Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PPKn
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila http://journal.unismuh.ac.id/index.php/jed
Abstract. Pancasila education and citizenship is a planned business and is a continuous process. The large number
of shifts in the lives of Indonesian students is currently a very important problem for education in Indonesia. This
study aims to: (1) analyze the implementation of PPKn learning in student character formation, and (2) find out the
challenges faced by PPKn teachers in forming the character of students of Makassar 1 Muhammadiyah Middle
School. This research is a descriptive qualitative study. Data source samples were taken using Purposive sampling
technique. Research variables include the implementation of PPKn learning and student character. Data collection
techniques using interviews, documentation, and observation. The results of the study indicate that First, the
implementation of PPKn learning carried out by the teacher in the class has included character values; Second, the
factors that inhibit character formation are students 'lack of understanding of character, lack of PPKn lesson hours,
and students' self awareness; Third, how to minimize obstacles, namely to provide understanding and examples to
students about character values, increase PPKn lesson hours in schools, and foster awareness in students about the
importance of character.
Keywords : Learning Implementation, PPKn, Student Character.
Abstrak. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah usaha terencana dan merupaka proses yang
berkesinambungan. Banyaknya pergeseran kehidupan pelajar Indonesia saat ini menjadi sebuah masalah yang
sangat penting bagi pendidikan di indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pelaksanaan
pembelajaran PPKn dalam pembentukan karakter siswa, dan (2) mengetahui tantangan yang dihadapi guru PPKn
dalam pembentukan karakter siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif. Sampel sumber data diambil menggunakan teknik Purposive sampling. Variabel penelitian meliputi
pelaksanaan pembelajaran PPKn dan karakter siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,
dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, pelaksanaan pembelajaran PPKn yang
dilaksanakan oleh guru di kelas sudah memasukkan nilai-nilai karakter; Kedua, faktor-faktor yang menghambat
pembentukan karakter adalah tidak pahamnya siswa tentang karakter, kurangnya jam pelajaran PPKn, serta
kesadaran diri siswa tersebut; Ketiga, cara meminimalisir kendala yaitu memberikan pemahaman serta contoh
kepada siswa tentang nilai-nilai karakter, menambah jam pelajaran PPKn di sekolah, serta menumbuhkan
kesadaran dalam diri siswa tentang pentingnya karakter.
Kata kunci: Pelaksanaan Pembelajaran, PPKn, Karakter Siswa.
dan pandangan hidup bangsa; Guru menyampaikan paga kegiatan inti, siswa diminta untuk berdiskusi
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang mengenai materi yang telah diterima.
akan dicapai; Guru membimbing peserta didik Saat melakukan pengamatan di kelas VII,
melalui tanya jawab tentang manfaat proses guru menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran; Guru menjelaskan materi dan pembelajaran, guru bertindak aktif (pembicara),
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta dan siswa bertindak pasif (pendengar), namun
didik. setelah pemberian materi selesai, siswa diminta
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat berperan aktif dengan cara berdiskusi mengenai
peneliti melakukan pengamatan di kelas IX dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru.
tujuan mengetahui pelaksanaan pembelajaran PKn Kegiatan inti dimulai dengan mengamati,
di kelas, kegiatan guru dalam mengawali menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
pembelajaran adalah pertama guru masuk ke kelas, dan mengumpulkan. Sedangkan dalam pengamatan
lalu mengucapkan salam, menanyakan siapa yang di kelas VIII, peneliti melihat bahwa semua langkah
piket kebersihan kelas karena kelas terlihat masih pembelajaran sesuai dengan yang tercantum,
kotor, kemudian guru memberitahukan tentang dimana kegiatan inti diawali dengan mengamati,
apa yang akan di pelajari hari ini, tujuan menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
pembelajaran yang akan dicapaitetapi masih dan mengomunikasikan.
terbatas tujuan pencapaian materi, belum pada Berdasarkan dokumentasi kelas IX, kegiatan
pencapaian karakter. inti diawali dengan pembentukan kelompok,
Berdasarkan dokumentasi kelas IX, kegiatan kemudian setiap kelompok diminta untuk melihat,
awal dalam memulai pembelajaran yaitu: Orientasi mengamati, membaca, mendengar, serta
(Melakukan pembukaan dengan salam pembuka menyimak materi yang ingin dipelajari; siswa
dan berdoa untuk memulai pembelajaran, diminta bertanya tentang materi yang belum
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap dipahami; siswa mengumpulkan materi dari
disiplin, Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik berbagai sumber yang ada (buku); siswa
dalam mengawali kegiatan pembelajaran), mendiskusikan materi yang dipelajari dengan
Apersepsi (Mengaitkan materi pembelajaran yang anggota kelompok masing-masing, siswa
akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok
dengan tema sebelumnya, Mengingatkan kembali yang lain harus membaerikan pertanyaan kepada
materi prasyarat dengan bertanya, Mengajukan kelompok yang naik (bertukar informasi); guru
pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan menambah keluasan dan kedalaman sampai
pelajaran yang akan dilakukan), Motivasi kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
(Memberikan gambaran tentang manfaat solusi dari berbagai sumber yang memiliki
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari, pendapat yang berbeda sampai kepada yang
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur,
pertemuan yang berlangsung, Mengajukan teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
pertanyaan), Pemberian Acuan (Memberitahukan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
materi pelajaran yang akan dibahas pada induktif serta deduktif dalam menyimpulkan; guru
pertemuan saat itu, Memberitahukan tentang menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
dan KKM pada pertemuan yang berlangsung, media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur,
Pembagian kelompok belajar, Menjelaskan teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai mengungkapkan pendapat dengan sopan; guru
dengan langkah-langkah pembelajaran). bertanya atas presentasi yang dilakukan dan
Berdasarkan dokumentasi kelas VII, guru peserta didik lain diberi kesempatan untuk
menyampaikan materi menggunakan metode menjawabnya; guru menyimpulkan tentang point-
ceramah, siswa sebagai penerima materi point penting yang muncul dalam kegiatan
diharapkan dapat mendengar materi dengan pembelajaran yang baru dilakukan; siswa
saksama karena metode ceramah sangat mengacu menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku
pada pendengaran, apabila siswa tidak pegangan peserta didik atau lembar kerja yang
memperhatikan penjelasan guru maka akan sulit telah disediakan; siswa bertanya tentang hal yang
untuk memahami isi materi tersebut. Di akhir sesi belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa; terakhir siswa
Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 40
Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 40
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 1 Januari 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763
menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
buku pegangan peserta didik atau pada lembar guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
kerja yang telah disediakan secara individu untuk pertemuan berikutnya.
mengecek penguasaan siswa terhadap materi Berbeda dengan hasil observasi yang
pelajaran. dilakukan di kelas VIII, kegiatan penutup yang
Kemudian pemaparan data yang diperoleh dilakukan adalah: guru memotivasi siswa,
dari observasi dan pengamatan kepada sumber memberikan kesimpulkan tentang materi, namun
penelitian di SMP Muhammadiyah 1 Makassar dalam pelaksanaannya sesi akhir penutup
tentang kegiatan strategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan membaca doa setelah belajar
dilakukan guru pada inti pembelajaran, dan ucapan salam.
menyatakan bahwa guru di SMP Muhammadiyah 1 Berdasarkan dokumentasi kelas IX, langkah
Makassar masih melaksanakan pembelajaran yang kegiatan penutup yang dilaksankan adalah:
sangat sederhana yaitu dengan ceramah bervariasi, peeserta didik (membuat resume dengan
penugasan, diskusi dan tanya jawab yang bersifat bimbingan guru tentang point-point penting yang
ekspositori sehingga belum menerapkan muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
pembelajaran aktif pada pembelajaran PPKn. dilakukan, mengagendakan pekerjaan rumah,
Padahal pembelajaran saat ini dituntut agar siswa mengagendakan materi yang harus dipelajari pada
berperan aktif. pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau
Berdasarkan dokumentasi RPP kelas VII, dirumah), guru (memeriksa pekerjaan siswa yang
kegiatan penutup yang dilakukan adalah guru selesai langsung diperiksa, peserta didik yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk selesai mengerjakan soal dengan benar diberi paraf
bertanya bila dirasa belum jelas, guru serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian
menyimpulkan hasil penjelasan dengan singkat, portofolio, memberikan penghargaan kepada
peserta didik mencatat simpulan akhir, serta kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
peserta didik mencatat tugas-tugas kegiatan yang yang baik).
diberikan guru. Sejalan dengan yang dilakukan sesuai di kelas
Sesuai dengan hasil observasi kegiatan IX yaitu: guru meminta peserta didik membuat
penutup di kelas VII, kegiatan penutup diawali ringkasan tentang materi yang telah dipelajari,
dengan guru bertanya kepada peserta didik, memberi pekerjaan rumah kepada siswa berupa
tentang materi yang telah dipelajari, serta bertanya soal (kerja dulu di sekolah, bila sudah selesai guru
apakah sudah paham atau belum; setelah itu guru langsung memeriksa, bila belum dibawa ke rumah),
menyimpulkan materi hari ini, selanjutnya guru guru memberi materi inti (materi selanjutnya),
memberikan motivasi kepada siswa, dan terakhir membaca doa sesudah pelajaran dan diiringi
membaca doa setelah belajar disertai ucapan ucapan salam.
salam. Dokumen perencanaan pembelajaran (RPP).
Guru membimbing peserta didik Data dokumentasi perencanaan
menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya pembelajaran yang diperoleh peneliti adalah
jawab klasikal dan mendorong siswa untuk selalu silabus dan RPP. Berdasarkan dokumentasi yang di
bersyukur atas karunia Tuhan, guru melakukan peroleh di SMP Muhammadiyah 1 Makassar, dalam
refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses silabus kelas VII tertulis beberapa nilai karakter
pembelajaran yang telah dilakukan, guru yang akan dikembangkan dalam pembelajaran
memberikan umpan balik atas proses pembelajaran PPKn. Nilai karakter tersebut antara lain; dapat
dan hasil telaah individu maupun kelompok, guru dipercaya, tekun, rasa hormat, perhatian, tanggung
melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji jawab, nilai karakter tekun, tanggung jawab,
Kompetensi atau soal yang disusun guru sesuai kepedulian lingkungan, disiplin, dan
tujuan pembelajaran, guru dapat meminta peserta kewarganegaraan. Kemudian dalam silabus kelas
didik untuk meningkatkan pemahamannya tentang VIII tertulis antara lain; berpikir strategis, kritis,
konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari dari bertanggung jawab, dapat dipercaya, berani,
buku-buku pelajaran yang relevan atau sumber ketulusan, integritas, peduli, kewarganegaraan, dan
informasi lainnya, guru merencanakan kegiatan nasionalisme. Sedangkan dalam RPP tertulis nilai
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, karakter yang akan dikembangkan dalam
program pengayaan, layanan konseling dan/atau pembelajaran anta lain; sera pada RPP kelas IX
memberikan tugas baik tugas individual maupun
Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 41
Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 41
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 1 Januari 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, Dilihat dari observasi langsung, media yang
gotong royong), santun, percaya diri. digunakan adalah papan tulis dan gambar-gambar
Media Pembelajaran yang berhubungan dengan materi.
Dalam penelitian yang dilakukan di SMP Evaluasi Pembentukan Karakter dalam
Muhammadiyah 1 Makassar, menurut Dra. Pelaksanaan Pembelajaran PPKn
Nuraidah dalam wawancara, media yang sering Dalam mengevaluasi pendidikan karakter
digunakan adalah lembar kerja siswa, lembar siswa kelas VII, menurut Dra. Nuraidah beliau
penilaian, LCD atau proyektor namun kadang menggunakan angket (instrumen penilaian sikap),
menyesuaikan materi yang diajarkan, serta setiap siswa akan dilihat bagaimana karakternya
mengaitkannya dengan materi pelajaran yang dalam belajar terutama PPKn, angket tersebut
sedang dipelajari. Untuk materi yang sedang digunakan untuk melihat sikap baik dan buruk
dipelajari ini guru menggunakan media gambar, siswa. Melihat dokumentasi kelas VII, tidak ada
dari koran, majalah atau gambar apa saja yang tercantum tentang penilaian sikap, yang ada hanya
berhubungan dengan materi. Dalam RPP, diketahui daftar penilaian kognitif dan psikomotorik, hal ini
bahwa media yang digunakan oleh guru dalam tentu berbeda dengan hasil wawancara yang
pelaksanaan pembelajaran adalah gambar-gambar. dilakukan. Sedangkan, saat peneliti melakukan
Kemudian dalam pengamatan saat beliau pengamatan langsung di kelas VII, penilaian sikap
mengajar di kelas diketahui bahwa media yang yang dilakukan guru yaitu dengan cara mengisi
digunakan oleh guru pada saat pelaksanaan daftar instrumen penilaian sikap, setiap siswa
pembelajaran berlangsung adalah white board, dan dinilai secara pribadi oleh guru, apabila siswa ribut
potongan-potongan gambar. Berdasarkan maka akan dicatat, begitu pula sebaliknya apabila
beberapa data yang didapat dari wawancara, ada siswa yang berbuat baik akan mendapat
dokumentasi, dan pengamatan diatas, dapat penilaian tersendiri dari guru.
diketahui bahwa guru memang menggunakan Dalam menilai pendidikan karakter siswa
media white board, dan gambar-gambar dan telah kelas VIII, menurut Drs. Muh. Anas beliau
melaksanakan pembelajaran menggunakan media melakukan evaluasi, namun cara yang digunakan
yang sesuai dengan RPP. Dalam akhir pembelajaran tidak beliau jelaskan secara detail. Berdasarkan
beliau juga membagikan lembar kerja siswa serta dokumentasi kelas VIII, penilaian karakter siswa
lembar penilaian untuk mengukur hasil belajar dinilai menggunakan instrumen penilaian sikap,
siswa. instrumen yang digunakan sangat detail dan jelas.
Berdasarkan data pengamatan di kelas VIII Saat peneliti melakukan observasi langsung guru
Abdi Awiruddin, S. Pd. Selaku guru PPKn hanya melakukan penilaian sikap dengan langkah sebagai
menggunakan papan tulis dan alat tulisnya. Dan berikut : setiap siswa dinilai sikap tanggung jawab,
berdasarkan data yang diperoleh melalui disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, dan
dokumentasi dan observasi/pengamatan kepada tanggung jawab dalam dirinya. Guru secara
sumber diatas diketahui bahwa beliau masih langsung menilai siswa dengan memberi skor pada
menggunakan media pembelajaran yang sangat setiap indikator sikap yang ingin dicapai.
sederhana yaitu papan tulis. Dalam wawancara Sehingga berdasarkan pemaparan data yang
beliau mengatakan bahwa media yang digunakan diperoleh dari wawancara, observasi dan
adalah gambar-gambar (rang demo), namun saat pengamatan kepada sumber penelitian di SMP
observasi kelas, peneliti tidak melihat adanya Muhammadiyah 1 Makassar tentang evaluasi yang
gambar, beliau hanya menggunakan papan tulis dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
sebagai media. pembelajaran PPKn, dapat diketahui bahwa guru di
Sesuai dokumentasi kelas VIII, media yang SMP Muhammadiyah 1 Makassar sudah melakukan
digunakan adalah power point (LCD), namun evaluasi yang berarti pada aspek nilai-nilai karakter
bertolak belakang dengan pelaksanaan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Meskipun
pembelajaran, karena beliau tidak menggunakan belum efektif, setidaknya sudah ada penilaian
LCD melainkan hanya papan tulis. Berdasarkan karakter yang terdapat dalam pelaksanaan
pengamatan di sekolah, sarana prasarana cukup pembelajaran PPKn.
lengkap, sekolah juga sudah mempunya proyektor Tantangan yang dihadapi guru PPKn dalam
(LCD) sendiri. pembentukan karakter siswa
Sesuai dokumentasi kelas IX, media Berdasarkan wawancara yang telah
pembelajaran yang dipakai tidak dicantumkan. dilakukan, menurut Dra. Nuraidah kesulitan dalam
Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 42
Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 42
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 1 Januari 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763
membentuk karakter siswa terjadi apabila ada pembelajaran. Namun guru-guru pun dalam
siswa yang belum tahu menulis dengan baik, siswa pembelajaran dan kesehariannya harus mengejar
tersebut sangat sulit dibentuk karena nilai dasar kurikulum dan berorientasi kepada tes ketimbang
dari karakter itu sendiri ia tak tahu, apalagi ingin pengembangan karakter siswa.
membentuk dan menanamkan karakter dalam Kurangnya jam pembelajaran PPKn
dirinya. Siswa yang demikian harus dibentuk secara Kurangnya jam pelajaran PPKn memberi
khusus, guru harus mempunyai perhatian yang dampak dalam penanaman karakter, setiap guru
terfokus pada dirinya. Jam pelajaran yang sedikit mata pelajaran memang mempunyai kewajiban
membuat pembentukan karakter melalui mengarahkan karakter siswa, namun apabila
pelaksanaan pembelajaran PPKn tidak terlaksana karakter siswa buruk, guru PPKn dan Agamalah
dengan baik, namun sejak berlakunya Kurikulum yang disalahkan, hal ini tentu sangat tidak adil.
K13, pelaksanaan pembelajaran PPKn dalam Salah satu solusi agar karakter siswa dapat
membentuk karakter sudah terlaksana dengan baik, diterapkan dengan baik yaitu dengan menambah
karena jam pelajaran yang dulunya hanya 2 jam jam pelajaran PPKn yang dirasa kurang.
pelajaran kini berubah menjadi 3 jam pelajaran. Rendahnya kesadaran diri siwa
Guru yang sibuk mungkin dapat mengganggu Banyak siswa yang tahu arti dari karakter,
pembentukan karakter, namun menurut beliau namun tidak bisa menanamkan nilai-nilai yang
secara pribadi, tidak ada hambatan dan masalah terkandung di dalamnya, hal ini disebabkan karena
yang berarti dalam pembentukan karakter siswa di banyak siswa yang kesadaran dirinya kurang. Solusi
SMP Muhammadiyah 1 Makassar karena beliau yang dapat diberikan yaitu dengan cara memotivasi
fokus mengajar di sekolah tersebut, tidak mengajar siswa agar terus melakukan hal yang terbaik dalam
di sekolah lain. belajar. Member arahan tentang pentingnya
Menurut Drs. Muh. Anas kesulitan dalam menanamkan karakter sejak dini.
pembentukan karakter berasal dari pribadi siswa, Pembahasan
terkadang ada siswa yang pribadinya sulit diatur, Pembahasan penelitian terfokus pada
sehingga penanaman karakter sulit dilakukan. Ada pelaksanaan pembelajaran PPKn dalam
beberapa penghambat dalam pembentukan membentuk karakter siswa, serta kendala yang
karakter, misalnya kurangnya jam belajar PPKn dihadapi dalam membentuk karakter siswa SMP
(bukan faktor utama), adapun faktor utama yaitu Muhammadiyah 1 Makassar.
kesadaran dalam diri siswa itu sendiri, bagi beliau Berdasarkan kajian secara filosofis,
sekeras apapun guru mencoba apabila kesadran sosiologis, yuridis, dan pedagogis, mata pelajaran
dalam diri siswa itu kurang maka hasilnyapun akan PPKn dalam Kurikulum 2013, secara utuh memiliki
kurang. Sedangkan, kesibukan guru tidak menjadi karakteristik sebagai berikut.
faktor dalam menghambat pembentukan karakter 1. Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan
siswa. Kewarganegaraan (PKn) telah diubah menjadi
Berdasarkan hasil wawancara, dapat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat (PPKn);
pembentukan karakter adalah tidak pahamnya 2. Mata pelajaran PPKn berfungsi sebagai mata
siswa tentang karakter, kurangnya jam pelajaran pelajaran yang memiliki misi pengokohan
PPKn (sebagai mata pelajaran pembentuk karakter), kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter;
serta kesadaran diri siswa tersebut. 3. Kompetensi Dasar (KD) PPKn dalam bingkai
Tidak pahamnya siswa tentang karakter kompetensi inti (KI) yang secara psikologis-
Kurangnya pemahaman siswa tentang pedagogis menjadi pengintegrasi kompetensi
karakter membuat penanaman karakter menjadi peserta didik secara utuh dan koheren dengan
sulit, meskipun demikian cara terbaik agar siswa penanaman, pengembangan, dan/atau
tahu tentang karakter yaitu dengan menjadikan penguatan nilai dan moral Pancasila; nilai dan
guru sebagai panutan. Guru yang menjadi panutan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun
harus guru yang benar-benar memiliki etika yang 1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika;
baik. Guru-guru yang memenuhi syaratlah yang serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan
menjadi role model utama bagi siwa. Mereka punya Republik Indonesia.
kesempatan untuk membentuk karakter siswa, 4. Pendekatan pembelajaran berbasis proses
misalnya, dengan melaksanakan saling menghargai keilmuan (scientific approach) yang
dan pertanggung jawab dalam proses dipersyaratkan dalam kurilukum 2013
Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 43
Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 43
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 1 Januari 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763
terhadap pembentukan karakter itu sendiri. [6] Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character:
Sebagai pembentuk karakter seharusnya waktu How Our School Can Teach Resect and Resonsibility.
pelajaran PPKn ditambah. New Your, Toronto, Londo, Sydney, Auckland:
Rendahnya kesadaran dalam diri siswa Bantam Books.
[7] Moleong. (2007). Metodologi Penelitian kualitatif.
menjadi faktor penghambat utama pembentukan
Bandung: Rosdakarya.
karakter siswa, untuk menambah kesadaran dalam [8] Pasal 39 Undang-Undang No 2 Tahun (1989)
diri siswa guru harus senantiasa memberi dorongan Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
dan motivasi agar kesadaran dalam diri siswa [9] Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Kebijakan
tentang pentingnnya karakter meningkat. Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2025. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
KESIMPULAN Kemdiknas.
[10] Permendiknas No. 22 Tahun (2006). Tentang
Berdasarkan hasil penelitian dan Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
pembahasan disimpulkan bahwa: Pertama, Menengah.
pelaksanaan pembelajaran PPKn yang dilaksanakan [11] Ryan, Kevin dan Karen E. Bohlin. (1999). Building
Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral
oleh guru di kelas sudah memasukkan nilai-nilai Instruction to Life. San Francisco: ossey Bass.
karakter. Dilihat dari proses pembelajaran dan [12] Soemantri Nurman M. (2001). Menggagas
wawancara, PPKn adalah mata pelajaran inti dalam Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
menanamkan karakter siswa, setelah diteliti,nilai-
[13] Sri Narwanti. (2002). Pendidikan Karakter:
nilai karakter yang ditanamkan dalam proses Pengimtegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter
pembelajaran PPKn sudah cukup baik, meskipun Dalam Mata Pelajaran. Familia Grup Relasi Inti
masih belum efektif; Kedua, tantangan yang Media.
[14] Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif,
dihadapi guru PPKn dalam pembentukan karakter
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
adalah tidak pahamnya siswa tentang karakter, [15] Suardi, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
kurangnya jam pelajaran PPKn (sebagai mata Saintifik Approacd Berbasis Media Pembelajaran
pelajaran pembentuk karakter), serta kesadaran Kearifan Lokal pada Mata Kuliah Dasar-Dasar
Sosiologi dalam Membangun Karakter dan
diri siswa tersebut; Ketiga, untuk meminimalisir
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan
kendala yang ada dalam pembentukan karakter Sosiologi Universitas Muhammadiyah
yaitu memberikan pemahaman serta contoh Makassar. Jurnal Etika Demokrasi Prodi PPKn
kepada siswa tentang nilai-nilai karakter, Unismuh Makassar, 3(2).
[16] Suardi, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
menambah jam pelajaran PPKn di sekolah, serta Saintifik Approacd Berbasis Media Pembelajaran
menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa tentang Kearifan Lokal pada Mata Kuliah Dasar-Dasar
pentingnya karakter. Sosiologi dalam Membangun Karakter dan
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Universitas Muhammadiyah
DAFTAR PUSTAKA Makassar. Jurnal Etika Demokrasi Prodi PPKn
Unismuh Makassar, 3(2).
[1] Cholisin. (2011). Pengembangan Karakter dalam
[17] Suardi, S., & Kanji, H. (2018). Lecture Model of
Materi Pembelajaran PKn (Disampaikan pada
Student Transfer Discussion Method to Increase
kegiatan MGMP PKn SMP Kota Yogyakarta, 18
Student’s Activeness and Learning
Januari 2011).
Outcomes. Journal of Educational Science and
[2] Fajar, Arnie. (2005). Portofolio Dalam Pembelajaran
Technology (EST), 4(1), 48-54
IPS. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
[18] Suardi, S., Megawati, M., & Kanji, H. (2018).
[3] Frye, Mike, at.all.(Ed) (2002). Character Education:
Pendidikan Karakter di Sekolah (Studi
Information Handbook and Guide for Suppor and
Penyimpangan Siswa di MTs Muhammadiyah Tallo)
Implementation of the Student Citizent Act of 2001
Jurnal Etika Demokrasi Prodi PPKn Unismuh
North Carolina: Public Schools of North Carolina.
Makassar, 4(1).
[4] Jamal Ma’mur Asmani. (2012). Buku Panduan
[19] Winataputra dan Budimansyah. (2007). civic
Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
education. Bandung: Program Pasca sarjana UPI
Yogyakarta: DIVA Press.
[20] Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan
[5] Koesoema, Doni A. (2012). Pendidikan Karakter
Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara
Utuh dan Menyeluruh.Yogyakarta : KANISIUS.
Press.