Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekurangan energi protein merupakan keadaan tidak cukupnya masukan
protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama
marasmus dan kwashiorkor. Kekurangan energy protein akan terjadi manakala
keubutuhan tubuh terhadap kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi
(Sodikin, 2011)
Kurang energi protein (KEP) merupakan suatu penyakit defisiensi gizi
dalam keadaan ringan sampai berat. Penyakit ini paling sering ditemukan dalam
masyarakat Indonesia. Keadaan malnutrisi adalah keadaan dimana makanan
yang dikonsumsi tidak mengandung semua nutrient yang diperlukan oleh tubuh
manusia.
KEP dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, rentan terhadap
penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang
dewasa, KEP meurunkan produktifitas kerja.
Pada umumnya KEP lebih banyak di daerah pedesaan dari pada
perkotaan. Factor lain antara lain kurangnya pengetahuan masyarakat
berpengaruh juga antara lain: tenang ASI, makanan pendamping ASI. dalam hal
ini penulis membahas tentang KEP dalam dua kondisi patologis yaitu
kwashiorkor dan marasmus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan pada klien dengan
masalah kekurangan energi protein (KEP)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi system pencxernaan
b. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi KEP
c. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi KEP
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi KEP
e. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari KEP
f. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang KEP
g. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian yang dilakukan pada KEP
h. Mahasiswa dapat mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada
penderita KEP
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
System pencernaan terdiri dari mulut, faring osefagus, gaster, usus
halus, usus besar, rectum anus. Sistem ini berfungsi menyediakan nutrisi bagi
kebutuhan sel melalui proses ingesti, digesti, dan absorbsi, serta eliminasi bagi
makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh (syarifudin, 1997).
Proses ingesti terjadi saat makanan berada dilingkungan mulut yaitu
saat mengunyah yang dilakukan oleh koordinasi otot rangka dan sistem saraf
sehingga makanan menjadi halus dan saat yang sama makanan bercampur
dengan saliva sehingga makanan menjadi licin dan mudah ditelan (syarifudin,
1997).
Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan bantuan
enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormone dan saraf.
sehingga zat-zat makanan dapat di absorbsi kedalam aliran darah. proses
digesti dimulai dari mulut dan berakhir di usus halus(syarifudin, 1997).
Eliminasi adalah pengeluaran sisa pencernaan dari tubuh melalui anus.
zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh di metabolisme oleh sel sehingga
menghasilkan energi, membentuk jaringan, hormone, dan enzim.
Makanan dapat bergerak dari saluran cerna sampai ke anus.karena
adanya peristaltic yang berasal dari kontraksi ritmis dari usus yang diatur oleh
system saraf otonom dan saraf enteric (syarifudin, 1997).
B. Defenisi Penyakit
KEP (kurang energi protein) adalah gangguan gizi yang disebabkan
oleh kekurangan protein dan/atau kekurangan energi dengan manifestasi klinis
(KEP berat) dalam tipe-tipe yakni: kwashiorkor, marasmus, atau tipe campuran
(marasmik-kwashiorkor).(sudaryat suraatmaja & soetjiningsih, 2000 : 79).
Jeliffe (1959) mengusulkan penggolongan kwashiorkor, marasmus,
serta bentuk intermedietnya dalam suatu sindrom dan menamakannya protein
calori malnutrition. Akhi-akhir ini lebih digunakan istilah ‘malnutrisi energi
protein’(Rusepno hassan dkk, 2002)
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehngga tidak memenuhi
angka kecukupan gizi (AKG)(wong, 2001)
Mac Laren dan kawan-kawan menggunakan sistim scoring dengan
memberi angka pada berbagai gejala seperti berat badan yang kurang, edema,
kelainan kulit, perubahan rambut, pembesaran hati dan kadar protein serum.
Pembagian klinis:
KEP Ringan : BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS, dalam grafik KMS
berada pada pita kuning. KEP
Sedang : BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS, dalam grafik KMS
berada dibawah garis merah. (BGM).
KEP Berat : BB/U < 60% baku median WHO-NCHS, dalam KMS berada
dibawah garis merah.(solihin, 2000)
KEP sedang dan berat dalan KMS tidak ada garis pemisah; keduanya
berada di BGM dan disebut ‘KEP Nyata’.
C. Etiologi
a. Peranan diet
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi
kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor,
sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang
akan menyebabkan anak menjadi menderita marasmus(solihin, 2000).
b. Peranan faktor sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah
turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Faktor sosial
lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP adalah:
Perceraian pada wanita yang mempunyai banyak anak dan suami
merupakan pencari nafkah tunggal.
Para pria dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan anak,
sehingga tidak dapat memberi cukup makan anggota keluarganya
Para ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, anak-
anak terpaksa ditinggal dirumah sehingga jatuh sakit dan mereka tidak
mendapat perhatian semestinya.
Para ibu setelah melahirkan kembali kepekerjaan tetap sehingga harus
meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore.
c. Peranan kepadatan penduduk
Dalam world food conference di roma 1974 telah dikemukakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan bahan makanan yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan.
Mc laren 1982 memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam
jumlah yang banyak pada daerah yang terlalu padatpenduduknya dengan
keadaan higiene yang buruk
d. Peranan infeksi
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi,
walaupun dalam keadaan ringan, mempunyai pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Ada kesinergisan antara malnutrisi dengan
infeksi.
e. Peranan kemiskinan
KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama
merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara
tersebut. Laporan Oda Advisory Committee on Protein tahun 1974
menganggap kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP.
Penyebab KEP berdasarkan bagan sederhana yang disebut sebagai
“model hirarki” yang akan terjadi setelah melalui 5 level seperti yang tertera
dibawah ini:
Level I : kekacauan/krisis kekeringan, peperangan
Level II : kemiskinan dan kemunduran social
Level III : kurang pangan, infeksi, terlantar
Level IV :anoreksia
Level V : malnutrisi / KEP
(Solihin, 2000)
D. Patofisiologi
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup,
dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak
serta protein dengan melalui proses katabolic.
Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein
akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relative,
kalau kondisi ini terjadi terus menerus maka akan menunjukkan manifestasi
kwashiorkor ataupun marasmus.
Protein merupakan zat pembangun. Kekurangan protein dapat
menggangu sintesis protein dengan akibat:
Gangguan pertumbuhan
Atrofi otot
Penurunan kadar albumin serum = sembab
Hb turun =anemia gizi
Jumlah aktivitas fagosit turun = daya tahan terhadap infeksi turun
Sintesis enzim turun = gangguan pencernaan makanan
(sudaryat, 2000).
G. Komplikasi
1. Noma atau stomatitis ganggrainosa merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif hingga dapat
menembus pipi, bibir,dan dagu.
2. Xeroftalmia
3. Penyakit infeksi lain(solihin, 2000)
4. Dehidrasi sedang dan berat
5. Defisiensi vit A
6. Anemia berat(sudaryat suratmaja, 2000)
PATHWAY
Ekonomi rendah, Kegagalan menyusui ASI, terapi puasa
pendidikan, kurang, krn pnykt, tdk memulai maknan
hygiene rendah tambahan
KEP
A. Pengkajian
Ketidakseimbangan nutrisi
Defisiensi
Data Subjektif : gizi, kurang dari kebutuhan
psikologik
Penurunansepertinafsu
suasana
makan hati, dan
pengaturan
Data Objektif makan
: (diet)
Berat badan
menurun
Kurang
iga kelihatan
kalori
menonjol
tampak lateragis
Cadangan
makan
Glukosa dlm darah
Hilangnya lemak pd
subkutan
Atrofi/pengecilan
Resiko Keterlambatan
pertumbuhan &
Kurang
protein
Penggunaan
Pola
otot bantu
napas
pernpsantidak
perkembangan
Asam amino
Produksi albumin
Pertumbuhan &
Perbaikan sel
Resiko Keterlambatan
pertumbuhan & perkembangan
Tekanan onkotik
intravaskuler
Ekstravasasi cairan
intravaskuler ke intrersisial
Gangguan keseimbangan
C. Diagnosa Keperawatan cairan bawah
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan edema
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan protein. DO : kulit dan membrane mukosa kering, edema,
anemia, rambut mudah tercabut, tipis dan kusam,
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (perpindahan
cairan dari intravaskuler ke intertisial). DO: kulit kering bersisik, rambut
dan kuku mudah patah, pruritis, kulit kemerahan
4. Resiko Keterlambatan pertumbuhan & perkembangan
2. Setelah dilakukan Tentukan kebutuhan kalori a. Kalori yang masuk harus sesuai
asuhan keperawatan harian dan adekuat, konsul dengan kebutuhan
selama 24 jam pada ahli gizi
mencukupi Timbang setiap hari, pantau b. Untuk mengetahui perubahan
kebutuhan nutrisi dan hasi laboraorium secara dini terhadap fungsi tubuh
mencegah komplikasi Beri c. Untuk meningkatkan selera
dengan criteria hasil : dorongan untuk makan makan
1. Kulit dan dengan orang lain d. Untuk meningkatkan selera
membrane Berikan makan
mukosa lembab, kesenangan suasana makan e. Untuk mencegah kelelahan,
2. Edema berkurang, istirahat setelah tidur bisa
3. Rambut tidak Bantu untuk merangsang muntah
mudah tercabut istirahat sebelum makan f. Untuk mencegah muntah
4. TTV
normal Ajarkan untuk menghindari
bau makanan yang g. Untuk mencegah komplikasi
merangsang muntah noma
Pertahankan kebersihan h. Makanan porsi kecil tapi sering
mulut dan gigi meningkatkan pemasukan
Tawarkan makan porsi kecil i. Nutrisi yang bekalori dan
tapi sering berprotein dapat mengembalikan
Atur agar mendapat nutrient fungsi tubuh kalori
yang berkalori dan
berprotein
D. Evaluasi
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24
jam terlihat hasil :
Memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral
Wajah sembab berkurang
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 jam
Kulit dan membrane mukosa lembab,
Edema berkurang,
Rambut masih mudah tercabut
TTV mulai mengalami peningkatan
-Intervensi: kaji dan ulang kembali
I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien dan Keluarga
Nama pasien : By R
Usia : 5 bulan
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Alamat :
Nama Ayah : Tn D
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Nama Ibu : Ny A
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : Perut kembung
2. Riwayat kesehatan sekarang : ibu klien mengatakan satu minggu
lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : ibu klien mengatakan di dalam
1 BCG X X
2 DPT X X
3 Polio (I,II,III,IV) X X
4 Campak X X
5 Hepatitis (I,II,III) x x
7. Riwayat Perkembangan
a. Reflek Primitif pada bayi < 12 bulan
Moro / startle : Ya
Glabellar : tidak terkaji
Sucking : Ya
Rooting : Ya
Extrusion : tidak terkaji
Grasp : Ya
1 Pola Nutrisi
a. Pola makan Ibu klien mengatakan by Ibu klien mengatakan
R hanya minum susu semenjak op hernia by R
formula minum susu setiap 3 jam
sekali dengan 30 cc.
2 Pola Istirahat
a. Siang Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
b. Malam sebelum di op, klien lebih setelah di op, by R tidak
sering menangis dan mengalami gangguan
rewel sehingga pola tidur tidur, siang ataupun
siang ataupun malam malah lebih mudah tidur.
sering terganggu.
3 Pola Eliminasi
a. BAK
- Warna By R menggunakan By R m.enggunakan
- Berapa kali pampers, tidak ada pampers, tidak ada
- Masalah keluhan keluhan
b. BAB
- Warna Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
- Berapa kali sebelum di op, by R sulit setelah op , 2 hari
- Masalah Bab, sudah beberapa kemudian by R tidak bisa
hari tidak BAB dan BAB
perutnya terlihat lebih
lebar.
4 Personal hygiene
a. Mandi Ibu klien mengatakan by Ibu klien mengatakan by
R setiap pagi dan sore R setiap pagi dan sore
badannya dibersihkan badannya dibersihkan
dan diganti pakaiannya. dan diganti pakaiannya.
D. Riwayat Psikososial
Orang tua by R merupakan orang tua yang sangat memperhatikan
yang telah dilalui hingga operasi berjalan dengan baik dan sekarang
I. Rambut
Warna rambut hitam
J. Mata
Sklera tidak ikterik, conjungtiva tidak anemis, kemampuan penglihatan.
K. Telinga
Kemampuan mendengar baik, serumen (+)
L. Hidung
Penciuman baik, hidung nampak simetris, terpasang O2, NGT.
M. Mulut
Bibir tidak ada keluhan belum tumbuh gigi, palatum normal
N. Leher
Leher tidak kaku, tidak ada pembesaran JVP.
O. Dada
Dada nampak simetris, tidak ada bunyi napas tambahan.
P. Ketiak
Tampak bersih tidak ada keluhan
Q. Abdomen
Perut kembung, pasien sudah mampu BAB sedikit setiap harinya.
terdapat pus dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan luka tertutup
kassa steril.
R. Ekstremitas
Bentuk tampak simetris, dapat merasakan sensi halus, reflek normal.
Tangan kanan terpasang IV line. Terdapat edema dibagian tangan kiri dan
kaki kanan.
S. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
DARAH RUTIN
CO2
Asidosis
metabolik
Pernapasan
Sesak cuping Kurang kalori
hidung
Penggunaan Cadangan makan
otot bantu
pernapasan
Glukosa dlm darah
DO : terputusnya
- terlihat terdapat
jaringan sarafluka post
op pada bagian perut
luka operasi
Do :
Produksi albumin
- badan terlihat kecil
- Bayi R tampak lemah
TB : 52 cm
BB: 3.55 Kg
Lingkar Kepala: 37 cm
Lingkar Lengan Kanan: 13
cm
Pertumbuhan &
Lingkar Lengan Atas: 13 Perbaikan sel
cm
Lingkar Dada: 38 cm Resiko Keterlambatan pertumbuhan &
perkembangan
Lingkar Perut: 41 cm
Lingkar Kaki : 9 cm
U. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d. peningkatan CO2
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan protein.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Luka Post Op hernia
4. Resiko Keterlambatan pertumbuhan & perkembangan
V. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Tupen : 1. Monitor respirasi dan saturasi 1. Memonitor respirasi
Setelah melakukan askep oksigen, lalu auskultasi bunyi dam spO2 menjadi awal
selama 1x2 jam diharapkan nafas, catat adanya tambahan untuk melanjutkan
klien memiliki KH : suara seperti ronchi / whezing. intervensi..
- Klien lebih tenang
2. Posisikan klien semi fowler 2. untuk memaksimalkan
Tupan : ventilasi paru.
Setelah melakukan askep Melancarkan
selama 2x24 jam diharapkan pernafasan klien.
klien memiliki KH : 3. Berikan terapi oksigen.
- Respirasi dalam batas
normal 3. Memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
11.00 3. Melakukan O:
perawatan luka - terlihat
setiap hari
terdapat luka
(kompres luka
dengan NaCl) post op pada
P: Intervesi
dilanjutkan
4. 14.15 1. Mengkaji tingkat S: Ibu klien
tumbuh mengatakan by
kembang anak R masih sulit
BAB
3. Memberikan
terapi oksigen. P: Intervesi
dilanjutkan
08.00
2 08.15 1. Memonitor S: Ibu klien
intake dan mengatakan by
output nutrisi R masih sulit
08.30
BAB
2. Memantau BB
klien dengan
rutin O:
Distensi
abdomen
(+)
3. Kaji terhadap Berat
malnutrisi
badan:
dengan
mengukur tinggi 3.55 Kg
09.00 TB : 52 cm
dan BB
4. memberikan Terpasang
asupan secara NGT
bertahap dengan A: Masalah
sering untuk
belum teratasi
pasien dalam
keadaan hangat
seperti susu.
P: Intervesi
R/susu diberikan
dilanjutkan
melalui NGT
3 10.50 5. Memonitor S: Ibu klien 3
tanda-tanda vital mengatakan by
R sudah
R/N: 124x/mnt menjalani
R: 30x/mnt
10.55 operasi untuk
S:370C
menangani
hernia
6. Mengobservasi
11.00 keadaan luka O:
setiap hari N: 120x/mnt
R/ Luka terbalut R: 30x/mnt
kassa steril S:370C
- terlihat
7. Melakukan terdapat luka
16.00 perawatan luka
setiap hari post op pada
(kompres luka bagian perut
dengan NaCl)
R/klien tampak
nyaman A: Masalah
8. Berkolaborasi belum teratasi
dengan dokter
pemberian obat
antibiotic P: Intervesi
Ceftazidime 125 dilanjutkan
gram.
4 10.50 1. Memonitor S: Ibu klien
tanda-tanda vitalmengatakan by
R sudah
menjalani
10.55 operasi untuk
2. Mengobservasi
keadaan luka menangani
setiap hari hernia
11.00 3. Melakukan O:
perawatan luka - terlihat
setiap hari
terdapat luka
(kompres luka
dengan NaCl) post op pada
P: Intervesi
dilanjutkan
14.15 4. Mengkaji tingkat S: Ibu klien
tumbuh mengatakan by
kembang anak R masih sulit
R/tumbang anak BAB
tidak normal