Sunteți pe pagina 1din 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DERMATITIS MEDIKAMENTOSA
DAN DERMATITIS KONTAK

KELOMPOK I

1. Putu Budi Arsana ( 0702115001 )


2. I Dw Ayu Lidya Ari ( 0702115002 )
3. Ni Putu Resiki ( 0702115007 )
4. Rai Dewi Damayanti P ( 0702115008 )
5. I Made Meiyasa ( 0702115014 )
6. I Made Mertha Harianto ( 0702115018 )
7. Ni Wayan Astrianing ( 0702115022 )
8. Nyoman Sri Ariwati ( 0702115032 )
9. Made Dewi Suwardiani ( 0702115033 )
10. Nym Oka Puspa Sujani L ( 0702115038 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN - B

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2008

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DERMATITIS KONTAK DAN MEDIKAMENTOSA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit yang superficial yang disebabkan oleh bahan-
bahan eksogen dan endogen.
Dermatitis merupakan epidermo-dermitis dengan gejala subjektif pruritus.
Objektif tampak inflamasi , vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. Tanda-
tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit
bertendensi residif dan menjadi kronis.

2. Histopatologi
Semua jenis dermatitis memberikan gambaran histopatologi yang sama. Pada
dermatitis akut kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema
intrasel dan eksositosis terutama sel mononuclear.
Kelainan pada stadium subakut hampir seperti pada stadium akut; jumlah
vesikel sedikit dan lebih kecil, spongiosis masih jelas, kelainan didermis
menyerupai stadium akut.
Pada stadium kronis perubahan yang terlihat terutama akantosis, parakeratosis
dan hyperkeratosis. Spongiosis ringan kadang-kadang terlihat sedangkan vesikel
tidak lagi ditemukan. Perubahan dalam dermis berupa penebalan jaringan kolagen,
fibroblast bertambah banyak serta pembuluh darah kapiler bertambah dan
dindingnya menebal. Sebukan sel radang menahun ditemukan disekitar pembuluh
darah dermis bagian atas.
3. Gejala klinis
Tanda – tanda dermatitis berdasarkan evolusinya adalah sebagai berikut :
a. Eritema dan odema kulit
b. Vesikulasi dan eksudasi
c. Krusta dan skuama
d. Penebalan kulit dan ekskoriasi
e. Hiperpigmentasi
f. Pembentukan scrath papula

Factor sekunder yang sering terdapat pada dermatitis adalah :

a. Gatal
Pada dermatitis terdapat rasa gatal, ringan sampai berat sehingga dapat timbul
ekskoriasi akibat garukan.
b. Retensi keringat
Pada dermatitis terjadi penyumbatan sementara muara kalenjar keringat. Bila
cuaca panas akan terjadi retensi keringat sehingga rasa gatal bertambah hebat.
c. Infeksi bakteri
Pada kulit yang mengalami dermatitis terjadi perubahan flora bakteri, flora
normal diganti oleh bakteri pathogen.
d. Dermatitis kontak sekunder
Timbul oleh karena obat topical yang dipakai. Pada dermatitis akut kulit
sangat sensitive. Adanya kerusakan stratum korneum mengakibatkan lebih
mudah terjadi sensitisasi.
4. Klasifikasi
Berdasarkan kriteria dibuat klasifikasi dermatitis sebagai berikut:
a. Dermatitis kontak
b. Dermatitis atopic
c. Dermatitis sereboik
d. Dermatitis numularis
e. Liken kronikus vidal
f. Dermatitis atasia
g. Dermatitis eksematous kronis
h. Eksema infantum
i. Dermatitis pada tangan dan kaki
5. Penatalaksanaan
Proteksi terhadap zat penyebab dan penghindaran kontaktan merupakan
tindakan penting. Antihistamin sistemik tidak di indikasikan pada stadium
permulaan, sebab tidak ada pembebasan histamin. Pada stadium selanjutnya
terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan
bila penyakit berat, misalnya prednisone 20 mg sehari. Terapi topical digunakan
sesuai dengan petunjuk umum pengobatan dermatitis.
DERMATITIS KONTAK

 Definisi
- Dermatitis kontak adalah dermatitis yang timbul akibat kontak bahan-
bahan dari luar kulit.
- Dermatitis kontak ( dermatitis venenata) merupakan respon reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi
yang sering bersifat eksematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap sejumlah badan yang iritatif atau alergenik.
( Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Sudarth vol 3)
- Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi ( alergik) atau toksik (iritan).
( Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2)

 Manifestasi klinis
Gejala dermatitis kontak mencakup :
- Keluhan gatal-gatal
- Rasa terbakar
- Eritema
- Lesi kulit ( vesikel)
- Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret
- Pembentukan krusta serta akhirnya pengeringan dan pengelupasan kulit
- Respon yang berat dapat terbentuk bullae hemoragik.
- Reaksi yang berulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan
pigmentasi
 Ada 4 bentuk dasar tipe dermatitis kontak yaitu :
1. Alergik
2. Iritan
3. Fototoksik
4. Fotoalergik

Penjelasan …..
1. Alergik
Etiologi :
Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan
bahan alergenik. Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10-14 hari.
Gambaran klinis :
- Vasodilatasi dan infiltrate perivaskuler pada dermis
- Edema intrasel
- Biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan
Pemeriksaan diagnostic :
Tes patch ( kontraindikasi untuk dermatitis yang akut dan menyebar
luas)
Terapi :
a. Hindari bahan penyebab
b. Larutan burrowi atau kompres dingin
c. Kortikosteroid sistemik ( prednisone ) selama 7-10 hari
d. Kortikosteroid topical untuk kasus-kasus yang ringan
e. Antihistamin oral untuk mengurangi pruritus

2. Iritan
Etiologi :
Terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik
merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama
dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan selama waktu yang
lama.
Gambaran klinis :
-Kekeringan kulit yang berlangsung beberapa hari hingga bulan
vesikulasi, fisura dan pecah-pecah.
-Tangan dan lengan bawah merupakan bagian yang paling sering
terkena
Pemeriksaan diagnostic :
Gambaran klinis hasil tes patch negative yang sesuai
Terapi :
-Identifikasi dan penghilangan sumber iritasi
-Pemberian krim hidrofilik atau vaselin untuk mendinginkan kulit dan
mengurangi iritasi
-Kortikosteroid topical dan obat kompres untuk mengatasi lesi yang
berair.
-Antibotik untuk infeksi dan antihistamin oral untuk pruritus

3. Fototoksik
Etiologi :
Menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan
bahan kimia untuk merusak epidermis
Gambaran klinis :
Serupa dengan dermatitis iritan
Pemeriksaan diagnostic :
Tes photopatch
Terapi :
Sama seperti dermatitis alergik dan iritan

4. Fotoalergik
Etiologi :
Menyerupai dermatitis alergik tetapi memerlukan pajanan cahaya di
samping kontak allergen untuk menimbulkan reaktivitas imunologik.
Gambaran klinik :
Serupa dengan dermatitis iritan
Pemeriksaan diagnostic :
Tes photopatch
Terapi :
Sama seperti dermatitis alergik dan iritan

 Patofisiologi
WOC dermatitis kontak dan dermatitis medikamentosa….
Kontak dgn bahan kimia Alergi Iritan + cahaya Alergen +cahaya Obat-obatan
scr non imunologik
fotoalergi sirkulasi
m’pngaruhi sel
langerhans kulit reaksi antibody
dlm tubuh (Ig E)
menyajikan allergen
bagi sel T reaksi hipersensitivitas
tipe I
reaksi hipersensitivitas
tipe IV

pelepasan mediator kimia ( serotonin, bradikinin, histamine)

kekeringan kulit vasodilator & infiltrate perivaskular dermis

memudahkan pertmbhan odema intrasel kemerahan


kuman papula
gatal bula

fisura
krusta

Risiko thd Infeksi Ggn Body Image

Kerusakan Integritas Kulit

Penjelasan Woc….
Dari etiologi dermatitis kontak yaitu kontak dengan bahan kimia secara
nonimunologik, iritan dan cahaya, allergen dan cahaya serta alergi. Dimana
alergi mempengaruhi sel langerhans kulit yang akan menyajikan allergen bagi
sel T yang merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang akan melepaskan
mediator kimia (serotonin, bradikinin dan histamine). Pelepasan mediator ini
menyebabkan vasodilatasi dan infiltrate perivaskular dermis sehingga muncul
kemerahan, papula, bula dapat muncul masalah gangguan body image. Selain
itu odema intrasel dapat timbul rasa gatal sehingga mengakibatkan timbul
fisura, krusta muncul masalah gangguan body image, risiko terhadap infeksi,
kerusakan integritas kulit. Dapat juga mengakibatkan kekeringan kulit yang
nantinya dapat memudahkan pertumbuhan kuman sehingga muncul masalah
risiko terhadap infeksi.
Dari etiologi dermatitis medikamentosa yaitu obat-obatan masuk
sirkulasi, adanya reaksi antibody Ig E terikat dengan sel-sel tertentu yang
nantinya akan menyebabkan pelepasan mediator kimia (reaksi
hipersensitivitas tipe I). Dapat terjadi vasodilatasi dan infiltrate perivaskuler
dermis timbul kemerahan. Akan dapat muncul masalah kerusakan integritas
kulit.

 Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan lokasi erupsi dan hasil anamnesis
riwayat kontak. Kendati demikian pada kasus-kasus yang iritannya tidak
jelas atau pada pasien yang tidak mengamati, diagnosis mungkin sangat
sulit ditegakkan dan banyak prosedur penanganan yang bersifat “coba-
coba” harus dilakukan sebelum penyebabnya dapat diterapkan dengan
benar. Patch test pada kulit dengan preparat yang diperkirakan menjadi
penyebabnya dapat memperjelas diagnosis.

DERMATITIS MEDIKAMENTOSA
 Dermatitis medikamentosa yaitu kelainan hipersensitifitas tipe I,
merupakan istilah yang digunakan untuk ruam kulit karena pemakaian
internal obat-obat atau medikasi tertentu.
 Medikasi tertentu cenderung menimbulkan erupsi dengan tipe yang sama
kendati masing-masing orang akan memperlihatkan reaksi yang berbeda
terhadap setiap medikasi.
 Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak, memiliki warna yang cerah,
memperlihatkan karakteristik yang lebih dramatis dibandingkan erupsi
akibat infeksi yang agak serupa.
 Ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau gejala menyeluruh. Jika
ditemukan alergi akibat pengobatan, pasien harus diingatkan bahwa
mereka memiliki hipersensitivitas terhadap obat tertentu dan dinasehati
agar tidak menggunakannya kembali.
B. KONSEP DASAR ASKEP
a. Pengkajian
Data subjektif :
- Ada peningkatan suhu tubuh
-Kemerahan
-Rasa terbakar
-Edema / pembengkakan
-Adanya keluhan gatal-gatal

Data objektif : - Terdapat lesi polimorf


- Timbul eritema
- Timbul odema pada kulit yang longgar misalnya : muka
(terutama palpebra dan bibir )
- Infiltrasi biasanya terdiri atas papul
- Disertai bula / pustule
- Terlihat erosi / ekskoriasi dengan krusta
- Ada pengelupasan kulit, fisura

b. Rencana keperawatan
Dari data diatas didapatkan masalah keperawatan yaitu :
1. Risiko terhadap infeksi
2. Kerusakan integritas kulit
3. Gangguan body image
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan atas prioritas adalah :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bahan iritan dari lingkungan
ditandai dengan adanya fisura, krusta, disertai bula / pustule, ada pengelupasan
kulit, ada edema, kemerahan, rasa terbakar.
2. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan ditandai
dengan timbul odema pada kulit yang longgar misalnya : muka ( terutama
palpebra dan bibir ), infiltrasi biasanya terdiri atas papul, disertai bula, ada
pengelupasan kulit, ada krusta.
3. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kontak dengan agen yang
berbahaya.

Perencanaan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bahan iritan dari lingkungan


ditandai dengan adanya fisura, krusta, disertai bula / pustule, ada pengelupasan
kulit, ada edema, kemerahan, rasa terbakar.

Tujuan : Diharapkan integritas kulit dapat dipertahankan


Kriteria hasil : Urtikaria tidak terjadi

Rencana tindakan Rasional

1. Indentifikasi faktor penyebab 1.Agar dapat ditentukan intervensi


selanjutnya

2. Kaji integritas kulit (gangguan 2.Kondisi kulit dipengaruhi oleh


warna, hangat lokal, eritema) sirkulasi, nutrisi, jaringan dapat
menjadi rapuh dan cenderung untuk
infeksi dan rusak

3. Pertahankan linen kering, bebas 3.Untuk menurunkan iritasi dan


keriput resiko kerusakan kulit lebih lanjut

4. Gunanya krim kulit / zalf sesuai 4.Untuk melicinkan kulit dan


indikasi menurunkan rasa gatal

5. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan ditandai


dengan timbul odema pada kulit yang longgar misalnya : muka ( terutama
palpebra dan bibir ), infiltrasi biasanya terdiri atas papul, disertai bula, ada
pengelupasan kulit, ada krusta.

Tujuan : Menyatakan penerimaan diri sesuai indikasi

Kriteria hasil
- Menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa harga diri yang
negative
- Menunjukan penerimaan dengan melihat dan berpartisipasi dalam
perawatan diri
- Mulai menerima situasi secara konstruktif

Rencana tindakan Rasional

1. Pastikan apakah konseling 1. Memberikan informasi tentang


dilakukan bila mungkin tingkat pengetahuan pasien atau
orang terdekat terhadap
pengetahuan tentang situasi pasien
dan proses peneriman

2. Dorong pasien atau orang terdekat 2. Membantu pasien untuk menyadari


untuk menyatakan perasaannya perasaannya tidak biasa, perasaan
bersalah

3. Catat perilaku menarik diri. 3. Dengan masalah pada penilaian


Peningkatan ketergantungan, yang dapat memerlukan evaluasi
manipulasi atau tidak terlibat pada lanjut dan terapi lebih ketat
perawatan

4. Pertahankan pendekatan positif 4. Dapat membantu pasien atau orang


selama aktivitas perawatan terdekat untuk menerima perubahan
tubuh, merasakan baik tentang diri
sendiri

6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kontak dengan agen yang


berbahaya.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
- tanda vital dalam batas normal
- kemerahan tidak terjadi

Rencana tindakan Rasional

1. Pantau tanda vital, khususnya 1. Selama periode waktu ini potensial


selama awal terapi komplikasi dapat terjadi maka perlu
dilakukan pemantauan terhadap
tanda-tanda infeksi

2. Observasi adanya inflamasi 2. Perkembangan infeksi dapat


memperlambat pemulihan

3. Catat warna kulit, suhu, dan 3. Hangat, kemerahan, kulit kering


kelembaban adalah tanda dini septicemia
selanjutnya manifestasi termasuk
dingin, kulit pucat lembab dan
sianosis sebagai tanda syok

4. Berikan obat-obatan sesuai 4. Mungkin diberikan secara


indikasi : anti biotik profilaktik atau menurunkan jumlah
organisme sehingga tidak terjadi
penyebaran kuman

c. Evaluasi
1. Integritas kulit dapat dipertahankan
2. Menyatakan penerimaan diri sesuai indikasi
3. Infeksi tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA

- Brunner & Suddart. (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
- Carpenito, L.J. (2001) Handbook of Nursing Diagnosis (Buku terjemahan), Edisi.8. EGC,
Jakarta.
- Doenges. ( 2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
- Mansjoer, A. (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi.3, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.

S-ar putea să vă placă și