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
Email : minantonsevennain@yahoo.co.id

Abstract
Background: Therapeutic communication is needed by nurses, cancer patients and their families in cancer and palliative
care to discuss the information and meet patient’s need. This article to review articles that provide information about
therapeutic communication in cancer and palliative care. Method: A search of three databases, namely PubMed,
EBSCOhost, and ProQuest. Additional, the Google Scholar search engine with using the keywords: Therapeutic
communication or effective communication or discussion or conversation, End-of-life care or palliative care or cancer care,
Nurse *, Cancer patient *. Results: 17 articles were included in this review. Characteristics of good communication are
showing empathy and emotional support; Showing respect or dignity; clear, open and honest information; clarify and focus
patients‟ or families‟ preference and need about the information, avoiding giving false hope and euphemism, using easy
language and appropriate nonverbal, actively listening. Benefits of good communication are to enhance patients ‟ and
families‟ satisfaction with care and build interpersonal relationships of trust. Barriers come from nurses, patients or their
families and institutions. Finally, The strategy that can improve provision of good communication is communication skills
training for nurses. Conclusions: nurses need to know the characteristics, barriers, benefits and therapeutic communication
strategies for good communication in end-of-life care.
Keywords: cancer care, therapeutic communication, palliative care

Therapeutic Communication In Cancer And Palliative Care : Literature Review

Abstrak
Latar belakang: Komunikasi terapeutik diperlukan perawat, pasien kanker dan keluarganya dalam pelayanan kanker dan
paliatif dalam memberikan informasi dan memenuhi kebutuhan pasien. Artikel ini untuk mereview artikel yang
menyediakan informasi tentang Komunikasi terapeutik dalam pelayanan kanker dan paliatif. Metode: Pencarian dari 3
database yaitu PubMed, Ebscohost, dan ProQuest, serta dari Google Scholar search engine di cari menggunakan kata kunci :
Komunikasi terapeutikor effective communication or therapeutic communication or discussion or conversation, Paliatif or
Palliative care or terminal care, cancer care, Nurse*, Cancer patient*. Hasil : 17 artikel yang terinklude dalam review ini .
Karakteristik komunikasi terapeutik: menunjukan empati dan dukungan emosional, rasa hormat or dignity, informasi yang
jelas, terbuka dan jujur, mengklarifikasi dan fokus pada informasi yang lebih disukai dan dibutuhkan pasien dan keluarga,
menghindari pemberian harapan palsu dan kata-kata pelembut, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
penggunaan nonverbal, pendengar secara aktif dan baik. Manfaat komunikasi terapeutik yaitu meningkatkan kepuasaan
pasien dan keluarga dan membangun hubungan interpersonal. Hambatan berasal dari perawat, pasien dan institusional.
Strateginya yaitu training skill communication bagi perawat. Kesimpulan : perawat perlu mengetahui karakteristik,
hambatan, manfaat serta strategi berkomunikasi terapeutik karena komunikasi tersebut adalah inti dari pelayanan kanker dan
paliatif.
Kata kunci: komunikasi terapeutik, pelayanan kanker, pelayanan paliatif,

PENDAHULUAN berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas,


Kanker merupakan salah satu penyebab mual/muntah, anoreksia (penurunan berat badan),
kematian terbanyak di dunia setelah kasus penyakit konstipasi dan kelelahan (gangguan aktivitas) serta
jantung. yakni 9,8 juta orang mati akibat kanker di gejala psikososial seperti distress emosional,
tahun 2018 (WHO, 2018). Di Indonesia, tingkat gelisah, dan depresi yang mempengaruhi kualitas
prevalensi penyakit kanker dari tahun ke tahun hidup pasien dan keluarganya. Perawatan yang
meningkat. Data Riset Kesehatan Dasar tahun sangat sesuai dengan kondisi penyakit terminal
2018, prevalensi penyakit kanker di Indonesia yaitu adalah perawatan paliatif (Deli and Ana, 2014;
1,8 per mil naik dari 1,4 per mil di tahun 2013. Kelley and Morrison, 2015; Arianti., Firmawati and
Yogyakarta merupakan provinsi dengan jumlah Rochmawati, 2016).
kasus kanker terbanyak di Indonesia, yakni 4,9 per Palliative care atau perawatan paliatif
1000 penduduk (Riskesdas, 2018). merupakan tipe perawatan yang tidak hanya
Kemajuan alat-alat medis membuat pasien menekankan pada gejala fisik saja, tetapi perawatan
kanker mampu bertahan hidup lebih lama, namun ini juga fokus terhadap aspek-aspek emosional,
terkadang menimbulkan penderitaan dari pada psikososial, dan ekonomis serta spiritual untuk
kesembuhan karena hidup lebih lama tidak berarti memenuhi kebutuhan akan perbaikan kualitas
hidup lebih baik. Pasien kanker akan mengalami hidup pasien. Pelayanan kanker merupakan salah
satu bentuk pelayanan paliatif di Indonesia, sementara mempertahankan harapan yang realistis,
pelayanan ini berfokus pada pengobatan dan mencapai persetujuan(informed consent),
pengontrolan progresi kanker (Deli and Ana, 2014; mengatasi dilema etis (Granek et al., 2013).
Sherwen, 2014; Selman et al., 2017).
Area paliatif ataupun pelayanan kanker METODE
adalah area praktek dengan masalah yang sering TUJUAN
dirasakan menantang dan sulit baik bagi perawat Untuk mereview artikel atau literature yang
maupun pasien atau keluarganya. Salah satu menyediakan informasi tentang komunikasi
tantangan dan kesulitan itu seperti bagaimana terapeutik dalam pelayanan kanker dan paliatif
mengatur masalah komunikasi yang ada di Untuk memenuhi tujuan ini, maka tujuan
pelayanan paliatif atau kanker yang sangat selanjutnya dari review ini untuk menentukan :
kompleks contohnya bagaimana memberikan 1. Bagaimana karakteristik komunikasi
informasi secara tepat tentang berita buruk terkait terapeutik dalam pelayanan kanker dan
diagnosis atau prognosis, bagaimana paliatif ?
mendiskusikan tujuan perawatan dan keinginan 2. Apa manfaat dari komunikasi terapeutik
pasien serta bagaimana cara memulai diskusi dalam pelayanan kanker dan paliatif ?
tentang kematian dan proses kematian dimana 3. Apa hambatan untuk berkomunikasi
dikalangan masyarakat masih relative tabu terapeutik dalam pelayanan kanker dan
(Brighton and Bristowe, 2016). paliatif ?
Komunikasi bisa didefinisikan sebagai 4. Apa strategi perawat untuk meningkatkan
pembagian informasi secara sukarela dan sengaja komunikasi terapeutik dalam pelayanan
antara dua orang atau lebih dalam upaya kanker dan paliatif ?
menyampaikan dan menerima pesan. Komunikasi STRATEGI PENCARIAN
memainkan peran vital dalam pelayanan akhir Literature yang relevan ditinjau mengikuti
kehidupan pasien kanker. Komunikasi pada pasien pencarian dari 3 database yaitu PubMed,
kanker sangat menantang namun sejauh ini hal Ebscohost, dan ProQuest, serta dari Google Scholar
tersebut kurang diperhatikan dalam pelayanan search engine. Tahun pencarian dibatasi 5 tahun
kanker sehingga sering bagi perawat onkologi teakhir, 2013-2017 untuk memastikan penelitian
melaporkan hambatan substansial dan tantangan yang terinklude up-to-date.
berkomunikasi dalam praktek mereka (Hasan and Menggunakan kata kunci :
Rashid, 2016). Hasil penelitian Virdun menyatakan 1. “Komunikasi terapeutik” or “effective
bahwa komunikasi terapeutik merupakan salah satu communication” or “therapeutic
hal penting yang diinginkan oleh pasien dan communication” or discussion or
keluarganya dalam perawatan penyakitnya. Lebih conversation”
lanjut komunikasi terapeutik menurut pasien dan 2. “Paliatif” or “Palliative care” or “terminal
keluarga yaitu pemberian informasi yang jujur dan care” or “Cancer Care”
jelas terkait penyakitnya, komunikasi dengan 3. Nurse*,
empati (Virdun et al., 2017). 4. Cancer patient*.
Komunikasi terapeutik adalah landasan 5. 1 and 2 and 3 and 4 ( combined with “and”)
dasar untuk kepastian pengobatan, hasil kesehatan
yang positif, kepatuhan pasien dan kualitas Kriteria inklusi dan eksklusi
perawatan secara keseluruhan (Hasan and Rashid, Kami hanya memasukan artikel penelitian yang di
2016). Sehingga seorang perawat harus memiliki publikasi dalam bahasa inggris, komunikasi
dan menguasai skill komunikasi yang dibutuhkan sebagai tema utama, komunikasi antara perawat-
supaya mereka bisa bekerja secara efektif dan pasien atau keluarga dalam konteks pasien kanker
membangun hubungan interpersonal yang dewasa di pelayanan paliatif dan kanker. Kriteria
kontruktif dan sukses antara perawat dan pasien inklusi yang lain di sesuaikan dengan tujuan dari
(Sherwen, 2014; Lai, 2016). review ini. Kami mengeluarkan artikel penelitian
Komunikasi terapeutik diperlukan perawat yang fokus pada Paliatif decision making,
dan pasien kanker dalam pelayanan kanker dan komunikasi antara pasien atau keluarga dengan
paliatif untuk mendiskusikan informasi tentang tenaga kesehatan lain (dokter, psikologis) serta
diagnosis, prognosis, dan pengobatan pilihan secara mahasiswa keperawatan. Kami juga mengeluarkan
realistis, mendorong pasien menyadari pelayanan literature review. (table 1).
yang ada, memperjelas prioritas pasien,
membangun hubungan kepercayaan antara perawat,
pasien dan keluarga, meminimalisir ketidakpastian
dan mencegah harapan yang tidak realistis
Tabel 1 : kriteria inklusi dan eksklusi.

Inklusi Eksklusi
Dipublikasi tahun 2013-sekarang Dipublikasi dalam bahasa lain
Dipublikasi dalam bahasa inggris Focus pada end of life decision making
Focus pada anak-anak atau remaja dibawah 18
Komunikasi sebagai tema utama
tahun
Komunikasi pasien/keluarga dengan perawat Focus komunikasi antara dokter pasien
Konteks pasien kanker dewasa dalam pelayanan Literature review atau artikel yang bukan dari
paliatif dan Paliatif penelitian
Memiliki abstract dan full text
Artikel riset yang relevan dengan topic dan tujuan
atau pertanyaan review

Hasil Pencarian abstrak, 143 artikel dikeluarkan dan 51


Proses pencarian dilaksanakan artikel yang terinklude.
selama periode 2013-sekarang. Semua Artikel yang dikeluarkan karena
detail dari identifikasi dan proses tidak sesuai dengan kriteria inklusi seperti
pemilihan ditunjukan dalam sebuah bagan fokus utama pada decision making,
1. Hasil dari 3 database dan google scholar konteksnya bukan pasien kanker dan
pencarian ada 828 judul yang berpotensi diluar paliatif dan Paliatif, dan pada ana-
relevan. Ada 30 artikel yang duplikat anak. 51 artikel yang terinklud di baca
sehingga hasilnya 798 artikel. Hasil secara full-text oleh penulis dan hasilnya
pembacaan judul, 194 artikel yang akhirnya 17 artikel yang sesuai dengan
terinklud setelah itu dilakukan pembacan kriteria inklusi.

Bagan 1 : Proses pemilihan artikel

Hasil pencarian dari Sumber lain :


3 database (n=828) Google scholar search engine
Pubmed n: 37 (633)
Identifikasi

Proquest n: 44 , Ebsco ;114

Setelah artikel yang sama


dikeluarkan
Pontensi artikel yang relevan (n=798)
(n=30)

Artikel dikeluarkan Setelah dievaluasi


judulnya (n=604)
Hasil pembacaan judul
(n : 194) Proquest (n:8), Ebsco(n:51), PubMed
(n:18), Google scholar (n: 117)
Artikel dikeluarkan setelah abstrak
Skrening

dibaca:
Tidak sesuai criteria inklusi (n: 143)

Hasil pembacaan judul dan abstrak


(n=51), Google scholar (n:27), Pubmed (n: 6)
Fulltext yang dikeluarkan :
Proquest (n: 5) , Ebsco (n: 13)
Fokus komunikasi dokter-pasien : 9
Konteks bukan pasien kanker : 5
Tidak Focus komunikasi perawat-pasien dan focus
decision making : 12
Kelayakan

Komunikasi mahasiswa keperawatan-pasien: 2


Hasil pembacaan full text (n=17) Bukan artikel penelitian(literature review) : 6
Analisis

17 artikel yang direview


Tabel 2 : Kesimpulan dari seluruh artikel yang terinklud

Penulis Desain and metode


No Tujuan Partisipan/ Sampel Temuan
Tahun Pengumpulan data
(Seccareccia et untuk mengidentifikasi unsur- Ada 85 peserta: 46 Desain kualitatif Pasien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan menegaskan bahwa
al., 2015) unsur komunikasi yang orang yang Wawancara dengan komunikasi merupakan elemen utama dari kualitas perawatan dan
penting bagi kualitas diwawancarai (23 pasien /keluarga dan focus kepuasan keluarga pada PCU. Ada 5 elemen komunikasi yang
perawatan dan kepuasan peserta pasien dan 23 groups dengan staf dilakukan berfungsi sebagai struktur untuk edukasi dan sebagai alat untuk
dengan perawatan pada unit peserta keluarga, dan pada empat PCU. memperbaiki kualitas pada perawatan rawat inap paliatif yaitu : 1)
perawatan paliatif (PCUs), 39 peserta kelompok membangun hubungan baik dengan pasien dan keluarga untuk
1
seperti yang dijelaskan oleh fokus (penyedia membangun kepercayaan dan kekerabatan; 2) Menjelaskan harapan
pasien rawat inap, keluarga, layanan kesehatan dan tujuan perawatan; 3) mempertahankan pasien dan keluarga di
dan penyedia layanan [HCP]). informasikan tentang kondisi pasien; 4) mendengarkan secara aktif
kesehatan. 11 perawat untuk memvalidasi perhatian pasien dan kebutuhan individu; dan 5)
menyediakan tempat yang aman untuk percakapan tentang kematian
dan proses kematian.
(Strang et al., untuk menggambarkan refleksi Perawat (n = 98) Desain kualitatif Studi ini mendukung pernyataan bahwa pengalaman berbicara tentang
2014) perawat tentang masalah direkrut dari rumah Setiap perawat berpartisipasi masalah eksistensial dan lingkungan pendukung membuat perawat
eksistensial dalam sakit, hospice dan dalam lima sesi refleksi nyaman saat konseling pasien mendekati kematian. Jelas dari
komunikasi mereka dengan tim homecare. kelompok yang dicatat, penelitian ini bahwa memiliki keberanian untuk hadir dan
2
pasien yang mendekati ditranskrip dan dianalisis mengkonfirmasikan, memiliki waktu dan tidak berusaha
kematian. dengan menggunakan analisis 'menyelesaikan' setiap masalah eksistensial adalah faktor terpenting
konten kualitatif. dalam percakapan dengan pasien yang dekat kematian.

(Khosla et al., untuk membahas tantangan 57 penyedia layanan Kualitatif Tiga jenis tantangan komunikasi yang sering mereka hadapi saat
2017) komunikasi yang dihadapi kesehatan peneliti melakukan analisis melayani populasi ini: memastikan interpretasi yang efektif,
oleh penyedia layanan (perawat: 6) tematik data kualitatif yang mengidentifikasi juru bicara, dan tantangan yang ditimbulkan oleh
kesehatan yang melayani diperoleh melalui kelompok norma budaya yang berbeda. Peserta berbagi strategi untuk mengatasi
pasien Asia Selatan dengan fokus tantangan ini seperti menanyakan secara proaktif tentang preferensi
3
pasien yang serius dan pasien dan keluarga dan mendorong penunjukan juru bicara awal.
keluarganya serta strategi
yang direkomendasikan oleh
penyedia layanan untuk
komunikasi yang efektif.
4 Untuk menunjukkan bagaimana
mengkomunikasikan Mixed method Studi ini menemukan bahwa hampir setengah dari semua anggota
(Krawczyk and ketidakpastian prognostik Open-ended questions were keluarga menginginkan lebih banyak informasi tentang kemungkinan
terhadap anggota keluarga, 67 anggota keluarga embedded within a previously hasil perawatan, termasuk pengetahuan tentang kematian dan proses
Gallagher, 2016)
dan explore why prognostic validated survey asking kematian. Ketidakpastian prognostik seringkali dikomunikasikan
forecasts should focus on family members about dengan kurang baik, Teknik yang tidak tepat mencakup informasi yang
raising awareness that a satisfaction with Paliatifcare terselubung dalam eufemisme yang kurang tepat, memberikan harapan
patient is sick enough to die palsu yang tidak diinginkan, dan ketidaksesuaian antara pesan dan
tingkat perawatan agresif yang diberikan. Teknik ini meninggalkan
ketidakpastian dan kecurigaan.
Anggota keluarga yang melaporkan pembahasan ketidakpastian
prognostik menjadi komunikasi yang efektif yang tinggi dan kepuasan
dengan perawatan. Mereka juga melaporkan manfaat jangka panjang
untuk mengetahui kemungkinan meninggal pasien.

(Banerjee et al., untuk menyajikan ringkasan 121 perawat rawat Qualitativen design Hasilnya menunjukkan enam tema yang menggambarkan tantangan
2016) dari tantangan komunikasi inap yang bekerja di dalam berkomunikasi secara empatik: ketegangan dialektik, beban
yang dihadapi oleh perawat lingkungan onkologi menyampaikan berita buruk, kurangnya keterampilan untuk
onkologi memberikan empati, hambatan institusional yang dirasakan, situasi
yang menantang, dan ketidaksamaan yang dirasakan antara perawat
dan pasien.
5
Hasil untuk tantangan dalam membahas kematian, proses kematian
dan tujuan EOLC yaitu: ketegangan dialektik, membahas topik
spesifik yang berkaitan dengan EOL, kurangnya keterampilan untuk
memberikan empati, karakteristik pasien / keluarga, dan hambatan
institusional yang dirasakan.
(Granek et al., Untuk mengeksplorasi strategi 20 partisipan Qualitative design Temuan ini mengungkapkan strategi untuk komunikasi efektif tentang
2013) komunikasi onkologis dan Dua puluh ahli akhir kehidupan termasuk: terbuka dan jujur; Percakapan awal yang
hambatan komunikasi saat onkologi terus berlanjut; berkomunikasi tentang memodifikasi tujuan
membahas masalah akhir diwawancarai di tiga pengobatan; dan menyeimbangkan harapan dan kenyataan. Hambatan
kehidupan dengan pasien rumah sakit untuk menerapkan strategi ini secara luas ada tiga domain, termasuk
tentang strategi tenaga kesehatan, faktor pasien, dan faktor institusional. Faktor tenaga
komunikasi mereka kesehatan termasuk kesulitan dalam treatment dan paliasi,
pada masalah akhir ketidaknyamanan dengan kematian dan proses kematian, tanggung
6
kehidupan jawab yang besar di antara rekan kerja, dengan menggunakan " death-
dengan pasien defying mode”, kurangnya pengalaman, dan kurangnya bimbingan.
Faktor pasien termasuk, pasien dan / atau keluarga yang enggan
membicarakan akhir hayat, hambatan bahasa, dan usia lebih muda.
Faktor institusional meliputi stigma seputar perawatan paliatif,
kurangnya protokol tentang masalah akhir kehidupan; dan kurangnya
pelatihan untuk ahli onkologi tentang bagaimana berbicara dengan
pasien tentang masalah akhir kehidupan.
(Ghahramanian untuk menunjukkan faktor- Peserta (sembilan Qualitative design Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi komunikasi perawat –
et al., 2014) faktor yang mempengaruhi pasien, tiga anggota Data dikumpulkan melalui pasien : Pasien sebagai pusat komunikasi, Perawat sebagai faktor
komunikasi perawat-pasien keluarga, dan lima purposive sampling dengan manusia, dan struktur organisasi.
dalam perawatan kanker di perawat) wawancara mendalam semi Untuk kategori pertama terdiri dari dua subkategori yaitu Imposed
Iran terstruktur dengan sembilan changes by the disease dan karakteristik khusus pasien. Untuk
pasien, tiga anggota keluarga Kategori kedua mencakup subkategori yaitu sense of vulnerability dan
dan lima perawat dan persepsi dari profesional sendiri: Pre-syarat komunikasi berpusat pada
dianalisis secara bersamaan pasien".
7 Untuk Kategori ketiga terdiri dari subkategori yaitu beban kerja dan
ketidakseimbangan waktu, kurangnya pengawasan, dan
memberlakukan tugas dalam konteks mengabaikan kebutuhan perawat
dan pasien.
Karakteristik pasien, perawat, dan lingkungan perawatan nampaknya
menjadi faktor yang paling berpengaruh pada komunikasi.

(Coyle et al., untuk mengadaptasi modul 247 perawat Experimental design Kepercayaan perawat dalam membahas kematian, proses kematian,
2015) pelatihan ketrampilan onkologi rawat inap dan tujuan perawatan akhir hidup meningkat secara signifikan setelah
komunikasi (CST) Modul Paliatifcare yang menghadiri workshop. Peserta perawat menunjukkan kepuasan dengan
Paliatifcare, yang awalnya diadaptasi terdiri dari video modul tersebut dengan menyetujui atau sangat menyetujui enam item
dikembangkan untuk berdurasi 45 menit yang yang menilai kepuasan 90% -98% dari segi waktu. Perawat dalam
8 perawat onkologi dan untuk berisi edukasi dan 90 menit membahas kematian, proses kematian, dan perawatan akhir kehidupan
mengevaluasi kepercayaan interaksi kelompok kecil dan menunjukkan kelayakan, penerimaan, dan manfaat potensial untuk
peserta dalam menggunakan memainkan peran dengan meningkatkan kepercayaan diri dalam diskusi akhir kehidupan.
keterampilan komunikasi pasien simulasi.
yang dipelajari dan kepuasan
mereka terhadap modul ini.
untuk menguji pengalaman penelitian kuantitatif, desain Hasilnya menunjukkan bahwa 49% respondents mengalami kesulitan
(Alshehri and perawat tentang komunikasi 61 sampel perawat deskriptif cross sectional dan dalam tugas perawatan paliatif sementara 41% responden memiliki
Ismaile, 2016) dengan pasien paliatif di yang bekerja di CCU data diperoleh dengan masalah dengan komunikasi dalam perawatan palliative. Selain itu,
9
CCU menggunakan kuesioner perawat yang mengambil bagian dalam penelitian ini melaporkan
dengan susah payah mendiskusikan keputusan seperti perawatan
lanjutan, DNR, dan pemberian makanan NGT
10 (Roscoe et al., untuk menganalisis data dari 16 patients kanker Qualitative design Pasien menilai ahli onkologi mereka sebagai pendiskusi masalah akhir
2013) wawancara dengan pasien kehidupan yang kompeten dan nyaman, meskipun hanya sedikit yang
kanker kepala dan leher melaporkan membahas aspek-aspek spesifik dari perawatan akhir
stadium akhir dan penyedia kehidupan. Ahli onkologi memandang memberikan informasi
layanan kesehatan mereka prognostik sebagai sebuah proses daripada sebuah peristiwa tunggal,
tentang kompetensi dan dan lebih suka menjawab pertanyaan pasien dibandingkan dengan
pendekatan komunikasi membimbing diskusi. Data ini mengungkapkan tak berhubungan
untuk mengkomunikasikan dalam komunikasi yang menunjukkan bahwa kebutuhan informasi
masalah akhir kehidupan pasien dan petugas kesehatan belum terpenuhi.

(Schubart et al., untuk memahami persepsi 22 profesional Desain kualitatif Dari analisis kualitatif wawancara yang ditranskripsi, empat tema
2015) miskomunikasi dan masalah kesehatan Wawancara semi terstruktur muncul, masing-masing mengandung beberapa subtema. Faktor
yang ada Perawat: 15 dilakukan dengan 22 individu adalah masalah yang berasal dari individu, terkait dengan
profesional perawatan pendidikan, latar belakang budaya dan emosi. Faktor struktural
11 kesehatan [HCP] di lima ICU dikaitkan dengan batasan dan koordinasi peran institusional. Masalah
dewasa di sebuah pusat medis pengelolaan informasi dihasilkan dari proses sosial dan psikologis
akademis di Amerika Serikat. dimana HCP dan anggota keluarga mencari, mendistribusikan dan
memahami informasi. Masalah manajemen hubungan timbul dari
kesulitan interaksi interpersonal
(Murray, untuk mendapatkan pemahaman 15 artikel A systematic review and empat tema:
McDonald and yang lebih dalam tentang metasynthesis of qualitative faktor yang memfasilitasi dan penghambat dalam komunikasi;
Atkin, 2015) pengalaman komunikasi findings pentingnya kualitas kemanusiaan dalam menghadapi komunikasi;
12 pasien dengan kebutuhan persepsi dalam pengalaman komunikasi; dan perbedaan individu
perawatan paliatif yang telah dalam preferensi untuk kejujuran dalam berinteraksi
diidentifikasi dalam literatur
kualitatif
(van Vliet et al., Untuk menyelidiki bagaimana Breast cancer Qualitative analysis of focus Peserta berpikir bahwa ketika dihadapkan pada jenis konsultasi yang
2013) ahli onkologi dapat survivors (n = 23) groups consisting of female mereka butuhkan - kurang lebih eksplisit - informasi medis dan
menyeimbangkan secara Healthy breast cancer survivors and informasi mengenai dukungan. Untuk menjaga harapan, pengetahuan
eksplisit dan umum dengan women (n = 29) healthy women tentang (pengobatan) kemungkinan itu penting, namun juga kepastian
informasi yang penuh untuk tidak ditinggalkan oleh rumah sakit pada tahap selanjutnya dari
13
harapan saat membahas penyakit dan kepercayaan diri untuk tetap dapat membuat keputusan
berbagai topik pada masa sendiri. Implikasi praktik: Diagnosis yang membatasi kehidupan dapat
transisi dari penyembuhan menghancurkan perspektif masa depan pasien; Namun, penelitian ini
kuratif ke perawatan paliatif memberikan saran bagi ahli onkologi untuk menciptakan perspektif
pada kanker payudara. baru.
14 (Shahid et al., Untuk melaporkan pandangan 62 CSP Aborigin dan Sebuah studi kualitatif yang Kurangnya pengetahuan CSP tentang kebutuhan orang Aborigin yang
2013) CSP tentang faktor-faktor non-Aborigin melibatkan wawancara menderita kanker dan pemahaman terbatas pasien Aborigin tentang
yang mengganggu (penyedia layanan mendalam sistem medis yang diidentifikasi sebagai dua hambatan utama dalam
komunikasi dan menawarkan kanker) komunikasi. Untuk komunikasi penyedia layanan yang efektif,
strategi praktis untuk perhatian diperlukan untuk bahasa, gaya komunikasi, pengetahuan dan
mempromosikan komunikasi penggunaan istilah medis dan perbedaan lintas budaya dalam konsep
yang efektif dengan pasien waktu. Aboriginal marginalisasi dalam masyarakat arus utama dan
Aborigin di Australia Barat ketidakpercayaan masyarakat Aborigin terhadap sistem kesehatan juga
(WA). merupakan isu utama yang berdampak pada komunikasi. Solusi
potensial untuk komunikasi penyedia layanan Aborigin yang efektif
termasuk merekrut lebih banyak staf Aborigin, memberikan pelatihan
budaya yang sesuai untuk CSP, pendidikan kanker untuk pemangku
kepentingan Aborigin, kesinambungan perawatan, menghindari
penggunaan jargon medis, mengakomodasi kebutuhan psikososial dan
logistik pasien, dan layanan in-service koordinasi.
(Selman et al., Untuk mengetahui efek 11 artikel Systematic review Meta-analysis showed little effect on patient outcomes (SMD=0.10,
2017) intervensi pelatihan 95%CI -0.05 to 0.24) and high levels of heterogeneity (Chi2=21.32,
komunikasi untuk penyedia df=7, p=0.003; I2=67%). The effect on trainee behaviours in simulated
perawatan paliatif umum interactions (SMD=0.50, 95%CI 0.19-0.81) was greater than in real
15 pada outcomes yang patient interactions (SMD=0.21, 95%CI -0.01-0.43); moderate
dilaporkan pasien dan heterogeneity (Chi2=8.90, df=5, p=0.11; I2=44%; Chi2=5.96, df=3,
perilaku peserta didik p=0.11; I2=50%, respectively). Two interventions with medium effects
on showing empathy in real patient interactions included personalized
feedback on recorded interactions.
(Curtis et al., Untuk menilai efek dari Randomized trial A Randomized Trial Di antara dokter internal dan praktisi perawat, pelatihan komunikasi
2013) intervensi keterampilan conducted with 391 berbasis simulasi dibandingkan dengan pendidikan biasa tidak
komunikasi bagi dokter internal medicine and Peserta diacak menjadi 8 sesi, meningkatkan kualitas komunikasi tentang perawatan akhir kehidupan
internal dan praktisi perawat 81 nurse practitioner berbasis simulasi, atau kualitas perawatan akhir hidup namun dikaitkan dengan sedikit
tentang hasil yang trainees between intervensi keterampilan peningkatan tekanan pasien. gejala. Temuan ini menimbulkan
16
dilaporkan pasien dan 2007 and 2013 at the komunikasi (N = 232) atau pertanyaan tentang transfer keterampilan dari pelatihan simulasi
keluarga University of pendidikan biasa (N = 240). sampai perawatan pasien aktual dan kecukupan penilaian keterampilan
Washington and komunikasi.
Medical University
of South Carolina.
17 (Milic et al., Untuk meningkatkan 82 perawat Experiment design
2015) keterampilan dan Nurses reported greater skill and confidence for 14 survey items (P < .
kepercayaan perawat dalam An 8-hour-long workshop 001), including assessing families’ understanding of prognosis and
perawatan kritis untuk was developed for critical goals of care, addressing families’ emotional needs, and contributing
diskusi dengan keluarga care nurses. Key roles and to family meetings. Increases were sustained 3 months after the
pasien dan dokter tentang skills of nurses in com- workshop
prognosis dan tujuan munication about prognosis
perawatan dengan and goals of care were de-
menggunakan intervensi fined. Participants practiced
edukasi yang terfokus. skills during facilitated role-
plays. Participants completed
surveys before, immediately
after, and 3 months after their
workshop, rating their
confidence and skill in
performing key tasks. Use of
a participant focus group and
open-response items in the
surveys further elucidated the
impact of the workshop.
HASIL
Review ini mengidentifikasi 17 artikel 2013; van Vliet et al., 2013; Coyle et al., 2015;
yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kebanyakan Milic et al., 2015; Murray, McDonald and Atkin,
artikel menggunakan desain kualitatif yaitu 10 2015; Krawczyk and Gallagher, 2016), Tujuannya
artikel dan 2 kuasi experiment, 1 RCT, 2 sistematik untuk mengurangi harapan yang tidak realistis dari
review, 1 deskriptif dan 1 desain mixed method. pasien maupun keluarganya.
Dari 17 artikel yang terpilih, 10 artikel fokus pada Fokus pada informasi yang dibutuhkan dan
perawat, 3 artikel focus kepada penyedia diinginkan (Strang et al., 2014; Coyle et al.,
pelayanan(perawat), keluarga dan pasien serta 4 2015; Milic et al., 2015; Murray, McDonald and
artikel focus pada pasien atau keluarganya. Temuan Atkin, 2015), sebelum informasi diberikan maka
review ini dipresentasikan sesuai dengan terlebih dahulu diklarifikasi sejauh mana
pertanyaan yang memandu review ini. pemahaman pasien dan keinginan akan informasi
tersebut, sehingga ada koneksi informasi dan
Karakteristik komunikasi terapeutik dalam kebutuhan pasien.
pelayanan paliatif dan kanker Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Komunikasi terapeutik merupakan (Roscoe et al., 2013; Murray, McDonald and Atkin,
elemen vital dalam pelayanan paliatif dan kanker. 2015), menggunakan bahasa awam akan mudah
Perawat memainkan peran penting dalam merawat dipahami dan meminimalisir misunderstanding
pasien kanker. Kemampuan yang harus dimiliki serta penggunaan komunikasi non verbal yang
perawat adalah kemampuannya untuk melakukan tepat contohnya sentuhan, duduk disamping pasien
komunikasi yang terapeutik. 11 artikel telah bisa mendorong pasien memahami bahwa perawat
mengidentifikasi 7 item yang menggambarkan siap membantu.
karakteristik komunikasi terapeutik di pelayanan Aktif mendengarkan (Roscoe et al., 2013; Strang
paliatif dan kanker yaitu : et al., 2014; Seccareccia et al., 2015), perawat
Menunjukan empati dan dukungan emosional perlu mengetahui kapan harus bicara dan kapan
(Roscoe et al., 2013; van Vliet et al., 2013; Coyle harus mendengar sehingga interaksi yang baik
et al., 2015; Milic et al., 2015; Banerjee et al., tercipta antara perawat dan pasien selain itu, lebih
2016; Selman et al., 2017). 6 artikel banyak mendengar daripada berbicara di salah satu
mengemukakan bahwa menunjukan empati dan waktu itu lebih baik.
dukungan emosional merupakan salah satu pusat
dari Komunikasi terapeutik Cara menunjukan Hambatan dalam menyediakan komunikasi
empati dan dukungan emosi yaitu dengan cara terapeutik dalam pelayanan paliatif dan kanker
membantu mereka merasa dipahami dan didukung Review ini mengidentifikasi beberapa
bisa dengan cara mengakui emosi pasien contohnya hambatan yang ditemukan untuk berkomunikasi
saya bisa melihat “betapa kewalahannya kamu”, baik, dijelaskan oleh 8 artikel yang dikelompokkan
mevalidasi emosi pasien seperti “ini pasti sangat menjadi tiga kategori utama yaitu: Faktor perawat,
sulit”, menormalkan emosi pasien seperti “ faktor pasien atau keluarga, dan faktor institusional.
kebanyakan orang-orang yang berada disituasimu Faktor perawat merupakan hambatan
merasakan hal yang sama” terakhir seperti saya mayor untuk menyediakan komunikasi yang baik,
sangat kagum bagaimana kamu telah menerima dimana factor perawat seperti kurang pengalaman
penyakitmu”. dan motivasi (Granek et al., 2013; Alshehri and
Menghargai pasien atau rasa hormat (Roscoe et Ismaile, 2016), Kesulitan dengan treatment atau
al., 2013; Strang et al., 2014; Milic et al., 2015; palliatif, Ketidaknyamanan dan merasa tabu
Murray, McDonald and Atkin, 2015), yaitu mendiskusikan tentang kematian dan proses
bagaimana perawat mampu menjaga privasi pasien kematian sehingga cenderung mengabaikan untuk
dan menghormati keputusan pasien tentang berdiskusi (Granek et al., 2013; Murray, McDonald
keinginan dia mendiskusikan topik yang sensitif, and Atkin, 2015; Alshehri and Ismaile, 2016),
seperti diagnose atau kabar buruk. menyebarnya tanggung jawab antara kolega untuk
Memberikan informasi yang jelas, terbuka dan mendiskusikan isu-isu paliatif (Granek et al., 2013;
jujur (Granek et al., 2013; Strang et al., 2014; Schubart et al., 2015; Alshehri and Ismaile, 2016),
Coyle et al., 2015; Milic et al., 2015; Murray, kurang bimbingan (Granek et al., 2013), dan
McDonald and Atkin, 2015; Seccareccia et al., kurangnya pengetahuan dan skill dalam
2015; Krawczyk and Gallagher, 2016), tujuannya menyediakan komunikasi yang terapeutik
untuk membantu pasien dalam memahami maksud (Banerjee et al., 2016).
tindakan perawat dan informasi tersebut dapat Faktor pasien dan keluarga seperti
membuat pasien merasakan kemudahan dan karakteristik individu (Granek et al., 2013;
mengurangi harapan yang tidak realistis. Ghahramanian et al., 2014; Banerjee et al., 2016;
Menghindari pemberian harapan palsu and Khosla et al., 2017), keluarga yang tidak siap
eupemisme (Granek et al., 2013; Roscoe et al., kehilangan (Granek et al., 2013; Banerjee et al.,
2016), perbedaan keyakinan dan budaya (Shahid et Menyediakan komunikasi terapeutik
al., 2013; Schubart et al., 2015; Banerjee et al., dalam pelayanan kanker dan paliatif merupakan
2016; Khosla et al., 2017), hambatan bahasa elemen vital yang perlu ditingkatkan menurut
(Granek et al., 2013; Shahid et al., 2013; Murray, perseptif pasien dan keluarga (Virdun et al., 2017).
McDonald and Atkin, 2015; Khosla et al., 2017) Komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien
dan keengganan pasien atau keluarga untuk sangat penting untuk keberhasilan asuhan
membicarakan kematian dan proses kematian dan keperawatan bagi setiap pasien khususnya bagi
cenderung berdampak negative (Granek et al., pasien kanker dimana mereka mengalami
2013; Murray, McDonald and Atkin, 2015) peningkatan distress psikologis (Kourkouta and
Faktor institusional yaitu stigma dalam Papathanasiou, 2014). Untuk mencapai hal ini,
pelayanan paliatif (Granek et al., 2013), kurangnya perawat harus memahami karakteristik komunikasi
protokol di pelayanan kanker dan paliatif (Granek terapeutik namun hal tersebut masih sangat kurang
et al., 2013), kurangnya supervisi (Ghahramanian di bahas secara sistematis apa sebenarnya
et al., 2014), kurangnya training untuk komunikasi terapeutik itu.
berkomunikasi baik bagi perawat (Granek et al., Review ini mengidentifikasi dan
2013; Alshehri and Ismaile, 2016), beban kerja dan merangkum karakteristik komunikasi terapeutik
waktu tidak seimbang (Ghahramanian et al., 2014), dengan pasien kanker dan keluarganya di
kehilangan autonomi berdiskusi terkait masalah pelayanan kanker dan paliatif, contohnya
paliatif (Banerjee et al., 2016). menunjukkan empati atau dukungan emosional;
menunjukkan rasa hormat; informasi yang
Manfaat komunikasi terapeutik jujur,terbuka, dan jelas; mengklarifikasi dan fokus
Dari 17 artikel yang terpilih, hanya dua pada kebutuhan dan informasi yang lebih disukai
artikel yang membahas manfaat dari komunikasi oleh pasien dan keluarga, menggunakan bahasa
terapeutik. Komunikasi merupakan tema yang yang mudah dipahami, lebih aktif mendengar dan
paling umum yang berhubungan dengan kepuasan menghindari pemberian harapan palsu dan
dan kualitas pelayanan. Dampak dari komunikasi euphemism.
terapeutik dengan pasien atau keluarga adalah Empati mungkin cara yang lebih realistis
meningkatnya kepuasan pasien atau keluarga untuk menunjukkan bahwa kita menghargai dan
terhadap pelayanan yang diberikan (Seccareccia et peduli dengan pengalaman pasien karena mereka
al., 2015; Krawczyk and Gallagher, 2016) dan menghadapi diagnosa, perawatan, gejala penyakit
membangun hubungan interpersonal dengan pasien yang sulit. Empati yang diucapkan oleh satu orang
dan keluarga yang didasari kepercayaan dan ke orang lain dapat menawarkan dukungan dan
kekeluargaan (Seccareccia et al., 2015) kenyamanan pada saat kerentanan, kecemasan dan
distress (Bramhall, 2014). Menerima komunikasi
Strategi untuk menyediakan komunikasi empatik adalah hal yang paling penting bagi pasien
terapeutik kanker. Bahkan ucapan empati selama 30 sampai
Review ini mengidentifikasikan 11 dari 17 40 detik dapat secara positif mempengaruhi
artikel menyarankan agar perawat mengikuti skill evaluasi pasien terhadap komunikasi terkait berita
training tentang Komunikasi terapeutik sebagai buruk yang disampaikan (Vliet, 2014).
strategi utama untuk meningkatkan kemampuan menunjukan rasa hormat tidak kala
dalam menyediakan komunikasi yang tepat dalam penting, hal ini untuk menjaga privasi pasien dan
merawat pasien kanker. 4 dari 11 artikel tersebut menyeimbangkan komunikasi dengan pasien
membahas secara langsung efek skill training dengan menawarkan kesempatan untuk berbicara.
tentang Komunikasi terapeutik. 3 artikel dari 4 Namun disisi lain perawat juga perlu menyadari
artikel manyatakan bahwa skill training komunikasi bahwa pasien tidak selalu ingin berbicara.
memiliki efek positif yaitu memperbaiki Beberapa pasien tidak ingin membicarakan atau
kemampuan perawat untuk menunjukan empati dan menerima informasi tentang kematian atau
mendiskusikan emosi (Selman et al., 2017), informasi lain yang menyedihkan. Dalam situasi
meningkatkan kepercayaan diri perawat untuk ini, semestinya perawat menghargai keinginan
berkomunikasi dalam pelayanan kanker (Coyle et pasien tersebut (Strang et al., 2014). Informasi
al., 2015), dan meningkatkan pemahaman dan yang di yang diberikan oleh perawat memiliki
kepercayaan diri perawat untuk mendiskusikan prinsip harus jelas, terbuka, jujur dan hindari
terkait prognosis dan tujuan dari perawatan (Milic pemberian harapan palsu dan euphemism. Hal
et al., 2015). Sedangkan menurut Curtis (2013) tersebut akan membantu pasien untuk memahami
menyatakan bahwa efek training komunikasi yang dan menghadapi kankernya (Matsuyama et al.,
berdasar simulasi tidak memperbaiki kualitas 2013). Pasien dan keluarga menginginkan
komunikasi jika dibandingkan dengan edukasi informasi yang terbuka dan jujur dan
biasa. keseimbangan antara informasi yang realistis dan
harapan yang tepat. Sebuah studi yang menyelidiki
PEMBAHASAN sikap pengambil keputusan dalam
menyeimbangkan harapan dan kebenaran saat kepercayaan dan kekeluargaan (Bramhall, 2014;
mendiskusikan prognosis dan ditemukan bahwa Kourkouta and Papathanasiou, 2014). Hasil review
memberikan harapan palsu atau menghindari menemukan bahwa komunikasi terapeutik dengan
diskusi tentang prognosis dipandang sebagai cara pasien atau keluarga berdampak peningkatan
yang tidak sesuai untuk mempertahankan harapan kepuasan pasien atau keluarga terhadap pelayanan
(Bernacki and Block, 2014). yang diberikan. Hal ini didukung oleh hasil
Meskipun banyak pasien dan keluarga penelitian sebelumnya bahwa komunikasi dengan
sering menginginkan informasi yang jujur tentang keluarga dan pasien merupakan factor yang
penyakitnya, namun mereka juga ingin memelihara mempengaruhi secara positif kepuasan keluarga
harapannya (Moore and Reynolds, 2013). Perawat dan pasien dengan pelayanan. Komunikasi yang
seharusnya tidak pernah menganggap bahwa dimaksudkan yaitu informasi yang jujur dan akurat
semua pasien selalu menginginkan informasi terkait diagnosis and prognosis, mendengarkan
mengenai prognosis atau treatment (Hawthorn, secara aktif, pernyataan empati, dan informasi yang
2015). Perawat seharusnya menyediakan informasi konsisten dan jelas (Salins, Deodhar and
secara tepat waktu dan difokuskankan pada Muckaden, 2016). Komunikasi terapeutikjuga
informasi yang dibutuhkan atau topik yang lebih membantu membangun kepercayaan dan
disukai oleh pasien dan keluarga. Fakta bahwa merupakan dasar atau prasyarat untuk membangun
beberapa pasien dan keluarga menghindari hubungan yang tulus dan bermakna antara pasien
informasi yang menyakitkan sebagai sebuah dan perawat dan profesional kesehatan lainnya
strategi coping, sehingga penting memperlakukan (Kourkouta and Papathanasiou, 2014; Berčan and
pasien atau keluarga sebagai individu yang unik, Ovsenik, 2016).
memahami bahwa pasien mungkin mencari dan Hambatan utama dalam menyediakan
menghindari informasi dalam porsi yang sama komunikasi terapeutik yang di identifikasi di
(Hawthorn, 2015). review ini berasal dari factor perawat. Perawat
Dalam pemberian informasi, jangan lupa secara konsisten menunjukkan kesusahan saat
bahwa komunikasi ini mencakup orang-orang yang mengkomunikasikan topik akhir kehidupan dengan
mengelilingi pasien, oleh karena itu bahasa pasien dan keluarga (Goldsmith et al., 2013).
komunikasi harus dipahami oleh semua pihak yang Kurangnya pengalaman dan motivasi pasien
terlibat di dalamnya (Kourkouta and berdampak pada rendahnya kepercayaan diri
Papathanasiou, 2014). Perawat seharusnya perawat untuk menyediakan komunikasi
menyediakan informasi dalam istilah-istilah yang terapeutikdi pelayanan end of life. Rasa percaya
sederhana dan menggunakan bahasa mudah diri perawat sangat penting dalam memberikan
dipahami oleh pasien, khususnya pasien yang perawatan berkualitas bagi pasien yang sekarat dan
miliki literasi kesehatan yang rendah, focus pada terlibat dalam diskusi kanker (Walter, 2017).
point yang paling penting, dan menjelaskan dalam Hambatan lain yang bisa menghambat perawat
bahasa yang awam ketika harus menggunakan dalam menyediakan Komunikasi terapeutikadalah
istilah kesehatan. Selain itu, perawat juga perlu ketidaknyamanan membicarakan kematian dan
menggunakan komunikasi non-verbal contohnya proses kematian yang diyakini perawat dapat
sentuhan, duduk samping bed pasien, kontak mata berdampak buruk terhadap harapan pasien. Padahal
dan mendengar secara aktif itu menunjukan caring penelitian telah menunjukkan bahwa harapan tidak
dari perawat (Murray, McDonald and Atkin, 2015). selalu bertentangan dengan pemberian informasi
Mendengarkan secara efektif melibatkan tentang penyakit dan prognosisnya (Brighton and
konsentrasi pada arah pembicaraan utama, tetap Bristowe, 2016).
bersama pasien, dan tidak memikirkan pertanyaan Kurangnya pengetahuan dan skill perawat
berikutnya saat pasien berbicara. Dipahami bahwa serta bimbingan telah menjadi hambatan lain untuk
mendengarkan secara aktif memerlukan perhatian menyediakan komunikasi terapeutikdengan pasien
penuh dan fokus pada cerita pasien, emosi dan dan keluarga mencakup kurangnya pemahaman
bahasa tubuhnya yang diungkapkan. Diam adalah empati, menjadi pendengar yang baik dan
metode yang kuat dan dinamis untuk menunjukkan penggunaan bahasa yang tepat (Banerjee et al.,
dukungan, dan diam mengkomunikasikan kepada 2016). Menurut hasil penelitian Walter (2016)
pasien bahwa pendengarnya nyaman dengan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan
mereka. pengetahuan tentang Paliatif sangat penting dan hal
Komunikasi terapeutik adalah tersebut mempengaruhi kemampuan mereka untuk
keterampilan inti untuk semua profesional layanan mendiskusikan topik Paliatif. Area Paliatif banyak
kesehatan dan perawat khususnya, karena perawat tenaga professional yang terlibat sehingga adanya
menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien ketidakjelasan tanggung jawab untuk
dan keluarga daripada profesional kesehatan mendiskusikan topic end of life serta anggota tim
lainnya. Ini bisa menjadi kesempatan bagi perawat interprofesional dapat menghambat komunikasi
untuk memperbaiki dan mempromosikan jika mereka tidak berada pada satu tujuan yang
perawatan pasien yang baik dan hubungan sama dengan gagasan yang sama (Walter, 2017).
Selain factor di atas, review ini menjelaskan hambatan-hambatanya. Pemahaman
mengidentifikasi ada dua factor lain yang perawat tentang karakteristik Komunikasi
menghambat komunikasi baik yaitu factor pasien terapeutik menjadi dasar untuk
misalnya family dan pasien tidak siap kehilangan mengaplikasikannya dipelayanan maupun poin
sehingga membuatnya enggan untuk utama dalam training skill communication,
berkomunikasi, karakteristik pasien seperti umur, sedangkan pemahaman tentang hambatan
jenis kelamin dan tingkat pengetahuan, perbedaan komunikasi dapat menjadi pondasi bagi perawat
budaya dan keyakinan, dan hambatan bahasa. untuk meminimalisir dampaknya.
Untuk factor intitusional berupa ada stigma tentang Inkonsistensi efek training skill
paliatif, kurangnya supervise, tidak tersedianya komunikasi dapat mendorong perawat untuk
protocol Paliatif, tingginya beban kerja, waktu berimprovisasi dengan mengkombinasikan item-
yang tidak seimbang dan kurang menyediakan item karakteristik komunikasi terapeutik dalam
training skill tentang komunikasi terapeutik. review ini. Selain itu, untuk penelitian berikutnya
Strategi untuk meningkatkan pengetahuan perlu menggali lebih dalam terkait Komunikasi
dan skill komunikasi baik yaitu dengan cara terapeutikdari perspektif perawat, pasien dan
mengikuti pelatihan khusus tentang komunikasi keluarganya serta penggunaan desain penelitian
terapeutik. Hasil review ini mengidentifikasi ada mixed method terkait hubungan kualitas
beberapa manfaat dari training skill komunikasi komunikasi perawat dengan kualitas hidup pasien.
yaitu memperbaiki kemampuan perawat untuk
menunjukan empati dan mendiskusikan emosi, Kesimpulan
meningkatkan kepercayaan diri perawat untuk Komunikasi terapeutik merupakan inti
berkomunikasi di Paliatif dan meningkatkan dari pelayanan kanker dan paliatif care dan sangat
pemahaman dan kepercayaan diri perawat untuk diperlukan oleh pasien kanker untuk
mendiskusikan terkait prognosis dan tujuan dari mendiskusikan isu-isu pelayanan paliatif. Perawat
perawatan meskipun menurut Curtis (2013) perlu memahami karakteristik komunikasi
menyatakan bahwa efek training komunikasi yang terapeutik seperti menunjukan rasa empati dan
berdasar simulasi tidak memiliki perbedaan hasil dukungan emosional, menunjukkan rasa hormat or
jika dibandingkan dengan edukasi biasa. dignity, informasi yang diberikan jelas, terbuka dan
Pelatihan keterampilan komunikasi dapat jujur, mengklarifikasi pemahaman dan focus pada
membantu perawat mengatasi hambatan terhadap informasi yang lebih disukai dan dibutuhkan pasien
komunikasi yang efektif (Adams, Mannix and dan keluarga, menghindari pemberian harapan
Harrington, 2017). Beberapa penelitian yang lain palsu dan kata-kata pelembut, menggunakan
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi bisa bahasa yang mudah dimengerti dan penggunaan
diajarkan. Pelatihan komunikasi pada umumnya nonverbal, menjadi pendengar secara aktif dan
perlu diintegrasikan secara utuh sebagai baik. Menyediakan Komunikasi terapeutik dapat
keterampilan inti dalam kurikulum secara luas dan meningkatkan kepuasaan pasien dan keluarga
harus dipromosikan sebagai pembelajaran dan dengan pelayanan serta sebagai dasar untuk
pengembangan kompetensi (Horlait, Van Belle and membangun hubungan interpersonal saling percaya
Leys, 2017). Idealnya keterampilan ini dan kekeluargaan. Menyediakan komunikasi
dikembangkan dalam pelatihan pra-registrasi dan terapeutik dipelayanan kanker dan paliatif bukan
lebih lanjut selama preceptorship, supervisi dan perkara mudah banyak hambatan mencakup
mentorship untuk meningkatkan kepercayaan dan hambatan dari perawat, pasien dan institusional.
kompetensi di bidang ini (Bramhall, 2014). Sehingga perlunya training skill komunikasi bagi
perawat.
Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan dalam tinjauan Daftar Pustaka
literature ini, terutama karena tidak dilakukan
kritikal appraisal terhadap materi yang disajikan Adams, A. M. N., Mannix, T. and Harrington, A.
seperti sistematik review. Hal ini terkait tujuan (2017) ‘Nurses’ communication with families
review yang luas dan eksplorasi daripada in the intensive care unit – a literature review’,
menjawab pertanyaan klinis. Selain itu, review ini Nursing in Critical Care, 22(2), pp. 70–80. doi:
hanya mengulas artikel-artikel yang dipublikasikan 10.1111/nicc.12141.
dalam bahasa inggris dan periode 2013-sekarang
Alshehri, H. and Ismaile, S. (2016) ‘Nurses
serta keterbatasan metode pencarian.
experience of communication with palliative
patients in critical care unit: Saudi experience’,
Implikasi untuk praktek dan penelitian
International Journal of Advanced Nursing
Paliatif merupakan area dengan isu yang
Studies, 5(2), pp. 102–108. doi:
paling menantang yang membutuhkan perhatian.
10.14419/ijans.v5i2.6171.
Review ini memberikan pengetahuan terkait
karakteristik komunikasi terapeutik dan juga Arianti., Firmawati, E. and Rochmawati, E. (2016)
Identifikasi Gejala pada Pasien dengan Life Journal of Oncology Nursing, 17(2), pp. 163–
Limiting Illness. Yogyakarta. 167. doi:
http://dx.doi.org/10.1188/13.CJON.163-167.
Banerjee, S. C. et al. (2016) ‘Oncology nurses’
communication challenges with patients and Granek, B. L. et al. (2013) ‘Oncologists ’ Strategies
families: A qualitative study’, Nurse Education and Barriers to Effective’, Journal Of
in Practice. Elsevier Ltd, 16(1), pp. 193–201. Oncology Practice / American Society Of
doi: 10.1016/j.nepr.2015.07.007. Clinical Oncology, 4, pp. 129–135. doi:
10.1200/JOP.2012.000800.
Berčan, M. and Ovsenik, M. (2016)
‘Communication as a Component of the Hasan, I. and Rashid, T. (2016) ‘Clinical
Quality of Life in the Integrated Care for the Communication , Cancer Patients &
Dying’, Mediterranean Journal of Social Considerations to Minimize the Challenges’,
Sciences, 7(3), pp. 70–80. doi: Journal of cancer therapy, 7, pp. 107–113. doi:
10.5901/mjss.2016.v7n3s1p70. 10.4236/jct.2016.72012.
Bernacki, R. E. and Block, S. D. (2014) Hawthorn, M. (2015) ‘The importance of
‘Communication About Serious Illness Care communication in sustaining hope at the end
Goals’, JAMA Internal Medicine, 174(12), p. of life’, 24(13), pp. 702–705.
1994. doi: 10.1001/jamainternmed.2014.5271.
Horlait, M., Van Belle, S. and Leys, M. (2017) ‘Are
Bramhall (2014) ‘Effective communication skills in future medical oncologists sufficiently trained
nursing practice’, Nursing Standard, 29(14), to communicate about palliative care? The
pp. 53–59. medical oncology curriculum in Flanders,
Belgium’, Acta Clinica Belgica: International
Brighton, L. J. and Bristowe, K. (2016) Journal of Clinical and Laboratory Medicine.
‘Communication in palliative care: talking Taylor & Francis, 72(5), pp. 318–325. doi:
about the end of life, before the end of life’, 10.1080/17843286.2016.1275377.
Postgraduate Medical Journal, 92(1090), pp.
466–470. doi: 10.1136/postgradmedj-2015- Kelley, A. S. and Morrison, R. S. (2015) ‘Palliative
133368. Care for the Seriously Ill’, New England
Journal of Medicine, 373(8), pp. 747–755. doi:
Coyle, N. et al. (2015) ‘Discussing Death, Dying, 10.1056/NEJMra1404684.
and PaliatifGoals of Care: A Communication
Skills Training Module for Oncology Nurses’, Khosla, N. et al. (2017) ‘Communication
Clinical Journal of Oncology Nursing, 19(6), Challenges and Strategies of U.S. Health
pp. 697–702. doi: 10.1188/15.CJON.697-702. Professionals Caring for Seriously Ill South
Asian Patients and Their Families’, Journal of
Curtis, J. R. et al. (2013) ‘Effect of Communication Palliative Medicine, XX(Xx), p.
Skills Training for Residents and Nurse jpm.2016.0167. doi: 10.1089/jpm.2016.0167.
Practitioners on Quality of Communication
With Patients With Serious Illness’, Jama, Kourkouta, L. and Papathanasiou, I. (2014)
310(21), p. 2271. doi: ‘Communication in Nursing Practice’, Materia
10.1001/jama.2013.282081. Socio Medica, 26(1), p. 65. doi:
10.5455/msm.2014.26.65-67.
Deli, H. and Ana, A. (2014) ‘End of Care di Area
Keperawatan Kritis: Literature Review’, in 2nd Krawczyk, M. and Gallagher, R. (2016)
ADULT NURSING PRACTICE: USING ‘Communicating prognostic uncertainty in
EVIDENCE IN CARE ‘Aplikasi Evidence potential Paliatifcontexts: experiences of
Based Nursing dalam Meningkatkan Patient family members’, BMC Palliative Care. BMC
Safety’. Semarang: Program studi ilmu Palliative Care, 15(1), p. 59. doi:
keperawatan Fakultas kedokteran universitas 10.1186/s12904-016-0133-4.
Diponegoro, pp. 64–70.
Lai, C. Y. (2016) ‘Training nursing students’
Ghahramanian, A. et al. (2014) ‘Factors communication skills with online video peer
Influencing communication between the assessment’, Computers and Education.
patients with cancer and their nurses in Elsevier Ltd, 97, pp. 21–30. doi:
oncology wards’, Indian Journal of Palliative 10.1016/j.compedu.2016.02.017.
Care, 20(1), p. 12. doi: 10.4103/0973-
1075.125549. Matsuyama, R. K. et al. (2013) ‘Cancer patients’
information needs the first nine months after
Goldsmith et al. (2013) ‘Palliative care diagnosis’, Patient Education and Counseling.
communication in oncology nursing’, Clinical Elsevier Ireland Ltd, 90(1), pp. 96–102. doi:
10.1016/j.pec.2012.09.009. Shahid, S. et al. (2013) ‘Identifying barriers and
improving communication between cancer
Milic, B. M. M. et al. (2015) ‘Communicating with service providers and Aboriginal patients and
Patients’ Families and Physicians About their families: the perspective of service
Prognosis and Goals of Care’, AMERICAN providers’, BMC Health Services Research,
JOURNAL OF CRITICAL CARE, 24(4), pp. 13(1), p. 460. doi: 10.1186/1472-6963-13-460.
56–65. doi: 10.4037/ajcc2015855.
Sherwen, E. (2014) ‘Improving Paliatif for adults.’,
Moore, C. D. and Reynolds, A. M. (2013) ‘Clinical Nursing standard (Royal College of Nursing
update: Communication issues and advance (Great Britain) : 1987), 28(32), pp. 51–7. doi:
care planning’, Seminars in Oncology Nursing. 10.7748/ns2014.04.28.32.51.e8562.
Elsevier Ltd, 29(4), pp. e1–e12. doi:
10.1016/j.soncn.2013.07.001. Strang, S. et al. (2014) ‘Communication about
existential issues with patients close to death -
Murray, C. D., McDonald, C. and Atkin, H. (2015) Nurses’ reflections on content, process and
‘The communication experiences of patients meaning’, Psycho-Oncology, 23(5), pp. 562–
with palliative care needs: A systematic review 568. doi: 10.1002/pon.3456.
and meta-synthesis of qualitative findings.’,
Palliative & supportive care, 13(2), pp. 369– Virdun, C. et al. (2017) ‘Dying in the hospital
83. doi: 10.1017/S1478951514000455. setting: A meta-synthesis identifying the
elements of Paliatifcare that patients and their
Riskesdas (2018) ‘Riset Kesehatan Dasar families describe as being important’,
(RISKESDAS) 2018’. Jakarta: Kementerian Palliative Medicine, 31(7), pp. 587–601. doi:
Kesehatan Badan Penelitian dan 10.1177/0269216316673547.
Pengembangan Kesehatan.
Vliet, L. M. Van (2014) ‘Current State of the Art
Roscoe, L. A. et al. (2013) ‘Beyond Good and Science of Patient- Clinician
Intentions and Patient Perceptions: Competing Communication in Progressive Disease :
Definitions of Effective Communication in Patients ’ Need to Know and Need to Feel
Head and Neck Cancer Care at the End of Known’, Journal of Clinical Oncology, 32(31),
Life’, Health Communication, 28(2), pp. 183– pp. 3474–3478.
192. doi: 10.1080/10410236.2012.666957.
van Vliet, L. et al. (2013) ‘When cure is no option:
Salins, N., Deodhar, J. and Muckaden, M. (2016) How explicit and hopeful can information be
‘Intensive Care Unit death and factors given? A qualitative study in breast cancer’,
influencing family satisfaction of Intensive Patient Education and Counseling. Elsevier
Care Unit care’, Indian Journal of Critical Care Ireland Ltd, 90(3), pp. 315–322. doi:
Medicine, 20(2), pp. 97–103. doi: 10.1016/j.pec.2011.03.021.
10.4103/0972-5229.175942.
Walter, D. M. (2017) ‘Long-Term Care Nurses
Schubart, J. R. et al. (2015) ‘ICU family â€TM Perceptions Of Factors That Influence
communication and health care professionals: Their PaliatifDiscussions With Surrogate
A qualitative analysis of perspectives’, Decision Makers by In the Graduate College’,
Intensive and Critical Care Nursing. Elsevier pp. 0–124.
Ltd, 31(5), pp. 315–321. doi:
10.1016/j.iccn.2015.02.003. WHO (2018) FactSheet of Cancer, World Health
Organization. Available at:
Seccareccia, D. et al. (2015) ‘Communication and http://www.who.int/news-room/fact-
Quality of Care on Palliative Care Units: A sheets/detail/cancer (Accessed: 20 June 2018).
Qualitative Study’, Journal of Palliative
Medicine, 18(9), pp. 758–764. doi:
10.1089/jpm.2014.0408.
Selman, L. E. et al. (2017) ‘The Effect of
Communication Skills Training for Generalist
Palliative Care Providers on Patient-Reported
Outcomes and Clinician Behaviors: A
Systematic Review and Meta-analysis’,
Journal of Pain and Symptom Management.
American Academy of Hospice and Palliative
Medicine, 54(3), p. 404–416.e5. doi:
10.1016/j.jpainsymman.2017.04.007.

S-ar putea să vă placă și