Tiga ambulans itu yakni ambulans gawat darurat, ambulans transportasi, dan
ambulans jenazah. Masing-masing ambulans memiliki fungsi berbeda sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan. Untuk ambulans gawat darurat, setidaknya unit ini harus memiliki peralatan resusiatasi, monitor diagnostik, defibrilator dan alat-alat operasi ringan. "Terkait dengan ambulans gawat darurat pasti ada syarat-syarat penggunaan dan mekanisme dekomentasi rutin yang harus dilakukan," kata dokter Muhammad Adib Khumaidi selaku wakil ketua umum 1 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/8/2019). Baca juga: IDI: Ambulans Gawat Darurat di Puskesmas Cikokol Tak Boleh Bawa Jenazah Pengguanan ambulans ini dikhususkan bagi pasien-pasien yang dalam kondisi gawat darurat. Adib mengatakan, ambulans ini tidak dibolehkan untuk mengangkut jenazah apalagi pada jenazah infeksius atau membusuk karena dapat menular ke pasien yang dibawa ambulans setelahnya. Ambulans kedua yakni ambulans transportasi. Unit ambulans ini hanya digunakan untuk merujuk atau mengantarkan pasien, tetapi bukan dalam kondisi gawat darurat. Dikatakan Adib, bahwa dalam ambulans transportasi biasanya hanya terpasang sebuah tabung oksigen sebagai alat tambahan kelengkapan. "Ambulans transportasi itu yang suka dipakai membawa jenazah untuk pemakaman, itupun kalau dipakai membawa jenazah yang seperti itu, itu memang harus didekontaminasi karena kalau enggak didekomentasi takutnya membawa risiko pada yang nanti pasien selanjutnya," tuturnya. Baca juga: Begini Kondisi Ambulans yang Tak Bisa Bawa Jenazah Seorang Bocah di Tangerang Dan yang terakhir adalah ambulans jenazah yang memang hanya diperbolehkan untuk membawa jenazah menuju rumah duka dan kepemakaman. Adapun tupoksi masing-masing ambulans ini, kata Adib sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).