Sunteți pe pagina 1din 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISENTRIE

Oleh :

Nama : Sondang Sianipar

NIM : P07520119230

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3
A.LATAR BELAKANG ........................................................................... 3
B.RUMUSAN MASALAH .......................................................................3
C.TUJUAN PENULISAN ......................................................................... 4
1.Tujuan Umum .................................................................................. 4
2.Tujuan Khusus ................................................................................. 4
D.MANFAAT PENULISAN ....................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
A.KONSEP TEORI ................................................................................... 5
1.PENGERTIAN ................................................................................ 5
1.1 ANATOMI FISIOLOGI ............................................................... 6
ETIOLOGI ............................................................................... 7
KLASIFIKASI ......................................................................... 8
PATOFISIOLOGI ....................................................................8
MANIFESTASI KLINIS .......................................................... 9
PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................... 10
PENCEGAHAN .....................................................................12
PENATALAKSANAAN MEDIS .......................................... 12
KOMPLIKASI ....................................................................... 13
B.KONSEP KEPERAWATAN ............................................................... 13
1.Pengkajian ..................................................................................... 13
2.Pemeriksaan fisik ........................................................................... 14
3.Diagnosa keperawatan ...................................................................15
4.INTERVENSI ................................................................................ 15
5.DISCHARGE PLANNING ........................................................... 16
BAB II PENUTUP .................................................................................................17
A.KESIMPULAN .................................................................................... 17
B.SARAN ……………………………………………………………...17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan
kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan
disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan
kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi
untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita
disentri basiler.
Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang
dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba hampir menyebar
di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang yang berada didaerah tropis.
Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan
dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Spesies Entamoeba
menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia,
Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat menyerang
150.000 kasus dan di Negara-negara yang berkembang Shigella flexeneri dan S.
dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun.
Akibat penting dari disentri adalah penurunan berat badan, anoreksia dan
kerusakan usus karena bakteri invasif. Beberapa komplikasi lain juga dapat terjadi.
Penyebab utama disentri akut adalah Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter
jejuni, E coli enteroinvasive, Salmonella dan Entamuba histolytica. Aeromonas juga
diketahui sebagai bakteri penyebab diare disentri. Dalam satu studi pasien diare
dengan Aeromonas positif, gejala klinis yang muncul 30% diare berdarah, 37%
muntah-muntah, dan 31% demam.

B.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang di angkat dari makalah ini adalah:
1) Apa pengertian Disentri?
2) Bagaimana anatomi fisiologis dari Disentri?
3) Apa etiologi dari Disentri?
4) Apa saja yang menjadi manifestasi klinis dari Disentri?
5) Apa saja pemeriksaan penunjang Guillain Barre Disentri?
6) Apa saja klasifikasi Disentri?
7) Apa saja komplikasi dari Disentri?
8) Bagaimana penatalaksanaan medis Disentri?
9) Bagaimana cara pencegahan penyakit Disentri?
10) Bagaimana konsep dasar keperawatan dari Disentri?
11) Apa saja discharge planning Disentri?

3
C.TUJUAN PENULISAN

1.Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar medik dan konsep dasar keperawatan pada klien
dengan gangguan gastrointestinal (Disentri).

2.Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang pengertian Disentri.
b. Menjelaskan tentang anatomi fisiologis Disentri.
c. Menjelaskan tentang etiologi dari Disentri.
d. Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari Disentri.
e. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang Disentri.
f. Menjelaskan tentang klasifikasi Disentri.
g. Menjelaskan tentang komplikasi Disentri
h. Menjelaskan tentang penatalaksanaan medis Disentri.
i. Menjelaskan tentang cara pencegahan Disentri.
j. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan Disentri.
k. Menjelaskan tentang discharge planning dari Disentri.

D.MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini adalah mahasiswa dapat mengerti dan memahami
mengenai konsep medis dan konsep keperawatan pada penyakit Disentri.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.KONSEP TEORI

1.PENGERTIAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron
(=usus), dengan karakteristik nyeri atau kram abdomen, tenesmus ani,
peningkatan frekuensi diare, dan feses lendir bercmpur darah (Kroser, 2008).
Disentri adalah peradangan pada intestinal, terutama usus besar yang disebabkan
oleh berbagai agen infeksi yang menginvasi intestinal.
Disentri adalah penyakit saluran cerna dengan tinja diketahui mengandung
darah dengan/tanpa lendir. Darah biasanya dari dinding saluran cerna yang luka
dan sering dari dinding usus besar.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, seperti: sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir.
Adanya darah dan leukosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman
penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.
Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik karena
kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.

5
1.1 ANATOMI FISIOLOGI
Usus Besar / Intestinum Mayor

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.
Fungsi usus besar:
 Menyerap air dari makanan
 Tempat tinggal bakteri koli
 Tempat feses

Bagian-bagian usus besar atau kolon:


 Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
 Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
 Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
 Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring,
dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
 Appendiks (usus buntu), bagian dari usus besar yang muncul seperti corong
dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih
memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung
menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak
horizontal di belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap

6
infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa
menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.

 ETIOLOGI
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :
a. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p.
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4
spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat
43 serotipe O dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai
serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe
spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda.
Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan
menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-
kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan
yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis
mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja,
perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab terbanyak
dari diare invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab lainnya.

b. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica.


E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai
mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi
mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni
di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.
Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak
dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran <
10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat
dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien
mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara
trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus
(intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan
gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai
50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan
trofozoit patogen sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite).
Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit
namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-
tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan
tenesmus.
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun
parasit menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita
menularkan anggota keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota
keluarga yang lainnya. Infeksi oleh mikroorganisme penyebab disentri ini
dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat minggu.

7
 KLASIFIKASI
Ada 2 macam disentri, yaitu:
1) Disentri Amoeba
2) Disentri Bacilaris
Perbedaan disentri Amoebica dan Basilaris

Disentri Amoebica Disentri Bacilaris


Penyebab Entamoeba Histolitika Shigela Disentri
 P
Dimulai Tidak dengan tiba-tiba dan hebat Dengan hebat dan tiba-tiba
PanasA Tidak ada Ada
BABT Tidak sering kali, tidak banyak Terlalu sering, lebih banyak
O darah dan lendIr dan baunya darah, lendIr dan nanah, tidak
F sangat busuk bau busuk.
I
Berjangkitnya Tidak berat dan tidak secara Hebat dan sering secara wabah
S wabah
I
Diagnosa Dapat dengan mikroskop Menghendaki pemeriksaan lebih
O lanjut di laboratorium.
L
Prognosis Pada penyakit endokrin Pada bentuk berat angka
O tergantung pada penyakit kematian tinggi, kecuali
G dasarnya. Pada penyebab obat- mendapat pengobatan dini. Pada
I obatan tergantung kemampuan bentuk sedang angka kema
1) D menghindari pemakaian obat.
i
s
e
n
tri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak,
diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear
(PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang
rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral
melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah
melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa
kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang
diserang Shigella namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang
terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja.
Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan
tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut
terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan
transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan
infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan
S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga,
yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin

8
tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput
lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun
akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus
menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan
dengan peritoneum.
2) Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen
usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa
usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan
ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan
tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya
mempunyai peran. Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim
fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan
nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di
lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis
melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus
menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara
ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar,
tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon
asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.

 MANIFESTASI KLINIS
a. Disentri basiler
Gejala Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari.
Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh
nyeri perut bawah, diare disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya
diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus,
dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat.Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti
pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang
berat (fulminating cases) biasanya disebabkan olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-
berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan
subnormal, cepat terjadi dehidrasi,renjatan septik dan dapat meninggal bila
tidak cepat ditolong. Akibatnya timbulrasa haus, kulit kering dan dingin,
turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Mukamenjadi berwarna kebiruan,
ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti gejala kolera
atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi
perifer, anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan
dan tindakan pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan
keadaan darurat misalnya kelaparan.

9
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul
nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan
dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari
kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja
meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap
gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum),
yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh
secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun,
pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam
6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan
darah dan lendir dalam tinja.
 Panas tinggi (39,50 – 400 C)
 Muntah-muntah
 Anoreksia
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Takikardi
b. Disentri amoeba
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejala hilang, amuba
dapat terus hidup di usus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Infeksi masih dapat ditularkan kepada orang lain dan diare masih bisa
kembali. Bahayanya penyakit desentri amuba dapat bersifat fatal bila terjadi
komplikasi antara lain usus berlubang (perforasi usus), infeksi selaput rongga
perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila infeksi amuba ini tidak
diobati secara tuntas, dapat mengakibatkan kematian.
 Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
 Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
 Sakit perut hebat (kolik)
 Demam dan menggigil.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
a. Disentri basiler
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan
hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan
biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati .
Untuk itu diperlukan tinja yang baru.

10
2) Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas.
Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada
sebagian besar penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin
yang dihasilkan E.coli.
3) Sigmoidoskopi
Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah sigmoid.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut.
4) Aglutinasi
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum pada
hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada
pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks,
dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai.
5) Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas
dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi
berada di bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen
proksimal usus besar.
b. Disentri amoeba
1) Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat
penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk
pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan
pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya
dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan.
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan
tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang
mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat
trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan
pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba
dengan eritrosit di dalamnya.
2) Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan
gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan
amoeba. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada
pemeriksaan ini akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol,
tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal.
3) Pemeriksaan uji serologi
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus
jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses
hati dan disentri amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif
belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti bukan
amebiasis.

11
 PENCEGAHAN
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara
teratur dan teliti
2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah
3. Memasak makanan sampai matang
4. Selalu menjaga sanitasi air, makanan maupun udara
5. Mengatur pembuagan sampah dengan baik

 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Disentri basiler
1) Antibiotik, diberikan antibiotik jenis trimethoprin-sulfamethoxazole
(Bactrim, Septra), nalidixic acid (NegGram), atau ciprofloxacin (Cipro,
Ciloxan).
2) Antidiare. Pasien disentri basiler tidak oleh diberikan obat antidiare,
seperti loperamide (Imodium), paregoric, dan diphenolate (Lomotil)
karena akan meningkatkan respons penyakit.

b. Disentri amoeba
1) Antiamoeba, beberapa antiamoeba yang digunakan seperti diloxanide
furoate (Diloxide), iodoquinol (Diquinol, Yodoxin), dan metronidazole
(Flagyl).
2) Metronidazole tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

Komponen terapi disentri:


a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus
diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah
penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi.
Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk
menurunkan tingkat keparahan disentri. Untuk mempersingkat perjalanan
penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral. Dalam
pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang
memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya
risiko untuk memperpanjang masa sakit.
c. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan
bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

12
 KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar cairannya
2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia merujuk pada
tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah
penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk pemeliharaan
keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal dari
sistim syaraf ).
3. Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik /
inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri,
virus, jamur atau parasit).
4. Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba jumlah
trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah merah dihancurkan
(anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal ginjal).
5. Malnutrisi/malabsorpsi
6. Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
7. Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
8. Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi di tubuh
- paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit sendi dan bengkak
merupakan ciri khas dari arthritis reaktif. Artritis reaktif juga dapat
menyebabkan peradangan pada mata, kulit dan saluran yang membawa urin
dari kandung kemih (uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut
sindrom Reiter, meskipun istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis
reaktif terutama yang mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau
jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
10. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian
selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus rekti).

B.KONSEP KEPERAWATAN

1.Pengkajian
a) Identitas
Identitas klien yang harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi kesehatan
b) Riwayat penyakit sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
c) Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, dan penyakit gastrointestinal lainya.
Serta penggunaan obat-obatan terkait.

13
d) Riwayat nutrisi
Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang di konsumsi oleh seseorang dan jenis-
jenis makanan yang dikonsumsi sehari-harinya.
e) Riwayat lingkungan
Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah lingkungan
dapat dikatakan higienis atau tidak. Seperti keadaan air untuk mencuci
makanan, suhu tempat menyimpat makanan, kebersihan lingkungan serta
kebersihat alat-alat untuk makan

2.Pemeriksaan fisik
a) Survei umum dan tingkat kesadaran
Pasien terlihat kesakitan dan memegang perut (kolik abdomen), pasien terlihat
lemah dan pada kondisi kronis terlihat kurus. Pada beberapa kasus berat akan
didapatkan adanya perubahan kesadaran dengan gejala menyerupai ensefalitis
dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
b) TTV
Perubahan tanda-tanda vital: suhu tubuh 39,5-400C, nadi dan respirasi cepat,
tekanan darah turun, denyut janung cepat.
c) B1 (Breathing)
Pada pasien disentri amoeba dengan komplikasi abses hati didapatkan tanda
nyeri tekan interkostal bawah kanan, ronkhi pad segmen paru kanan bawah.
Pada pasien disentri amoeba dengan komplikasi pada paru akan didapatkan
tanda dan gejala seperti pada penyakit abses paru, empiema, dan pneumonia.
d) B2 (Blood)
Pada pasien disentri amoeba bisa didapatkan adanya tanda dan gejala anemia.
Viskositas darah meningkat akibat hemokonsentrasi.
e) B3 (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan penurunan perfusi
serebral dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental,
seperti halusinasi dan delirium.
f) B4 (Bladder)
Pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan penurunan urine output.
Semakin berat kondisi dehidrasi, maka akan didaptkan kondisi oliguria sampai
anuria dan pasien mempunyai resiko untuk mengalami gagal ginjal akut.
g) B5 (Bowel)
Secara lazim pada pemeriksaan gastrointestinal akan didaptkan:
 Inspeksi: pasien terlihat sering melakukan BAB, kesakitan dan tenesmus
pada saat melakukan BAB. Pada pasien disentri viral didaptkan dehidrasi
berat dan akan terlihat lemas.
 Auskultasi: didapatkan peningkatan bising usus lebih dari 25 kali/menit
yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus.
 Perkusi: nyeri ketuk abdomen dan bunyi timpani pada pasien yang
mengalami kembung.

14
 Palpasi: didaptkan adanya nyeri tekan pada area abdomen. Pada disentri
amoeba bisa didapatkan adanya pembesaran hati.
Pada pemeriksaan feses, didapatkan feses:
 Konsistensi feses bervariasi baik cair atau lembek
 Feses bercampur lendir dan darah.
h) B6 (Bone)
Respons nyeri hebat, dehidrasi, dan penurunan volume cairan tubuh akan
menyebabkan kelemahan fisik umum.
Integumen: pada kondisi lanjut akan didaptkan tanda dan gejala dehidrasi
(turgor kulit menurun <3 detik), keringat dingin dan diaforesis akibat kolik
abdomen.

3.Diagnosa keperawatan
a) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
b) Hipertermi b/d proses penyakit
c) Nyeri akut b/d agen cedera biologis
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi makanan
e) Resiko kerusakan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi BAB

4.INTERVENSI
a) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
NOC: kekurangan volume cairan teratasi
NIC:
 Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan aktif
 Pantau status hidrasi
 Pantau intake dan output
 Berikan terapi IV
 Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam
 Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada pasien
 Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)

b) Hipertermi b/d proses penyakit


NOC: meminimalkan peningkatan suhu tubuh
NIC :
 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
 Pantau tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernapasan
 Berikan kompres hangat di kepala dan aksila
 Ajarkan pada pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah
dan mengenali secara dini hipertermi
 Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

15
c) Nyeri akut b/d agen cedera biologis
NOC: Pengendalian nyeri
NIC:
 Kaji karakteristik nyeri menggunakan skala PQRST
 Ajarkan teknik relaksasi
 Lakukan perubahan posisi dan masase punggung
 Gunakan teknik distraksi
 Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


untuk mengabsorpsi makanan
NOC: asupan makanan dan cairan adekuat
NIC:
 Kaji status nutrisi pasien
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
 Timbang berat badan sesuai indikasi
 Anjurkan makan sedikit tapi sering
 Jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin)
 Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi

e) Resiko kerusakan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi BAB


NOC: Menunjukkan integritas kulit yang dibuktikan oleh indikator hidrasi
dan elastisitas
NIC:
 Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada lipatan kulit
 Jelaskan kepada klian agar tidak menggosok area yang kemerahan
 Jelaskan tentang pentingnya kebersihan area anal dan jaga agar tetap
kering

5.DISCHARGE PLANNING
1. Ajarkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat
2. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan dosis
yang telah ditentukan.
3. Beritahukan kepada pasien dan keluarga tentang pentingya menjaga
kebersihan.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang cara mencuci tangan yang baik
dan benar.
5. Ajarkan cara mencegah disentri dan penularan.
6. Jelaskan kepada pasien penyebab terjadinya disentri.

16
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari disentri
ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan disentri amuba
yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica
Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecil-
kecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir.
Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah
dantenesmus jarang.
Pencegahan penyakit disentri dapat dengan melakukan program PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu mencuci tangan,
menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan, melindungi sumber air agar tetap
bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Tinja dibuang secara saniter dan teratur
lembab. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar
matahari yang masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Disentri
basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah atau
memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika.

B.SARAN
Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola hidup bersih dan
sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci tangan sampai hal yang besar,
makan-makanan yang mengandung gizi tinggi, istirahat yang cukup dan menjaga
kondisi tubuh agar tetap segar.

17

S-ar putea să vă placă și