Sunteți pe pagina 1din 12

Efektivitas Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Asam Basa Arrhenius

Alfiatun Nikmah*, Ratu Betta Rudibyani, Tasviri Efkar


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
* email: alfiatun.nikmah910@gmail.com, Telp: +6281236748424

Received: Mey 15th, 2018 Accepted: Mey 24 th, 2018 Online Published: Mey 26 th, 2018

Abstract: The Effectiveness of Discovery Learning To Improve Critical Thinking Ability


And Concept Mastery to Arrhenius’ Acid Base. The purpose of this research was to describe
the effectiveness of discovery learning to improve critical thinking ability and concept
mastery to Arrhenius’ acid base. This research used quasi eksperiment method with pretest –
posttest non equivalent control group design. Populatian in this study was all students of
SMA N 13 Bandar Lampung. Sample was collected through cluster random sampling, it was
obtained XI IPA 1 as eksperiment and XI IPA 6 as control. Effectiveness was evidenced by n-
Gain value used t-test, supported by teacher's ability and effect size. The results showed that
critical thinking ability and concept mastery of students (n-Gain) had medium criteria,
teacher's ability had very high criteria and effect size had large criteria. Based on this result,
discovery learning is effective to improve critical thinking ability and concept mastery to
Arrhenius’ acid base.

Key words : discovery learning, critical thinking ability, concept mastery, Arrhenius’ acid
base

Abstrak: Efektivitas Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir


Kritis dan Penguasaan Konsep Asam Basa Arrhenius. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan efektivitas model discovery learning untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi asam basa Arrhenius. Penelitian ini
menggunakan metode quasi eksperiment dengan desain pretest – posttest non equivalent
control group. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 13 Bandar
Lampung. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, diperoleh kelas XI
IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 6 sebagai kelas kontrol. Keefektivan dibuktikan
melalui nilai n-Gain menggunakan uji t serta didukung oleh kemampuan guru dan uji ukuran
pengaruh. Hasil penelitian diperoleh bahwa keterampilan berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa (n-Gain) dengan kriteria sedang, kemampuan guru yang sangat tinggi, dan
ukuran pengaruh yang besar. Berdasarkan hasil tersebut, model discovery learning efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi
asam basa Arrhenius.

Kata kunci: discovery learning, kemampuan berpikir kritis, penguasaan konsep, asam basa
Arrhenius
2

PENDAHULUAN pada proses pembelajaran kimia di


kelas diperoleh informasi bahwa siswa
Sains atau yang dikenal dengan menunggu penjelasaan dari guru untuk
ilmu pengetahuan alam (IPA) memahami suatu materi, siswa hanya
merupakan suatu proses menemukan mengandalkan hafalan tanpa dituntut
pengetahuan berupa fakta-fakta, untuk menguasai konsep. Siswa hanya
konsep atau prinsip-prinsip dari mengikuti instruksi guru tanpa
berbagai fenomena alam yang terjadi diberikan banyak kesempatan untuk
melalui serangkaian kegiatan ilmiah mengembangkan keterampilan yang
yang dapat menumbuhkan sikap-sikap dimiliki siswa seperti keterampilan
ilmiah (Dafrita, 2017). Kompetensi dalam mengajukan pertanyaan,
yang ingin dicapai dalam pembelajaran mengemukakan gagasan / pendapat,
IPA yaitu siswa dituntut untuk aktif, mencari tahu sendiri informasi untuk
mampu menggunakan penalarannya menyelesaikan masalah, dan membuat
dalam memahami dan memecahkan kesimpulan. Dengan kata lain,
masalah yang dihadapi serta memiliki pembelajaran kurang mengoptimalkan
kemampuan berpikir, bekerja dan kemampuan berpikir siswa seperti
bersikap ilmiah (Tim Penyusun, 2013). berpikir kritis karena pengetahuan
Salah satu cabang dari ilmu IPA yang diperoleh siswa bukan berasal
yaitu ilmu kimia. Salah satu dari proses menemukan sendiri.
kompetensi yang ingin dicapai dalam Berdasarkan fakta tersebut, perlu
pembelajaran kimia di SMA adalah upaya guru untuk memperbaiki model
siswa memiliki kemampuan berpikir pembelajaran yang dapat memfasilitasi
ilmiah. Kemampuan berpikir ilmiah terjadinya komunikasi antara siswa
sangat diperlukan terkait dengan dengan siswa dan guru dengan siswa,
kebutuhan siswa untuk memecahkan sehingga saat pembelajaran siswa lebih
masalah yang dihadapainya dalam aktif, siswa mampu meningkatkan
kehidupan sehari-hari (Tim Penyusun, kemampuan berpikir kritis, dan nilai
2013). Agar kompetensi dalam siswa tinggi. Salah satu upaya untuk
pembelajaran kimia dapat tercapai menangani masalah tersebut yaitu
maka perlu adanya usaha untuk menggunakan model discovery
mengembangkan kemampuan berpikir. learning.
Kemampuan berpikir dapat diketahui Model discovery learning
dari penguasaan konsep siswa pada merupakan kegiatan pembelajaran
tingkatan analisis, sintesis, dan yang melibatkan secara maksimal
evaluasi (Kawuwung, 2011). seluruh kemampuan berpikir siswa
Berdasarkan uraian tersebut, untuk mencari dan menemukan
pembelajaran kimia bukan hanya informasi untuk memecahkan masalah
terfokus pada produk kimia saja yang dihadapinya secara kritis, logis,
melainkan perlu adanya kemampuan dan analitis sehingga mereka dapat
berpikir pada diri siswa sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya
menumbuhkan sikap ilmiah siswa (Purwanto, dkk., 2012). Pembelajaran
(Meidayanti, dkk., 2016). menggunakan model discovery
Hasil observasi yang dilakukan learning dapat meningkatkan
di SMA Negeri 13 Bandar Lampung keberhasilan belajar siswa dan siswa
3

terlibat langsung dalam proses berpikir kritis siswa maka semakin


pembelajaran (Balim, 2009). Guru tinggi pula penguasaan konsep yang
hanya bertindak sebagai pembimbing dimiliki siswa (Prasetyowati, dkk.,
dan fasilitator yang mengarahkan 2016).
siswa untuk menemukan konsep Penguasaan konsep yang
(Diantini, dkk., 2015). Selain itu, dimiliki siswa dapat digunakan untuk
belajar penemuan adalah belajar menyelesaikan suatu permasalahan
bagaimana menganalisis dan yang ada kaitannya dengan konsep
menginterpretasikan informasi untuk yang dimiliki untuk menguasai konsep
memahami apa yang sedang dipelajari baru. Dengan kata lain, penguasaan
bukan hanya memberikan jawaban konsep siswa tidak terbatas hanya
yang benar dari menghafal. mengenal, tetapi siswa harus dapat
Pembelajaran penemuan mendorong menghubungkan antara satu konsep
siswa untuk tingkat yang lebih dalam dengan konsep lainnya (Djamarah dan
pemahaman. Zain, 2006). Peningkatan aktivitas
Model discovery learning dapat belajar siswa mengakibatkan siswa
meningkatkan kemampuan berpikir lebih menguasai konsep, karena
kritis siswa karena siswa dilatih untuk konsep tersebut diperoleh dari
mencetuskan banyak pertanyaan, keterampilan berpikir saat proses
menanggapi, mengumpulkan data, pembelajaran yang dilakukan.
menganalisis data, dan menyimpulkan Mengajarkan atau melatihkan
(Pratiwi, dkk., 2014). Kemampuan kemampuan berpikir dengan cara
berpikir kritis merupakan kemampuan menganalisis kemudian dipadukan ke
untuk berpikir secara rasional dan dalam materi pembelajaran kimia
reflektif berdasarkan apa yang dapat membantu para siswa untuk
diyakini. Rasional dalam menjadi pemikir yang kritis secara
mengumpulkan, menafsirkan dan efektif yang pada akhirnya bermuara
mengevaluasi informasi untuk pada ketuntasan penguasaan konsep
memperoleh keputusan. Reflektif di siswa (Rahmawati, dkk, 2012). Oleh
sini berarti untuk secara aktif karena itu, pembelajaran kimia harus
mempertimbangkan semua alternatif memperhatikan penguasaan konsep
sebelum membuat keputusan (Puspita dan kemampuan berpikir kritis yang
dan Suwarma, 2017). dipilih sebagai variabel yang diteliti.
Seorang siswa tidak akan dapat Salah satu materi kimia di
mengembangkan berpikir kritis dengan kelas XI IPA yaitu asam basa,
baik, tanpa ditantang untuk berlatih khususnya asam basa Arrhenius
menggunakannya dalam konteks kemampuan berpikir kritis siswa dapat
berbagai bidang studi yang dilatih melalui tahapan discovery
dipelajarinya. Berpikir kritis dalam learning, sebab siswa melakukan
ilmu kimia tidak dapat dilakukan banyak aktivitas berpikir seperti
dengan cara mengingat dan menghafal membuat dugaan, mengumpulkan
konsep, tetapi mengintegrasikan dan data, menganalisis, dan menarik
mengaplikasikan konsep-konsep yang kesimpulan (Pratiwi, dkk., 2014).
telah dimiliki (Meidayanti, dkk., Penelitian yang dilakukan oleh
2016). Semakin tinggi keterampilan Putri, dkk. (2014) menyimpulkan
4

bahwa model discovery learning eksperimen dan XI IPA 6 dengan


efektif dalam meningkatkan ke- jumlah 31 siswa sebagai kelas kontrol.
mampuan berpikir fleksibel pada Instrumen penelitian yang
materi asam-basa. Putri, dkk. (2017) digunakan yaitu soal pretes-postes
menyimpulkan bahwa model discovery kemampuan berpikir kritis dan
learning memiliki kepraktisan, penguasaan konsep materi asam basa
keefektifan dan ukuran pengaruh yang Arrhenius yang terdiri atas sepuluh
besar untuk meningkatkan efikasi diri butir soal pilihan ganda dan lima butir
dan penguasaan konsep siswa. Selain soal uraian, dan lembar observasi
itu, Pratiwi, dkk. (2014) kemampuan guru dalam mengelola
menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model discovery learning berhasil model discovery learning.
meningkatkan kemampuan berpikir Validitas dan reliabilitas
kritis siswa pada materi elektrolit dan instrumen dianalisis dengan ITEMAN
non elektrolit. versi 4.3 untuk soal pilihan ganda dan
Berdasarkan uraian di atas, SPSS versi 17,0 for Windows untuk
maka dilakukan penelitian ini, dengan soal uraian.
rumusan masalah “bagaimana Pada soal pilihan ganda, validitas
efektivitas model discovery learning soal ditentukan dari nilai Total Rpbis
untuk meningkatkan kemampuan (korelasi point biserial). Secara umum,
berpikir kritis dan penguasaan konsep jika koefisien korelasi sudah lebih
siswa pada materi asam basa besar dari 0,3 maka butir instrumen
Arrhenius” dengan tujuan yaitu tersebut dikategorikan “valid”
mendeskripsikan efektivitas model (Arikunto, 2010). Reliabilitas soal
discovery learning untuk ditentukan dari nilai Alpha. Kriteria
meningkatkan kemampuan berpikir derajat reliabilitas ditunjukkan pada
kritis dan penguasaan konsep siswa Tabel 1.
pada materi asam basa Arrhenius”.
Tabel 1. Kriteria derajat reliabilitas
METODE Nilai Alpha Interpretasi
0,81 - 1,00 Sangat Tinggi
Metode yang digunakan adalah 0,61 - 0,80 Tinggi
Quasi Eksperiment dengan desain 0,41 - 0,60 Cukup
pretest – posttest non equivalent 0,21 - 0,40 Rendah
control group (Fraenkel, 2012). 0,00 - 0,20 Sangat rendah
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13 Pada soal uraian, validitas soal
Bandar Lampung tahun pelajaran ditentukan dari perbandingan nilai rtabel
2017/2018 yang berjumlah 180 siswa dan nilai rhitung dengan kriteria soal
dan tersebar dalam enam kelas. dikatakan valid apabila rhitung ≥ rtabel
Pengambilan sampel menggunakan dengan taraf signifikan 5%.
teknik cluster random sampling, Reliabilitas ditentukan dari nilai
sehingga diperoleh kelas XI IPA 1 Cronbach’s Alpha. Kriteria derajat
dengan jumlah 29 siswa sebagai kelas reliabilitas (r11) menurut Guilford
5

(dalam Fidiana, 2017) ditunjukkan diketahui %Ji = Persentase dari skor


pada Tabel 2. ideal pada pertemuan ke-i, ∑Ji =
Jumlah skor setiap aspek pengamatan,
Tabel 2. Kriteria derajat reliabilitas dan N = Skor maksimal, lalu
Derajat reliabilitas Kriteria menafsirkan data dengan tafsiran
(r11) harga persentase yang dikemukakan
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi Ratumanan (dalam Sunyono, 2013)
0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi sebagaimana Tabel 4.
0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang
0,20< r11 ≤ 0,40 Rendah Tabel 4. Kriteria kemampuan guru
0,00 < r11 ≤ 0,20 Tidak reliabel Persentase Kriteria
80,1% - 100,0% Sangat tinggi
Keefektivan model discovery 60,1% - 80,0% Tinggi
learning ditentukan dari ketercapaian 40,1% - 60,0% Sedang
siswa dalam meningkatkan 20,1% - 40,0% Rendah
kemampuan berpikir kritis dan 0,0% - 20,0% Sangat rendah
penguasaan konsepnya yang diukur
melalui nilai n-Gain (selisih antara Ukuran pengaruh (effect size)
nilai postes dan pretes) dengan rumus model discovery learning terhadap
sebagai berikut : peningkatan kemampuan berpikir
kritis dan penguasaan konsep siswa
% postes - % pretes ditentukan berdasarkan nilai uji
𝑛 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =
100 - % pretes perbedaan dua rata-rata (uji t).
Sebelum uji t dilakukan, terlebih
menggunakan kriteria menurut Hake dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
(dalam Fidiana, 2017) ditunjukkan homogenitas terhadap nilai n-Gain
pada Tabel 3. menggunakan SPSS versi 17,0 for
windows dengan taraf signifikan 5%.
Tabel 3. Kriteria skor n-gain Hipotesis untuk uji normalitas
Skor n-Gain Kriteria yaitu terima Ho jika sampel berasal
n-Gain > 0,7 Tinggi dari populasi yang berdistribusi
0,3 <n-Gain ≤ 0,7 Sedang normal sedangkan uji homogenitas
n-Gain ≤ 0,3 Rendah terima Ho jika sampel memiliki
varians yang homogen. Kriteria
Keefektivan model discovery pengujian adalah sig. Shapiro-Wilk >
learning ditentukan juga dari 0,05 dan tolak Ho jika sebaliknya
kemampuan guru dalam mengelola (Sudjana, 2005).
pembelajaran discovery learning, Jika sampel berdistribusi normal
diukur dengan menggunakan lembar dan homogen, maka selanjutnya uji
observer yang diisi oleh dua orang statistik parametrik yang digunakan
observer selama pembelajaran yaitu uji t dengan kriteria terima Ho
berlangsung dengan rumus: jika nilai signifikan atau sig.2-
tailed>0,05 yang berarti terdapat
∑𝐽𝑖 perbedaan n-Gain yang signifikan
% Ji = ( ) × 100% (Sudjana, 2005)
𝑁
6

antara kedua kelas dan tolak Ho jika Berdasarkan tabel 5, sepuluh


sebaliknya. Berdasarkan nilai thitung butir soal pilihan ganda dinyatakan
yang diperoleh pada uji t, selanjutnya valid dan reliabel.
dilakukan perhitungan untuk Hasil uji validitas butir soal
menentukan ukuran pengaruh dengan uraian disajikan pada Tabel 6.
rumus menurut Jahjouh (dalam
Fidiana, 2017): Tabel 6. Hasil uji validitas soal uraian
No. Corrected Dk rtabel Kategori
t2
μ2 =t2 +df Soal Item-Total Validitas
Correlation
1 0,619 19 0,43 Tinggi
menggunakan kriteria menurut Dincer
2 0,734 19 0,43 Tinggi
(dalam Fidiana, 2017) ditunjukkan 3 0,619 19 0,43 Tinggi
pada Tabel 4. 4 0,660 19 0,43 Tinggi
5 0,734 19 0,43 Tinggi
Tabel 4. Kriteria effect size
Effect size (µ) Kriteria Berdasarkan tabel 6, kelima butir
µ ≤ 0,15 Sangat kecil soal uraian dinyatakan valid. Hasil uji
0,15 < µ ≤ 0,40 Kecil reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s
0,40 < µ ≤ 0,75 Sedang Alpha yaitu 0,791 berarti soal memiliki
0,75 < µ ≤ 1,10 Besar kriteria derajat reliabilitas yang tinggi.
µ > 1,10 Sangat besar Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa seluruh soal
pretes-postes dinyatakan valid dan
HASIL DAN PEMBAHASAN reliabel sehingga layak untuk dipakai
sebagai instrumen penelitian.
Validitas dan Reliabilitas Soal
Pretes-Postes Keefektivan Discovery Learning
Hasil uji validitas dan reliabilitas Hasil keefektivan pembelajaran
sepuluh butir soal pilihan ganda menggunakan model discovery
disajikan pada Tabel 5. learning ditunjukkan dari pencapaian
kemampuan guru dalam mengelola
Tabel 5. Hasil uji validitas-reliabilitas pembelajaran discovery learning dan
soal pilihan ganda peningkatan kemampuan berpikir
No. Total Kriteria Alpha Kriteria kritis dan penguasaan konsep siswa
Soal Rpbis Kevalidan Reliabel
yang ditunjukkan dari nilai rata-rata n-
1 0,048 Baik 0,554 Cukup
2 0,426 Baik 0,565 Cukup Gain.
3 0,420 Baik 0,562 Cukup
4 0,501 Baik 0,555 Cukup Kemampuan Guru
5 0,300 Baik 0,588 Cukup Hasil kemampuan guru dalam
6 0,447 Baik 0,555 Cukup mengelola pembelajaran ditunjukkan
7 0,510 Baik 0,543 Cukup
8 0,448 Baik 0,544 Cukup pada Tabel 7. Rata-rata kemampuan
9 0,438 Baik 0,577 Cukup guru dalam mengelola pembelajaran
10 0,353 Baik 0,574 Cukup memiliki kriteria “sangat tinggi” .
7

Tabel 7. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran


Aspek Pengamatan Persentase Kemampuan Guru (%) Rata-Rata
Pertemuan (%)
I II III IV
Pendahuluan 75,00 78,00 88,00 88,00 82,25
1. Stimulation 81,00 75,00 88,00 81,00 81,25
2. Problem Statement 81,00 81,00 88,00 81,00 82,75
3. Data Collecting 81,00 81,00 81,00 88,00 82,75
4. Data Processing 79,00 83,00 88,00 83,00 83,25
5. Verification 75,00 75,00 94,00 81,00 81,25
6. Generating 81,00 81,00 81,00 88,00 82,75
Penutup 75,00 81,00 88,00 94,00 84,50
Penilaian Terhadap Guru 78,00 80,00 88,00 93,00 84,75
Rata-Rata 77,78 80,11 87,11 86,33 82,83
Kriteria Tinggi Sangat Sangat Sangat Sangat
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Hasil dari kemampuan guru siswa lebih kondusif. Rata-rata


dalam mengelola pembelajaran ini kemampuan guru pada pertemuan
dikarenakan guru sudah melaksanakan keempat mengalami penurunan hal ini
langkah-langkah pembelajaran yang karena pada tahap pemberian
sesuai dengan pembelajaran discovery ransangan, mengindentifikasi masalah,
learning. Hal ini sesuai dengan pengumpulan data dan pembuktian
penelitian yang dilakukan oleh Sardiyo tidak berjalan dengan maksimal karena
(2015) yang menyatakan bahwa kurangnya kemampuan yang dimiliki
kemampuan guru sudah mengalami guru dalam mengkondisikan siswa
peningkatan karena telah menerapkan agar tetap fokus diawal dan diahir jam
langkah-langkah berdasarkan skenario pelajaran atau jam terakhir (jam
pembelajaran yang telah disusun pulang) sehingga berdampak pada
berdasarkan pembelajaran discovery pengelolaan waktu yang kurang.
learning sehingga kemampuan guru Model pembelajaran discovery
pada saat di kelas lebih baik. learning berorientasi pada keterlibatan
Persentase rata-rata pada siswa secara maksimal dalam kegiatan
pertemuan pertama memiliki rata-rata belajar, namun guru tetap memegang
terendah, hal ini dikarenakan peranan penting sebagai fasilitator agar
kurangnya kemampuan guru dalam siswa dapat mengaplikasikan
mengkondisikan siswa saat pengalaman belajarnya untuk
pembelajaran berlangsung. Siswa menyelesaikan masalah yang
belum terbiasa belajar dengan model dihadapinya (Sanjaya, 2009).
discovery learning. Pada pertemuan
kedua dan ketiga mengalami Kemampuan Berpikir Kritis dan
peningkatan. Hal ini dikarenakan Penguasaan Konsep
pembelajaran yang berlangsung tidak Peningkatan kemampuan
membosankan sehingga siswa tertarik berpikir kritis dan penguasaan konsep
dengan materi yang dipelajari dan siswa pada materi asam basa
8

Arrhenius dapat dilihat dari nilai yang proses pembelajarannya


pretes, postes dan n-Gain. Hasil rata- menggunakan model pembelajaran
rata pretes-postes kemampuan berpikir konvensional (ceramah).
kritis dan penguasaan konsep siswa Hasil rata-rata nilai n-Gain
dari kelas eksperimen yaitu XI IPA 1 kemampuan berpikir kritis dan
dan kelas kontrol yaitu XI IPA 6 penguasaan konsep siswa kelas XI IPA
ditunjukkan pada Gambar 1. 1 dan kelas XI IPA 6 ditunjukkan pada
Gambar 2.
Nilai Rata-Rata Pretes
Postes

Nilai n-Gain
XI IPA XI IPA
6 1
Pretes 26.89 26.56 XI IPA XI IPA
Postes 35.86 69.57 6 1
n-Gain 0.12 0.58
Gambar 1. Rata-rata nilai pretes-
postes kemampuan Gambar 2. Rata-rata nilai n-Gain
berpikir kritis dan kemampuan berpikir kritis
penguasaan konsep dan penguasaan konsep
siswa.
Berdasarkan Gambar 1, dapat
dilihat bahwa sebelum pembelajaran Berdasarkan Gambar 2, dapat
dilakukan terlebih dahulu siswa dilihat bahwa rata-rata nilai n-Gain
diberikan pretes. Diperoleh hasil kelas XI IPA 1 lebih tingi dari pada
bahwa rata-rata nilai pretes antara kelas XI IPA 6. Kelas XI IPA 1
kelas XII IPA 1 dan kelas XI IPA 6 memiliki kriteria “sedang” sedangkan
seimbang/tidak jauh berbeda. Setelah kelas XI IPA 6 memiliki kriteria
pembelajaran dilakukan kemudian “rendah”, yang menunjukkan bahwa
diberikan postes untuk kedua kelas pembelajaran discovery learning dapat
tersebut. Diperoleh hasil bahwa terjadi meningkatkan kemampuan berpikir
peningkatan nilai untuk kedua kelas kritis dan penguasaan konsep pada
yang ditunjukkan melalui rata-rata materi asam basa Arrhenius.
nilai postes. Rata-rata nilai postes Peningkatan tersebut disebabkan
siswa kelas XI IPA 1 setelah karena pada pembelajaran discovery
diterapkan pembelajaran menggunakan learning, guru berperan sebagai
model discovery learning, kemampuan pembimbing dengan memberikan
berpikir kritis dan penguasaan konsep kesempatan kepada siswa untuk
siswa pada materi asam basa belajar secara aktif dan pengetahuan
Arrhenius meningkat lebih besar jika yang diperoleh berasal dari proses
dibandingkan dengan kelas XI IPA 6 menemukan sendiri. Hal ini sesuai
9

dengan penelitian yang dilakukan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata


Pratiwi, dkk. (2014) yang menyatakan Hasil uji perbedaan dua rata-rata
bahwa pembelajaran discovery terhadap nilai n-Gain pada kedua kelas
learning melatih siswa untuk berpikir dengan menggunakan uji Independent
kritis melalui tahapannya. Samples T-Test (uji t) ditunjukkan
pada Tabel 10.
Uji Normalitas
Hasil uji normalitas terhadap Tabel 10. Hasil uji t rata-rata n-Gain
nilai n-Gain kedua kelas disajikan Kelas N Nilai Kriteria
pada Tabel 8. sig.2-tailed Uji
XI IPA 1 31 0,000 sig.<0,05
Tabel 8. Hasil uji normalitas n-Gain XI IPA 6 29
Kelas N Nilai Kriteria
sig. Uji
Berdasarkan Tabel 12, dapat
XI IPA 1 31 0,181 sig.>0,05
XI IPA 6 29 0,072 sig.>0,05
dilihat bahwa nilai sig 2-tailed hasil
perhitungan lebih kecil dari nilai sig 2-
Berdasarkan Tabel 8, dapat tailed kriteria uji sehingga yaitu uji
dilihat bahwa nilai n-Gain untuk kelas terima Ho dan tolak H1. Hal ini
memiliki nilai sig. dari Shapiro-Wilk > menunjukkan bahwa ada perbedaan
0,05 sehingga keputusan uji yaitu signifikan rata-rata nilai n-Gain untuk
terima Ho dan tolak H1. Hal ini kedua kelas.
menunjukkan bahwa sampel penelitian Adanya perbedaan signifikan
berasal dari populasi yang berdistribusi rata-rata n-Gain antara kelas XI IPA 1
normal. dan kelas XI IPA 6 menunjukkan
bahwa pembelajaran menggunakan
model discovery learning yang
Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil analisis uji diterapkan di kelas XI IPA 1
homogenitas terhadap nilai n-Gain menyebabkan meningkatnya
kedua kelas disajikan pada Tabel 9. kemampuan berpikir kritis dan
penguasaan konsep yang dimiliki
Tabel 9. Hasil uji homogenitas n-Gain siswa secara signifikan/lebih baik.
Kelas N Nilai Kriteria Kemampuan berpikir kritis yang
sig. Uji meningkat menunjukkan bahwa siswa
XI IPA 1 31 0,062 sig.>0,05 telah menguasai konsep. Hal ini
XI IPA 6 29 sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati, dkk.
Berdasarkan Tabel 9, dapat (2012) yang menyatakan bahwa
dilihat bahwa nilai n-Gain untuk kedua melatihkan kemampuan berpikir
kelas memiliki nilai sig. dari Shapiro- dengan cara menganalisis maka dapat
Wilk > 0,05 sehingga keputusan uji membantu para siswa untuk menjadi
yaitu terima Ho dan tolak H1. Hal ini pemikir yang kritis secara efektif, yang
menunjukkan bahwa sampel penelitian akhirnya bermuara pada ketuntasan
memiliki varians yang homogen. penguasaan konsep siswa.
10

Ukuran Pengaruh (Effect Size)


Tabel 11. Hasil uji ukuran pengaruh
Kelas N Rata-Rata Rata-Rata sig. Df t hitung Nilai Kriteria
Penelitian Pretes Postes n-Gain 2-tailed effect size
XI IPA 6 29 26,89 35,86 0,58 0,000 58 -40,396 0,983 Besar
XI IPA 1 31 26,56 69,57 0,12 0,000 56 -8,394 0,746 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan penelitian yang dilakukan


uji ukuran pengaruh (effect size), Prasetyowati, dkk. (2016), aktivitas
diperoleh nilai effect size yang siswa dalam merumuskan masalah,
disajikan pada Tabel 11. menyusun hipotesis, melakukan
Berdasarkan hasil perhitungan, percobaan, menganalisis data, dan
nilai ukuran pengaruh (effect size), menyimpulkan mampu melatihkan
kelas XI IPA 1 memiliki kriteria keterampilan berpikir kritis siswa.
“besar” dan kelas XI IPA 6 memiliki Semakin tinggi keterampilan berpikir
kriteria “sedang”. Hal ini kritis maka semakin tinggi penguasaan
menunjukkan bahwa peningkatan yang konsepnya. Hal ini sesuai dengan
signifikan nilai postes kemampuan pemikiran Johnson and Siegel (dalam
berpikir kritis dan penguasaan konsep Prasetyowati, dkk., 2016) bahwa
siswa dipengaruhi oleh penerapan keterampilan berpikir dapat membantu
model discovery learning. Hal ini para siswa untuk mengkonstruksi
sejalan dengan hasil penelitian yang pengetahuannya dalam penguasaan
dilakukan oleh Pratiwi, dkk. (2014) konsep yang utuh. Oleh karena itu,
bahwa pembelajaran menggunakan pembelajaran menggunakan model
model discovery learning memberikan discovery learning dirasa tepat dalam
pengaruh terhadap peningkatan meningkatkan kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kritis siswa. kritis dan penguasaan konsep siswa.
Demikian pula, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anisa, dkk. (2017)
menyimpulkan bahwa pembelajaran SIMPULAN
discovery learning memiliki pengaruh
terhadap peningkatan penguasaan Berdasarkan uraian diatas, dapat
konsep siswa. disimpulkan bahwa model discovery
Model discovery learning learning efektif, didukung dengan nilai
memberikan kesempatan siswa untuk ukuran pengaruh yang besar dalam
melakukan aktivitas berpikir seperti meningkatkan kemampuan berpikir
bertanya, bertukar pendapat dalam kritis dan penguasaan konsep siswa
diskusi, mencoba sendiri, sehingga pada materi asam basa Arrhenius. Hal
siswa dapat belajar sendiri dalam ini ditunjukkan melalui hasil rata-rata
menemukan pengetahuan. Guru n-Gain dengan kriteria “sedang”, rata-
bertindak sebagai instruktur yang rata kemampuan guru mengelola
memberikan suatu pernyataan atau pembelajaran discovery learning
permasalahan kemudian mengarahkan dengan kriteria “sangat tinggi” dan
siswa sehingga konsep yang diperoleh didukung dengan nilai effect size yang
siswa akan lebih tahan lama. Hasil memiiliki kriteria “besar”.
11

Universitas Lampung.
DAFTAR RUJUKAN Fraenkel, J. R., N. E. Wallen., dan H.
H. Hyun. 2012. How to Design
Anisa, E. N., Rudibyani, R. B., dan and Evaluate Research in
Sofya, E. 2017. Pembelajaran Education (Eigth Edition). New
Discovery Learning untuk York: McGrow-Hill.
Meningkatkan Motivasi Belajar Kawuwung, F. 2011. Profil Guru,
dan Penguasaan Konsep Siswa. Pemahaman Kooperatif NHT,
Jurnal Pendidikan dan Dan Kemaempuan Berpikir
Pembelajaran Kimia, 6(2): 283- Tingkat Tinggi di SMP
295. Kabupaten Minahasa Utara.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Jurnal El-Hayah, 1(4): 78-82.
Evaluasi Pendidikan. PT. Meidayanti, R., Sunyono, dan Tania,
Jakarta: Bumi Aksara. L. 2016. Pembelajaran
Balim, A. G. 2009. The Effects of SiMaYang Tipe II untuk
Discovery Learning on Students’ Meningkatkan Self Efikasi dan
Success and Inquiry Learning Keterampilan Berpikir Kritis
Skills. Eurasian Journal of pada Materi Larutan Elektrolit
Educational Research, 35: 1-20. dan Non Elektrolit. Jurnal
Diantini, Fadiawati, N., dan Pendidikan dan Pembelajaran
Rudibyani, R. B. 2015. Kimia, 5 (1): 392-393.
Efektivitas Model Discovery Prasetyowati, E. N., dan Suyatno.
Learning dalam Meningkatkan 2016. Peningkatan Penguasaan
Kemampuan Generating Materi Konsep dan Keterampilan
Larutan Elektrolit dan Non Berpikir Kritis Siswa Melalui
Elektrolit. Jurnal Pendidikan Implementasi Model
dan Pembelajaran Kimia, 4 (2): Pembelajaran Inkuiri Pada
392-393. Materi Larutan Penyangga.
Djamarah, S.B., dan A. Zain. 2006. Jurnal Kimia dan Pendidikan
Strategi Belajar Mengajar. Kimia (JKPK), 1(1): 67-74.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pratiwi, F. A., Hairida, dan
Dafrita, I. E. 2017. Pengaruh Rasmawan, R. 2014. Pengaruh
Discovery Learning Terhadap Penggunaan Model Discovery
Kemampuan Berpikir Kritis dan Learning dengan Pendekatan
Analitis dalam Menemukan Saintifik Terhadap Keterampilan
Konsep Keanekaragaman Berpikir Kritis Siswa SMA.
Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Jurnal. 1-16.
Informatikadan Sains,6(1):32-46. Purwanto, C. E., Nughoro, S. E., dan
Fidiana, E., Rudibyani., dan Tania, L. Wiyanto. 2012. Penerapan
2017. Penerapan Model Model Pembelajaran Guided
Discovery Learning untuk Discovery Pada Materi
Meningkatkan Keterampilan Pemantulan Cahaya untuk
Berpikir Luwes Siswa pada Meningkatkan Berpikir Kritis.
Materi Larutan Penyangga. Unnes Physics Education
Skripsi. Bandar Lampung: FKIP Journal, 1(1): 26-32.
12

Puspita, I. K., and Suwarma, I. R. Surabaya, 1(20): 68-73.


2017. Analysis of Critical Sanjaya, W. 2009. Strategi
Thinking Skills on The Topic of Pembelajaran Berorientasi
Static Fluid. International Standar Proses Pendidikan.
Conference on Mathematics and dalam Implementasi Kurikulum
Science Education (ICMScE), Berbasis Kompetensi. Kencana.
895: 1-4. Jakarta.
Putri, D. R., Rudibyani, R. B., dan Sardiyo. 2015. Peningkatan
Sofya, E. 2017. Pembelajaran Kemampuan Guru dalam
Discovery Learning untuk Pengelolaan Pembelajaran yang
Meningkatkan Efikasi Diri dan Melalui Kegiatan Supervisi
Penguasaan Konsep Siswa. Akademik. Jurnal Teknodika.
Jurnal Pendidikan dan Jurnapolo. Karanganyar, 13 (1)
Pembelajaran Kimia, 6(2): 296- : 20-34.
307. Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Putri, T.P., Fadiawati, N., dan Bandung: Tarsito.
Rudibyani, R. B. 2014. Model Sunyono. 2013. Buku Model
Discovery Learning Dalam Pembelajaran Berbasis Multipel
Meningkatkan Keterampilan Representasi (Model SiMaYang).
Berpikir Fleksibel pada Materi Bandar Lampung: Aura Printing
Asam-Basa. Jurnal. 1-15. & Publishing.
Rahmawati., Widodo, W., dan Tim Penyusun. 2013. Peraturan
Prabowo. 2012. Pengembangan Menteri Pendidikan dan
Perangkat Pembelajaran Dengan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
Metode Pembelajaran Penemuan 2013 Tentang Standar Proses
Terbimbing (Guided Discovery Pendidikan Dasar dan
Learning) Untuk Melatih Menengah. Jakarta:
Keterampilan Berpikir Kritis dan Kemendikbud.
Penguasaan Konsep Pada Siswa Uno, H. B. 2009. Model
SMP. Jurnal Pendidikan Sains Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Pascasarjana Universitas Negeri Aksara.

S-ar putea să vă placă și