Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Masa anak-anak adalah waktu yang relatif sehat, namun pada masa ini tidak
jarang anak yang mengalami sakit sehingga memerlukan waktu untuk proses
penyembuhan. Berbagai perasaan sering mucul pada anak yang dilakukan tindakan
medis misalnya pemasangan infus, perasaan tersebut bisa timbul karena menghadapi
suatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak
nyaman, perasaan kehilangan yang bisa dialaminya dan suatu yang dirasakan
menyakitkan. Keluarga juga mengalami hal yang sama seperti yang dirasakan oleh
anak seperti takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan hal yang sering muncul
dan dialami keluarga (Whaley & Wong’s, 2006). Kehidupan anak dapat ditentukan
oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga
sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana
atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan
perawatan seperti rumah sakit tentu berbeda dengan suasana yang biasanya anak rasakan
dirumah. Pada masa prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah menolak
makan, sering bertanya, menangis perlahan, rewel, merajuk, tak mau lepas dari lengan
ibu, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan adalah beberapa tabiat yang
seperti keinginan untuk terus diperhatikan orang tuanya. Hal tersebut disebabkan
karena hubungan anak dengan orang tua merupakan hubungan yang sangat dekat,
akibatnya perpisahan dengan orang tua akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak
akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenal olehnya,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan anak menjadi
tidak kooperatif. Karena keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak,
mengingat anak bagian dari keluarga. Kebanyakan anak akan jauh lebih kooperatif
dan tidak rewel ketika mereka didampingi oleh orang tuanya dibanding dengan anak
yang tidak didampingi oleh orang tuannya, sehingga anak akan jauh lebih kooperatif
tertentu bagi anak yang akan sangat berdampak pada kerjasama anak dan orang tua
dalam perawatan anak selama di rumah sakit, sehingga waktu perawatan yang
dibutuhkan untuk penyembuhan anak akan lebih lama, obat yang digunakan akan
jauh lebih banyak dan biaya pengobatan yang dikeluarkan juga lebih banyak.
berpusat pada keluarga (Family Centered Care). Kontribusi keluarga sangat menunjang
pemulihan kesehatan anak untuk mengatasi serta memberikan respon terhadap suatu
membangun kekuatan keluarga dan menggunakan gaya yang unik dan membantu
anggota keluarga untuk memperoleh sumber yang tepat menurut (Wong, 2008).
3
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (Family Centered Care), pencegahan terhadap trauma (Atraumatic Care) dan
manjemen kasus. Keluarga sangat berperan dalam proses keperawatan anak, adapun
peran keluarga dalam Family Centered Care yaitu keluarga dilibatkan dalam proses
perbedaan struktur dan latar belakang keluarga, tujuan, cita – cita, strategi dan
dan informasi. Dua konsep dasar dalam Family Centered Care adalah memampukan
cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi
yang baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang di hasilkan dari perilaku
faktor penentu utama intervensi yang diberikan. Namun hal tersebut banyak
sakit, misalnya ibu yang biasanya berperan sebagai ibu rumah tangga harus
meninggalkan rumah untuk menunggu anak yang sakit di rumah sakit. Ayah yang
mencari nafkah terganggu rutinitasnnya karena anak dirawat di rumah sakit. Hal ini
merupakan kendala dari penerapan Family Centered Care. Fokus utama dalam
penyakit, dengan falsafah yang utama Family Centered Care dan perawatan yang
terapeutik. Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarga adalah
tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan anak (Wong,
2008).
karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit. Keterlibatan keluarga
dari anak muncul suatu ketakutan pada dokter dan perawat, tidak peduli apa yang
akan melukainya dengan membawa suntik atau peralatan lainnya. Anak akan selalu
berusaha untuk menolak perawat dengan menangis kuat–kuat, meminta pulang dan
tidak mau ditinggalkan oleh orang tuanya. Program terapi yang telah direncanakan
untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika anak tidak kooperatif dengan tindakan yang
diberikan, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan ketidaknyamanan pada anak.
diruang anggrek, peneliti mendapatkan data jumlah BOR pada tahun 2012 sejumlah
41,45% sedangkan pada bulan April tahun 2013 pencapaian BOR mencapai 43,21%.
Total pasien anak pada bulan April sejumlah 93 orang, rata-rata pasien masuk per
hari sebanyank 12 pasien. Dari hasil wawancara dengan kepala ruang anggrek
diketahui bahwa keluarga sudah dilibatkan dalam pemberian intervensi kepada anak,
respon yang ditunjukkan anak juga beragam dari yang mulai menangis sebelum
memasuki ruangan hingga ketika diberikan tindakan. Menurut salah satu perawat di
ruang anggrek mengatakan bahwa anak usia prasekolah lebih banyak rewel dan
5
kurang kooperatif dibanding dengan anak pada usia 0 hingga 2 tahun. Oleh karena itu
bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian yang penting dalam
berprinsip pada aspek kesejahteraan anak dan prinsip terapeutik akan tercapai (Wong,
2008). Kerjasama dan keterlibatan orang tua merupakan mekanisme yang sangat kuat
anak. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan suatu
penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Family Centered Care oleh Perawat
terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) dalam Pemberian
“bagaimana pengaruh pendekatan Family Centered Care oleh perawat terhadap tingkat
kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam pemberian tindakan keperawatan
terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam pemberian
tingkat kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam pemberian tindakan
a. Bagi Peneliti
keperawataan.
b. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan bagi
Penelitian yang dilakukan merupakan buah karya asli dari penulis, dengan
mengacu kepada :
a. Jurnal O'Malley, Brown dan Krug tahun 2008 mengenai “Patient- and Family-
Centered Care of Children in the Emergency Department”, pada penelitian ini pasien dan
pada keluarga selama intervensi diberikan terlepas dari keputusan keluarga untuk
hadir atau tidak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada
b. Tesis Shamloo tahun 2012 mengenai “How Carring Attitudes and Patient Family
Centered Care Beliefs Of Critical Care Registered Nurses Influence Family Members’
Perception of Patien Family Centered Care”, pada penelitian ini perawat dianggap sangat
perawat dan anggota keluarga pasien, dan tugas serta tanggung jawab profesi
perawat memberikan perawatan pasien dan keluarga dengan cara yang aman
peduli dan hormat. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan
dengan core principles yang ada dalam Family Centered Care, dimana Family Centered
pada penelitian ini tingkat kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami anak usia
Klaten adalah termasuk dalam kategori cemas sedang. Metode yang digunakan
sectional. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode yang
d. Jurnal Rahma dan Puspassari mengenai, “Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”, dalam penelitian ini ingkat kooperatif pada
anak sebelum diberi terapi bermaian kebanyakan termasuk dalam kategori kurang
ini, ada perubahan tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah (3 -5 tahun)
sebelum dan sesudah diberi terapi bermain selama menjalani perawatan di Ruang
CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Perbedaan dalam penelitian yang
akan dilakukan adalah pada variable yang diteliti yaitu variable terapi bermain.
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Pendekatan Family Centered Care oleh
Wlingi”. Dilaksanakan dalam rentang waktu Juni 2013 sampai Juli 2013. Dengan