Sunteți pe pagina 1din 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa anak-anak adalah waktu yang relatif sehat, namun pada masa ini tidak

jarang anak yang mengalami sakit sehingga memerlukan waktu untuk proses

penyembuhan. Berbagai perasaan sering mucul pada anak yang dilakukan tindakan

medis misalnya pemasangan infus, perasaan tersebut bisa timbul karena menghadapi

suatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak

nyaman, perasaan kehilangan yang bisa dialaminya dan suatu yang dirasakan

menyakitkan. Keluarga juga mengalami hal yang sama seperti yang dirasakan oleh

anak seperti takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan hal yang sering muncul

dan dialami keluarga (Whaley & Wong’s, 2006). Kehidupan anak dapat ditentukan

oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga

sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,

dalam Perry, 2005).

Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana

atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Suasana saat berada di tempat

perawatan seperti rumah sakit tentu berbeda dengan suasana yang biasanya anak rasakan

dirumah. Pada masa prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah menolak

makan, sering bertanya, menangis perlahan, rewel, merajuk, tak mau lepas dari lengan

ibu, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan adalah beberapa tabiat yang

muncul ketika anak menjalani rawat inap di rumah sakit.


1
2

Anak akan mengalami ketergantungan dengan keluarga atau orang terdekatnya,

seperti keinginan untuk terus diperhatikan orang tuanya. Hal tersebut disebabkan

karena hubungan anak dengan orang tua merupakan hubungan yang sangat dekat,

akibatnya perpisahan dengan orang tua akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak

akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenal olehnya,

sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan anak menjadi

tidak kooperatif. Karena keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak,

mengingat anak bagian dari keluarga. Kebanyakan anak akan jauh lebih kooperatif

dan tidak rewel ketika mereka didampingi oleh orang tuanya dibanding dengan anak

yang tidak didampingi oleh orang tuannya, sehingga anak akan jauh lebih kooperatif

ketika mendapatkan intervensi keperawatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

hospitalisasi anak dapat menjadi suatu permasalahan yang menimbulkan reaksi

tertentu bagi anak yang akan sangat berdampak pada kerjasama anak dan orang tua

dalam perawatan anak selama di rumah sakit, sehingga waktu perawatan yang

dibutuhkan untuk penyembuhan anak akan lebih lama, obat yang digunakan akan

jauh lebih banyak dan biaya pengobatan yang dikeluarkan juga lebih banyak.

Untuk mencegah trauma fisik maupun psikologis pada anak, tindakan

keperawatan melibatakan kontribusi keluarga dimana asuhan keperawatan anak

berpusat pada keluarga (Family Centered Care). Kontribusi keluarga sangat menunjang

pemulihan kesehatan anak untuk mengatasi serta memberikan respon terhadap suatu

kejadian yang menimbulkan stress, memberikan dukungan individual yang

membangun kekuatan keluarga dan menggunakan gaya yang unik dan membantu

anggota keluarga untuk memperoleh sumber yang tepat menurut (Wong, 2008).
3

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada

keluarga (Family Centered Care), pencegahan terhadap trauma (Atraumatic Care) dan

manjemen kasus. Keluarga sangat berperan dalam proses keperawatan anak, adapun

peran keluarga dalam Family Centered Care yaitu keluarga dilibatkan dalam proses

pemberian asuhan keperawatan sebagai fokus keperawatan. Filosofi ini mengakui

perbedaan struktur dan latar belakang keluarga, tujuan, cita – cita, strategi dan

tindakan keluarga serta kebutuhan keluarga untuk mendapat dukungan, pelayanan

dan informasi. Dua konsep dasar dalam Family Centered Care adalah memampukan

dan memberdayakan. Memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan dan

cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi

yang baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

Pemberdayaan menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga dalam cara

tertentu sehingga keluarga mempertahankan atau mendapat kontrol atas kehidupan

mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang di hasilkan dari perilaku

membantu dan mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka sendiri

menurut Dunst dan Trivette (1996, dalam Wong, 2008).

Family Centered Care memandang keluarga sebagai pusat pelayanan, menjadikan

faktor penentu utama intervensi yang diberikan. Namun hal tersebut banyak

menyebabkan keluarga mengalami perubahan peran terkait perawatan anak di rumah

sakit, misalnya ibu yang biasanya berperan sebagai ibu rumah tangga harus

meninggalkan rumah untuk menunggu anak yang sakit di rumah sakit. Ayah yang

mencari nafkah terganggu rutinitasnnya karena anak dirawat di rumah sakit. Hal ini

merupakan kendala dari penerapan Family Centered Care. Fokus utama dalam

pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan


4

penyakit, dengan falsafah yang utama Family Centered Care dan perawatan yang

terapeutik. Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarga adalah

pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan dan upaya rujukan kepada

tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan anak (Wong,

2008).

Dalam pemberian tindakan keperawatan diperlukan keterlibatan keluarga

karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit. Keterlibatan keluarga

dapat mempengaruhi kooperatifan anak dan proses kesembuhan anak. Kebanyakan

dari anak muncul suatu ketakutan pada dokter dan perawat, tidak peduli apa yang

perawat lakukan sekalipun tidak membahayakannya. Anak mengganggap perawat

akan melukainya dengan membawa suntik atau peralatan lainnya. Anak akan selalu

berusaha untuk menolak perawat dengan menangis kuat–kuat, meminta pulang dan

tidak mau ditinggalkan oleh orang tuanya. Program terapi yang telah direncanakan

untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika anak tidak kooperatif dengan tindakan yang

diberikan, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan ketidaknyamanan pada anak.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

diruang anggrek, peneliti mendapatkan data jumlah BOR pada tahun 2012 sejumlah

41,45% sedangkan pada bulan April tahun 2013 pencapaian BOR mencapai 43,21%.

Total pasien anak pada bulan April sejumlah 93 orang, rata-rata pasien masuk per

hari sebanyank 12 pasien. Dari hasil wawancara dengan kepala ruang anggrek

diketahui bahwa keluarga sudah dilibatkan dalam pemberian intervensi kepada anak,

respon yang ditunjukkan anak juga beragam dari yang mulai menangis sebelum

memasuki ruangan hingga ketika diberikan tindakan. Menurut salah satu perawat di

ruang anggrek mengatakan bahwa anak usia prasekolah lebih banyak rewel dan
5

kurang kooperatif dibanding dengan anak pada usia 0 hingga 2 tahun. Oleh karena itu

keluarga dilibatkan dalam pemberian tindakan keperawatan anak di ruang anggrek.

Pendekatan Family Centered Care diharap dapat membantu proses pemberian

tindakan keperawatan anak selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan

bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian yang penting dalam

mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana keperawatan dengan

berprinsip pada aspek kesejahteraan anak dan prinsip terapeutik akan tercapai (Wong,

2008). Kerjasama dan keterlibatan orang tua merupakan mekanisme yang sangat kuat

untuk memampukan dan memberdayakan pemberian tindakan keperawatan kepada

anak. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan suatu

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Family Centered Care oleh Perawat

terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) dalam Pemberian

Tindakan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas penulis merumuskan masalah penelian

“bagaimana pengaruh pendekatan Family Centered Care oleh perawat terhadap tingkat

kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam pemberian tindakan keperawatan

di Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Family Centered Care oleh perawat

terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam pemberian

tindakan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi.


6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pendekatan Family Centered Care oleh perawat di Rumah Sakit

Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi

b. Mengidentifikasi tingkat kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Rumah

Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi.

c. Menganalisis pengaruh pendekatan Family Centered Care oleh perawat terhadap

tingkat kooperatif anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam pemberian tindakan

keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua

pihak yang ada, meliputi :

a. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh pengetahuan tentang pengaruh pendekatan Family

Centered Care terhadap tingkat kooperatifan anak dalam pemberian asuhan

keperawataan.

b. Bagi Perawat

Dapat digunakan sebagai acuan yang bermanfaat dalam memperlancar

pemberian asuhan keeperawatan pada anak dengan pendekatan Family Centered

Care pada tindakan keperawatan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan bagi

penelitian selanjutnya dalam mengembangkan dan menyempurnakan penelitian

dengan memperbaiki keterbatasan – keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam

penerapan falsafah keperawatan anak.


7

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan buah karya asli dari penulis, dengan

mengacu kepada :

a. Jurnal O'Malley, Brown dan Krug tahun 2008 mengenai “Patient- and Family-

Centered Care of Children in the Emergency Department”, pada penelitian ini pasien dan

keluarga adalah kunci pembuat keputusan medis pasien departemen

kegawatdaruratan, kehadiran anggota keluarga harus didorong untuk semua aspek

keperawatan dalam gawatdaruratan, dan informasi serta dukungan harus diberikan

pada keluarga selama intervensi diberikan terlepas dari keputusan keluarga untuk

hadir atau tidak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

department yang diteliti yaitu di ruang perawatan anak.

b. Tesis Shamloo tahun 2012 mengenai “How Carring Attitudes and Patient Family

Centered Care Beliefs Of Critical Care Registered Nurses Influence Family Members’

Perception of Patien Family Centered Care”, pada penelitian ini perawat dianggap sangat

peduli baik dalam pemberian tindakan keperawatan secara langsung maupun

keperawatan yang berpusat pada keluarga, ada ketidaksesuaian persepsi antara

perawat dan anggota keluarga pasien, dan tugas serta tanggung jawab profesi

keperawatan untuk menjembatani kesenjangan yang ada dan memastikan bahwa

perawat memberikan perawatan pasien dan keluarga dengan cara yang aman

peduli dan hormat. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu keluarga dilibatkan dalam pemberian intervensi keperawatan sesuai

dengan core principles yang ada dalam Family Centered Care, dimana Family Centered

Care dapat meningkatkan kooperatifan anak yang diberikan tindakan perawatan.


8

c. Jurnal Murniasih dan Rahmawati tahun 2007, mengenai “Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia

Prasekolah di Bangsal L RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007”,

pada penelitian ini tingkat kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami anak usia

prasekolah yang sedang menjalani perawatan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten adalah termasuk dalam kategori cemas sedang. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah korelasional dengan menggunakan pendekatan cross

sectional. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode yang

digunakan yaitu analitik observasional dengan menggunakan cross sectional.

d. Jurnal Rahma dan Puspassari mengenai, “Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra

Sekolah (3 -5 Tahun) Melalui Terapi Beramain Selama Menjalani Perawatan di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”, dalam penelitian ini ingkat kooperatif pada

anak sebelum diberi terapi bermaian kebanyakan termasuk dalam kategori kurang

dan setelah diberi terapi bermain kebanyakan termasuk dalam kategori

baik,sedangkan tingkat kooperatif kurang tidak ada. Kesimpulan dalam penelitian

ini, ada perubahan tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah (3 -5 tahun)

sebelum dan sesudah diberi terapi bermain selama menjalani perawatan di Ruang

CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Perbedaan dalam penelitian yang

akan dilakukan adalah pada variable yang diteliti yaitu variable terapi bermain.

Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Pendekatan Family Centered Care oleh

Perawat terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah (3 - 5 tahun) dalam

Pemberian Tindakan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo

Wlingi”. Dilaksanakan dalam rentang waktu Juni 2013 sampai Juli 2013. Dengan

pendekatan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan Nonprobability Sampling dengan teknik Insidental Sampling.

S-ar putea să vă placă și