Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
G. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan
normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10
g/100 ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat
rendah (<50.000/mm)
F. MANIFESTASI KLINIS 5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm
dengan peningkatan SDP yang imatur
leukemia limfositik akut menyerupai
(mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada
leukemia granulositik akut dengan tanda dan gejala sel blast leukemia.
dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang 6. PT/PTT : memanjang
normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan 7. LDH : mungkin meningkat
ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel 8. Asam urat serum/urine : mungkin
limfoblas ganas di sumsumtulang menyebabkan meningkat
berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan 9. Muramidase serum (lisozim) :
penigkatabn pada leukimia monositik akut
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan dan mielomonositik.
anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: 10. Copper serum : meningkat
1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, 11. Zinc serum : meningkat/ menurun
sesak, nyeri dada
12. Biopsi sumsum tulang : SDM
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih
malaise dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% -
3. Nyeri tulang dan sendi (karena 90% dari blast, dengan prekusor eritroid, sel
infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), matur, dan megakariositis menurun.
biasanya terjadi pada anak 13. Foto dada dan biopsi nodus limfe :
dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan
pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk
menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan
H. KOMPLIKASI bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik
1. Perdarahan
bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang,
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia).
otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel
Angka trombosit yang rendah ditandai dengan:
leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau sangat serius. Penderita harus kembali menjalani
keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit) kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada
mm3 darah. Demam dan infeksi dapat penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di
memperberat perdarahan otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam
2. Infeksi cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi
Meningkat sesuai derajat netropenia dan disfungsi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran.
imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. 2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat Leukemia limfositik kronik berkembang dengan
kemoterapi meningkatkan kadar asam urat lambat, sehingga banyak penderita yang tidak
sehingga perlu asupan cairan yang tinggi. memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun
4. Anemia sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah
5. Masalah gastrointestinal. bening membesar atau terjadi penurunan jumlah
a. mual eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan
b. muntah transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang
c. anoreksia merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika
d. diare jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi
e. lesi mukosa mulut trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ
abdominal, selain akibat kemoterapi. Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil
I. PENATALAKSANAAN MEDIS ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat
antikanker saja atau ditambah kortikosteroid
1. Leukemia Limfoblastik Akut :
diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak.
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan
Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa
total dengan menghancurkan sel-sel leukemik
menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia
sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam
yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya
sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi
berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka
perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari
panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek
atau beberapa minggu, tergantung kepada respon
samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating
yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.
agent, yang membunuh sel kanker dengan
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut
penderita mungkin memerlukan: transfusi sel darah diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.
merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk
Penatalaksanaan lain:
mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat
kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang 1. Pelaksanaan kemoterapi
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu Sebagian besar pasien leukemia menjalani
kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan) dan kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien
leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari
metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan dua obat atau lebih.
terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi c. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
dengan berbagai cara: Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah
Melalui mulut kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan
Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang
(atau intravena) lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
ditempatkan di dalam pembuluh darah balik besar, dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
seringkali di dada bagian atas - perawat akan mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf
menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk pusat
menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
pada pembuluh darah balik/kulit. masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu
Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
jika ahli patologi menemukan sel-sel leukemia dalam dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya
cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60%
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung mencapai remisi lengkap dan sepertiganya
ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan mengalami harapan hidup jangka panjang, yang
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan
diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan pada sumsum tulang dan SSP.
sumsum tulang belakang. 2. Terapi Biologi
Pengobatan umumnya terjadi secara Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu
bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya
untuk semua orang. tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
a. Tahap 1 (terapi induksi) diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk darah balik. Bagi pasien dengan leukemia
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam limfositik kronis, jenis terapi biologi yang
darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
panjang karena obat menghancurkan banyak sel memungkinkan sistem kekebalan untuk
darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia
kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan
dan asparaginase. adalah bahan alami bernama interferon untuk
b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi) memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan 3. Terapi Radiasi
terapi intensifikasi yang bertujuan untuk Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)
mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar
obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian. pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau sin dan sebagainya. Umumnya sitostatika
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering
mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh terdapat akibat samping berupa alopesia,
tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau
sebelum transplantasi sumsum tulang.) kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell) jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi 8. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin
sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat 9. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
induk (stem cell) yang sehat melalui tabung dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya
besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
cell) hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan
sel induk (stem cell), pasien biasanya harus terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel
menginap di rumah sakit selama beberapa leukemia, sehingga semua sel patologis akan
minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dihancurkan sehingga diharapkan penderita
dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil leukemia dapat sembuh sempurna.
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah 10. Cara pengobatan.
putih dalam jumlah yang memadai. Setiap klinik mempunyai cara tersendiri
5. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb bergantung pada pengalamannya. Umumnya
kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang pengobatan ditujukan terhadap pencegahan
berat dan perdarahan masif, dapat diberikan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada
DIC dapat diberikan heparin. prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai
6. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason berikut:
dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis a. Induksi
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan
dihentikan. pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara
7. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam
(6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau sumsum tulang kurang dari 5%.
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan b. Konsolidasi
lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, diri lagi.
L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriami- c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, 3) Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak
sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk
Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan
separuh dosis biasa. kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang
d. Reinduksi riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi 4) Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan
biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi
pemberian obat-obat seperti pada induksi selama rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan,
10-14 hari. serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds,
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi
induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan sel-sel darah putih yang berproliferasi secara
radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya
mencegah leukemia meningeal dan leukemia sereb- pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute
ral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi. monolytic leukemia)
f. Pengobatan imunologik 5) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare,
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan
hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah
penderita dapat sembuh sempurna. (Sutarni Nani, dalam urin, serta penurunan urin output. Pada
2003) inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.
J. Asuhan keperawatan 6) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan
1. Pengkajian keperawatan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang
a. Identitas dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada mengalami kelelahan.
anak-anak usia di bawah 15 tahun (85%) , 7) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL
puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak (somnolence) , iritabilits otot dan “seizure activity”,
perempuan. adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel
b. Riwayat Kesehatan darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan
1) Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering saraf pusat.
muncul tiba-tiba adalah demam, lesudan malas 8) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada
makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh
dan kecenderungan terjadi perdarahan. yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan
sering ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati,
chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus dan bingung.
(epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan 9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual
penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan belum dapat dikaji
khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak- Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan
anak biasanya merasa kehilangan kesempatan tingkat kesulitan tertentu
bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta
belajar. K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah 1. Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh
mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
melakukan ibadah. dengan kelemahan akibat anemia
12) Pengkajian tumbuh kembang anak. 3. Resiko terhadap cedera: perdarahan
c. Pemeriksaan Diagnostik berhubungan dengan penurunan jumlah
Count Blood Cells : indikasi normocytic, trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume
normochromic anemia
cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr% 5. Perubahan membran mukosa mulut:
Retikulosit : menurun/rendah stomatitis berhubungan dengan efek samping ,
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm) agen kemoterapi
White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan 6. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
immatur WBC (“kiri ke kanan”) anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
Serum/urin uric acid : meningkat samping kemoterapi dan atau stomatitis
Serum zinc : menurun 7. Nyeri berhubungan dengan efek
Bone marrow biopsy : indikasi 60 – 90 % adalah blast fisiologis dari leukemia
sel dengan erythroid 8. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens
prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
L. RENCANA KEPERAWATAN
5 Perubahan membran mukosa Tujuan : pasien tidak mengalami Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya
mulut : stomatitis yang mukositis oral ulkus oral
berhubungan dengan efek Gunakan sikat gigi berbulu lembut,
samping agen kemoterapi aplikator berujung kapas, atau jari yang
dibalut
kasa
Berikan pencucian mulut yang sering
dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan
bikarbonat
Gunakan pelembab bibir
Hindari penggunaan larutan lidokain
pada anak kecil
Berikan diet cair, lembut dan lunak
Inspeksi mulut setiap hari
Dorong masukan cairan dengan
menggunakan sedotan
Hindari penggunaa swab gliserin,
hidrogen peroksida dan susu magnesi
Berikan obat-obat anti infeksi sesuai
ketentuan
Berikan analgetik
8 Kerusakan intergritas kulit b/d NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure Management
edema dan menurunnya tingkat and Mucous Membranes Anjurkan pasien untuk menggunakan
aktivitas Kriteria Hasil : pakaian yang longgar
Definisi : Perubahan pada Integritas kulit yang baik bisa Hindari kerutan padaa tempat tidur
epidermis dan dermis dipertahankan Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
(sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, dan kering
Batasan karakteristik : pigmentasi) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Gangguan pada bagian tubuh Tidak ada luka/lesi pada kulit setiap dua jam sekali
- Kerusakan lapisa kulit (dermis) Perfusi jaringan baik Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Gangguan permukaan kulit Menunjukkan pemahaman dalam Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
(epidermis) proses perbaikan kulit dan derah yang tertekan
Faktor yang berhubungan : mencegah terjadinya sedera Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Eksternal : berulang Monitor status nutrisi pasien
- Hipertermia atau hipotermia Mampu melindungi kulit dan Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Substansi kimia mempertahankan kelembaban hangat
- Kelembaban udara kulit dan perawatan alami
- Faktor mekanik (misalnya : alat
yang dapat menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor (elastisitas
kulit)
DAFTAR PUSTAKA
meltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.2. Tucke
rpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
bera JM, Oriol A. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults. Hematol Oncol Clin North Am. Oct
2009;23(5):1033-42.2.
argolin JF, Steuber CP, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo PAPoplack DG, eds. Principles and Practice
of Pediatric Oncology. 15th ed. 2006:538-90.3.
ndier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based guidelines for pediatric cancer
survivors: the Children'sOncology Group Long-Term Follow-Up Guidelines from the Children's OncologyGroup
Late Effects Committee and Nursing Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
ter, Jon.2007.Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC
ul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006.At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga
ldy, Catherine M.2006.Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
ce, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta
: EGC; 19945.
eves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001.
arion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
arjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA