Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Usia terjadinya :
Perimenars (8-16th) Masa reproduksi Perimenopouse
(16-35 th) (45-65 th)
Berdasarkan tipe AUB / PUD, yaitu :
1. PUD anovulatoris
Bentuk dominan pada masa menarche dan
pramenopause akibat terganggunya fungsi neuroendokrinologi.
Ditandai dengan produksi estradiol 17 β terus menerus tanpa
disertai dengan pembentukan corpus luteum & pelepasan
progesterone. Estrogen tanpa diimbangi dengan progesteron
menyebabkan proliferasi endometrium terus menerus yang
menghasilkan pasokan darah berlebih & dikeluarkan secara
irregular.
2. PUD Ovulatoris
Angka kejadian: 10% wanita usia masa reproduksi.
Bercak darah pada pertengahan siklus setelah “LH surge”
biasanya bersifat fisiologis. Polimenorea paling sering terjadi
akibat pemendekan fase folikuler. Kemungkinan lain adalah
pemanjangan fase luteal akibat corpus Luteum yang persisten
Menurut Isselbacher.Harrison, perdarahan Uterus
Disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab dengan
siklus Ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus
anovulasi. Namun ada beberapa kondisi yang dikaitkan dengan
perdarahan rahim disfungsional, antara lain :
a. Alat kontrasepsi IUD / hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim (IUD) untuk pengendalian kelahiran, juga mungkin
mengalami periode yang berlebihan atau berkepanjangan.
Jika Anda mengalami perdarahan berat saat menggunakan
IUD, IUD harus dihapus dan diganti dengan metode
pengendalian kelahiran alternatif. Biasanya terdeteksi
segera setelah menstruasi dimulai.
b. Gangguan trombosit
Merupakan kelainan darah yang paling umum yang
menyebabkan perdarahan >>berlebihan, gangguan
trombosit yang paling umum adalah penyakit von
Willebrand. Wanita dengan penyakit von Willebrand
umumnya akan mengalami tidak hanya perdarahan
menstruasi yang berat, tapi mimisan, memar mudah, dan
darah dalam tinja.
c. Hormon
Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu
ovulasi dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal.
Beberapa hal yang dapat mengganggu keseimbangan
hormon yang rumit yang mempengaruhi ovulasi dan
pendarahan, yaitu :
1) Kehamilan à Pada wanita usia subur, kehamilan
merupakan
penyebab utama dari periode dilewati.
2) Perimenopause à Perubahan hormonal yang terjadi
selama
menjelang menopause (berhentinya menstruasi)
menyebabkan kelainan perdarahan.
3) Stres à Stres hormon seperti kortisol yang diketahui
mengganggu
ovulasi.
4) Polycystic ovary syndrome (PCOS) à suatu kondisi
di mana ovarium menjadi penuh dengan kista kecil
dan memperbesar. Masalah terjadi ketika kelenjar
pituitary memproduksi terlalu banyak hormon yang
disebut luteinizing hormone (LH).
Ketidakseimbangan hormon yang menciptakan hasil
meluap-luap
lapisan rahim yang membuat perdarahan tidak teratur.
5) Penyebab Lainnya à Masalah yang berasal dari
kelenjar tiroid, kelenjar pituitary, atau kelenjar
adrenal dapat mengganggu ovulasi. Masalah fisik
di dalam rahim dapat menyebabkan
perdarahan abnormal, yaitu :
a) Fibroid à pertumbuhan non-kanker yang
menyerang dinding rahim di minimal 20% dari
wanita berusia di atas 35. Fibroid dapat muncul
secara tunggal atau dalam kelompok, dan sekecil
anggur atau sebesar jeruk. Mereka terdiri dari otot
dan jaringan fibrosa, dan dapat menyebabkan
aliran berlebihan
saat menstruasi atau pendarahan antara periode.
b) Polip à pertumbuhan non-kanker yang dapat
menyerang leher rahim atau uterus. Polip
mungkin begitu kecil sehingga mereka tidak
diketahui, atau mungkin cukup besar untuk
menyodok ke dalam rongga rahim atau
panggul dan
menyebabkan perdarahan abnormal.
c) Penyakit radang panggul (PID) à suatu
kondisi di mana saluran tuba menjadi
meradang, biasanya karena infeksi seksual
diperoleh. Perdarahan yang tidak teratur adalah
salah
satu dari banyak gejala PID.
d) Kanker rahim à pertumbuhan ganas pada rahim. Hal
ini
dapat terjadi pada dinding rahim (endometrium) /
dalam dinding otot nya (sarkoma uterus).
e) Kanker endometrium à kanker yang paling
umum dari sistem reproduksi wanita, & hampir
selalu menyerang wanita menopause antara usia
50 - 70. Setiap perdarahan setelah
menopause harus diperiksa segera.
f) Gangguan nutrisi à Wanita dengan lemak
tubuh sangat rendah karena gangguan makan,
diet ketat, atau olahraga berlebihan sering dapat
berhenti ovulasi dan menstruasi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus
menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus
menerus atau banyak dan berulang. Pada siklus ovulasi biasanya
perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diramalkan serta
seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi
merupakan kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu
gejala yang yang dapat timbul diantaranya seperti mood ayunan,
kekeringan atau kelembutan Vagina serta juga dapat menimbulkan
rasa lelah yang berlebih (Stork,Susan, 2006).
1. Pada siklus ovulasi
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan
banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus
menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari
perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea)
atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal
lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan
basal dapat menolong (Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah
dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe
sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu :
a. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai
perdarahan kadang- kadang bersamaan dengan ovarium
membesar. Dapat juga
menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan
premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea.
Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron
disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal
tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat pada hari
siklus yang bersangkutan.
c. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
d. Kelainan darah seperti anemia, purpura
trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding
rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di
permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan
(Wiknjoksastro, 2007).
Berdasarakan jenis perdarahan yang muncul, yaitu :
Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dan
disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval <21 hari & disebabkan
defek fase luteal.
Menoragia Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21 – 35
hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7 hari.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan
darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang
panjang ( > 7 hari).
Metroragia/ Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir
perdarahan dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR, endometritis, polip,
antara haid mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang
intermenstrual umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang
pasca sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama 12
Menopause bulan.
Perd.uterus Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang
abnormal akut sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis (hipotensi ,
takikardia atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang
uterus disfungsi tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab
iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau gangguan
kondisi sistemik.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wiknjoksastro (2007) & Morgan,Geri dkk (2009), yaitu :
1. Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap Jika anamnesis dan
pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka
penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada
pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika
diperlukan.
Perdarahan Pervaginam Durasi
Kuantitas Menorrhagia (Hipermenorrhoe)
Penyemburan Spotting (antar menstruasi, postmenstruasi, post
Spotting (diluar menopause)
menstruasi)
Warna Gejala Penyerta
Merah segar Demam dan nyeri
Noda cokelat Kram uterus dan kehamilan
Petekiae dan Epitaksis
Riwayat penyakit Interval
dahulu Siklik
Kontrasepsi oral Non siklik
AKDR Setelah amenorrhoe
Perdarahan antar menstruasi (misalnya setelah
koitus atau pembilasan)
batas normal :
eritrosit : 4,5 – 5,5
10e6/ul
Hemoglobin : 13,0 –
16,0 gr/dl
Konjungtiva merah
muda
DAFTAR PUSTAKA