Sunteți pe pagina 1din 18

AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (ALL)/ mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT alat dalam) dan kegagalan organ.


LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%)
A. PENGERTIAN
daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan
 Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah,
sehingga sumsum tulang didominasi oleh limfoblas mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa
yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3
keganasan yang sering ditemukan pada masa anak- bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan
anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak),
anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak oleh kegagalan dari sumsum tulang. (gambar 1.
perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan
Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan giemsa perbesaran 1000x).
kromosom, bahan kimia, radiasi faktor
hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).

 Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu


keganasan pada sel-sel prekursor limfoid, yakni sel
darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi
limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi
pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi
pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA
Gambar 1. Leukemia Limfositik Akut
adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya
adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 2) Leukemia Mielositik Akut (LMA)
orang/tahun dan didominasi oleh anak-anak usia < LMA merupakan leukemia yang mengenai sel
15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke
tahun (Landier dkk, 2004)
semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau
B. KLASIFIKASI Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
1. Leukemia secara umum ditemukan pada orang dewasa (85%)
Secara sederhana leukemia dapat dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya
diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3
sel asal yaitu : bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika
1) Leukemia Akut tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum bulan. (gambar 2. hapusan sumsum tulang
tulang yang berakibat terdesaknya komponen dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).
darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke
organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan
penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6
bulan.
1) Leukemia Limfositik Akut (LLA) Gambar 2. Leukemia Mielositik Akut
LLA merupakan jenis leukemia dengan 1. Leukemia Kronik
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel- Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang
sel patologis dari sistem limfopoetik yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu sel
yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
1) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini
biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif a b
yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang Gambar 4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan 2. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
yang menyerang individu yang berusia 50 sampai FAB (French-American-British) dibuat
70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki- klasifikasi LLA berdasarkan morfologik untuk lebih
laki. (gambar 3. a dan b. hapusan sumsum tulang memudahkan pemakaiannya dalam klinik, antara lain
dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x). sebagai berikut:
a. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan
kromatin homogen, nucleus umumnya tidak tampak
dan sitoplasma sempit
b. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi
ukurannya bervariasi, kromatin lebih besar dengan
a b satu atau lebih anak inti
Gambar 3. Leukemia Limfositik Kronik
c. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogeny
2) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
dengan kromatin berbecak, banyak ditemukan anak
(LGK/LMK)
inti serta sitoplasma yang basofilik dan
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang
bervakuolisasi
ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid
(seri granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK
C. ETIOLOGI
mencakup 20% leukemia dan paling sering
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan
dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan
tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
(40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang
terjadinya leukemia yaitu :
dinamakan kromosom philadelphia ditemukan
1. Genetik
pada 90-95% penderita LGK/LMK.
a. keturunan
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
meninggal setelah memasuki fase akhir yang
Insidensi leukemia meningkat pada penderita
disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma
sel muda leukosit, biasanya berupa
Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
(gambar 4. hapusan sumsum tulang dengan
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis.
pewarnaan giemsa a. perbesaran 200x, b.
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat
perbesaran 1000x).
dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola AML. Kloramfenikol, fenilbutazon,
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy. dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
2. Saudara kandung kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi AML
pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia 4. Radiasi
akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia
berlaku juga pada keluarga dengan insidensi (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing
leukemia yang sangat tinggi spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada
b. Faktor Lingkungan kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan
menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal : bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga
radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal :
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos
leukemia akut, khususnya ALL , radiasi dan para radiologis .
2. Virus 5. Leukemia Sekunder
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas
bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute
hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia.
menemukan adanya RNA dependent DNA Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma,
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal karena obat-obatan yang digunakan termasuk
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat
menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, menyebabkan kerusakan DNA .
1985). Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human D. MORFOLOGI DAN FUNGSI NORMAL SEL
T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan DARAH PUTIH
adalah Acute T- Cell Leukemia. Leukosit merupakan unit yang aktif dari
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan sistem pertahanan tubuh23, yaitu berfungsi
a. Bahan Kimia melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4.000
dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia sampai 10.000/mm. Berdasarkan jenis granula
akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah
benzen. Selain benzen beberapa bahan lain putih digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit
lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, (leukosit mononuklear).
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik 1. Granulosit
b. Obat-obatan Granulosit merupakan leukosit yang memiliki
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan granula sitoplasma. Berdasarkan warna granula
inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3
penyimpangan kromosom yang menyebabkan
jenis granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast,
basofil. mengandung histamin untuk meningkatkan aliran
a. Neutrofil darah ke jaringan yang cedera dan heparin untuk
Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh membantu mencegah pembekuan darah
terhadap invasi oleh bakteri, sangat fagositik dan intravaskular.
sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan 2. Agranulosit
terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula
bakteri, virus atau agen penyebab infeksi lainnya. sitoplasma. Agranulosit terdiri dari limfosit dan
Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan monosit.
kadang-kadang seperti terpisah- pisah, a. Limfosit
protoplasmanya banyak bintik-bintik halus Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak
(granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas setelah neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah
sedikit terhadap zat warna basa dan memberi putih, memiliki fungsi dalam reaksi imunitas.
warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang
oleh sitoplasma yang berwarna merah muda. dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma yang sempit
Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling berwarna biru. Terdapat dua jenis limfosit yaitu
banyak, mencapai 60% dari jumlah sel darah limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bergantung
putih. Neutrofil merupakan sel berumur pendek timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus.
dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam
jangka hidup antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, folikel-folikel kelenjar getah bening. Limfosit T
setelah itu neutrofil mati. bertanggung jawab atas respons kekebalan selular
b. Eosinofil melalui pembentukan sel yang reaktif antigen
Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan
Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma
penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini
sitoplasma yang kasar dan besar. Sel granulanya bertanggung jawab atas respons kekebalan
berwarna merah sampai merah jingga. hormonal.
Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan b. Monosit
beredar hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit
dalam jaringan ikat, tempat eosinofil mencapai 3-8% dari sel darah putih, memiliki
menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya
Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih sedikit terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus,
dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah protoplasmanya melebar, warna biru keabuan
putih. yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.
c. Basofil Monosit memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif,
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen
jumlahnya yaitu kurang dari 1% dari jumlah sel sel, dan mikroorganisme.
darah putih. Basofil memiliki sejumlah granula
sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan
berwarna keunguan sampai hitam.
Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk
menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas
dan biasanya ada leukositosis, kadang-kadang
leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil
seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin
dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang
biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan.
Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem
pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B,
early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal
dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel
stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit,
timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan
limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga
melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan
hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering
dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf
E. PATOFISIOLOGI
pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures”
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit
dan gangguan penglihatan.
atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel
Sel kanker menghasilkan leukosit yang
darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet.
imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ,
tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang.
termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-
Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel
unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi
batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini
tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai
menyebabkan haemopoesis normal terhambat,
hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada,
merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai
dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang
organ menyebabkan pembersaran hati, limpa,
panjang.
limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang
ALL meningkat dari sel batang lymphoid
serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit
tungal dengan kematangan lemah dan pengumpulan
menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit
sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang.
mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker
yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang
juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang
sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal.
dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan 4. Demam, banyak berkeringat pada
malam hari(hipermetabolisme)
tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis,
sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel atau sepsis. Penyebab tersering adalah
kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & gramnegatif usus
Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & 6. stafilokokus, streptokokus, serta
Sowden, 2002). jamur
7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran
cerna, hematuria
PATWAY
8. Hepatomegali, splenomegali,
limfadenopati
9. Massa di mediastinum (T-ALL)
10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral);
nyeri kepala, tekanan intrakranial naik,
muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII),
kelainan neurologik fokal, dan perubahan
statusmental.

G. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan
normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10
g/100 ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat
rendah (<50.000/mm)
F. MANIFESTASI KLINIS 5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm
dengan peningkatan SDP yang imatur
leukemia limfositik akut menyerupai
(mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada
leukemia granulositik akut dengan tanda dan gejala sel blast leukemia.
dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang 6. PT/PTT : memanjang
normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan 7. LDH : mungkin meningkat
ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel 8. Asam urat serum/urine : mungkin
limfoblas ganas di sumsumtulang menyebabkan meningkat
berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan 9. Muramidase serum (lisozim) :
penigkatabn pada leukimia monositik akut
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan dan mielomonositik.
anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: 10. Copper serum : meningkat
1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, 11. Zinc serum : meningkat/ menurun
sesak, nyeri dada
12. Biopsi sumsum tulang : SDM
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih
malaise dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% -
3. Nyeri tulang dan sendi (karena 90% dari blast, dengan prekusor eritroid, sel
infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), matur, dan megakariositis menurun.
biasanya terjadi pada anak 13. Foto dada dan biopsi nodus limfe :
dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan
pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk
menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan
H. KOMPLIKASI bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik
1. Perdarahan
bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang,
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia).
otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel
Angka trombosit yang rendah ditandai dengan:
leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau sangat serius. Penderita harus kembali menjalani
keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit) kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada
mm3 darah. Demam dan infeksi dapat penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di
memperberat perdarahan otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam
2. Infeksi cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi
Meningkat sesuai derajat netropenia dan disfungsi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran.
imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. 2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat Leukemia limfositik kronik berkembang dengan
kemoterapi meningkatkan kadar asam urat lambat, sehingga banyak penderita yang tidak
sehingga perlu asupan cairan yang tinggi. memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun
4. Anemia sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah
5. Masalah gastrointestinal. bening membesar atau terjadi penurunan jumlah
a. mual eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan
b. muntah transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang
c. anoreksia merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika
d. diare jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi
e. lesi mukosa mulut trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ
abdominal, selain akibat kemoterapi. Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil
I. PENATALAKSANAAN MEDIS ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat
antikanker saja atau ditambah kortikosteroid
1. Leukemia Limfoblastik Akut :
diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak.
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan
Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa
total dengan menghancurkan sel-sel leukemik
menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia
sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam
yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya
sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi
berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka
perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari
panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek
atau beberapa minggu, tergantung kepada respon
samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating
yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.
agent, yang membunuh sel kanker dengan
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut
penderita mungkin memerlukan: transfusi sel darah diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.
merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk
Penatalaksanaan lain:
mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat
kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang 1. Pelaksanaan kemoterapi
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu Sebagian besar pasien leukemia menjalani
kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan) dan kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien
leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari
metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan dua obat atau lebih.
terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi c. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
dengan berbagai cara: Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah
 Melalui mulut kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang
(atau intravena) lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
ditempatkan di dalam pembuluh darah balik besar, dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
seringkali di dada bagian atas - perawat akan mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf
menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk pusat
menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
pada pembuluh darah balik/kulit. masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
jika ahli patologi menemukan sel-sel leukemia dalam dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya
cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60%
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung mencapai remisi lengkap dan sepertiganya
ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan mengalami harapan hidup jangka panjang, yang
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan
diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan pada sumsum tulang dan SSP.
sumsum tulang belakang. 2. Terapi Biologi
Pengobatan umumnya terjadi secara Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu
bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya
untuk semua orang. tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
a. Tahap 1 (terapi induksi) diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk darah balik. Bagi pasien dengan leukemia
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam limfositik kronis, jenis terapi biologi yang
darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
panjang karena obat menghancurkan banyak sel memungkinkan sistem kekebalan untuk
darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia
kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan
dan asparaginase. adalah bahan alami bernama interferon untuk
b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi) memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan 3. Terapi Radiasi
terapi intensifikasi yang bertujuan untuk Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)
mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar
obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian. pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau sin dan sebagainya. Umumnya sitostatika
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering
mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh terdapat akibat samping berupa alopesia,
tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau
sebelum transplantasi sumsum tulang.) kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell) jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi 8. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin
sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat 9. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
induk (stem cell) yang sehat melalui tabung dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya
besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
cell) hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan
sel induk (stem cell), pasien biasanya harus terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel
menginap di rumah sakit selama beberapa leukemia, sehingga semua sel patologis akan
minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dihancurkan sehingga diharapkan penderita
dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil leukemia dapat sembuh sempurna.
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah 10. Cara pengobatan.
putih dalam jumlah yang memadai. Setiap klinik mempunyai cara tersendiri
5. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb bergantung pada pengalamannya. Umumnya
kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang pengobatan ditujukan terhadap pencegahan
berat dan perdarahan masif, dapat diberikan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada
DIC dapat diberikan heparin. prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai
6. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason berikut:
dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis a. Induksi
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan
dihentikan. pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara
7. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam
(6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau sumsum tulang kurang dari 5%.
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan b. Konsolidasi
lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, diri lagi.
L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriami- c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, 3) Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak
sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk
Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan
separuh dosis biasa. kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang
d. Reinduksi riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi 4) Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan
biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi
pemberian obat-obat seperti pada induksi selama rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan,
10-14 hari. serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds,
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi
induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan sel-sel darah putih yang berproliferasi secara
radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya
mencegah leukemia meningeal dan leukemia sereb- pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute
ral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi. monolytic leukemia)
f. Pengobatan imunologik 5) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare,
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan
hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah
penderita dapat sembuh sempurna. (Sutarni Nani, dalam urin, serta penurunan urin output. Pada
2003) inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.
J. Asuhan keperawatan 6) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan
1. Pengkajian keperawatan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang
a. Identitas dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada mengalami kelelahan.
anak-anak usia di bawah 15 tahun (85%) , 7) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL
puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak (somnolence) , iritabilits otot dan “seizure activity”,
perempuan. adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel
b. Riwayat Kesehatan darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan
1) Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering saraf pusat.
muncul tiba-tiba adalah demam, lesudan malas 8) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada
makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh
dan kecenderungan terjadi perdarahan. yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan
sering ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati,
chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus dan bingung.
(epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan 9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual
penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan belum dapat dikaji
khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-  Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan
anak biasanya merasa kehilangan kesempatan tingkat kesulitan tertentu
bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta
belajar. K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah 1. Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh
mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
melakukan ibadah. dengan kelemahan akibat anemia
12) Pengkajian tumbuh kembang anak. 3. Resiko terhadap cedera: perdarahan
c. Pemeriksaan Diagnostik berhubungan dengan penurunan jumlah
 Count Blood Cells : indikasi normocytic, trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume
normochromic anemia
cairan berhubungan dengan mual dan muntah
 Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr% 5. Perubahan membran mukosa mulut:
 Retikulosit : menurun/rendah stomatitis berhubungan dengan efek samping ,
 Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm) agen kemoterapi
 White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan 6. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
immatur WBC (“kiri ke kanan”) anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
 Serum/urin uric acid : meningkat samping kemoterapi dan atau stomatitis
 Serum zinc : menurun 7. Nyeri berhubungan dengan efek
 Bone marrow biopsy : indikasi 60 – 90 % adalah blast fisiologis dari leukemia
sel dengan erythroid 8. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens
 prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

L. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
masuknya organisme patogen  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Faktor-faktor resiko :  Risk control pasien lain
- Prosedur Infasif Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
- Ketidakcukupan pengetahuan  Klien bebas dari tanda dan gejala  Batasi pengunjung bila perlu
untuk menghindari paparan infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk
patogen  Mendeskripsikan proses mencuci tangan saat berkunjung dan
- Trauma penularan penyakit, factor yang setelah berkunjung meninggalkan
- Kerusakan jaringan dan mempengaruhi penularan serta pasien
peningkatan paparan lingkungan penatalaksanaannya,  Gunakan sabun antimikrobia untuk
- Ruptur membran amnion  Menunjukkan kemampuan untuk cuci tangan
- Agen farmasi (imunosupresan) mencegah timbulnya infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan
- Malnutrisi  Jumlah leukosit dalam batas sesudah tindakan kperawtan
- Peningkatan paparan lingkungan normal
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai
patogen  Menunjukkan perilaku hidup
alat pelindung
- Imonusupresi sehat
 Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Ketidakadekuatan imum buatan
pemasangan alat
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,  Ganti letak IV perifer dan line central
Leukopenia, penekanan respon dan dressing sesuai dengan petunjuk
inflamasi) umum
- Tidak adekuat pertahanan tubuh  Gunakan kateter intermiten untuk
primer (kulit tidak utuh, trauma menurunkan infeksi kandung kencing
jaringan, penurunan kerja silia,  Tingktkan intake nutrisi
cairan tubuh statis, perubahan  Berikan terapi antibiotik bila perlu
sekresi pH, perubahan peristaltik) Infection Protection (proteksi
- Penyakit kronikhiperplasia terhadap infeksi)
dinding bronkus, alergi jalan  Monitor tanda dan gejala infeksi
nafas, asma. sistemik dan lokal
- Obstruksi jalan nafas : spasme  Monitor hitung granulosit, WBC
jalan nafas, sekresi tertahan,
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
banyaknya mukus, adanya jalan
 Batasi pengunjung
nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus,  Saring pengunjung terhadap penyakit
adanya benda asing di jalan nafas. menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

2 Intoleransi aktivitas b/d fatigue NOC : NIC :


 Energy conservation
Definisi : Ketidakcukupan energu Energy Management
secara fisiologis maupun  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
psikologis untuk meneruskan atau dalam melakukan aktivitas
menyelesaikan aktifitas yang Kriteria Hasil :  Dorong anak untuk mengungkapkan
diminta atau aktifitas sehari hari.  Berpartisipasi dalam aktivitas perasaan terhadap keterbatasan
fisik tanpa disertai peningkatan  Kaji adanya factor yang menyebabkan
Batasan karakteristik : tekanan darah, nadi dan RR. kelelahan
a. melaporkan secara verbal adanya Mampu melakukan aktivitas  Monitor nutrisi dan sumber energi
kelelahan atau kelemahan. sehari hari (ADLs) secara tangadekuat
b. Respon abnormal dari tekanan mandiri  Monitor pasien akan adanya kelelahan
darah atau nadi terhadap aktifitas fisik dan emosi secara berlebihan
c. Perubahan EKG yang  Monitor respon kardivaskuler terhadap
menunjukkan aritmia atau aktivitas
iskemia  Monitor pola tidur dan lamanya
d. Adanya dyspneu atau tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan saat 
beraktivitas. Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan Tenaga
Faktor factor yang berhubungan : Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
 Tirah Baring atau imobilisasi progran terapi yang tepat.
 Kelemahan menyeluruh  Bantu klien untuk mengidentifikasi
 Ketidakseimbangan antara suplei aktivitas yang mampu dilakukan
oksigen dengan kebutuhan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
 Gaya hidup yang dipertahankan. yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
3 Resiko terhadap Tujuan : klien tidak  Gunakan semua tindakan untuk
cedera/perdarahan yang menunjukkan bukti-bukti mencegah perdarahan khususnya pada
berhubungan dengan penurunan perdarahan daerah ekimosis
jumlah trombosit  Cegah ulserasi oral dan rectal

 Gunakan jarum yang kecil pada saat


melakukan injeksi

 Menggunakan sikat gigi yang lunak dan


lembut
 Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
(tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
 Hindari obat-obat yang mengandung
aspirin
 Ajarkan orang tua dan anak yang lebih
besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Definisi : Penurunan cairan  Fluid balance Fluid management
intravaskuler, interstisial,  Hydration  Timbang popok/pembalut jika
dan/atau intrasellular. Ini  Nutritional Status : Food and diperlukan
mengarah ke dehidrasi, Fluid Intake  Pertahankan catatan intake dan output
kehilangan cairan dengan Kriteria Hasil : yang akurat
pengeluaran sodium  Mempertahankan urine output  Monitor status hidrasi ( kelembaban
sesuai dengan usia dan BB, BJ membran mukosa, nadi adekuat,
Batasan Karakteristik : urine normal, HT normal tekanan darah ortostatik ), jika
- Kelemahan  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
- Haus dalam batas normal  Monitor vital sign
- Penurunan turgor kulit/lidah  Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
 Monitor masukan makanan / cairan dan
- Membran mukosa/kulit kering Elastisitas turgor kulit baik, hitung intake kalori harian
- Peningkatan denyut nadi, membran mukosa lembab, tidak  Kolaborasikan pemberian cairan IV
penurunan tekanan darah, ada rasa haus yang berlebihan  Monitor status nutrisi
penurunan volume/tekanan nadi
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Pengisian vena menurun
 Dorong masukan oral
- Perubahan status mental
- Konsentrasi urine meningkat  Berikan penggantian nesogatrik sesuai
- Temperatur tubuh meningkat output
- Hematokrit meninggi  Dorong keluarga untuk membantu
- Kehilangan berat badan seketika pasien makan
(kecuali pada third spacing)  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar
)
Faktor-faktor yang berhubungan:  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- Kehilangan volume cairan secara berlebih muncul meburuk
aktif  Atur kemungkinan tranfusi
- Kegagalan mekanisme  Persiapan untuk tranfusi
pengaturan

5 Perubahan membran mukosa Tujuan : pasien tidak mengalami Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya
mulut : stomatitis yang mukositis oral ulkus oral
berhubungan dengan efek  Gunakan sikat gigi berbulu lembut,
samping agen kemoterapi aplikator berujung kapas, atau jari yang
dibalut
kasa
 Berikan pencucian mulut yang sering
dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan
bikarbonat
 Gunakan pelembab bibir
 Hindari penggunaan larutan lidokain
pada anak kecil
 Berikan diet cair, lembut dan lunak
 Inspeksi mulut setiap hari
 Dorong masukan cairan dengan
menggunakan sedotan
 Hindari penggunaa swab gliserin,
hidrogen peroksida dan susu magnesi
 Berikan obat-obat anti infeksi sesuai
ketentuan
 Berikan analgetik

6 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : food and Nutrition Management
pembatasan cairan, diit, dan Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
hilangnya protein Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi tidak  Adanya peningkatan berat badan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
cukup untuk keperluan sesuai dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
metabolisme tubuh.  Berat badan ideal sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Batasan karakteristik : tinggi badan intake Fe
- Berat badan 20 % atau lebih di  Mampu mengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
bawah ideal kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
- Dilaporkan adanya intake  Tidak ada tanda tanda malnutrisi Berikan substansi gula
makanan yang kurang dari RDA  Tidak terjadi penurunan berat  Yakinkan diet yang dimakan
(Recomended Daily Allowance) badan yang berarti mengandung tinggi serat untuk
- Membran mukosa dan mencegah konstipasi
konjungtiva pucat  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
- Kelemahan otot yang digunakan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
untuk menelan/mengunyah  Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Luka, inflamasi pada rongga catatan makanan harian.
mulut  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Mudah merasa kenyang, sesaat kalori
setelah mengunyah makanan  Berikan informasi tentang kebutuhan
- Dilaporkan atau fakta adanya nutrisi
kekurangan makanan  Kaji kemampuan pasien untuk
- Dilaporkan adanya perubahan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk Nutrition Monitoring
mengunyah makanan  BB pasien dalam batas normal
- Miskonsepsi  Monitor adanya penurunan berat badan
- Kehilangan BB dengan makanan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
cukup biasa dilakukan
- Keengganan untuk makan  Monitor interaksi anak atau orangtua
- Kram pada abdomen selama makan
- Tonus otot jelek  Monitor lingkungan selama makan
- Nyeri abdominal dengan atau  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tanpa patologi tidak selama jam makan
- Kurang berminat terhadap  Monitor kulit kering dan perubahan
makanan pigmentasi
- Pembuluh darah kapiler mulai  Monitor turgor kulit
rapuh  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Diare dan atau steatorrhea mudah patah
- Kehilangan rambut yang cukup  Monitor mual dan muntah
banyak (rontok)  Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
- Suara usus hiperaktif dan kadar Ht
- Kurangnya informasi,  Monitor makanan kesukaan
misinformasi  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
Faktor-faktor yang berhubungan : kekeringan jaringan konjungtiva
Ketidakmampuan pemasukan  Monitor kalori dan intake nuntrisi
atau mencerna makanan atau  Catat adanya edema, hiperemik,
mengabsorpsi zat-zat gizi hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
berhubungan dengan faktor  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
biologis, psikologis atau
ekonomi.
7 Nyeri NOC : NIC :
Definisi :  Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan dan pengalaman  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
emosional yang muncul secara Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
aktual atau potensial kerusakan  Mampu mengontrol nyeri (tahu dan faktor presipitasi
jaringan atau menggambarkan penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
adanya kerusakan (Asosiasi Studi menggunakan tehnik ketidaknyamanan
Nyeri Internasional): serangan nonfarmakologi  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk
mendadak atau pelan mengurangi nyeri, mencari untuk mengetahui pengalaman nyeri
intensitasnya dari ringan sampai bantuan) pasien
berat yang dapat diantisipasi  Melaporkan bahwa  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
dengan akhir yang dapat berkurang dengan menggunakan nyeri
diprediksi dan dengan durasi manajemen nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
kurang dari 6 bulan.  Mampu mengenali nyeri (skala,  Evaluasi bersama pasien dan tim
Batasan karakteristik : intensitas, frekuensi dan tanda kesehatan lain tentang ketidakefektifan
- Laporan secara verbal atau non nyeri) kontrol nyeri masa lampau
verbal  Menyatakan rasa nyaman setelah  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
- Fakta dari observasi nyeri berkurang dan menemukan dukungan
- Posisi antalgic untuk  Tanda vital dalam rentang  Kontrol lingkungan yang dapat
menghindari nyeri normal mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gerakan melindungi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Tingkah laku berhati-hati  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Muka topeng  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, (farmakologi, non farmakologi dan inter
tampak capek, sulit atau gerakan personal)
kacau, menyeringai)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri sendiri menentukan intervensi
- Fokus menyempit (penurunan  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
persepsi waktu, kerusakan proses  Berikan analgetik untuk mengurangi
berpikir, penurunan interaksi nyeri
dengan orang dan lingkungan)  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkah laku distraksi, contoh :  Tingkatkan istirahat
jalan-jalan, menemui orang lain  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
dan/atau aktivitas, aktivitas keluhan dan tindakan nyeri tidak
berulang-ulang) berhasil
- Respon autonom (seperti  Monitor penerimaan pasien tentang
diaphoresis, perubahan tekanan manajemen nyeri
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil) Analgesic Administration
- Perubahan autonomic dalam  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
tonus otot (mungkin dalam dan derajat nyeri sebelum pemberian
rentang dari lemah ke kaku) obat
- Tingkah laku ekspresif (contoh :  Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
gelisah, merintih, menangis, dosis, dan frekuensi
waspada, iritabel, nafas  Cek riwayat alergi
panjang/berkeluh kesah)  Pilih analgesik yang diperlukan atau
- Perubahan dalam nafsu makan kombinasi dari analgesik ketika
dan minum pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung
Faktor yang berhubungan : tipe dan beratnya nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Tentukan analgesik pilihan, rute
psikologis) pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

8 Kerusakan intergritas kulit b/d NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure Management
edema dan menurunnya tingkat and Mucous Membranes  Anjurkan pasien untuk menggunakan
aktivitas Kriteria Hasil : pakaian yang longgar
Definisi : Perubahan pada  Integritas kulit yang baik bisa  Hindari kerutan padaa tempat tidur
epidermis dan dermis dipertahankan  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
(sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, dan kering
Batasan karakteristik : pigmentasi)  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Gangguan pada bagian tubuh  Tidak ada luka/lesi pada kulit setiap dua jam sekali
- Kerusakan lapisa kulit (dermis)  Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Gangguan permukaan kulit  Menunjukkan pemahaman dalam  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
(epidermis) proses perbaikan kulit dan derah yang tertekan
Faktor yang berhubungan : mencegah terjadinya sedera  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Eksternal : berulang  Monitor status nutrisi pasien
- Hipertermia atau hipotermia  Mampu melindungi kulit dan  Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Substansi kimia mempertahankan kelembaban hangat
- Kelembaban udara kulit dan perawatan alami
- Faktor mekanik (misalnya : alat
yang dapat menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan

Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor (elastisitas
kulit)
DAFTAR PUSTAKA
meltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.2. Tucke
rpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
bera JM, Oriol A. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults. Hematol Oncol Clin North Am. Oct
2009;23(5):1033-42.2.
argolin JF, Steuber CP, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo PAPoplack DG, eds. Principles and Practice
of Pediatric Oncology. 15th ed. 2006:538-90.3.
ndier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based guidelines for pediatric cancer
survivors: the Children'sOncology Group Long-Term Follow-Up Guidelines from the Children's OncologyGroup
Late Effects Committee and Nursing Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
ter, Jon.2007.Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC
ul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006.At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga
ldy, Catherine M.2006.Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
ce, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta
: EGC; 19945.
eves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001.
arion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
arjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA

S-ar putea să vă placă și