Sunteți pe pagina 1din 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekurangan energi protein merupakan keadaan tidak cukupnya masukan
protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama
marasmus dan kwashiorkor. Kekurangan energy protein akan terjadi manakala
keubutuhan tubuh terhadap kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi
(Sodikin, 2011)
Kurang energi protein (KEP) merupakan suatu penyakit defisiensi gizi
dalam keadaan ringan sampai berat. Penyakit ini paling sering ditemukan dalam
masyarakat Indonesia. Keadaan malnutrisi adalah keadaan dimana makanan
yang dikonsumsi tidak mengandung semua nutrient yang diperlukan oleh tubuh
manusia.
KEP dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, rentan terhadap
penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang
dewasa, KEP meurunkan produktifitas kerja.
Pada umumnya KEP lebih banyak di daerah pedesaan dari pada
perkotaan. Factor lain antara lain kurangnya pengetahuan masyarakat
berpengaruh juga antara lain: tenang ASI, makanan pendamping ASI. dalam hal
ini penulis membahas tentang KEP dalam dua kondisi patologis yaitu
kwashiorkor dan marasmus.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan pada klien dengan
masalah kekurangan energi protein (KEP)

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi system pencxernaan
b. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi KEP
c. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi KEP
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi KEP
e. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari KEP
f. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang KEP
g. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian yang dilakukan pada KEP
h. Mahasiswa dapat mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada
penderita KEP
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
System pencernaan terdiri dari mulut, faring osefagus, gaster, usus
halus, usus besar, rectum anus. Sistem ini berfungsi menyediakan nutrisi bagi
kebutuhan sel melalui proses ingesti, digesti, dan absorbsi, serta eliminasi bagi
makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh (syarifudin, 1997).
Proses ingesti terjadi saat makanan berada dilingkungan mulut yaitu
saat mengunyah yang dilakukan oleh koordinasi otot rangka dan sistem saraf
sehingga makanan menjadi halus dan saat yang sama makanan bercampur
dengan saliva sehingga makanan menjadi licin dan mudah ditelan (syarifudin,
1997).
Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan bantuan
enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormone dan saraf.
sehingga zat-zat makanan dapat di absorbsi kedalam aliran darah. proses
digesti dimulai dari mulut dan berakhir di usus halus(syarifudin, 1997).
Eliminasi adalah pengeluaran sisa pencernaan dari tubuh melalui anus.
zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh di metabolisme oleh sel sehingga
menghasilkan energi, membentuk jaringan, hormone, dan enzim.
Makanan dapat bergerak dari saluran cerna sampai ke anus.karena
adanya peristaltic yang berasal dari kontraksi ritmis dari usus yang diatur oleh
system saraf otonom dan saraf enteric (syarifudin, 1997).

Metabolisme Energi Dan Protein


Energi diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, meabolisme, utilisasi
bahan makanan, dan aktivitas. Protein dalam diet dapat memberi energi untuk
keperluan tersebut dan juga untuk menyediakan asam amino bagi sintesis
protein sel, dan hormone maupun enzim untuk mengatur metabolisme (solihin,
2000).
Suplai energi bagi pemeliharaan sel lebih diutamakan daripada suplai
protein bagi pertumbuhan. Maka bilamana jumlah energi dalam makanan
sehari-hari tidak cukup, sebagian masukan protein makanan akan
dipergunakan sebagai energi, hingga mengurangi bagian yang diperlukan bagi
pertumbuhan. Bahkan jika masukan energi dan protein jauh dari cukup, proses
katabolisme akan terjadi terhadap otot-otot untuk menyediakan glukosa bagi
energi dan asam-amino untuk sintesis protein yang sangat esensial (solihin,
2000).
Jumlah protein dan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
mormal tergantung dari pada kualitas zat gizi yang dimakan, seperti
bagaimana mudah zat tersebut dapat dicerna ( digestibility), diserap
(absorbability), distribusi asam amino proteinnya, dan factor-faktor lain, seperti
umur, berat badan, aktivitas individu, suhu lingkungan, dan sebagainya
(solihin,2000).

B. Defenisi Penyakit
KEP (kurang energi protein) adalah gangguan gizi yang disebabkan
oleh kekurangan protein dan/atau kekurangan energi dengan manifestasi klinis
(KEP berat) dalam tipe-tipe yakni: kwashiorkor, marasmus, atau tipe campuran
(marasmik-kwashiorkor).(sudaryat suraatmaja & soetjiningsih, 2000 : 79).
Jeliffe (1959) mengusulkan penggolongan kwashiorkor, marasmus,
serta bentuk intermedietnya dalam suatu sindrom dan menamakannya protein
calori malnutrition. Akhi-akhir ini lebih digunakan istilah ‘malnutrisi energi
protein’(Rusepno hassan dkk, 2002)
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehngga tidak memenuhi
angka kecukupan gizi (AKG)(wong, 2001)
Mac Laren dan kawan-kawan menggunakan sistim scoring dengan
memberi angka pada berbagai gejala seperti berat badan yang kurang, edema,
kelainan kulit, perubahan rambut, pembesaran hati dan kadar protein serum.
Pembagian klinis:
 KEP Ringan : BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS, dalam grafik KMS
berada pada pita kuning. KEP
 Sedang : BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS, dalam grafik KMS
berada dibawah garis merah. (BGM).
 KEP Berat : BB/U < 60% baku median WHO-NCHS, dalam KMS berada
dibawah garis merah.(solihin, 2000)
KEP sedang dan berat dalan KMS tidak ada garis pemisah; keduanya
berada di BGM dan disebut ‘KEP Nyata’.

Pembagian KEP Berat menurut Wellcome-Tust Party


Jenis KEP Berat Badan/Umur Sembab
Kwashiorkor > 60% +
Marasmus < 60% _
Marasmik-kwashiorkor < 60% +

Klasifikasi menurut WHO:


1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO- CD)
2. KEP sedang : >70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
3. KEP berat : < 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
(www.pediatrik.com)

C. Etiologi
a. Peranan diet
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi
kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor,
sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang
akan menyebabkan anak menjadi menderita marasmus(solihin, 2000).
b. Peranan faktor sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah
turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Faktor sosial
lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP adalah:
 Perceraian pada wanita yang mempunyai banyak anak dan suami
merupakan pencari nafkah tunggal.
 Para pria dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan anak,
sehingga tidak dapat memberi cukup makan anggota keluarganya
 Para ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, anak-
anak terpaksa ditinggal dirumah sehingga jatuh sakit dan mereka tidak
mendapat perhatian semestinya.
 Para ibu setelah melahirkan kembali kepekerjaan tetap sehingga harus
meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore.
c. Peranan kepadatan penduduk
Dalam world food conference di roma 1974 telah dikemukakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan bahan makanan yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan.
Mc laren 1982 memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam
jumlah yang banyak pada daerah yang terlalu padatpenduduknya dengan
keadaan higiene yang buruk
d. Peranan infeksi
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi,
walaupun dalam keadaan ringan, mempunyai pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Ada kesinergisan antara malnutrisi dengan
infeksi.

e. Peranan kemiskinan
KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama
merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara
tersebut. Laporan Oda Advisory Committee on Protein tahun 1974
menganggap kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP.
Penyebab KEP berdasarkan bagan sederhana yang disebut sebagai
“model hirarki” yang akan terjadi setelah melalui 5 level seperti yang tertera
dibawah ini:
 Level I : kekacauan/krisis kekeringan, peperangan
 Level II : kemiskinan dan kemunduran social
 Level III : kurang pangan, infeksi, terlantar
 Level IV :anoreksia
 Level V : malnutrisi / KEP
(Solihin, 2000)

D. Patofisiologi
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup,
dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak
serta protein dengan melalui proses katabolic.
Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein
akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relative,
kalau kondisi ini terjadi terus menerus maka akan menunjukkan manifestasi
kwashiorkor ataupun marasmus.
Protein merupakan zat pembangun. Kekurangan protein dapat
menggangu sintesis protein dengan akibat:
 Gangguan pertumbuhan
 Atrofi otot
 Penurunan kadar albumin serum = sembab
 Hb turun =anemia gizi
 Jumlah aktivitas fagosit turun = daya tahan terhadap infeksi turun
 Sintesis enzim turun = gangguan pencernaan makanan
(sudaryat, 2000).

KEP dalam keadaan berat KEP dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah defisiensi protein akibat terjadinya stress
katabolic (infeksi).
a. Etiologi
Penyebab utama makanan tidak mengandung protein hewani
dengan alasan :
 Kemiskinan
 Pengetahuan mengenai penambahan makanan pada bayi
dan anak
 Pemikiran yang salah
 Macam-macam infeksi : diare, cacingan dsb.
 Khusus : ibu kekurangan ASI, ibu meninggal, ibu dengan
sakit berat,
ibu hamil lagi, penghentian tiba-tiba dari ASI, penitipan anak/bayi.
b. Patofisiologi
Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolic dan
perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kelainan ini
merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein,
tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam
dietnya(abdoeerahman, 1985).
Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian
timbul edema(abdoerrahman, 1985).
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
lipoprotein-beta sehingga transport lemak dari hati kedepot lemak juga
terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam
hepar(abdoerahman,1985).
c. Tanda dan Gejala
 Pertumbuhan terganggu
 Berat badan dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak
sehat.
 Perubahan mental, biasanya penderita cengeng dan pada stadium
lanjut menjadi apatis.
 Edema ringan maupun berat.
 Gejala gastrointestinal seperti; anoreksia, diare, hal ini mungkin
karena gangguan fungsi hati, pancreas dan usus. Intoleransi
laktosa kadang-kadang ditemukan.
 Perubahan rambut; mudah dicabut, warna berubah, kusam, kering,
jarang.
 Kulit kering (crazi pavement dermatosis)
 Pembesaran hati
 Anemia ringan
 Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, globulin tinggi,
(solihin,2000)
2. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang
menyebabkan cadangan protein.
a. Etiologi
 Kegagalan menyusui anak, ibu meninggal anak
diterlantarkan atau tidak dapat menyusui
 Terapi dengan puasa karena penyakit, oleh karena itu tidak
boleh lebih dari 24 jam
 Tidak memulainya dengan makanan tambahan.
b. Patofisiologi
Pada keadaan ini yang menyolok adalah pertumbuhan yang
kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak
dibawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan
energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga
harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan
juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut(abdoerrahman, 1985).
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja
membantu memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk
memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti
asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu marasmus
berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal,
sehingga hati masih dapat membentuk cukup
albumin(abdoerrahman,1985).
c. Tanda dan gejala
 Muka seperti orang tua
 Sangat kurus, tulang terbungkus kulit
 Cengeng dan rewel
 Kulit keriput
 Perut cekung
 Iga gambang
 Sering disertai penyakit infeksi dan diare.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorik : Hb, albumin-globulin, serum ferritin, darah, air kemih, tinja,
EKG, X-foto paru dan uji tuberkulin
2. Antropometri : BB menurut umur, TB menurut umur, LLA(lingkar lengan
atas) menurut umur, BB menurut TB, LLA menurut TB
3. Analisis diet.
F. Penatalaksanaan
Petunjuk dari WHO tentang pengelolaan KEP berat dirumah sakit
dengan menetapkan 10 langkah tindakan pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi,
transisi dan rehabilitasi) dan dilamjutkan dengan fase ‘follow up’ sebagai
berikut:
1. Fase Stabilisasi
 Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
 Energi: 100kkal/kgBB/hari
 Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari
 Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila sembab berat: 100ml/kgBB.hari)
 Teruskan ASI pada anak menetek
 Bila selera makan bak dan tidak sembab pemberian makan bias
dipercepat
 Pantau dan catat : jumlah cairan yang diberikan, yang tersisa; jumlah
cairan yang keluar seperti muntah, frekuensi buang air, timbang
BB/hari(sudrajat suratmaja, 2000)
2. Fase Transisi
 Pemberian energi masih sekitar 100 kkal/kgBB/hari
 Pantau frekuensi nafas dan denyut nadi
 Bila nafas meningkat > 5 kali/menit dan nadi >25 kali/menit dalam
pemantauan tiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula
 Setelah normal bias naik kembali
3. Fase Rehabilitasi
 Beri makan/formula WHO, jumlah tidak terbatas dan sering TKTP
 Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
 Protein: 4-6g/kgBB/hari
 ASI diteruskan, tambahkan makanan formula; secara perlahan kepada
keluarga
 Pemantauan : kecepatan pertambahan BB setiap minggu (timbang BB
setiap hari sebelum makan)
4. Tindakan Khusus
 Hipoglikemia : berikan bolus 50 ml glukosa 10% atau sukrosa secara
oral/sonde nasogastrik
 Hiponatremia : pakaikan anak selimut/letakan anak dekat lampu
 Dehidrasi : cairan resomal/pengganti 5 ml/kgBB(sudrajat suratmaja,
2000)

G. Komplikasi
1. Noma atau stomatitis ganggrainosa merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif hingga dapat
menembus pipi, bibir,dan dagu.
2. Xeroftalmia
3. Penyakit infeksi lain(solihin, 2000)
4. Dehidrasi sedang dan berat
5. Defisiensi vit A
6. Anemia berat(sudaryat suratmaja, 2000)
PATHWAY
Ekonomi rendah, Kegagalan menyusui ASI, terapi puasa
pendidikan, kurang, krn pnykt, tdk memulai maknan
hygiene rendah tambahan

KEP

Penurunan jml protein Energi menurun


tubuh
Marasmus
Trjd perubahan biokimia dalam
tubuh
Cadangan protein otot terpakai secara terus
menerus untuk memperoleh asam amino
Kwashiorkor

Perbandinagan asam amino yg berbeda


Gangguan absorbsi dan Produksi albumin o/ hepar dgn protein jaringan
transportasi zat-zat gizi rendah (hipo albuminemia)
salah satu jenis asam amino rendah
Pengambilan energi selain konsentrasinya
dari protein (otot)
Tek. Osmotic plasma Gangguan pembentukan Asam amino tdk
menurun lipoprotein (lemak) dari hati berguna bagi sel
Penyusutan otot
Cairan dari intravaskuler ke Penurunan detoksifikasi Tubuh mengalami kehilangan
intersisial hati energi scr terus menerus
Penurunan BB
Odema Resti infeksi Otot-otot melemah dan
menciut
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan
keseimbangan cairan Resiko gangguan
Gangguan tumbang
integritas kulit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

 Anamnesis susunan diet sejak lahir, umur


 factor-faktor penunjang/penyebab medis dan non medis
 Pemeriksaan fisik; rambut, kulit, hepar, TB BB, LLA
 Pemeriksaan lab/penunjang
B. Analisa Data

Data Subjektif Etiologi Masalah Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi
Defisiensi
Data Subjektif : gizi, kurang dari kebutuhan
psikologik
Penurunansepertinafsu
suasana
makan hati, dan
pengaturan
Data Objektif makan
: (diet)
 Berat badan
menurun
Kurang
 iga kelihatan
kalori
menonjol
 tampak lateragis
Cadangan
makan
Glukosa dlm darah

Penggunaan lemak pada subkutan

Hilangnya lemak pd
subkutan

Atrofi/pengecilan

Penurunan berat badan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan

Resiko Keterlambatan
pertumbuhan &
Kurang
protein

Penggunaan
Pola
otot bantu
napas
pernpsantidak
perkembangan

Asam amino

Produksi albumin

Pertumbuhan &
Perbaikan sel

Resiko Keterlambatan
pertumbuhan & perkembangan

Data Objektif: Kurang Gangguan


kulit dan membrane protein keseimbangan
mukosa kering,
edema, anemia Asam amino
esensial
Produksi albumin

Tekanan onkotik
intravaskuler

Ekstravasasi cairan
intravaskuler ke intrersisial

Pengaruh gaya gravitasi

Gangguan keseimbangan
C. Diagnosa Keperawatan cairan bawah
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan edema
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan protein. DO : kulit dan membrane mukosa kering, edema,
anemia, rambut mudah tercabut, tipis dan kusam,
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (perpindahan
cairan dari intravaskuler ke intertisial). DO: kulit kering bersisik, rambut
dan kuku mudah patah, pruritis, kulit kemerahan
4. Resiko Keterlambatan pertumbuhan & perkembangan

C. Rencana Asuhan Keperawatan


NO TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

1. Setelah dilakukan a. Pantau kulit terhadap luka a. Edema rentan terhadap


asuhan keperawatan tekan perlukaan
selama 24 jam b. Dengan perlahan cuci antara b. Lipatan kulit lebih lembab dan
menurunkan edema lipatan kulit dan keringkan mudah iritasi
dan mencegah dengan hati-hati
komplikasi. dengan c. Hindari plester bila mungkin c. Untuk menghindari perlukaan
criteria hasil : d. ubah posisi sedikit setiap 24 d. Untuk mencegah lecet dan
1. Memperlihatkan jam dekubitus
penurunan edema e. Jaga ekstrimitas yang e. Ektrimitas sering digunakan
perifer dan sacral mengalami edema sehingga rentan terhadap
2. Wajah tidak perlukaan dan infeksi
sembab f. Kaji masukan diet dan f. Untuk menghindari peningkatan
kebiasaan yang menunjang akumulasi cairan
retensi cairan
g. Instruksikan anak untuk g. Celana kaos/korset bisa
menghindari celana menyebabkan iritasi dan
kaos/korset perlukaan
h. Lindungi kulit yang edema h. Cedera pada edema bias
dari cedera menyebabkan infeksi

2. Setelah dilakukan  Tentukan kebutuhan kalori a. Kalori yang masuk harus sesuai
asuhan keperawatan harian dan adekuat, konsul dengan kebutuhan
selama 24 jam pada ahli gizi
mencukupi  Timbang setiap hari, pantau b. Untuk mengetahui perubahan
kebutuhan nutrisi dan hasi laboraorium secara dini terhadap fungsi tubuh
mencegah komplikasi  Beri c. Untuk meningkatkan selera
dengan criteria hasil : dorongan untuk makan makan
1. Kulit dan dengan orang lain d. Untuk meningkatkan selera
membrane  Berikan makan
mukosa lembab, kesenangan suasana makan e. Untuk mencegah kelelahan,
2. Edema berkurang, istirahat setelah tidur bisa
3. Rambut tidak  Bantu untuk merangsang muntah
mudah tercabut istirahat sebelum makan f. Untuk mencegah muntah
4. TTV
normal  Ajarkan untuk menghindari
bau makanan yang g. Untuk mencegah komplikasi
merangsang muntah noma
 Pertahankan kebersihan h. Makanan porsi kecil tapi sering
mulut dan gigi meningkatkan pemasukan
 Tawarkan makan porsi kecil i. Nutrisi yang bekalori dan
tapi sering berprotein dapat mengembalikan
 Atur agar mendapat nutrient fungsi tubuh kalori
yang berkalori dan
berprotein

3. Setelah dilakukan a. Catat perubahan pada kulit a. Perubahan kulit bisa


asuhan keperawatan menandakan adanya sindrom-
dalam x 24 jam sindrom seperti crazy pavement
mengembalikan dermatosis
kelembaban kulit dan b. Bersihkan kuli yang b. Kulit yang mengalami penekanan
mencegah komplikasi mengalami penekanan dan bisa menyebabkan luka dan
dengan criteria hasil : keringkan infeksi
1. Kulit lembab dan c. Ganti segera pakaian yang c. Untuk mencegah iritasi
elastis, basah
2. Rambut dan Kuku
d. Ubah posisi setiap 2 jam d. Mencegah penekanan
tidak mudah patah,
e. Berikan pendidikan e. Agar sepulang dari rumah sakit,
3. Kulit tidak gatal-
mengenai kebersihan diri keluarga dapat mengasuh anak
gatal.
dan fungsi zat gizi dengan mandiri
4. Setelah dilakukan a. Kaji tingkat perkembangan a. Untuk mengetahui status
asuhan keperawatan anak dalam seluruh area perkembangan anak sesuai usia
selama 24 jam fungsi menggunakan alat-
mempertahankan alat pengkajian yang
fungsi tubuh yang ada, spesifik (mis; table
menunjukkan pengkajan brazelton, DDST
pertumbuhan yang perangkat skrining
tepat dengan perkembangan denver)
seusianya. b. Berikan waktu bermain yang b. Bermain dapat merangsang
cukup dan ajarkan system motorik dan sensorik
permainan baru sesuai anak
dengan tingkat
perkembangan
c. Bicarakan dengan anak c. Anak menjadi tidak trauma
mengenai perawatan yang dengan tindakan yang diberikan
diberikan
d. Sering bicara dengan anak d. Memberi kesempatan pada anak
tentang perasaan, ide-ide, menuangkan perasaanya
kepedulian terhadap
kondisi atau perawatan,
e. Berikan kesempatan untuk e. Interaksi dengan anak
berinterasi dengan teman membantu mempertahankan
seusianya kehidupan social
f. Berikan asupan nutrisi dan f. Nutrisi dan kalori yang cukup
kalori sesuai dengan membantu proses pertumbuhan
kebutuhan dan perkembangan

D. Evaluasi
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24
jam terlihat hasil :
 Memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral
 Wajah sembab berkurang
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 jam
 Kulit dan membrane mukosa lembab,
 Edema berkurang,
 Rambut masih mudah tercabut
 TTV mulai mengalami peningkatan
-Intervensi: kaji dan ulang kembali

3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam x 24 jam


 Kulit lembab dan elastis,
 Rambut kusam berkurang
 Kuku tidak mudah patah,
 Kulit gatal-gatal berkurang.

4. Setelah dilakukan asuhan kepwerawatan selama 24 jam


 Klien dapat menunjukkan status hidrasi yang kuat
 Nafsu makan meningkat
 Turgor kulit normal
 Bebas dari proses infeksi nosokomial selama di rumah sakit
 Memperlihatkan pengetahuan tentang factor resiko yang berkaitan
-intervensi: lanjutkan

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 jam


mempertahankan fungsi tubuh yang ada, belum menunjukkan
pertumbuhan yang tepat dengan seusianya.
-intervensi : kaji ulang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Pada By R Usia 2 Bulan Tahap Infant Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan Akibat Kekurangan Energi Protein
di Ruang Anak Rumah Sakit Cibabat

Tanggal masuk RS : 18 September 2019


Ruang Rawat : C6
Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2019
No registrasi :

I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien dan Keluarga
Nama pasien : By R
Usia : 5 bulan
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Alamat :

Nama Ayah : Tn D
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP

Nama Ibu : Ny A
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : Perut kembung
2. Riwayat kesehatan sekarang : ibu klien mengatakan satu minggu

yang lalu by R sudah menjalani operasi untuk mengatasi hernia yang

berada diperut by R, setelah dilakukan operasi ibu klien mengatakan

by R hanya tinggal dalam masa pemulihan namun perutnya masih

kembung, dan luka op masih rutin dibersihkan. menurut ibu klien

keluhan tambahan dari by R batuk dan sesak.


3. Riwayat Kesehatan masa lalu : tidak ada riwayat kesehatan masa

lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : ibu klien mengatakan di dalam

keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti

hipertensi, DM, dll.


5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Selama kehamilan : ibu klien mengatakan selama masa

kehamilan by R tidak pernah ada masalah, sesekali mengidam

seperti ibu hamil pada umumnya.


b. Saat Kelahiran : ibu klien mengatakan proses persalinan

dilakukan dengan sectio caesarea, dan by R lahir pada usia

kandungan masih 8 bulan.


6. Riwayat Imunisasi

NO Jenis Imunisasi Usia Pemberian Reaksi Setelah Pemberian

1 BCG X X

2 DPT X X

3 Polio (I,II,III,IV) X X

4 Campak X X

5 Hepatitis (I,II,III) x x

7. Riwayat Perkembangan
a. Reflek Primitif pada bayi < 12 bulan
Moro / startle : Ya
Glabellar : tidak terkaji
Sucking : Ya
Rooting : Ya
Extrusion : tidak terkaji
Grasp : Ya

C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari ( Sebelum dan Saat Sakit)

No Kebutuhan sehari - hari Sebelum sakit Saat Sakit

1 Pola Nutrisi
a. Pola makan Ibu klien mengatakan by Ibu klien mengatakan
R hanya minum susu semenjak op hernia by R
formula minum susu setiap 3 jam
sekali dengan 30 cc.
2 Pola Istirahat
a. Siang Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
b. Malam sebelum di op, klien lebih setelah di op, by R tidak
sering menangis dan mengalami gangguan
rewel sehingga pola tidur tidur, siang ataupun
siang ataupun malam malah lebih mudah tidur.
sering terganggu.

3 Pola Eliminasi
a. BAK
- Warna By R menggunakan By R m.enggunakan
- Berapa kali pampers, tidak ada pampers, tidak ada
- Masalah keluhan keluhan

b. BAB
- Warna Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
- Berapa kali sebelum di op, by R sulit setelah op , 2 hari
- Masalah Bab, sudah beberapa kemudian by R tidak bisa
hari tidak BAB dan BAB
perutnya terlihat lebih
lebar.

4 Personal hygiene
a. Mandi Ibu klien mengatakan by Ibu klien mengatakan by
R setiap pagi dan sore R setiap pagi dan sore
badannya dibersihkan badannya dibersihkan
dan diganti pakaiannya. dan diganti pakaiannya.

D. Riwayat Psikososial
Orang tua by R merupakan orang tua yang sangat memperhatikan

kesehatan bayinya, terlihat berusaha tenang, dan keduanya saling

memberikan perhatian dan semangat dalam menjalani setiap proses

pengobatan yang dijalani by R.


E. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan di rawat inap
Ibu klien mengatakan sering merasa khawatir dengan kondisi

anaknya, namun seiring berjalannya waktu dan prosedur kesehatan

yang telah dilalui hingga operasi berjalan dengan baik dan sekarang

by R hanya tinggal proses pemulihan, ibu klien senang dan cukup

lega karena anaknya sudah sehat kembali.


F. Tanda Tanda Vital
Suhu : 360C
TD :-
N : 124x/mnt
RR : 46x/mnt
G. Pengukuran Antopometri
Tinggi badan : 54cm
BB sebelumnnya : 11.8 kg
BB saat ini : 3.5 kg
Lingkar Kepala : 39 cm
Lingkar Perut : 37 cm
Lingkar Dada : 32 cm
LLA : 12 cm
H. Kulit
Warna kulit merah, turgor lambat , suhu tubuh hangat

I. Rambut
Warna rambut hitam
J. Mata
Sklera tidak ikterik, conjungtiva tidak anemis, kemampuan penglihatan.
K. Telinga
Kemampuan mendengar baik, serumen (+)
L. Hidung
Penciuman baik, hidung nampak simetris, terpasang O2, NGT.
M. Mulut
Bibir tidak ada keluhan belum tumbuh gigi, palatum normal
N. Leher
Leher tidak kaku, tidak ada pembesaran JVP.
O. Dada
Dada nampak simetris, tidak ada bunyi napas tambahan.
P. Ketiak
Tampak bersih tidak ada keluhan
Q. Abdomen
Perut kembung, pasien sudah mampu BAB sedikit setiap harinya.

Terdapat luka operasi pada kuadran abdomen bagian bawah tepatnya

dibawah umbilicus atas shimpisis pubis. Keadaan luka bersih tidak

terdapat pus dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan luka tertutup

kassa steril.

R. Ekstremitas
Bentuk tampak simetris, dapat merasakan sensi halus, reflek normal.

Tangan kanan terpasang IV line. Terdapat edema dibagian tangan kiri dan

kaki kanan.
S. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium

Nama Test Hasil Nilai normal

DARAH RUTIN

Hemoglobin 9,7 10,1-12,9

Lekosit 8.100 4000-10.000


Hematokrit 30 29-41
Trombosit 362,000 150.000-440.000
KIMIA KLINIK
DARAH
AST (SGOPT) 220 <37
ALT (SPGT) 247 <41
Natrium 132 135-155
Kalium 3,90 3,5-5,5
Kalsium 8,99 8,6-10,3
T. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Data Subjektif : Ketidakefektifan pola


DefisiensiIbu
gizi,klien mengatakan
psikologik sepertibysuasana
R nafas
menangis
hati, dan kuat makan (diet)
pengaturan
Data Objektif :
 RR: 40x/mnt
 Terpasang
Kurang kalori O2
 Terdapat retraksi
dinding dada
Cadangan makan

Glukosa dlm darah

Penggunaan lemak pada subkutan


Metabolisme
anaerob

Hasilkan zat sisa


CO2

CO2

Asidosis
metabolik

Pernapasan Defisiensi gizi, psikologik seperti suasana


hati, dan pengaturan makan (diet)

Pernapasan
Sesak cuping Kurang kalori
hidung
Penggunaan Cadangan makan
otot bantu
pernapasan
Glukosa dlm darah

Ketidakefektifan pola napas


Penggunaan lemak pada subkutan
2. Data Subjektif : Ketidakseimbangan
 Ibu klien mengatakan nutrisi kurang dari
Hilangnya lemak pd subkutan kebutuhan
by R masih sulit BAB
Data Objektif :
 Distensi abdomen (+) Atrofi/pengecilan otot

Penurunan berat badan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan
 Berat badan: 3.55 Kg
 TB : 52 cm
 Terpasang NGT
 Lingkar Kepala: 37 cm
 Lingkar Lengan
Kanan: 13 cm
 Lingkar Lengan Atas:
13 cm
 Lingkar Dada: 38 cm
 Lingkar Perut: 41 cm
 Lingkar Kaki : 9 cm

3. DS : Gangguan Integritas Kulit


Pembedahan
Ibu klien mengatakan by R
sudah menjalani operasi
untuk insisi bedah hernia
menangani

DO : terputusnya
- terlihat terdapat
jaringan sarafluka post
op pada bagian perut
luka operasi

Gangguan Integritas Kulit


DS : Resiko Keterlambatan
Kurang protein
Ibu klien mengatakan pertumbuhan &
pada saat pre op BB by R perkembangan
Asam3.55
yaitu amino
kg esensial

Do :
Produksi albumin
- badan terlihat kecil
- Bayi R tampak lemah

TB : 52 cm

BB: 3.55 Kg

Lingkar Kepala: 37 cm

Lingkar Lengan Kanan: 13
cm
 Pertumbuhan &
Lingkar Lengan Atas: 13 Perbaikan sel
cm

Lingkar Dada: 38 cm Resiko Keterlambatan pertumbuhan &
 perkembangan
Lingkar Perut: 41 cm

Lingkar Kaki : 9 cm

U. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d. peningkatan CO2
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan protein.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Luka Post Op hernia
4. Resiko Keterlambatan pertumbuhan & perkembangan
V. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Tupen : 1. Monitor respirasi dan saturasi 1. Memonitor respirasi
Setelah melakukan askep oksigen, lalu auskultasi bunyi dam spO2 menjadi awal
selama 1x2 jam diharapkan nafas, catat adanya tambahan untuk melanjutkan
klien memiliki KH : suara seperti ronchi / whezing. intervensi..
- Klien lebih tenang
2. Posisikan klien semi fowler 2. untuk memaksimalkan
Tupan : ventilasi paru.
Setelah melakukan askep Melancarkan
selama 2x24 jam diharapkan pernafasan klien.
klien memiliki KH : 3. Berikan terapi oksigen.
- Respirasi dalam batas
normal 3. Memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.

2 Tupen : 1. Monitor intake dan output 1. Untuk mengetahui


Setelah melakukan askep nutrisi pemasukan dan
selama 1x2 jam diharapkan pengeluaran makanan
klien memiliki KH : 2. Pantau BB klien dengan rutin 2. Dengan memantau
- Kebutuhan nutrisi klien /mengobservasi BB
dapat terpenuhi dapat mengetahui terjadi
peningkatan BB
Tupan : 3. Kaji terhadap malnutrisi 3. Memberikan pengukuran
Setelah melakukan askep dengan mengukur tinggi dan objektif terhadap status
selama 2x24 jam diharapkan BB nutrisi
klien memiliki KH : 4. Berikan asupan secara 4. Bertahap dan sering
- Terjadi peningkatan BB bertahap dengan sering untuk merupakan cara agar
pasien dalam keadaan hangat tetap dapat menstabilkan
seperti susu, tim, dan bubur BB klien dan memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
3 Tupen : 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Perubahan tanda vital
Setelah melakukan askep merupakan komplikasi
selama 1x2 jam diharapkan lanjut untuk terjadinya
klien memiliki KH : infeksi
- Klien lebih tenang 2. Observasi keadaan luka setiap 2. Untuk mengetahui
hari proses penyembuhan
Tupan : secara signifikan
Setelah melakukan askep 3. Lakukan perawatan luka setiap 3. Mengurangi resiko
selama 2x24 jam diharapkan hari (kompres luka dengan infeksi karena akan
klien memiliki KH : NaCl) meminimalisir kuman
- Tidak ada tanda tanda dan mempercepat
infeksi seperti 4. Kolaborasi dengan dokter penyembuhan luka
peningkatan suhu atau pemberian obat antibiotic 4. Mengurangi resiko
lesi diarea luka operasi Ceftazidime 125 gram. infeksi dan menurunkan
terjadinya penyebaran
kuman.
4 Tupen : 1. Kaji tingkat tumbuh kembang 1. Mengetahui tingkat
Setelah melakukan askep anak tumbuh kembang anak
selama 2x24 jam diharapkan secara dini untuk
klien memiliki KH : menentukan intervensi
- BB klien mengalami yang tepat
peningkatan 2. Kaji tingkat pertumbuhan dan 2. Mengetahui kesesuaian
perkembangan dengan tugas perkembangan
Tupan : perangkat ddst yang dicapai anak
Setelah melakukan askep dengan tugas-tugas
selama 5x24 jam diharapkan yang seharusnya sudah
klien memiliki KH : tercapai sesuai
- BB klien berada dalam perkembangan usianya.
batas normal sesuai 3. Ukur tb,bb dan lingkar lengan 3. Gambaran dari status
dengan usianya kiri gizi anak yang
berpengaruh terhadap
proses tumbuh kembang
anak

W. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No No
Hari/tanggal/waktu Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1. 1. Selasa, 01-10-2019 S: Ibu klien
mengatakan
07.15 1. Memonitor By.R menangis
respirasi dan
kuat
saturasi
oksigen, lalu O:
auskultasi bunyi  RR:
nafas, catat 40x/mnt
adanya  Terpasang
tambahan suara O2
seperti ronchi /  Terdapat
whezing. retraksi
R/ klien tampak
07.30 dinding
nyaman
2. Memposisikan dada
klien semi fowler
R/ klien tampak A: Masalah
nyaman
belum teratasi
3. Memberikan
08.00 terapi oksigen.
R/ kebutuhan O2 P: Intervesi
terpenuhi dilanjutkan
2. 08.15 1. Memonitor S: Ibu klien
intake dan mengatakan by
output nutrisi R masih sulit
BAB
08.30 2. Memantau BB
klien dengan
rutin O:
R/BB:3.55kg  Distensi
abdomen
(+)
 Berat
3. Kaji terhadap
badan:
malnutrisi
dengan 3.55 Kg
mengukur tinggi  TB : 52 cm
dan BB  Terpasang
09.00
R/BB:3.55kg NGT
A: Masalah
4. Memberikan
belum teratasi
asupan secara
bertahap dengan
sering untuk
P: Intervesi
pasien dalam
keadaan hangat dilanjutkan
seperti susu.
R/susu diberikan
melalui NGT
3. 10.50 1. Memonitor S: Ibu klien
tanda-tanda vitalmengatakan by
R sudah
menjalani
10.55 operasi untuk
2. Mengobservasi
keadaan luka menangani
setiap hari hernia

11.00 3. Melakukan O:
perawatan luka - terlihat
setiap hari
terdapat luka
(kompres luka
dengan NaCl) post op pada

16.00 bagian perut


4. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian obat
A: Masalah
antibiotic
Ceftazidime 125 belum teratasi
gram.

P: Intervesi
dilanjutkan
4. 14.15 1. Mengkaji tingkat S: Ibu klien
tumbuh mengatakan by
kembang anak R masih sulit
BAB

14.30 2. Mengkaji tingkat O:


pertumbuhan  Distensi
dan abdomen
perkembangan (+)
dengan  Berat
perangkat ddst
badan: 3.6
Kg
 TB : 52 cm
15.00  Terpasang
3. Mengukur tb,bb NGT
dan lingkar A: Masalah
lengan kiri
sedikit teratasi
Berat badan: 3.6
Kg P: Intervesi
TB : 52 cm
dilanjutkan
Lingkar Kepala:
37 cm
Lingkar Lengan
Kanan: 13 cm
Lingkar Lengan
Atas: 13 cm
Lingkar Dada: 38
cm
Lingkar Perut: 41
cm
Lingkar Kaki : 9
cm
2. 1 Selasa, 02-10-2019 S: Ibu klien
mengatakan
07.15 1. Memonitor By.R menangis
respirasi dan
kuat
saturasi
oksigen, lalu O:
auskultasi bunyi  RR:
nafas, catat 30x/mnt
adanya  sudah
tambahan suara tidak
seperti ronchi / Terpasang
whezing.
R/ klien tampak O2
nyaman
07.30 2. Memposisikan A: Masalah
klien semi fowler
R/ klien tampak sedikit teratasi
nyaman
P: Intervesi
. dilanjutkan

2 08.15 1. Memonitor S: Ibu klien


intake dan mengatakan by
output nutrisi R masih sulit
BAB
2. Memantau BB
08.30
klien dengan
rutin O:
 Distensi
abdomen
(+)
3. Kaji terhadap  Berat
malnutrisi
badan:
dengan
mengukur tinggi 3.55 Kg
dan BB  TB : 52 cm
09.00 4. memberikan  Terpasang
asupan secara NGT
bertahap dengan A: Masalah
sering untuk
belum teratasi
pasien dalam
keadaan hangat
seperti susu.
P: Intervesi
R/susu diberikan
dilanjutkan
melalui NGT
3 10.50 1. Memonitor S: Ibu klien
tanda-tanda vital mengatakan by
R sudah
R/N: 120x/mnt menjalani
R: 30x/mnt
S:370C operasi untuk
menangani
hernia
2. Mengobservasi
10.55 keadaan luka O:
setiap hari N: 120x/mnt
R/ Luka terbalut R: 30x/mnt
kassa steril S:370C
- terlihat
3. Melakukan terdapat luka
perawatan luka
setiap hari post op pada
11.00
(kompres luka bagian perut
dengan NaCl)
R/klien tampak
nyaman A: Masalah

16.00 4. Berkolaborasi belum teratasi


dengan dokter
pemberian obat
antibiotic P: Intervesi
Ceftazidime 125 dilanjutkan
gram.
4 14.15 1. Mengkaji tingkat S: Ibu klien
tumbuh mengatakan by
kembang anak R masih sulit
R/tumbang anak BAB
tidak normal

14.30 2. Mengkaji tingkat O:


pertumbuhan  Distensi
dan abdomen
perkembangan (+)
dengan  Berat
perangkat ddst
badan:
R/tumbang anak
tidak normal 3.69 Kg
 TB : 52 cm
15.00 3. Mengukur tb,bb  Terpasang
dan lingkar NGT
lengan kiri A: Masalah
R/
belum teratasi
Lingkar Kepala:
37 cm
Lingkar Lengan P: Intervesi
Kanan: 13 cm
Lingkar Lengan dilanjutkan
Atas: 13 cm
Lingkar Dada: 38
cm
Lingkar Perut: 41
cm
Lingkar Kaki : 9
cm
3. 1 Selasa, 03-10-2019 S: Ibu klien
mengatakan
07.15 1. Memonitor By.R menangis
respirasi dan
kuat
saturasi
oksigen, lalu O:
auskultasi bunyi  RR:
nafas, catat 30x/mnt
adanya  sudah
tambahan suara tidak
seperti ronchi / Terpasang
whezing.
O2
2. Memposisikan
07.30 klien semi fowler A: Masalah
sedikit teratasi

3. Memberikan
terapi oksigen. P: Intervesi
dilanjutkan
08.00
2 08.15 1. Memonitor S: Ibu klien
intake dan mengatakan by
output nutrisi R masih sulit
08.30
BAB
2. Memantau BB
klien dengan
rutin O:
 Distensi
abdomen
(+)
3. Kaji terhadap  Berat
malnutrisi
badan:
dengan
mengukur tinggi 3.55 Kg
09.00  TB : 52 cm
dan BB
4. memberikan  Terpasang
asupan secara NGT
bertahap dengan A: Masalah
sering untuk
belum teratasi
pasien dalam
keadaan hangat
seperti susu.
P: Intervesi
R/susu diberikan
dilanjutkan
melalui NGT
3 10.50 5. Memonitor S: Ibu klien 3
tanda-tanda vital mengatakan by
R sudah
R/N: 124x/mnt menjalani
R: 30x/mnt
10.55 operasi untuk
S:370C
menangani
hernia
6. Mengobservasi
11.00 keadaan luka O:
setiap hari N: 120x/mnt
R/ Luka terbalut R: 30x/mnt
kassa steril S:370C
- terlihat
7. Melakukan terdapat luka
16.00 perawatan luka
setiap hari post op pada
(kompres luka bagian perut
dengan NaCl)
R/klien tampak
nyaman A: Masalah
8. Berkolaborasi belum teratasi
dengan dokter
pemberian obat
antibiotic P: Intervesi
Ceftazidime 125 dilanjutkan
gram.
4 10.50 1. Memonitor S: Ibu klien
tanda-tanda vitalmengatakan by
R sudah
menjalani
10.55 operasi untuk
2. Mengobservasi
keadaan luka menangani
setiap hari hernia

11.00 3. Melakukan O:
perawatan luka - terlihat
setiap hari
terdapat luka
(kompres luka
dengan NaCl) post op pada

16.00 bagian perut


4. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian obat
A: Masalah
antibiotic
Ceftazidime 125 belum teratasi
gram.

P: Intervesi
dilanjutkan
14.15 4. Mengkaji tingkat S: Ibu klien
tumbuh mengatakan by
kembang anak R masih sulit
R/tumbang anak BAB
tidak normal

14.30 5. Mengkaji tingkat O:


pertumbuhan  Distensi
dan abdomen
perkembangan (+)
dengan  Berat
perangkat ddst
badan:
R/tumbang anak
tidak normal 3.55 Kg
 TB : 52 cm
15.00 6. Mengukur tb,bb  Terpasang
dan lingkar NGT
lengan kiri A: Masalah
R/
belum teratasi
Lingkar Kepala:
37 cm
Lingkar Lengan P: Intervesi
Kanan: 13 cm
Lingkar Lengan dilanjutkan
Atas: 13 cm
Lingkar Dada: 38
cm
Lingkar Perut: 41
cm
Lingkar Kaki : 9
cm
DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman, 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI, Jakarta


http//www.pediatrik.com
http//www.bsn.id
http//www.gizi.net
http//www.kompas.com
http//www.suaramerdeka.com
http//www.google.com
Pudjiadi solihin, 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. edisi ke 4. FKUI, Jakarta
Suraatmaja sudaryat. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Sanglah Denpasar. FK UNUD, Denpasar
Wong, 2001. Essentials Of Pediatric Nursing. 6 th edition. Mosby Year Book
Louise, Missouri

S-ar putea să vă placă și

  • Formulir Permohonan Klinik
    Formulir Permohonan Klinik
    Document3 pagini
    Formulir Permohonan Klinik
    Dewi Sri
    100% (1)
  • BAB II I Fixxx Pisan
    BAB II I Fixxx Pisan
    Document7 pagini
    BAB II I Fixxx Pisan
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab II Pijat Oksitosin
    Bab II Pijat Oksitosin
    Document10 pagini
    Bab II Pijat Oksitosin
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab I-2
    Bab I-2
    Document5 pagini
    Bab I-2
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii Homecare
    Bab Ii Homecare
    Document13 pagini
    Bab Ii Homecare
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab II Pijat Oksitosin
    Bab II Pijat Oksitosin
    Document10 pagini
    Bab II Pijat Oksitosin
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab 3-1
    Bab 3-1
    Document2 pagini
    Bab 3-1
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • BAB V Homecare F
    BAB V Homecare F
    Document1 pagină
    BAB V Homecare F
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab 1 Literature
    Bab 1 Literature
    Document3 pagini
    Bab 1 Literature
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab 3-1
    Bab 3-1
    Document2 pagini
    Bab 3-1
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii Homecare
    Bab Ii Homecare
    Document13 pagini
    Bab Ii Homecare
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab I-2
    Bab I-2
    Document5 pagini
    Bab I-2
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • BAB II I Fixxx Pisan
    BAB II I Fixxx Pisan
    Document7 pagini
    BAB II I Fixxx Pisan
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • ACC Nayra
    ACC Nayra
    Document2 pagini
    ACC Nayra
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Formulir Permohonan Klinik
    Formulir Permohonan Klinik
    Document3 pagini
    Formulir Permohonan Klinik
    Dewi Sri
    100% (1)
  • Bab 4 EPB TERAPI KOMPLEMENTER
    Bab 4 EPB TERAPI KOMPLEMENTER
    Document2 pagini
    Bab 4 EPB TERAPI KOMPLEMENTER
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Sop Hipnoterapi
    Sop Hipnoterapi
    Document13 pagini
    Sop Hipnoterapi
    ekayasa_s
    Încă nu există evaluări
  • Luka Bakar Tic
    Luka Bakar Tic
    Document35 pagini
    Luka Bakar Tic
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Home Care
    Home Care
    Document37 pagini
    Home Care
    Dhaiyat Lakers
    Încă nu există evaluări
  • LP Jiwa Gabungan
    LP Jiwa Gabungan
    Document25 pagini
    LP Jiwa Gabungan
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab Iii Pijat Oksitosin
    Bab Iii Pijat Oksitosin
    Document11 pagini
    Bab Iii Pijat Oksitosin
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii-2
    Bab Ii-2
    Document7 pagini
    Bab Ii-2
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • BAB IV Insya Allah
    BAB IV Insya Allah
    Document10 pagini
    BAB IV Insya Allah
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab 1 Literature
    Bab 1 Literature
    Document3 pagini
    Bab 1 Literature
    Santi Novita Ariani
    Încă nu există evaluări
  • Bab I-1
    Bab I-1
    Document3 pagini
    Bab I-1
    Rizky Apriyanti
    Încă nu există evaluări
  • Ketoasidosis Diabetikum
    Ketoasidosis Diabetikum
    Document25 pagini
    Ketoasidosis Diabetikum
    Adzam
    Încă nu există evaluări
  • LP Demensia
    LP Demensia
    Document31 pagini
    LP Demensia
    DianLuberiono
    75% (4)
  • LP Isos
    LP Isos
    Document28 pagini
    LP Isos
    yulione vicky
    Încă nu există evaluări
  • LP Demensia Firdha
    LP Demensia Firdha
    Document12 pagini
    LP Demensia Firdha
    Firdha Astrii
    Încă nu există evaluări
  • Asuhan Keperawataan Luka Bakar
    Asuhan Keperawataan Luka Bakar
    Document48 pagini
    Asuhan Keperawataan Luka Bakar
    Rizky Anugrah
    Încă nu există evaluări