Sunteți pe pagina 1din 7

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th.

2017

UJI KARAKTERISTIK FISIK SERAT ALAMI TANAMAN LIDAH MERTUA


(Sansevieria trifasciata P.) PADA PEMBUATAN BENANG PAKAN

(Physical Characteristics Test of Sansevieria (Sansevieria trifasciata P.) Fiber to Made Yarn Feed)

Nenci Situmorang1,2, Saipul Bahri Daulay1, Sulastri Panggabean1


1)Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2email:nencisitumorang@gmail.com

Diterima 14 Juni 2016/Disetujui 14 Juli 2016

ABSTRACT
Fiber of Sansevieria has characteristics of not easily fragile, shiny, long, and potentially used as a raw material in
manufacture of textiles, especially yarn. This study was aimed to make determine the physical characteristics of mother in
law tongue fiber with and without the addition of NaOH. This research was conducted in March until May 2016 in the
Laboratory of Agricultural Engineering, brightness level test was conducted at Laboratory of food technology, Faculty of
Agriculture University of North Sumatra, Medan. Tensile strength test and test the fineness (number of threads) was
conducted at Laboratory Evaluation of Textiles, College of Engineering Indonesian Islamic University, Yogyakarta.
Parameters measured were tensile strength test, test the fineness (number of threads) and brightness level test. Results
of the research indicated that the Sansevieria fiber produce different physical characteristics in each treatment with and
without solution of NaOH. The highest result of tensile strength value of Sansevieria fibre was on the without NaOH
treatment that is 144 grams. The highest result of fineness value of Sansevieria fibre was on the treatmeant with addition
NaOH (10%) that is 3,8 tex. The highest result of the brightness value of Sansevieria fibre was on the treatmeant with
addition NaOH (5%)that is 75.29%.

Key words: Sansevieria, natural fiber, tensile strength, yarn.

ABSTRAK
Serat Sansevieria memiliki karakteristik yang tidak mudah rapuh, mengkilat, panjang dan berpotensi digunakan sebagai
bahan baku tekstil khususnya pada pembuatan benang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik fisik serat
tanaman lidah mertua dengan dan tanpa penambahan larutan NaOH. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga
Mei 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Uji tingkat kecerahan dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Uji Kekuatan tarik dan kehalusan (nomor benang) dilakukan di
Laboratorium Evaluasi Tekstil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Parameter yang diamati adalah
kekuatan tarik, kehalusan (nomor benang) dan tingkat kecerahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat Sansevieria
menghasilkan karakteristik fisik yang berbeda pada masing-masing perlakuan dengan dan tanpa penambahan larutan
NaOH. Nilai kekuatan tarik terbesar pada serat Sansevieria terdapat pada perlakuan tanpa NaOH (0%) yaitu 144 gram.
Nilai kehalusan terbesar pada serat Sansevieria terdapat pada perlakuan penambahan NaOH (10%) yaitu 3,8 tex. Nilai
tingkat kecerahan terbesar pada serat Sansevieria terdapat pada perlakuan NaOH (5%) yaitu 75,29%.

Kata kunci : Sansevieria, serat alami, kekuatan tarik, benang

PENDAHULUAN dari 4% yang dapat disediakan dari hasil kapas


dalam negeri (Baharsjah, 1993).
Industri tekstil di Indonesia mengalami Salah satu teknik pembuatan kain yang
perkembangan yang pesat sehingga pada tahun banyak digunakan ialah dengan cara tenun. Kain
1992 menjadi penghasil devisa tertinggi di antara tenun adalah jenis tekstil yang tertua dalam
komoditas nonminyak dan nongas dengan nilai sejarah pakaian manusia. Bahkan secara
ekspor sebesar US $ 3,5 milyar. Industri tekstil etimologi tekstil sendiri berasal dari bahasa latin
tersebut tidak berbasis pada produksi bahan “texere“ yang berarti menenun. Pada dasarnya
baku domestik yang kuat. Bahan baku tekstil benang yang digunakan dalam pembuatan kain
yang berupa serat kapas harus di impor. Setiap tenun ialah benang lusi dan benang pakan.
tahun Indonesia mengimpor 414.000 ton atau di Benang pakan merupakan benang yang
atas 96% total kebutuhan nasional dan kurang dibutuhkan dalam pembuatan kain tenun.

619
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th. 2017

Benang pakan terdiri satu helai benang panjang bagian diantaranya pertama dengan cara
yang dibalik-kembalikan pada tepi kain. direndam di dalam air, kedua yaitu lidah mertua
Benang terbuat dari serat alam maupun buatan direndam dengan penambahan larutan NaOH
(sintetik). Saat ini serat alam alternatif sudah 5% dan ketiga adalah lidah mertua direndam
mulai digunakan sebagai pengganti serat sintetik dengan penambahan larutan NaOH 10%,
dan telah banyak diaplikasikan pada industri selanjutnya diambil serat dengan pengerokan
tekstil. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan menggunakan garpu, dicuci kembali serat yang
yang cukup melimpah di alam dan dapat diperoleh dan kemudian dikeringkan, terakhir
dibudidayakan oleh manusia (renewable). dilakukan pengujian terhadap benang pakan
Beberapa jenis serat alam dari tumbuhan yang dengan parameter yang telah ditentukan yaitu
telah dikembangkan sebagai bahan baku tekstil kekuatan tarik, kehalusan serat dan tingkat
atau benang di antaranya adalah rami, abaka, kecerahan.
nanas, lidah mertua, dan beberapa jenis Penelitian ini bertujuan untuk menguji
tanaman lainnya (Hidayat, 2008). karakteristik fisik benang pakan berbahan baku
Lidah mertua atau lebih dikenal dengan serat alami tanaman lidah mertua (Sansevieria
Sansevieria merupakan salah satu tanaman trifasciata P.) dengan dan tanpa penambahan
berpotensi menghasilkan serat yang selama ini larutan NaOH.
pemanfaatannya masih sebatas tanaman hias.
Jenis serat Sansevieria hampir sama dengan
serat daun nanas yaitu memiliki karakteristik
METODOLOGI
serat tidak mudah rapuh, mengkilat, dan panjang
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
sehingga memudahkan penataan pada
adalah daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata
pembuatan benang. Berdasarkan keunggulan
P.), air, larutan NaOH 5% dan 10%. Alat yang
tersebut Sansevieria berpotensi sekali untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah pisau,
keperluan industri berbasis serat. Agar dapat
ember piring plastik, sarung tangan, mistar
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
(penggaris), tensolab (alat uji tarik), timbangan
benang, tanaman Sansevieria harus diolah untuk
digital, chromameter (alat uji tingkat kecerahan),
diambil seratnya. Pengambilan serat tanaman
kalkulator, kamera dan alat tulis.
melalui beberapa tahapan yaitu ekstraksi serat
Penelitian ini menggunakan metode
(degumming), pengelantangan (bleaching), dan
rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial
penguraian serat (Tirtosuproho dkk., 2011).
dengan 3 taraf yaitu:
Penelitian dan penggunaan serat alami
P1 = Tanpa larutan NaOH
berkembang dengan sangat pesat dewasa ini
P2 = Larutan NaOH 5%
karena serat alami banyak memiliki keunggulan
P3 = Larutan NaOH 10%
dibandingkan dengan serat buatan (rekayasa),
Banyaknya ulangan pada masing-masing
keunggulan dari serat alami seperti beban lebih
perlakuan sebanyak 5 kali ulangan untuk
ringan, bahan mudah didapat, harga relatif murah
pengujian kekuatan tarik dan 3 kali ulangan pada
dan yang paling penting ramah lingkungan
pengujian kehalusan (nomor benang) dan tingkat
terlebih Indonesia memiliki kekayaan alam yang
kecerahan (derajat putih).
begitu melimpah. Penggunaan serat alami
dewasa ini sudah merambah berbagai bidang Prosedur Penelitian
kehidupan manusia, layaknya serat buatan, serat 1. Pengeluaran Serat
alami juga mampu digunakan sebagai modifikasi a. Disiapkan bahan dan alat yang akan
dari serat buatan. digunakan dalam pelaksanaan
Dalam penelitian ini, penulis memilih bahan penelitian
baku yaitu tanaman lidah mertua karena pada b. Dipilih dan dibelah daun tanaman lidah
umumnya di daerah Sumatera Utara masih mertua
sangat banyak terdapat tanaman lidah mertua c. Dipisahkan daun tanaman lidah mertua
yang masih dimanfaatkan sebatas tanaman hias. ke dalam 3 kelompok
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dalam d. Direndam daun tanaman lidah mertua
menguji karakteristik fisik serat tanaman lidah dengan air (tanpa NaOH) pada
mertua untuk dijadikan benang pakan pada kelompok I, direndam dengan larutan
pembuatan kain tenun sebagai pengganti serat NaOH 5% pada kelompok II dan
kapas atau serat sintetis sehingga serat tanaman direndam dengan larutan NaOH 10%
lidah mertua memiliki nilai tambah. pada kelompok III
Penelitian ini dilakukan dengan cara e. Dilakukan penggerusan dengan
mengambil tanaman lidah mertua, kemudian menggunakan pisau yang tidak tajam
dipisahkan tanaman lidah mertua menjadi tiga atau menggunakan sendok garpu

620
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th. 2017

f. Dicuci serat yang telah diperoleh dan Kehalusan serat ada batasnya, sebab pada
dikeringkan. serat yang terlalu halus akan mudah
2. Pengujian Benang terbentuk neps yang selanjutnya akan
a. Diukur panjang serat pada masing- mempengaruhi kerataan benang serta
masing perlakuan kelancaran prosesnya.
b. Ditimbang massa serat dengan 3. Tingkat Kecerahan (Derajat Putih)
timbangan digital Derajat kecerahan merupakan
c. Dilakukan uji tarik pada serat dengan perbandingan kecerahan bahan yang sama
menggunakan alat tensolab dengan perlakuan yang berbeda. Derajat
d. Dilakukan uji tingkat kecerahan serat kecerahan ditentukan dengan pengukuran
dengan menggunakan alat cahaya yang dipantulkan berdasarkan cara
chromameter chromameter.
e. Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kekuatan Tarik
Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh
mekanik yang bertujuan untuk mengetahui bahwa perlakuan perendaman NaOH
kekuatan bahan terhadap gaya tarik. berpengaruh (sangat nyata) terhadap kekuatan
Dalam pengujiannya, bahan uji ditarik tarik dan kehalusan serat lidah mertua.
sampai putus. Sedangkan perendaman NaOH tidak
2. Kehalusan berpengaruh secara nyata terhadap derajat
Kehalusan serat merupakan perbandingan kecerahan serat lidah mertua. Hal ini dapat dilihat
antara panjang serat dengan beratnya yang pada Tabel 1.
dinyatakan dalam nomor benang.

Tabel 1. Data hasil pengujian sifat-sifat fisis serat Lidah Mertua


Kehalusan
Perlakuan Kekuatan tarik (gram) Tingkat kecerahan (%)
(tex)
P1 144 7,6 75,22
P2 112 5,2 75,29
P3 100 3,8 73,76

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai perlakuan P3 (NaOH 10%) yaitu sebesar
kekuatan tarik tertinggi terdapat pada P1 73,76%.
(perendaman tanpa NaOH) yaitu sebesar 144
gram dan nilai kekuatan tarik terendah terdapat Kekuatan Tarik
pada perlakuan P3 (NaOH 10%) yaitu sebesar Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat
100 gram. Kehalusan tertinggi terdapat pada bahwa konsentrasi larutan NaOH berpengaruh
perlakuan P3 (NaOH 10%) yaitu sebesar 3,8 tex sangat nyata terhadap kekuatan tarik, sehingga
dan kehalusan terendah terdapat pada perlakuan pengujian dilanjutkan dengan menggunakan
P1 (perendaman tanpa NaOH) yaitu sebesar 7,6 analisa duncan multiple range test (DMRT) Hasil
tex. Tingkat kecerahan tertinggi terdapat pada pengujian menggunakan DMRT (Duncan Multiple
perlakuan P2 (NaOH 5%) yaitu sebesar 75,29% Range Test) menunjukkan pengaruh konsentrasi
dan tingkat kecerahan terendah terdapat pada NaOH terhadap kekuatan tarik untuk tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji DMRT pengaruh NaOH terhadap kekuatan tarik


Jarak DMRT Kode Rataan Notasi
0,05 0,01 sampel 0,05 0,01
- P1 144 b B
2 20,2816 28,4377 P2 112 a A
3 21,2295 29,6489 P3 100 a A

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (NaOH 10%). Sedangkan perlakuan P2 (NaOH


(perendaman tanpa NaOH) berbeda nyata 5%) berbeda nyata terhadap perlakuan P1
terhadap perlakuan P2 (NaOH 5%) dan P3 (perendaman tanpa NaOH), namun berbeda

621
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th. 2017

tidak nyata pada perlakuan P3 (NaOH 10%). Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
Pengujian kekuatan tarik dilakukan Hubungan perendaman dengan peningkatan
menggunakan alat tansolab di Laboratorium konsentrasi NaOH terhadap kekuatan tarik dapat
Evaluasi Tekstil Jurusan Teknik Kimia Fakultas dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan konsentrasi NaOH terhadap kekuatan tarik

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa 10%) tidak memenuhi standar. Hal ini sesuai
peningkatan konsentrasi NaOH pada proses dengan penentuan batas bawah dan atas respon
perendaman mengakibatkan berkurangnya kekuatan tarik yang ditentukan berdasarkan SNI
kekuatan tarik serat daun lidah mertua. 08-0033-2006 persyaratan mutu benang tunggal
Menurunnya kekuatan tarik tersebut disebabkan kapas untuk tenun yang berkisar antara 129-696
dengan bertambahnya konsentrasi NaOH, gram-force.
sehingga larutan akan lebih bersifat alkalis maka
mengakibatkan kerusakan serat yang lebih besar Kehalusan
(Widihastuti, 2005). Hal ini sesuai dengan Dari hasil analisis sidik ragam dapat
penelitian Diharjo (2003) yang menyatakan dilihat bahwa konsentrasi NaOH berpengaruh
bahwa perlakuan NaOH yang lebih lama dapat sangat nyata terhadap kehalusan serat, sehingga
menyebabkan kerusakan pada unsur selulosa. pengujian dilanjutkan dengan menggunakan
Padahal, selulosa itu sendiri sebagai unsur analisa duncan multiple range test. Hasil
utama pendukung kekuatan serat. Akibatnya, pengujian menggunakan DMRT (Duncan Multiple
serat yang dikenai perlakuan alkali terlalu lama Range Test) menunjukkan pengaruh NaOH
mengalami degradasi kekuatan yang signifikan. terhadap kehalusan untuk tiap perlakuan dapat
Lubis (1994) menyatakan bahwa serat alam dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan
dengan penggunaan zat alkali konsentrasi tinggi bahwa perlakuan P1 (perendaman tanpa NaOH)
akan mengalami kerusakan lebih besar sehingga berbeda sangat nyata terhadap semua
konsentrasinya harus diperhitungkan. Dari data perlakuan, begitu juga dengan P2 (NaOH 5%)
hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat dan P3 (NaOH 10%). Pengujian kehalusan
diketahui rata-rata penurunan kekuatan tarik (nomor benang) dilakukan menggunakan alat
serat daun lidah mertua tanpa perlakuan dan timbangan digital pada Laboratorium Evaluasi
dengan perlakuan perendaman NaOH kadar 5% Tekstil Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
dan 10% berturut-turut adalah sebesar 144 gr, Industri Universitas Islam Indonesia. Hubungan
112 gr, dan 100 gr. perendaman dengan peningkatan konsentrasi
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh NaOH terhadap kehalusan serat dapat dilihat
nilai kekuatan tarik sesuai standar yang pada Gambar 2.
ditetapkan yaitu sebesar 144 gram dengan P1
(perendaman tanpa NaOH). Sementara serat
dengan perlakuan P2 (NaOH 5%) dan P3 (NaOH

622
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th. 2017

Tabel 3. Uji DMRT pengaruh NaOH terhadap kehalusan (nomor benang)


Jarak DMRT Kode sampel Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- P1 7,5541 c C
2 0,0893 0,1353 P2 5,2296 b B
3 0,0925 0,1404 P3 3,8362 a A

Gambar 2. Hubungan konsentrasi NaOH terhadap kehalusan (nomor benang)

Gambar 2 menunjukkan terjadinya Tingkat Kecerahan (Derajat Putih)


peningkatan kehalusan seiring bertambahnya Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh
konsentrasi NaOH. Peningkatan konsentrasi bahwa penambahan konsentrasi NaOH tidak
NaOH mengakibatkan semakin kecilnya memberikan pengaruh yang nyata (tidak nyata)
perbandingan berat per panjang (semakin halus), terhadap derajat kecerahan, sehingga pengujian
karena serat akan semakin terurai menjadi serat- dengan menggunakan analisa duncan multiple
serat individu (elementer) dan zat-zat yang bukan range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Pengujian
serat akan larut dalam air (serat semakin bersih) tingkat kecerahan (derajat putih) dilakukan
(Roetjito, 1979). Dari hasil penelitian dapat menggunakan alat chromameter. Pada Gambar
diketahui bahwa peningkatan kehalusan serat 3 dapat dilihat bahwa nilai derajat kecerahan
daun lidah mertua perlakuan P1, P2 dan P3 serat Lidah Mertua dari P1 (tanpa NaOH), P2
berturut-turut adalah sebesar 7,6 tex , 5,2 tex, (NaOH 5%), dan P3 (NaOH 10%) berturut-turut
dan 3,8 tex. adalah sebesar 75,22% , 75,29%, dan 73,76%.
Penentuan batas bawah dan atas respon Derajat kecerahan pada perlakuan P1 (tanpa
kehalusan (nomor benang) ditentukan NaOH) tidak memberikan perubahan yang
berdasarkan SNI 08-0033-2006 persyaratan signifikan pada perlakuan P2 (NaOH 5%) dan P3
mutu benang tunggal kapas untuk tenun yang (NaOH 10%), dimana peningkatan konsentrasi
berkisar antara 5,9-36,9 tex. Pada penelitian ini, NaOH memberikan pengaruh yang kecil
penomoran benang dinyatakan dalam ukuran terhadap nilai kecerahan serat.
tex. Penomoran ini digunakan karena ukuran tex Penentuan batas respon derajat kecerahan
berlaku untuk semua jenis benang. Semakin kecil ditentukan berdasarkan Standar Nasional
nomor benang dalam ukuran tex, maka Indonesia SNI 08-0280-2004 Kain mori
kehalusan benang yang diperoleh semakin tinggi. primissima yang berkisar minimum 80% setelah
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh nilai benang dilakukan pemutihan. Dari penelitian
kehalusan sesuai dengan standar yang yang dilakukan diperoleh nilai tingkat kecerahan
ditetapkan yaitu sebesar 7,6 tex dengan tertinggi sebesar 75,29% pada perlakuan P2
perlakuan P1 (perendaman tanpa NaOH). (NaOH 5%). Berdasarkan penelitian tersebut,
Sementara nilai kehalusan serat lidah mertua tingkat kecerahan yang diperoleh dari setiap
pada perlakuan P2 (NaOH 5%) dan P3 (NaOH perlakuan belum sesuai dengan standar yang
10%) tidak memenuhi syarat SNI. ditentukan. Oleh karena itu, diperlukan solusi

623
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th. 2017

dalam meningkatkan derajat kecerahan benang. perlu dilakukan proses pemutihan pada serat
Agar diperoleh nilai tingkat kecerahan yang lidah mertua.
sesuai dengan standar, maka tahap selanjutnya

Tingkat kecerahan (%) 100

50
75.22 75.29 73.76

0
0 5 10
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 3. Hubungan konsentrasi NaOH terhadap tingkat kecerahan

NaOH banyak digunakan pada pembuatan kekuatan tarik dan kehalusan serat namun
rayon, kertas, sabun, detergen, proses tidak berpengaruh (tidak berbeda nyata)
pengolahan tekstil, dan sebagainya. NaOH ini terhadap tingkat kecerahan serat.
merupakan zat kimia yang bersifat basa kuat. 2. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada
Dalam perdagangan lebih dikenal dengan nama perendaman tanpa NaOH yaitu sebesar 144
caustic soda yang berupa padatan (kripik/kristal) gr dan nilai kekuatan tarik terendah terdapat
berwarna putih. Selain dikenal dengan nama pada perlakuan perendaman NaOH kadar
caustic soda, NaOH dikenal juga sebagai soda 10% yaitu sebesar 100 gr.
api, natronloog, kostik putih, ataupun sodium 3. Nilai kehalusan tertinggi terdapat pada
hidrat. Dalam proses perendaman serat alam perlakuan perendaman NaOH kadar 10%
selulosa, NaOH ini berfungsi untuk melarutkan yaitu sebesar 3,8362 tex dan nilai kehalusan
lemak dan kotoran yang terdapat dalam serat terendah terdapat pada perendaman tanpa
sehingga serat menjadi bersih (Soeparman, NaOH sebesar 7,5542 tex.
1967). Pada penelitian ini NaOH 4. Nilai tingkat kecerahan tertinggi terjadi pada
digunakan untuk mengekstraksi serat lidah perlakuan perendaman NaOH kadar 5%
mertua agar mudah dalam proses pengambilan sebesar 75,29% dan nilai tingkat kecerahan
seratnya. Akan tetapi karena NaOH ini juga terendah terdapat pada perlakuan
bersifat korosif yang merusak bahan-bahan perendaman NaOH kadar 10% sebesar
seperti tekstil, kulit, ataupun kertas, maka dalam 73,76%.
pemakaiannya harus memperhitungkan 5. Dalam penelitian ini menggunakan NaOH
konsentrasinya. Dalam penelitian ini pada proses perendaman berfungsi untuk
menggunakan NaOH konsentrasi 5% dan 10% melarutkan lemak dan kotoran yang terdapat
dalam proses perendaman lidah mertua. Setelah dalam serat sehingga memudahkan dalam
dilakukan perendaman, terjadi perubahan pada proses pengambilan serat.
sifat fisik serat tersebut. Hal ini dapat terjadi
karena sifat NaOH yang dapat mengubah
struktur bahan terutama serat. Ini sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA
pernyataan Achmadi (1990) yang menyatakan
Achmadi, S. S., 1990. Kimia Kayu. Departemen
bahwa pemberian perlakuan alkali pada bahan
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
berligniselulosa mampu mengubah struktur kimia
Jenderal Tinggi. Pusat Antar ‐ Universitas
dan permukaan fisik serat.
Ilmu Hayat IPB, Bogor.

KESIMPULAN Baharsjah, S. 1993. Pidato pengarahan Menteri


Muda Pertanian pada Seminar Rami di
1. Serat daun lidah mertua dengan perendaman Malang. Pros. Seminar Rami. Balai
NaOH berpengaruh sangat nyata terhadap

624
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 3 Th. 2017

Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, SNI, 2006. Benang Ring Tunggal Kapas.
Malang. http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id
[Diakses pada 25 Februari 2016].
Diharjo K., Soekrisno, Triyono dan Abdullah G.,
2003. Rancang Bangun Dinding Kereta Api SNI 08-0033-2004. Kain Mori Primissima.
dengan Komposit Sandwich Serat gelas, http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id
Penelitian Hibah Bersaing X. DIKTI, [Diakses pada 20 Maret 2016].
Jakarta.
Soeparman, 1967. Teknologi Kimia Tekstil. ITT,
Hidayat, P., 2008. Teknologi Pemanfaatan Daun Bandung.
Nanas sebagai Alternatif Bahan Baku
Tekstil. http://jurnal.uii.ac.id [Diakses pada Tirtosuproho, S., B.W. Winarto dan M. Sahid.,
27 November 2015]. 2011. Peluang Pengembangan Rami untuk
Suplemen Kapas.
Lubis, A. H., 1994. Teknologi Persiapan http://balittas.litbang.deptan.go.id
Penyempurnaan. Diktat Perkuliahan. STTT [Diakses tanggal 15 November 2011].
Bandung, Bandung.
Widihastuti, 2005. Pengaruh Konsentrasi NaOH
Roetjito dan Djaloes, G.M., 1979. Pengujian pada Proses Pemasakan Serat Daun
Tekstil I. Depdikbud, Jakarta. Nanas Non Buah (Agave) terhadap Sifat-
sifat Fisis Serat. Prosiding Seminar
Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT
UNY, Yogyakarta.

625

S-ar putea să vă placă și