Sunteți pe pagina 1din 16

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS TUBERKULOSA

Dibuat untuk memenuhi tugas Stase II Keperawatan Anak

OLEH :
BUNGA NISRINA KUSUMAJAYA
ISMI APRILIANI
SANTI NOVITA ARIANI

PEROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS TUBERKULOSIS

A. Pengertian

Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak (meningen)


yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini merupakan salah
satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit tuberkulosis paru. Infeksi
primer muncul di paru-paru dan dapat menyebar secara limfogen dan hematogen ke
berbagai daerah tubuh di luar paru-paru, seperti perikardium, usus, kulit, tulang, sendi,
dan selaput otak (Whiteley, 2014).

B. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri berbentuk batang pleomorfik gram
positif, berukuran 0,4-3µm mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup selama berminggu-
minggu dalam keadaan kering, serta lambat bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20 jam).
C. Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis pada umumnya muncul sebagai penyebaran tuberkulosis
primer. Biasanya fokus infeksi primer ada di paru-paru, namun dapat juga ditemukan di
abdomen (22,8%), kelenjar limfe leher (2,1%) dan tidak ditemukan adanya fokus primer
(1,2%). Dari fokus primer, kuman masuk ke sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan
kelenjar limfe regional, dan dapat menimbulkan infeksi berat berupa tuberkulosis milier
atau hanya menimbulkan beberapa fokus metastase yang biasanya tenang.
Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Rich tahun 1951.
Terjadinya meningitis tuberkulosis diawali olen pembentukan tuberkel di otak, selaput
otak atau medula spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen selama masa
inkubasi infeksi primer atau selama perjalanan tuberkulosis kronik walaupun jarang. 6
Bila penyebaran hematogen terjadi dalam jumlah besar, maka akan langsung
menyebabkan penyakit tuberkulosis primer seperti TB milier dan meningitis tuberkulosis.
Meningitis tuberkulosis juga dapat merupakan reaktivasi dari fokus tuberkulosis (TB
pasca primer). Salah satu pencetus proses reaktivasi tersebut adalah trauma kepala.
Kuman kemudian langsung masuk ke ruang subarachnoid atau ventrikel.
Tumpahan protein kuman tuberkulosis ke ruang subarakhnoid akan merangsang reaksi
hipersensitivitas yang hebat dan selanjutnya akan menyebabkan reaksi radang yang
paling banyak terjadi di basal otak. Selanjutnya meningitis yang menyeluruh akan
berkembang.
Secara patologis, ada tiga keadaaan yang terjadi pada meningitis tuberkulosis:
1. Araknoiditis proliferatif
Proses ini terutama terjadi di basal otak, berupa pembentukan massa fibrotik yang
melibatkan saraf kranialis dan kemudian menembus pembuluh darah. Reaksi radang
akut di leptomening ini ditandai dengan adanya eksudat gelatin, berwarna kuning
kehijauan di basis otak. Secara mikroskopik, eksudat terdiri dari limfosit dan sel
plasma dengan nekrosis perkijuan.
2. Vaskulitis
Vaskulitis yang terjadi disertai dengan dengan trombosis dan infark pembuluh darah
kortikomeningeal yang melintasi membran basalis atau berada di dalam parenkim

1
otak. Hal ini menyebabkan timbulnya radang obstruksi dan selanjutnya infark serebri.
Kelainan inilah yang meninggalkan sekuele neurologis bila pasien selamat. Apabila
infark terjadi di daerah sekitar arteri cerebri media atau arteri karotis interna, maka
akan timbul hemiparesis dan apabila infarknya bilateral akan terjadi quadriparesis.
3. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus komunikans terjadi akibat perluasan inflamasi ke sisterna basalis yang
akan mengganggu sirkulasi dan resorpsi cairan serebrospinalis.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Lincoln, manifestasi klinis dari meningitis tuberkulosis dapat
dikelompokkan dalam tiga stadium, yaitu:
1. Stadium I (stadium inisial / stadium non spesifik / fase prodromal)
a. Prodromal berlangsung 1 - 3 minggu.
b. Biasanya gejalanya tidak khas.
c. Timbul perlahan-lahan.
d. Tanpa kelainan neurologis.
e. Gejala yang biasa muncul:
f. Demam (tidak terlalu tinggi).
g. Rasa lemah.
h. Nafsu makan menurun (anorexia).
i. Nyeri perut.
j. Sakit kepala.
k. Tidur terganggu.
l. Mual.
m. Muntah.
n. Konstipasi.
o. Apatis.
p. Irritable.
2. Stadium II
Pada fase ini terjadi rangsangan pada selaput otak / meningen. Ditandai oleh
adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas lengkung
serebri. Pemeriksaan kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+) kecuali
pada bayi.
3. Stadium III
Terjadi percepatan penyakit, berlangsung selama ± 2-3 minggu. Pada stadium ini
gangguan fungsi otak semakin tampak jelas. Hal ini terjadi akibat infark batang
otak akibat lesi pembuluh darah atau strangulasi oleh eksudat yang mengalami
organisasi. Gejala-gejala yang dapat timbul, antara lain:
a. pernapasan irregular
b. demam tinggi
c. edema papil
d. hiperglikemia
e. kesadaran makin menurun
f. irritable dan apatik
g. mengantuk
h. stupor
i. koma
j. otot ekstensor menjadi kaku dan spasme
k. opistotonus

2
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Mantuox/Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan screening tuberkulosis yang
paling bermanfaat. Terdapat beberapa cara melakukan uji tuberkulin, tetapi hingga
saat ini cara mantoux lebih sering dilakukan. Pada uji mantoux, dilakukan
penyuntikan PPD (Purified Protein Derivative) dari kuman Mycobacterium
tuberculosis. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan
bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Tabel 2.3. Hasil Uji Mantoux
Pembengkakan (Indurasi) 0-4mm,uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi
Mycobacterium tuberculosis.
Pembengkakan (Indurasi) 3-9mm,uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan
teknik, reaksi
silang dengan Mycobacterium
atypical atau setelah vaksinasi
BCG
Pembengkakan (Indurasi) ≥ 10mm,uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah
terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis.
Sumber : Levin, 2009
2. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah rutin, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar
ureum dan kreatinin, fungsi hati, elektrolit.
a. Pemeriksaan LED meningkat pada pasien meningitis TB :
1) Pada meningitis bakteri didapatkan peningkatan leukosit
2) polimorfonuklear dengan shift ke kiri.
3) Elektrolit diperiksa untuk menilai dehidrasi.
4) Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap glukosa pada
cairan serebrospinal.
5) Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai fungsi organ dan
penyesuaian dosis terapi.
6) Tes serum untuk sifilis jika diduga akibat neurosifilis.
b. Lumbal Pungsi
Lumbal Pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial. Lumbal pungsi adalah tindakan memasukkan jarum lumbal
pungsi ke dalam kandung dura lewat processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk
mengambil cairan serebrospinal (Haldar, 2009).
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Toraks
Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto toraks, foto kepala, CT-Scan
dan MRI. Foto toraks untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada paru-paru
misalnya pada pneumonia dan tuberkulosis, sementara foto kepala dilakukan
karena kemungkinan adanya penyakit pada mastoid dan sinus paranasal. Pada
penderita dengan meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan gambaran

3
tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgen toraks, kadangkadang
disertai dengan penyebaran milier dan kalsifikasi. Gambaran rontgen toraks
yang normal tidak menyingkirkan diagnosa
b. Computed Tomography Scan / Magnetic Resonance Imaging Scan
Pemeriksaan Computed Tomography Scan (CT- Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging Scan (MRI) kepala dapat menentukan adanya dan luasnya
kelainan di daerah basal, serta adanya dan luasnya hidrosefalus. Gambaran dari
pemeriksaan CT-scan dan MRI kepala pada pasien meningitis tuberkulosis
adalah normal pada awal penyakit. Seringnya berkembangnya penyakit,
gambaran yang sering ditemukan adalah enhancement di daerah basal, tampak
hidrosefalus komunikans yang disertai dengan tanda-tanda dema otak atau
iskemia fokal yang masih dini. Selain itu, dapat juga ditemukan tuberkuloma
yang silent, biasanya di daerah korteks serebri atau talamus (kliegman,
2011)meningitis tuberkulosis (Kliegman, 2011)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada meningitis tuberkulosis (Tai, 2013) :
1. Hidrosefalus
2. Cairan subdural
3. Abses otak
4. Cedera kepala
5. Gangguan pendengaran
6. Peningkatan tekanan dalam otak ( tekanan itrakranial )
7. Kerusakan otak
8. Kejang
9. Serangan otak
10. Araknoiditis

G. Proses Keperawatan
1. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian
pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat
dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan
demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen.
Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan
kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang
dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang

4
memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan melalui
pembuluh darah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah
pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis
pada masa sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada
keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat
berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti
pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk
menilai resistensi pemakaian antibiotic).
5. Pengkajian psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga
penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
6. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan
kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter,
kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit
jantung Conginetal ( abses otak ).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor).
Takikardi, distritmia (pada fase akut) seperti distrimia sinus (pada meningitis).
c. Eliminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.
b. Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut)
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
c. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut)
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala (mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat).
Pareslisia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Hiperalgesia / meningkatnya
sensitifitas (minimitis) . Timbul kejang (minimitis bakteri atau abses otak)
gangguan dalam penglihatan, seperti Diplopia (fase awal dari beberapa
infeksi). Fotopobia (pada minimitis). Ketulian (pada minimitis / encephalitis)
atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, adanya halusinasi
penciuman / sentuhan.

5
Tanda :
1) Status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat
hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic (encephalitis).
2) Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan (dapat merupakan gejala
berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis
bacterial)
3) Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
4) Mata (ukuran / reaksi pupil) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
(peningkatan tik), nistagmus (bola mata bergerak terus menerus).
5) Ptosis (kelopak mata atas jatuh) . Karakteristik fasial (wajah) ; perubahan
pada
fungsi motorik da nsensorik (saraf cranial v dan vii terkena)
6) Kejang umum atau lokal (pada abses otak). Kejang lobus temporal. Otot
mengalami hipotonia /flaksid paralisis (pada fase akut meningitis). Spastik
( encephalitis).
7) Hemiparese hemiplegic (meningitis / encephalitis)
8) Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi
adanya
iritasi meningeal (fase akut)
9) Regiditas muka (iritasi meningeal)
10) Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif
11) Refleks abdominal menurun.
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan
diperburuk oleh ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular,
tenggorokan nyeri
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh.
f. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal), perubahan mental (letargi
sampai koma) dan gelisah
g. Keamanan
Gejala :
1) Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi
mastoiditis
Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal,
pembedahan,
Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
2) Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan
oleh
Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
3) Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda :
1) suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil
2) Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic
3) Gangguan sensoris

6
2. ANALISA DATA
NO DATA ETILOGI MASALAH

DS : Resiko tinggi
Proses TB primer di paru-paru penyebaran
DO:
 Hasil rontgen thorax infeksi
 TB Milier
 LED : 35-60 mm3 Penyebaran secara limfohematogen
 Hasil analisa LCS :
 Liquor/transudat/eksudat
Pembentukan tuberkel-tuberkel kecil pada selaput otak
 Jumlah sel 273 /mm3
 Hitung jenis
PMN  42 %
MN  58 % Tuberkel melunak dan pecah
Nonne  positif
Pandy  positif Kuman masuk ke ruang sub arakhnoid
Glukosa  7 mg/dL
Protein  600 mg/dL
Warna  bening Terjadi peradangan difus pada meningen dan parenkim
Kejernihan  jernih otak
 Mikrobiologi
Gram batang positif
BTALiquor positif Penyebaran secara limfohematogen
 Tes iritasi meningen
Laseque positif
Resiko penyebaran infeksi

2. DS: klien mengeluh sakit kepala Perubahan


DO: Faktor-faktor predisposisi Perfusi Jaringan
 Tingkat kesadaran tidak normal serebral
 Kelemahan atau paralisis Invansi kuman ke jaringan serebral
ekstremitas

Reaksi peradangan
jaringan serebral

Eksudat Gangguan metabolism serebral Hipoperfusi


mening
Thrombus daerah korteks dan
aliran darrah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan


nekrosis

Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi
mening
Perubahan fisiologis
intrakrnial

7
Peningkatan permeabilitas darah ke otak

Bradikardi

Perubahan Perfusi Jaringan Otak

3. DS : Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri Faktor-faktor predisposisi
ekstremiras dan tidak bisa
diangkat, nyeri bertambah jika
digerakan dan berkurang jika di Invansi kuman ke jaringan serebral
istirahatkan, nyeri dirasakan
terus menerus. Reaksi peradangan
DO :
jaringan serebral
 Skala nyeri 3 (0-5)
 Terdapat keterbatasan gerak
Eksudat Gangguan metabolism serebral Hipoperfusi
pada ekstremitas, terdapat
pembengkakan dan klien mening
tampak meringis pada saat Thrombus daerah korteks dan
dilakukan penekanan pada aliran darrah serebral
sendi yang bengkak.
 Artritis a/r elbow joint sinistra e.c Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan
Suspek TB nekrosis

Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi
mening
Perubahan fisiologis
intrakrnial
Sakit kepala dan demam

Nyeri akut

8
4. Klien mengatakan tidak bisa Gangguan
menggerakan bagian ekstremitas Faktor-faktor predisposisi mobilisasi fisik
Do :
 Keadaan tubuh klien lemah
Invansi kuman ke jaringan serebral
 Terdapat keterbatasan gerak
pada ekstremitas bawah
 Kekuatan otot < normal Reaksi peradangan
 Klien bedrest jaringan serebral

Eksudat Gangguan metabolism serebral Hipoperfusi


mening
Thrombus daerah korteks dan
aliran darrah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan


nekrosis

Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi
mening
Perubahan fisiologis
intrakrnial
Edema serebral dan peningkatan TIK

Perubahan tingkat kesadaran, perubahan prilaku, disorientasi,


fotofobia, peningkatan sekresi ADH

Kelemahan fisik

Gangguan mobilisasi fisik

5. DS : Faktor-faktor predisposisi Hipertermi


 Klien mengeluh demam
 Klien mengeluh banyak keluar Invansi kuman ke jaringan serebral
keringat.
DO:
 Suhu 38,50 C Reaksi peradangan
 Frekuensi nafas > normal jaringan serebral

Eksudat Gangguan metabolism Hipoperfu


mening serebral si
Thrombus daerah korteks
dan aliran darrah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan


nekrosis

9
Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi
mening
Perubahan fisiologis
intrakrnial
Sakit kepala dan demam

Hipertermi

6. - Klien mengeluh sesak nafas Faktor-faktor Ketidak


DO: predisposisi Efektifan Pola
- Tampak memakai otot bantu Nafas
pernafasan Invansi kuman ke jaringan serebral
- Terdapat retraksi dinding dada
- Frekuensi nafas > normal Reaksi
- Leukosit > 10.000/mm3 peradangan

Eksudat Gangguan metabolism Hipoper


menin serebral
Thrombus daerah korteks dan
aliran darrah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan


nekrosis

Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi
menin
Perubahan
fisiologis
Peningkatan permeabilitas darah ke otak

Perubahan system pernapasan: cheyne-stokes

Ketidak Efektifan Pola Nafas

7 DS: Respon peningkatan suhu tubuh Ketidakseimba


- Klien mengatakan porsi makan ngan nutrisi
klien biasanya habis tidak lebih  kurang dari
dari ½ porsi. Merangsang medulla vo mitting centre kebutuhan
- Klien mengeluh mual dan nafsu
makan kurang. 
- Klien mengeluh tidak nafsu Mual dan muntah
makan.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
10
- Klien mual
DO:
- Suhu tubuh >380C
- Porsi makan tidak habis
- BB <normal
- IMT < normal

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman
patogen.
2. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.
3. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
5. hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi.
6. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
7. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan
anoreksia
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan faktor-faktor yang 1. Menentukan pilihan intervensi. Penurunan
keperawatan selama….x24 berhubungan dengan tanda/gejala neurologis atau kegagalan
jam diharapkan keadaan tertentu atau yang dalam pemulihannya setelah serangan awal
resiko infeksi dapat teratasi menyebabkan koma / menunjukan klien itu perlu dipindahkan ke
dengan kriteria hasil: penurunan perfusi jaringan perawatan intensif untuk mementau
1. Tingkat kesadaran otak dan potensial tekanan TIK atau pembedahan.
membaik peningkatan TIK 2. Mengkaji adanya kecenderungan pada
2. Tanda-tanda vital stabil 2. Pantau status neurologis tingkat kesadaran dan potensial
3. Tidak adanya nyeri secara teratur dan peningkatan TIK dan bermanfaat dalam
kepala bandingkan dengan nilai menentukan, lokasi, perluasan dan
4. Tidak adanya tanda standar (misalnya: GCS) perkembangan kerusakan SSP.
peningkatan TIK 3. Pantau tanda-tanda vital 3. Peningkatan tekanan darah sistemik yang
meliputi TD, Nadi, Respirasi diikuti oleh penurunan tekanan darah
4. Bantu klien untuk diastolik merupakan tanda adanya
menghindari manuver peningkatan TIK nafas yang tidak teratur
valsava, seperti batuk, dapat menunjukan lokasi gangguan
mengejan. serebral dan tanda adanya peningkatan
5. Perhatikan adanya gelisah serebral.
yang meningkat, 4. Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan
peningkatan keluhan dan intra thoraks yang akan meningkatkan TIK
tingkah laku yang tidak 5. Petunjuk non verbal ini menunjukan adanya
sesuai. peningkatan TIK atau adanya nyeri kepala.
6. Kaji adanya peningkatan 6. Merupakan indikasi dari iritasi meningeal
rigiditas, regangan, peka yang dapat terjadi sehubungan dengan
rangsang, serangan kejang. kerusakan dari duramater atau
7. Tinggikan kepala klien 15- perkembangan infeksi.
45 derajat sesuai indikasi 7. Meningkatkan aliran balik vena dari kepala
yang dapat ditoleransi. sehingga akan mengurangi kongesti dan
8. Kolaborasi untuk pemberian oedema atau resiko peningkatan TIK.
obat sesuai indikasi seperti 8. Menurunkan inflamasi yang selanjutnya
dexametason menurunkan oedema jaringan.

11
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Perubahan tirah baring 1. Perubahan tekanan CSS mungkin
keperawatan selama….x24 dengan posisi kepala datar merupakan adanya resiko herniasis
jam diharapkan dan pantau tanda vital sesuai batang otak yang memerlukan tindakan
perubahan perfusi jaringan indikasi setelah dilakukan medis dengan segera.
serebral dapat teratasi fungsi lumbal.
dengan kriteria hasil: 2. Pantau/catat status 2. Pengkajian kecenderungan adanya
1. Mempertahankan tingkat neurologis dengan teratur dan perubahan tingkat kesadaran dan
kesadaran bandingkan dengan keadaan potensial peningkatan TIK adalah sangat
2. Mendemontrasikan normalnya, seperti GCS. berguna dalam menntukan lokasi,
tanda-tanda vital stabil penyebaran/luas dan perkembangan dari
3. Melaporkan tak kerusakan serebral.
adanya/menurunkan
berat sakit kepala 3. Pantau masukan dan 3. Hipertermia meningkatkan kehilangan air
4. Mendemontrasikan keluaran . catat karakteristik tak kasat mata dan meningkatkan resiko
adanya perbaikan urine, turgor kulit, dan dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran
kognitif dan tanda keadaan membrane mukosa. menurun/munculnya mual menurunkan
peningkatan TIK. pemasukan melalui oral.
4. Berikan tindakan yang 4. Meningkatkan istirahat dan menurunkan
memberikan rasa nyaman stimulasi sensori yang berlebihan.
seperti massage punggung,
lingkungan yang tenang,
suara yang halus dan
sentuhan yang lembut.
5. Pantau gas darah arteri.
Berikan terapi oksigen sesuai 5. Terjadinya asidosis dapat menghambat
kebutuhan. masuknya oksigen pada tingkat sel yang
memperburuk/meningkatkan iskemia
serebral.

3. Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan lingkungan yang 1. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari
keperawatan selama….x24 tenang, ruangan agak gelap luar atau sensitifitas pada cahaya dan
jam diharapkan sesuai indikasi. meningkatkan istirahat / relaksasi.
Nyeri akut dapat teratasi 2. Tingkatkan tirah baring, 2. Menurunkan gerakan yang dapat
dengan kriteria hasil: bantulah kebutuhan meningkatkan nyeri.
1. Melaporkan nyeri perawatan yang penting 3. Dapat membantu merelaksasikan
hilang/terkontrol 3. Berikan latihan rentang ketegangan otot yang menimbulkan
2. Menunjukkan poster gerak aktif/pasif secara aktif reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
rileks dan mampu dan massage otot daerah tersebut.
tidur/istirahat dengan leher/bahu. 4. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
tepat. 4. Berikan analgetik, seperti nyeri yang berat.
asetaminofen dan kodein. Catatan : narkotik merupakan
kontraindikasi sehingga menimbulkan
ketidak akuratan dalam pemeriksaan
neurologis.

12
4. Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa kembali kemampuan 1. Mengidentifikasi kemungkinan
keperawatan selama….x24 dan keadaan secara kerusakan secara fungsional dan
jam diharapkan fungsional pada kerusakan mempengaruhi dan pilihan intervensi yang
gangguan mobilitas fisik yang terjadi. akan dilakukan.
dapat teratasi dengan kriteria 2. Kaji derajat imobilisasi klien 2. Klien mampu mandiri (nilai 0) atau
hasil: dengan menggunakan memerlukan bantuan/ peralatan yang
Klien mampu melakukan skala ketergantungan minimal (nilai 1); memerlukan bantuan
mobilisasi. 3. Berikan atau bantu untuk sedang dengan pengawasan / diajarkan
melakukan latihan rentang (nilai 2); memerlukan bantuan / peralatan
gerak/ROM. yang terus menerus dan alat khusus (nilai
4. Berikan perawatan kulit 3); atau tergantung secara total pada
dengan cermat, masase pemberian asuhan (nilai 4). seseorang da
dengan pelembab dan ganti lam semua kategori sama-sama
linen / pakaian yang basah mempunyai resiko kecelakaan namun
dan pertahankan linen kategori dengan nilai 2-4 mempunyai
tersebut tetap bersih dan resiko terbesar untuk terjadinya bahaya
bebas dari kerutan. tersebut sehubungan dengan imobilisasi.
3. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi / posisi normal ekstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
4. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
dan menurunkan resiko terjadinya
ekskoriasi kulit.
5. Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan kompres dingin 1. Kompres dingin dapat menimbulkan
keperawatan selama….x24 pada daerah yang banyak proses konduksi dimana terjadi
jam diharapkan pembuluh darah sampai perpindahan panas dari satu objek ke
hipertermi dapat teratasi suhu badan kembali objek lain dengan kontak fisik antara
dengan kriteria hasil: normal. kedua objek tersebut.
Suhu tubuh 36 - 37 °C, 2. Anjurkan pada klien 2. Dengan pakaian tipis memudahkan
keringat berkurang, klien untuk mengenakan pakaian penyerapan keringat dan memberi rasa
tidak merasakan panas tipis dan menyerap keringat. nyaman.
badan. 3. Observasi tanda-tanda 3. Untuk mengetahui lebih lanjut tindakan
vital suhu, tensi, respirasi, yang akan dilakukan.
dan nadi. 4. Antipiretik berfungsi menghambat
4. Kolaborasi pemberian panas pada hipotalamus.
terapi antipiretik.

13
6. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji dan pantau frekuensi 1. Perubahan pola nafas tidak efektif
keperawatan selama….x24 pola dan irama nafas merupakan tanda berat adanya
jam diharapkan 2. Pertahankan jalan nafas peningkatan tekanan intrakranial yang
Ketidak efektifan pola napas efektif dengan melakukan menekan medulla oblongata
dapat teratasi dengan kriteria pembersihan jalan nafas 2. Lendir yang berlebihan akan menumpuk
hasil: seperti pengisapan lendir dan menimbulkan obstruksi jalan nafas.
1. Frekuensi nafas normal dan oral hygiene. 3. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
16 - 20 x /mt 3. Berikan O2 sesuai order dan dalam darah dan jaringan.
2. Irama nafas reguler. monitor efektifitas 4. Posisi leher yang ekstensi / menekuk
pemberian oksigen tersebut. mengakibatkan jalan nafas terhambat.
4. Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan leher
dan posisi netral.
7. Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan penjelasan tentang 1. Pemahaman tentang penyebab mual dan
keperawatan selama….x24 penyebab mual dan nafsu nafsu makan kurang akan meningkatkan
jam diharapkan makan berkurang serta pengertian klien, dan diharapkan klien
Kebutuhan nutrisi klien pentingnya asupan makanan dapat mengatasi dengan caranya sendiri.
terpenuhi dengan kriteria yang adekuat.
hasil:
1. Klien mengatakan
secara verbal mual
berkurang dan nafsu 2. Sajikan makanan dalam 2. Makanan hangat dengan penyajian yang
makan meningkat keadaan hangat dan menarik. menarik diharapkan akan meningkatkan
2. Klien dapat selera makan.
menghabiskan porsi
makan yang diberikan 3. Libatkan klien dalam 3. Menu yang sesuai dengan selera klien akan
dari rs penyusunan menu makanan meningkatkan nafsu makan.
3. Klien tidak menunjukan sesuai dengan selera.
keinginan muntah saat 4. Lakukan oral hygiene secara 4. Mulut yang bersih dapat meningkatkan
makan teratur minimal 2 kali sehari. nafsu makan.
5. Berikan minum air hangat 5. Pemberian air hangat sebelum makan akan
sebelum makan. merangsang pengeluaran enzim
pencernaan dimulut.

6. Berikan makan minimal 1 jam 6. Efek samping OAT dapat menimbulkan


setelah minum OAT. rasa mual.
7. Lanjutkan pemberian terapi 7. Ranitidin bekerja denga melawan reseptor
anti emetik : Ranitidin H2 sebagai reseptor HCl sehingga tidak
mengaktifkan pengeluaran asam lambung
yang berlebihan yang dapat menimbulkan
mual.
8. Lanjutkan pemberian terapi 8. Curcuma dan vitamin B6 disamping dapat
suplemen : Curcuma dan menetralisis efek samping OAT sebagai
Vitamin B6 hepato protektor juga dapat meningkatkan
nafsu makan dan mengurangi mual.
9. Lingkungan yang kurang nyaman akan
9. Modifikasi lingkungan agar menurunkan selera makan.
nyamanuntuk makan

14
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. E., et al, 1999. Rencana asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta: EGC.

Arief Mansjoer. 2000. Asuhan Keperawatan Pada System Saraf. Jakarta. EGC

Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak Ed 2 Jakarta : Percetakan
Penebar Swadaya

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.Ed 2. Jakarta : EGC

Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20. Jakarta : EGC

FKUI, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Ed 3. Jakarta : FKUI

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol 2, Edisi 8, Jakarta : EGC

Price & Wilson. 2006. Patofiisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. ED.6. Jakarta :
EGC

S-ar putea să vă placă și