Sunteți pe pagina 1din 11

Pendidikan Biologi

Volume 4, Nomor 2 Mei 2012


Halaman 33-43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA
SMA NEGERI 5 SURAKARTA
THE INFLUENCE OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TOWARD
SCIENCE PROCESS SKILLS VIEWED FROM STUDENT’S ACADEMIC
ABILITY OF SMA NEGERI 5 SURAKARTA

Sri Wulanningsih1), Baskoro Adi Prayitno2), dan Riezky Maya Probosar3)


1)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: sriwulaningsih@yahoo.com
2)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: baskoro_ap@uns.ac.id
3)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: riezwan@gmail.com

ABSTRACT – The purposes of this research were to know: 1) the influence of Guided
Inquiry learning model toward science process skills, 2) the influence of academic ability
toward science process skills, 3) the interaction between Guided Inquiry learning model and
academic ability toward science process skills. The research was quasi experiment research.
The research was designed using posttest only control group design by using the
experimental classes (application of Guided Inquiry learning model) and control classes
(conventional learning. The populations of this research were all of 10th degree students at
SMA Negeri 5 Surakarta in academic year 2011/2012. The samples of this research were the
students of X-4 as experiment group and X-2 as control group. The sample of this research
was established by cluster random sampling. The data was collected essay test, observation
form, and document. The hypotheses analyzed by Two-Way Anava. The research concluded
that 1) application of Guided Inquiry learning model had significant effect toward science
process skill, 2) the academic ability didn’t has significant effect toward science process skill,
3) there was interaction between Guided Inquiry learning model and academic ability toward
science process skills.
Keywords: Guided Inquiry, Science Process Skills, Academic Ability.

PENDAHULUAN mengembangkan sendiri apa yang sedang


Biologi sebagai bagian dari sains mereka pelajari. Biologi sebagai sikap
terdiri dari tiga komponen dasar yang tidak diartikan sebagai sikap ilmiah yang harus
terpisahkan yaitu, biologi sebagai produk, dimiliki oleh siswa seperti obyektif dan
proses, dan sikap. Biologi sebagai produk jujur.
diartikan biologi sebagai tubuh Pembelajaran biologi saat ini
pengetahuan yang teroganisir terdiri dari umumnya lebih terorientasi pada aspek
fakta, konsep, hukum, teori, dan produk sains dan kurang mengembangkan
generalisasi. Biologi sebagai proses proses sains. Pembelajaran biologi yang
diartikan sebagai proses berpikir, terorientasi pada produk cenderung
bagaimana siswa menemukan dan bersifat teoretis dan berpusat pada guru,
34 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 2, hal 33-43

dimana guru menjadi sumber pembelajaran yang digunakan melibatkan


pengetahuan, sehingga siswa bersifat pasif peran aktif siswa dalam proses
dalam proses pembelajaran. Pengetahuan pembelajaran maka akan mampu
dan keterampilan yang diperoleh siswa meningkatkan keterampilan proses sains
diharapkan bukan hasil mengingat pada siswa. Model pembelajaran yang
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari digunakan diharapkan mampu
menemukan sendiri. Keterampilan proses mengembangkan penguasaan keterampilan
sains dapat memfasilitasi siswa untuk proses sains siswa baik pada siswa
mencapai pembelajaran sains. berkemampuan akademik tinggi, sedang,
Keterampilan proses sains mendorong dan rendah. Alternatif yang dapat
siswa untuk menemukan sendiri fakta, dilakukan untuk mengatasi permasalahan
konsep pengetahuan serta dalam pembelajaran biologi adalah dengan
menumbuhkembangkan sikap dan nilai menggunakan model pembelajaran inkuiri
yang dituntut. terbimbing.
Permasalahan lain yang ditemukan Model pembelajaran inkuiri
adalah pembelajaran biologi yang selama terbimbing merupakan pembelajaran yang
ini dilakukan hanya memberikan terpusat pada siswa. Piaget (dalam
kesempatan siswa berkemampuan Mulyasa, 2006: 108) mengemukakan
akademik tinggi memperoleh prestasi bahwa model inkuiri terbimbing
belajar yang memuaskan, sedangkan siswa merupakan model yang mempersiapkan
dengan kemampuan akademik rendah peserta didik pada situasi untuk melakukan
tertinggal prestasinya. Sehingga perlu eksperimen sendiri secara luas agar
upaya memperkecil kesenjangan prestasi melihat apa yang terjadi. Model
belajar antara siswa berkemampuan pembelajaran inkuiri terbimbing sangat
akademik tinggi dan siswa berkemampuan sesuai untuk mengembangkan
akademik rendah. Siswa berkemampuan keterampilan proses sains, karena sintak
akademik rendah prestasi belajarnya dapat atau tahap pembelajaran di dalam inkuiri
mendekati siswa berkemampuan akademik terbimbing yang dikembangkan dengan
tinggi jika memperoleh scaffolding dari metode ilmiah dapat melatihkan
guru dan teman sebayanya. keterampilan proses sains pada siswa.
Pemilihan model pembelajaran Model pembelajaran inkuiri
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terbimbing yang didalamnya terdapat
dalam pembelajaran. Apabila model kelompok belajar akan mendorong
Sri Wulanningsih – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 35

berlangsungnya scaffolding. Piaget dan METODE PENELITIAN


Vigotsky (dalam Ibrahim, 2002), Penelitian dilaksanakan di SMA
menekankan hakikat sosial dari belajar, Negeri 5 Surakarta kelas X pada semester
yaitu menggunakan kelompok belajar genap tahun pelajaran 2011/2012.
dengan anggota yang berbeda-beda Populasi dalam penelitian ini adalah
kemampuannya. Siswa belajar melalui seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5
interaksi dengan teman sebaya yang lebih Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
mampu dalam kelompok belajar. Siswa Pengambilan sampel dilakukan dengan
secara bertahap memperoleh keahlian cara cluster random sampling. Dari 9
dalam interaksinya dengan ahli, yaitu guru kelas X yang terdapat di SMA Negeri 5
atau teman sebaya yang lebih tahu, Surakarta diambil 2 kelas sebagai
sehingga melalui proses scaffolding kelompok eksperimen dan kelompok
diharapkan dapat memperkecil kontrol. Hasil pengambilan sampel secara
kesenjangan prestasi belajar antara siswa acak diperoleh X-2 sebagai kelompok
berkemampuan akademik tinggi dengan kontrol dengan pembelajaran konvensional
siswa berkemampuan akademik rendah. dan X-4 sebagai kelompok eksperimen
Tujuan dari penelitian ini antara dengan penerapan model pembelajaran
lain: (1) Mengetahui pengaruh model inkuiri terbimbing.
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap Variabel bebas pada penelitian ini
keterampilan proses sains siswa kelas X adalah model pembelajaran, dan Variabel
SMA Negeri 5 Surakarta semester II tahun moderatornya yaitu kemampuan akademik
pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahui siswa,serta variabel terikat yaitu
pengaruh kemampuan akademik siswa keterampilan proses sains. Penelitian ini
terhadap keterampilan proses sains siswa menggunakan tiga metode pengumpulan
kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun data. Teknik tes digunakan untuk
pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui mengambil data keterampilan proses sains
interaksi model pembelajaran inkuiri dalam bentuk tes essay. Metode
terbimbing dan kemampuan akademik dokumentasi digunakan untuk mengambil
siswa terhadap keterampilan proses sains data kemampuan akademik siswa,
siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta sedangkan metode observasi digunakan
tahun pelajaran 2011/2012. untuk mengambil data keterampilan
proses sains psikomotor.
36 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 2, hal 33-43

Instrumen penelitian berupa tes Hal ini disebabkan karena model


dan lembar observasi yang telah diuji pembelajaran inkuiri terbimbing yang
cobakan untuk diketahui validitas dan diterapkan di kelas eksperimen
reliabilitasnya. Rancangan penelitian mempersiapkan peserta didik pada situasi
Posttest Only Control Group Design. untuk melakukan eksperimen sendiri
Analisis data pada penelitian ini dengan bimbingan dari guru. Model
menggunakan analisis varians (anava) dua pembelajaran ini memberikan siswa
jalan pada sel yang tidak sama dengan uji kesempatan yang luas untuk melakukan
General Linear Model yang sebelumnya penyelidikan seperti yang dilakukan oleh
telah di uji dengan uji normalitas seorang ilmuan, karena di dalam model
menggunakan uji Lilliefors dan pembelajaran ini terdapat tahapan-tahapan
homogenitas dengan uji Levene’s. belajar yang membimbing siswa untuk
Analisis uji lanjut menggunakan uji LSD. melalui serangkaian penyelidikan ilmiah.
Semua perhitungan menggunakan bantuan Siswa yang menerapkan model
program SPSS 16 dengan taraf signifikansi pembelajaran ini menjadi aktif dalam
0,05. proses pembelajaran, sedangkan siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN yang menerapkan metode ceramah
1. Pengaruh Model Pembelajaran bervariasi cenderung pasif dalam
Inkuiri Terbimbing Terhadap pembelajaran.
Keterampilan Proses Sains Model pembelajaran inkuiri
Tabel 1. Pengaruh Model Pembelajaran terbimbing merupakan model yang
Inkuiri Terbimbing Terhadap berorientasi kepada siswa (student-
Keterampilan Proses Sains centered). Model yang diterapkan di kelas
Variabel Sig Keputusan Uji eksperimen ini memiliki tahapan-tahapan
KPS 0,000 H0 ditolak
belajar yang dapat digunakan untuk

Berdasarkan hasil perhitungan melatih keterampilan proses sains siswa.

diketahui bahwa H0 ditolak. Diartikan Langkah-langkah inkuiri terbimbing yang

bahwa model pembelajaran inkuiri padat membuat siswa berperan aktif dalam

terbimbing berpengaruh terhadap KPS proses pembelajaran di kelas.

siswa SMA Negeri 5 Surakarta. Rata-rata Hasil pengamatan dalam

nilai KPS siswa kelompok eksperimen pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa

lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. memiliki kesempatan yang luas untuk
menumbuhkan dan meningkatkan
Sri Wulanningsih – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 37

keterampilan proses sains melalui kegiatan Pembelajaran di kelas kontrol


penyelidikan seperti yang dilakukan oleh didominasi oleh guru sebagai sentral
seorang ilmuan yaitu melakukan informasi. Metode ceramah bervariasi
pengamatan, merumuskan permasalahan, terdapat tahapan eksperimen, dimana
melakukan hipotesis, merancang penelitian siswa diminta untuk melakukan kegiatan
untuk menguji hipotesis, mengumpulkan eksperimen yang diperintahkan oleh guru.
data dan menganalisis untuk membuat Semua dijelaskan secara detail oleh guru
kesimpulan. Masing-masing tahap inkuiri sehingga siswa hanya sebagai pelaksana
terbimbing membelajarkan siswa akan atas rancangan yang dibuat oleh guru.
keterampilan proses sains. Hal ini Siswa hanya melakukan eksperimen untuk
didukung oleh Zehra dan Nermin (2009) menguatkan konsep yang diberikan guru di
yang menyatakan bahwa model inkuiri kelas.
terbimbing mampu meningkatkan Pembelajaran dengan metode
keterampilan proses siswa. Model ceramah bervariasi pada kelas kontrol
pembelajaran ini dipersiapkan oleh guru kurang melatihkan keterampilan proses
dan guru membimbing siswa sehingga sains pada siswa karena dalam proses
siswa dapat menemukan dan menyelediki pembelajaran ada beberapa keterampilan
apa yang belum diketahui. yang tidak muncul yaitu merumuskan
Hal tersebut sangat berbeda bila permasalahan, menyusun hipotesis, dan
dibandingkan dengan yang terjadi pada menyusun cara kerja. Siswa hanya diberi
kelas kontrol dengan menerapkan kesempatan yang luas untuk melakukan
pembelajaran metode ceramah bervariasi. eksperimen, dan membuat kesimpulan.
Metode ceramah bervariasi tidak memiliki Metode yang biasa diterapkan kurang
tahapan belajar sepadat model inkuiri mampu melatihkan keterampilan proses
terbimbing, sehingga waktu belajar siswa sains dengan optimal. Hal ini tidak sesuai
tidak terkelola dengan baik, akibatnya dengan pendapat Karamustafaoglu (2011)
banyak siswa yang melakukan kegiatan bahwa siswa harus memiliki keterampilan
lain di saat proses pembelajaran proses sains yang bermanfaat bagi siswa
berlangsung misalnya berbicara sendiri untuk mampu berpartisipasi aktif dalam
dengan temannya, melamun, dan penyelidikan.
mengantuk. Hal ini menyebabkan
keterampilan proses sains siswa menjadi
kurang.
38 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 2, hal 33-43

2. Pengaruh Kemampuan Akademik Siswa berkemampuan akademik


terhadap Keterampilan Proses rendah dan sedang berhasil mengangkat
Sains. potensi keterampilan proses sainsnya
Tabel 2. Uji Analisis Pengaruh sejajar dengan siswa berkemampuan
Kemampuan Akademik terhadap akademik tinggi. Hal ini terjadi karena
KPS adanya proses scaffolding dari guru dan
Variabel Sig Keputusan Uji teman sebaya dan waktu belajar yang
KPS 0,094 H0 diterima
tercukupi. Tutorial sebaya dan bimbingan

Hasil perhitungan uji hipotesis guru berperan sebagai scaffolding bagi

menggunakan uji Anava dua jalan siswa berkemampuan akademik rendah

menunjukkan bahwa kemampuan dan sedang. Siswa berkemampuan

akademik tidak berpengaruh terhadap akademik tinggi yang telah menguasai

keterampilan proses sains. Hasil penelitian keterampilan proses sains memberikan

ini menunjukkan bahwa siswa dengan tutorial kepada siswa berkemampuan

kemampuan akademik tinggi memperoleh akademik rendah dan sedang yang belum

skor keterampilan proses sains yang menguasai keterampilan proses sains,

hampir sama dengan siswa berkemampuan akibatnya potensi keterampilan proses

akademik sedang dan rendah. Model sains berkemampuan akademik rendah dan

pembelajaran yang diterapkan guru baik sedang lebih terangkat sejajar dengan

pada kelas kontrol maupun kelas siswa berkemampuan akademik tinggi.

eksperimen sesuai dengan kemampuan Prayitno (2011) dalam penelitiannya juga

akademik yang dimiliki oleh para siswa menunjukkan bahwa keterampilan proses

sehingga keterampilan proses sains siswa sains siswa berkemampuan akademik

dengan kemampuan akademik tinggi, bawah lebih terangkat dibandingkan siswa

sedang dan rendah tidak berbeda. Hasil berkemampuan akademik atas.

penelitian ini tidak mendukung teori yang Waktu belajar yang cukup bagi

disampaikan Winarni (2006) yang siswa berkemampuan akademik rendah

menyatakan bahwa siswa yang mempunyai tersedia dengan adanya belajar kelompok

kemampuan akademik berbeda kemudian dalam proses pembelajaran. Ketercukupan

diberi pembelajaran yang sama, maka hasil waktu belajar tersebut terfasilitasi melalui

belajarnya akan berbeda sesuai tingkat kegiatan tutorial sebaya. Tutorial sebaya

kemampuannya. memberikan waktu belajar yang cukup


bagi siswa berkemampuan akademik
Sri Wulanningsih – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 39

rendah. Carrol dalam Ozden (2008) Hasil uji lanjut dibahas sebagai berikut.
menyatakan, pemberian waktu belajar a. Keterampilan Proses Sains pada
yang cukup bagi siswa berkemampuan Siswa Berkemampuan Akademik
akademik rendah dapat meningkatkan Berbeda dengan Model
prestasi belajar siswa berkemampuan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
akademik rendah. Uji LSD menunjukkan interaksi
3. Interaksi Model pembelajaran dan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Kemampuan Akademik Terhadap dengan kemampuan akademik rendah
Keterampilan Proses Sains mempunyai pengaruh yang sama dengan
Tabel 3. Interaksi Model Pembelajaran interaksi model inkuiri terbimbing dengan
dan Kemampuan Akademik kemampuan akademik tinggi dalam
terhadap KPS meningkatkan keterampilan proses sains.
Variabel Sig Keputusan Uji Begitu pula dengan interaksi model
KPS 0,048 H0 ditolak
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

Hasil uji hipotesis menunjukkan kemampuan akademik sedang mempunyai

interaksi antara penerapan model pengaruh yang sama dengan interaksi

pembelajaran dengan kemampuan model inkuiri terbimbing dengan

akademik berpengaruh pada keterampilan kemampuan akademik tinggi dalam

proses sains siswa. Karena hasil meningkatkan keterampilan proses sains.

perhitungan menunjukkan ada pengaruh Sedangkan interaksi model pembelajaran

maka dilanjutkan uji lanjut menggunakan inkuiri terbimbing dengan kemampuan

uji LSD. akademik rendah mempunyai pengaruh

Tabel 4.9 Uji LSD Interaksi Model yang berbeda dengan interaksi model

Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan kemampuan

Kemampuan Akademik terhadap akademik sedang dalam meningkatkan

Keterampilan Proses Sains keterampilan proses sains. Interaksi model


Model KA Mean Notasi pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
Pembelajaran Teekoreksi
Konvensional Rendah 70,445 a
kemampuan akademik rendah lebih
Konvensional Sedang 76,267 ab berpengaruh meningkatkan keterampilan
Konvensional Tinggi 81,000 b
Ink Sedang 87,786 b proses sains dibandingkan interaksi model
terbimbing
Ink Tinggi 92,000 bc pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
terbimbing
Ink Rendah 91,700 c
kemampuan akademik sedang.
terbimbing
40 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 2, hal 33-43

Rataan yang diperoleh siswa-siswa akademik tinggi, begitu pula pada siswa
berkemampuan akademik rendah lebih yang berkemampuan akademik rendah.
tinggi dibandingkan dengan rataan yang Model pembelajaran inkuiri
diperoleh siswa-siswa berkemampuan terbimbing memiliki sintaks yang mampu
akademik sedang, sehingga pada melatih siswa untuk menguasai
pembelajaran dengan model inkuiri keterampilan proses sains. Karakter
terbimbing, siswa yang mempunyai pembentukan belajar kelompok dalam
kemampuan akademik rendah lebih baik inkuiri terbimbing mampu memfasilitasi
keterampilan proses sainsnya scaffolding dengan baik. Scaffolding pada
dibandingkan dengan siswa yang inkuiri terbimbing terfasilitasi melalui
mempunyai kemampuan akademik sedang. tutorial sebaya yang menuntut siswa
Interaksi model pembelajaran belajar dengan saling membelajarkan.
inkuiri terbimbing dengan kemampuan Siswa berkemampuan akademik tinggi
akademik rendah maupun sedang yang telah menguasai keterampilan proses
mempunyai posisi setara dengan interaksi sains memberikan tutorial kepada siswa
model inkuiri terbimbing dengan berkemampuan akademik rendah maupun
kemampuan akademik tinggi dalam sedang yang belum menguasai
meningkatkan keterampilan proses sains, keterampilan proses sains. Tutorial siswa
hal ini menunjukkan bahwa model berkemampuan akademik tinggi
pembelajaran inkuiri terbimbing mampu mendorong siswa berkemampuan
mensejajarkan keterampilan proses sains akademik rendah dan sedang mampu
pada siswa berkemampuan rendah, sedang memasuki zona perkembangan
dan tinggi. Hal ini didukung oleh Warouw proksimalnya, akibatnya siswa
(2009) yang menyatakan bahwa interaksi berkemampuan akademik rendah dan
model pembelajaran dan kemampuan sedang mampu mensejajarkan
akademik bisa memperkecil jarak keterampilan proses sainsnya dengan siswa
perolehan hasil belajar siswa berkemampuan akademik tinggi.
berkemampuan akademik tinggi dan siswa Tutorial sebaya yang terfasilitasi
berkemampuan akademik rendah. Lebih dengan baik menyebabkan siswa
lanjut Bahri (2010) menyatakan bahwa berkemampuan rendah maupun sedang
model pembelajaran yang melatih belajar memiliki waktu belajar yang cukup.
kelompok dapat meningkatkan prestasi Alokasi waktu belajar merupakan penentu
belajar siswa yang berkemampuan keberhasilan belajar siswa dan kebutuhan
Sri Wulanningsih – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 41

alokasi waktu belajar tiap-tiap individu proses sains dibandingkan interaksi


siswa berbeda. Siswa berkemampuan metode konvensional dengan kemampuan
akademik tinggi membutuhkan waktu akademik rendah. Sementara interaksi
belajar lebih singkat untuk menguasai metode konvensional dengan kemampuan
keterampilan proses sains dibandingkan akademik sedang mempunyai pengaruh
siswa berkemampuan akademik rendah yang sama dengan interaksi metode
ataupun sedang. Siswa berkemampuan konvensional dengan kemampuan
akademik rendah ataupun sedang dapat akademik tinggi. Interaksi metode
menguasai keterampilan proses sains konvensional dengan kemampuan
seperti halnya siswa berkemampuan akademik sedang mempunyai pengaruh
akademik tinggi bila diberikan alokasi yang sama dengan interaksi metode
waktu belajar yang cukup. Model inkuri konvensional dengan kemampuan
terbimbing yang didalamnya terdapat akademik rendah.
belajar kelompok mampu menyediakan Jika dilihat nilai meannya, metode
alokasi waktu belajar yang mencukupi konvensional dengan kemampuan
bagi siswa berkemampuan akademik akademik tinggi memiliki nilai mean yang
rendah ataupun sedang, sehingga siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode
berkemampuan akademik rendah ataupun konvensional dengan kemampuan
sedang mampu mensejajarkan akademik sedang dan rendah. Nilai mean
keterampilan proses sainsnya dengan siswa metode konvensional dengan kemampuan
berkemampuan akademik tinggi. Sehingga akademik sedang lebih tinggi
model pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan metode konvensional
sesuai diterapkan di kelas pada siswa dengan kemampuan akademik rendah.
dengan kemampuan akademik yang Ketidaksejajaran dari nilai keterampilan
berbeda. proses sains antara interaksi metode
b. Keterampilan Proses Sains pada konvensional dengan kemampuan
Siswa Berkemampuan Akademik akademik tinggi dengan interaksi metode
Berbeda dengan Metode konvensional dengan kemampuan
Konvensional akademik rendah menunjukkan bahwa
Uji LSD menunjukkan, interaksi metode konvensional kurang mampu
metode konvensional dengan kemampuan mensejajarkan keterampilan proses sains
akademik tinggi lebih berpengaruh secara pada siswa berkemampuan akademik
signifikan meningkatkan keterampilan tinggi dan rendah.
42 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 2, hal 33-43

Pembelajaran pada metode KESIMPULAN


konvensional berpusat pada guru. Guru Berdasarkan hasil analisis data dan
sebagai sumber informasi utama dalam pembahasannya dapat diambil kesimpulan
pembelajaran yang didominasi dengan :
kegiatan transfer pengetahuan yang 1. Ada pengaruh model pembelajaran
dimiliki guru ke siswa. Siswa tidak inkuiri terbimbing terhadap
diberikan kesempatan untuk menemukan keterampilan proses sains di SMA
konsep sendiri. Selain itu, di dalam Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran
pembelajaran yang konvensional terjadi 2011/2012.
suasana kompetisi diantara siswa. Siswa 2. Tidak ada pengaruh kemampuan
saling berkompetisi untuk menjadi yang akademik terhadap keterampilan
terbaik di antara siswa lainnya. Akibatnya proses sains siswa di SMA Negeri
kegiatan saling membelajarkan tidak 5 Surakarta tahun pelajaran
terjadi dan terjadi kesenjangan 2011/2012.
keterampilan proses sains antara siswa 3. Ada interaksi antara model
berkemampuan akademik tinggi dan pembelajaran dengan kemampuan
rendah semakin lebar. akademik terhadap keterampilan
Siswa berkemampuan akademik proses sains siswa di SMA Negeri
tinggi lebih unggul dalam menguasai 5 Surakarta tahun pelajaran
keterampilan proses sains dibandingkan 2011/2012.
siswa berkemampuan akademik rendah. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini terjadi karena siswa dengan Bahri, A. 2010. Pengaruh Strategi
Pembelajaran Reading
kemampuan akademik tinggi lebih proaktif
Questioning And Answering
dalam proses pembelajaran sehingga nilai (Rqa) pada Perkuliahan Fisiologi
Hewan terhadap Kesadaran
keterampilan proses sainsnya tinggi,
Metakognitif, Keterampilan
sedangkan siswa dengan kemampuan Metakognitif dan Hasil Belajar
Kognitif Mahasiswa Jurusan
akademik sedang dan rendah hanya
Biologi FMIPA Universitas
mencatat dan mendengarkan selama proses Negeri Makassar. Malang: Tesis
Universitas Negeri Malang
pembelajaran berlangsung yang
menjadikan siswa tersebut kurang aktif Ibrahim, M. 2002. Teori Belajar
Konstruktivisme. Jakarta:
sehingga nilai keterampilan proses Depdiknas
sainsnya tetap di bawah.
Karamustafaoglu,S. 2011. Improving the
Science Process Skills Ability of
Science Student Teachers Using I
Sri Wulanningsih – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 43

Diagrams. Eurasian J. Phys. Journal of Turkish Science


Chem. Educ. 3(1):26-38 Education. Volume 6, Issue 2.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Prayitno, B. A. 2011. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA
Biologi SMP Berbasis Inkuiri
Terbimbing dipadu Kooperatif
STAD serta Pengaruhnya
terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi, Metakognisi, dan
Keterampilan Proses Sains pada
Siswa Berkemampuan Akademik
Atas dan Bawah. Disertasi.
Program Studi Pendidikan
Biologi, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang
Warouw, Z.W.M. 2009. Pengaruh
Pembelajaran Metakognitif
dengan Strategi Cooperative
Script, dan Reciprocal Teaching
pada Kemampuan Akademik
Berbeda terhadap Kemampuan
dan Keterampilan Metakognitif,
Berpikir Kritis, Hasil Belajar
Biologi Siswa, serta Retensinya di
SMP Negeri Manado. Disertasi
tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang
Winarni. 2006. Pengaruh Strategi
Pembelajaran terhadap
Pemahaman Konsep IPA-Biologi,
Kemampuan Berpikir Kritis, dan
Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD
dengan Tingkat Kemampuan
Akademik Berbeda di Kota
Bengkulu. Malang: Program
Pascasarjana UM
Zehra dan Nermin. 2009. The Effect of a
Guided Inquiry Method on Pre-
service Teachers’ Science
Teaching Self-Efficacy Beliefs.

S-ar putea să vă placă și