Sunteți pe pagina 1din 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami
peningkatan. Dalam penelitian yang dirangkum Synopsis of Psychiatry
awal 1990-an, kasus autisme masih berkisar pada perbandingan 1 :
2.000. Angka ini meningkat di tahun 2000 dalam catatan Sutism
Research Institute di Amerika Serikat sebanyak 1 dari 150 anak punya
kecenderungan menderita autis. Di Inggris, datanya lebih
mengkhawatirkan. Di sana berdasarkan data International Congress on
Autism tahun 2006 tercatat 1 dari 130 anak punya kecenderungan autis.
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita
auitis, ini karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme
seringkali tidak menyadari gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya,
mereka merujuknya ke pintu lain di RS. Misalnya ke bagian THT
karena menduga anaknya mengalami gangguan pendengaran dan ke
Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya mengalami
masalah dengan perkembangan fisik.
“Tapi kita memang merasakan makin banyak kasus autisme ini di
Indonesia dari tahun ke tahun,” papar dia.
SASANTI dalam bagian lain tidak bisa menjelaskan apa penyebab
makin banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang bisa dilacak adalah
faktor yang terkait dengan autisme, misalnya genetis dan biologis.
Secara biologis, ada kemungkinan autisme berkaitan dengan gangguan
pencernaan, alergi, gangguan kandungan, maupun polusi.(edy).(
suarasurabaya.net. 13 desember 2008)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan autisme?
2. Bagaimana Epidemiologi autisme?
3. Sebutkan tentang etiologi autisme!
4. Bagaimana cara mengetahui autisme pada anak ?
5. Sebutkan manifestasi klinis pada autisme!
6. Bagaimana cara pengobatan autisme?
7. Bagaimana prognosis autisme?
8. Bagaimana asuhan keperawatan teori dan kasus pada anak autisme?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memehami apa itu autisme
2. Untuk mengetahui dan memahami apa itu epidemiologi autisme
3. Untuk mengetahui dan memahami apa itu etiologi autisme
4. Untuk mengetahui dan memahami cara mengetahui autisme
5. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis autisme
6. Untuk mengetahui dan memahami cara pengobatan autisme
7. Untuk mengetahui dan memahami prognosis autisme
8. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan teori dan
kasus autisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan


kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak
terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi
verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal
balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif. (Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif
(DSM IV, sadock dan sadock 2000)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah


gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi
verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal
balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi
(umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan
bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan
kehilangan kontak dengan realitas.

2.2 Epidemiologi

Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-


4:1. Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat
menunjukan gejala seperti austik.

3
2.3 Etiologi

Penyebab Autisme diantaranya :


1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif
dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi
hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang
abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan
tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat
mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan
kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya
anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan
kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi
visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan
secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat

4
menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba
ketika mengeksplorais lingkungannya.

Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita


perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari
tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak
sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual
pada orang asing.

2.4 Cara Mengetahui Autisme Pada Anak

Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:


1. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
2. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
3. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah,
diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.

Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:

1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya,
tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau
kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua
perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan
gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau
mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya
sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap
orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk,

5
menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif
cuek menghadapi kedua orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa
anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan
sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang
bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang
lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang
menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi
dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki),
tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :


1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena
dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta
kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual
kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan
ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki
kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat
memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik
mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang
dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok
saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.

6
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai
perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari
suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan
kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan
hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut
terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya
sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar
umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.

Ciri yang khas pada anak yang austik :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan
atau dipikirkan orang lain).

7
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

2.6 Pengobatan

Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang


tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau
staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for
autistik children dan natinal sosiety for austik children yang dapat
membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak
autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi
perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori
integration training (AIT), terapi keluarga dan obat, sehingga
memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua, keluarga dan
dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik
tapi keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan
karena kemajuan pada anak autis lambat. Neuroleptik dapat digunakan
untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah
pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan
stereotipik, selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan

8
harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan
terstruktur dapt digunakan. Masalah perilaku yang biasa seperti bising,
gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin
atau tioridasin. Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan
responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat
anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat
ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet. Dapat
disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan
tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:


1. Mengurangi masalah perilaku.
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
3. Anak bisa mandiri.
4. Anak bisa bersosialisasi.

2.7 Prognosis

Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada


kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup
dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama
pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah
tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional,
kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan
pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri
semakin terlihat pada perkembangan usia.

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Anak Autisme

1. Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
b. Riwayat keluarga yang terkena autisme.

9
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cedera otak
d. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian
tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan Kongnitif.
e. Pemeriksaan fisik
 Tidak ada kontak mata pada anak.
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
 Terdapat Ekolalia.
 Tidak ada ekspresi non verbal.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek
lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda
tersebut.
 Peka terhadap bau.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan
dengan ransangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan
reseptif dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
c. Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan
kurang pengawasan.
d. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.

10
3. Intervensi
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.
Tujuan : Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya
Intervensi:
1) Batasi jumlah pengasuh pada anak.
2) Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada
anak.
3) Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
4) Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.
5) Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan
orang lain.
6) Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk
menguatkan sosialisasi.

b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan


dengan ransangan sensori tidak adekuat, gangguan
keterampilan reseptif dan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan.
Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan
perasaan kepada orang lain.
Intervensi :
1) Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami
komunikasi anak.
2) Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai
media.
3) Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas
secara konsisten.
4) Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anaksampai anak
menguasai.
5) Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.

11
6) Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang
telah diberikan.
7) Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan
non verbal.
8) Berikan reward pada keberhasilan anak.
9) Bicara secara jelas dan dengan kalimat sederhana.
10) Hindari kebisingan saat berkomunikasi.

c. Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan


kurang pengawasan.
Tujuan : Klien tidak menyakiti diriya.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Alihkan prilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon
dari peningkatan kecemasan.
3) Alihkan/kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan.
4) Alihkan perhatian dengan hiburan/aktivitas lain untuk
menurunkan tingkat kecemasan.
5) Lindungi anak ketika prilaku menyakiti diri terjadi.
6) Siapkan alat pelindung/proteksi.
7) Pertahankan lingkungan yang aman.

d. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang


anak.
Tujuan : Kecemasan berkurang/tidak berlanjut.
Intervensi :
1) Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit.
2) Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi
yang berkwalitas baik serta melakukan secara konsisten.
3) Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima
kondisi anaknya yang spesial.

12
4) Anjurkan orang tua untuk mengikuti perkumpulan orang tua
dengan anak autis, seperti kegiatan Autis Awareness
Festifal.
5) Berikan informasi mengenai penanganan anak autis.
6) Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya
menjalankan terapi secara konsisten dan kontinue.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)
a. Identitas Klien
Nama : An.c

Umur : 17 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Smp

Suku Bangsa : Sunda

Alamat : Sekejengkol kulon

Thn.Masuk : 2010

Tgl.Pengkajian : 19 mei 2019

b. Penanggung Jawab
Nama : Al anah

Umur : 58 th

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hub.Dengan Klien : Ibu

3.2 Keluhan Utama


Ibu klien mengatakan anaknya malu saat bertemu dengan orang baru.

3.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu mengatakan anaknya susah berbicara jika tidak diajak berbicara terlebih
dahulu dan susah bersosialisasi karena dijauhi oleh teman-temannya.

3.4 Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Riwayat Reproduksi (Kehamilan dan Kelahiran)

14
1. Pre Natal
a) Kehamilan ke-3 (terakhir)
b) Kehamilan tersebut direncanakan
c) Jarak Kehamilan 2 Tahun
d) Ibu memeriksakan kandungan ke bidan
e) Saat hamil terjadi penambahan BB
f) Selama mengandung ibu mengatakan pergerakan janin kurang
g) Ibu mengatakan anak diberi imunisasi tapi ibu tidak
menyebutkan jenis imunisasi karena lupa
2. Natal
a) Usia kandungan ketika melahirkan 9 bulan
b) Penolong persalinan oleh paraji
c) Jenis persalinan normal
d) Lamanya persalinan kurang lebih 1 jam
e) BB saat lahir 2,5 kg
3. Post Natal (24 jam pertama – 28 hari)
a) Kesehatan bayi post natal : Neonatal (24 jam pertama - 28 hari):
1) Tidak ada
b) Nutrisi (colostrum/ ASI)
1) Secara langsung
2) Waktu pemberian segera setelah lahir
b. Riwayat Pemberian Makan
(Mengkaji riwayat makan klien mulai usia neonatus sampai sekarang)

1. Frekuensi pemberian makan 2x1 (kebanyakan jajan)


2. Kuantitas makanan kadang habis kadang tidak
3. Respon terhadap pemberian makan harus dibujuk terlebih daahulu
4. Makan sendiri, kesukaan anakayam dan yang tidak disukai sayur
5. Makan harus disuruh
c. Penyakit pada masa kanak – kanak
Ibu mengatakan anak mempunyai penyakir bronkitis

d. Riwayat Alergi
Tidak ada

e. Imunisasi
Diberikan imunisasi namun ibu lupa apa jenis imunisasi yang diberikan

15
f. Pengobatan
Obat-obatan yang digunakan dengan resep dokter

3.5 Riwayat Tumbuh Kembang


a) Riwayat Pertumbuhan
Pemeriksaan Pertumbuhan terhadap :

1. BB Lahir 2,5 kg dan saat ini 40 kg


2. TB 135 cm
3. Tanggalnya gigi umur 5 tahun dan saat ini tidak tumbuh gigi lagi
sebagian
4. Toilet Training pada usia 5 tahun
b) Riwayat Perkembangan
Dapat menggunakan Denver Developmental Screening Test (DDST) :

1. Perkembangan Motorik Kasar : berjalannya terlambat baru 2,5 tahun


2. Perkembangan Motorik halus : suka menggambar
3. Perkembangan Bicara dan Bahasa : lambat
4. Perkembangan Emosi dan Hubungan Sosial : emosi dapat diatur
hubungan sosial kurang
5. Perkembangan Kognitif (berfikir) : lambat
 Neonatal : perkembangan bak
 Infant : motorik kasar : belum bisa berjalan
 Toddler : motorik kasar lambat
Motorik halus (-)
Bicara dan bahasa lambat
 Praschool : motorik kasar sudah bisa berjalan, berlari
Motorik halus bisa menggambar
Bicara dan bahasa masih belum baik
3.6 Riwayat Sosial Anak
1. Kebiasan anak malu-malu jika ditanya
2. Respon anak terhadap disiplin.
3. Pemalu, mudah berteman namun dijauhi oleh temannya yang normal
4. Yang mengasuh klien adalah orang tua
3.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama

16
3.8 Spiritual Anak dan Keluarga
1. Keyakinan yang dianut dalam keluarga adalah islam
3.9 Pola Aktivitas Sehari-hari

NO Pola Aktivitas

1 Nutrisi:

a. Makan
 Jenis yang dimakan adalah nasi dengan makanan kesukaan anak yaitu
ayam, dan makanan yang tidak disukai adalah sayuran, makan 2x1 makan
sendiri, dan anak kebanyakan minta jajan
b. Minum / Cairan
 Jenis air yang diminum air putih, dan terkadang anak meminta minuman
kemasan lain
2 Eliminasi

a. BAK

 Tidak pasti, warna kuning, bau amoniak


 Tidak ada kesulitan dalam BAK
b. BAB

 Jarang, konsistensi padat


3 Istirahat dan Tidur

a. Siang

 Dari pulang sekolah jam 1-3 sore


 Kualitas tidur nyenyak
 Rutin / tidak : kadang-kadang
 Tidur sendiri
b. Malam

 Dari jam 8 sampai subuh


 Kualitas tidur nyenyak

17
 Tidur ditemani ibunya
 Tidak ada kesulitan tidur

4 Aktivitas berteman / bermain dan Rekreasi

 Anak mau bermain, namun teman normalnya tidak mau bermain


dengannya
 Saat masuk sekolah anak mulai bisa berman dengan teman
5 Kebersihan Diri (personal Hygiene)

 Mandi
2 kali sehari, memakai sabun, mandi sendiri, memakai air dingin.

 Sikat Gigi
2 kali sehari, memakai odol, sikat gigi sendiri, namun jika tidak disuruh
tidak mau sikat gigi

 Cuci Rambut
3 hari sekali, memakai shampoo, dilaukan sendiri

3.10 Pemeriksaan Fisik


a. Penampilan Umum
 Wajah khas mongoloid, posture tubuh pendek, kurang bersih,
perilaku malu-malu, kesadaran penuh
 Kulit agak kasar, pigmentasi kulit putih, kulit agak kering, Tekstur
kulit kasar, Turgor kulit normal
b. Ukuran pertumbuhan (saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
Tinggi Badan 135 cm, Berat Badan 40 kg

c. Tanda – tanda Vital (Saat pengkajian dan cantumkan nilai


normalnya)
Suhu (S) = 36,8°C

Denyut Ndi (N) = 90x / menit

Pernafasan = 23x / menit

18
Tekanan Darah = 120/80 mmHg

d. Pemeriksaan Head to toe


1. Kepala, kulit kepala dan rambut
Bentuk kepala tidak simetris, tidak rontok dan bersih serta teraba
lembut dengan rambut berwarna hitam.
2. Muka, mata, hidung, mulut
Wajah khas mongoloid, terdapat lipatan nasolabial. klien terlihat
ceria dan gembira, mata sipit, ukuran mata tidak simetris. Hidung
tampak besar. Kemampuan bicara kurang jelas.
3. Telinga
Pedengaran baik.
4. Leher
Kepala tegak dan tidak ada benjolan pada leher.
5. Ekstremitas
Lengkung tulang belakang terlihat bungkuk.

3.11 Analisa Data


No Data senjang Etiologi (interpretasi Masalah Keperawatan
data)

- DS : ibu klien Ketidakmampuan Hambatan


mengatakan anaknya mengungkapkan komunikasi verbal
susah untuk bicara jika perasaan
tidak diajak bicara
terlebih dahulu

- DO : Ketika diajak
bicara anak terlihat
susah
mengekspresikannya

19
- DS: Ibu mengatakan Stigma negative dari Kelemahan interksi
anaknya susah teman-temannya sosial
bersosialisasi karena
dijauhi oleh temannya

- DO: Anak terlihat


sering menyendiri

3.12 Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan
2. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan stigma negative dari
teman bermainnya.

3.13 Nursing Care Planning


INTERVENSI
DIAGNOSA
NO RENCANA
KEPERAWATAN TUJUAN RASIONAL
TINDAKAN

 Hambatan  Klien dapat 1. pelihara 1. Untuk membantu


komunikasi berkomunika hubungan saling mempermudah
verbal si dan percaya dengan dalam
berhubungan mengungkap anak berkomunikasi
dengan kan perasaan 2. gunakan kalimat 2. Membantu
ketidakmampua pada orang sederhana dan pemahaman anak
n lain lambing sebagai 3. Menumbuhkan
mengungkapkan media rasa saling percaya
perasaan 3. pertahankan 4. Untuk
kontak mata meningkatkan
dengan anak semangat
4. berikan reward 5. Agar anak focus
pada pada saat

20
keberhasilan berkomunikasi
anak
5. hindari
kebisingan saat
berkomunikasi
dengan anak

 Kelemahan  Klien mau 1. motivasi anak 1. Untuk menambah


interaksi sosial memulai untuk semangat anak
berhubungan interaksi berhubungan bersosialisasi
dengan stigma dengan dengan orang lain 2. Untuk memberikan
negative dari lingkungan 2. berikan kenyamanan pasa
teman sekitar sentuhan,senyum saat berkomunikasi
bermainnya an untuk 3. Agar anak tidak
menguatkan bosan saat
sosialisasi berkomunikasi
3. Ajak melakukan
kegiatan yang
anak sukai

21
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang


secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang
kurang dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang
kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang
terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa
tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar
terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun.
Sampai saat ini penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa
hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika dan kromosom,
dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian autis pada
anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan
akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada
penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami
keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap
dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya
sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi orang
lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk
bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca


khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami
asuhan keperawatan pada anak berkebutuhan khusus autisme dan bagi
orang tua yang memiliki anak autisme.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15,

Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta, 1995,
Kesehatan Anak Pedoman Bagi orang Tua, Arcan, Jakarta

23

S-ar putea să vă placă și