Sunteți pe pagina 1din 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MUSKULOSKELETAL

Oleh
M. Khafidlotur (1807025)
Muklis P (1807026)
Muzzayanah (1807027)
Nanda Rahma Destari (1807028)
Naviana Faraswatiningsih (1807029)
Nuning Wijayanti (1807030)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada
tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan
kecelakaan industri merupakan penyebab utama dari trauma muskuloskeletal. Seorang
perawat dituntut untuk mengetahui bagaimana perawatan klien dengan trauma
muskuluskoletal yang mungkin dijumpai di jalanan maupun selama melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit. Pengangan untuk klien dengan trauma muskuloskeletal
memerlukan peralatan serta ketrampilan khusus yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh
perawat. Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan difungsi struktur disekitarnya dan
struktur pada bagian yang dilindungi atau disanggahnya.
B. Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang trauma muskuloskeletal
2. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang asuhan keperawatan trauma
muskuloskeletal
3.Sebagai bahan referensi bagi mahasiwa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara fisiologis, sistem
muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan posisi. Otot terbagi atas tiga
bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma
muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi
dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri
merupakan penyebab utama dari trauma muskuloskeletal. Sedangkan tulang dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu :
1) Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di ekstermitas atas dan
bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal dan falangs
merupakan tulang panjang.
· 2) Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta berbentuk kubus.
· 3) Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle dimana tulang ini
melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas untuk
melekatnya otot.
· 4) Tulang iregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang wajah dan
pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan komposisi. (Joyce M
Black, 2014)

Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari trauma.
Trauma muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain, dislokasi dan
amputasi
1) Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur adalah
gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan
lunak disekitarnya juga akan terganggu. (Joyce M Black, 2014)
· Fraktur terbuka
Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Fraktur terbuka adalah
fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak sehingga terjadi kontaminasi bakteri
· Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang. Jadi pada
fraktur tertutup kulit masih utuh diatas lokasi cedera. (Brunner, 2001)
2) Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain adalah tarikan
otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stres yang berlebihan.
(Brunner, 2001)
3) Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan mengepit atau
memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih menmungkinkan mobilitas.
Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Sprain merupakan
peregangan atau robekan ligamen, fibrosa dari jaringan ikat yang menggabungkan ujung satu
tulang dengan tulang lainnya. (Joyce M Black, 2014)

B. Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas, olahraga, jatuh
dan kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu ditanggunya.
(Joyce M Black, 2014)
· Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan misalnya benturan
pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna.
· Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung misalnya (jatuh dan
tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari posisinya kemudian meregang.
(Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak langsung. (Joyce
M Black, 2014)

C. Manifestasi klinis
1. Fraktur
· Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya
tarikan otot-otot ekstermitas. (Joyce M Black, 2014)
· Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi. (Brunner, 2001)
· Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi cairan
serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan sekitar.
· Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
· Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
· Nyeri
· Kelemahan otot
· Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau komplet bahkan
dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
· Adanya robekan pada ligamen
· Nyeri
· Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)
D. Patofisiologi
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur, jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja dan bukan
patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah
berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang akan terganggu.
Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar,
seperti femur. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu
sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang
dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan
respon peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi,
esudasi plasma dan leukosit. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak langsung, cedera
ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan, otot yang
belum siap terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha) dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah yang disebut sprain
yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan kemudian akan
kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah pecah dan
akan menyebabkan hemotama serta nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang,
· X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
· Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
· Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler pada
perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
· Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
· Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah atau
cedera. (Amin Huda Nurarif, 2015)
F. Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan
tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
· Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau fiksasi tulang yang
patah. Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah pergerakan tulang yang patah. Syarat
pemasangan bidai dimana dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat tulang
yang patah dan pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena akan
merusak jaringan tubuh. (Yanti Ruly Hutabarat, 2016)
· Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki sifat menyerap air
dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras.
b. Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah reduksi. Reduksi fraktur
berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan
manipulasi tulang untuk mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan
mengembalikan fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua fraktur harus direduksi.
(Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi atas dua bagian, yaitu :
· Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual. Reduksi tertutup harus segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan efek
deformitas dari cedera tersebut. (Brunner, 2001)
· Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur disejajarkan. Reduksi
terbuka sering kali dikombinasikan dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi.
Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang. (Brunner, 2001)
c. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera, sementara
kontratraksi akan menarik ke arah yang berlawanan. Traksi dapat digunakan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi. (Brunner, 2001)k
2. Strain
· Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam pertama
· Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan tendon-tulang
· Pemasangan balut tekan
· Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus diminimalkan. (Joyce M
Black, 2014)
3. Sprain
· Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan
· Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan
· Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48 jam pertama
setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan vasokontriksi akan mengurangi perdarahan
dan edema (Jangan berlebihan nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner, 2001)
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Ny. “J”
Tempat/tgl lahir : Kulon Progo 17 oktober 1945
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : janda
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah
Diagnose medis : Gangguan muskulokeletal
Alamat : Giripeni, Kulon Progo.
2. Keluaraga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :
 Nama : Tn.”W”
 Alamat : Giripeni, Kulon Progo
 No. telepon :-
 Hubungan dengan klien : Saudara kandung
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
 Pekerjaan saat ini :-
 Pekerjaan sebelumnya :-
 Sumber pendapatan :-
 Kecukupan pendapatan :-

4. Aktivitas rekreasi
 Hobi : Bernyanyi
 Berpergian/wisata : ketempat sanak famili
 Keanggotaan organisasi : tidak ada
 Lain-lain :-

5. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
Nama Keadaan saat ini keterangan
1. Tn. “W” Sehat Saudara laki-laki

b. Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir )


 tidak ada

B. Pola kebiasaan setiap hari


1. Nutrisi
 Frekuensi makan : 3X sehari
 Nafsu makan : Normal
 Jenis makanan : Nasi+sayur+sambal
 Kebiasaan sebelum Makan : Cuci tangan
 Makanan yang tidak disukai : Daging ayam, telur
 Alergi terhadap makanan : tidak ada
 Pantangan makanan : tidak ada
 Keluhan yang berhubungan dengan makan : tidak ada

2. Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi dan waktu : 3X sehari
 Kebiasaan BAK pada malam hari : tidak ada
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada

b. BAB
 Frekuensi dan waktu : 1X /2hari
 Konsistensi : Lembab
 Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada
 Pengalaman memakai Laxantif/pencahar : tidak ada

3. Personal hygiene
a. Mandi
 Frekuesi dan waktu mandi : 3X sehari
 Pemakaian sabun ( ya/tidak ) : ya
b. Oral hygiene
 Frekuensi dan gosok gigi : 3X sehari
 Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci rambut
 Frekuensi : 1X seminggu
 Penggunaan shampoo ( ya/tidak ) : ya
d. Kuku dan tangan
 Frekuensi gunting kuku : 1x dua minggu
 Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : ya

4. Istirahat dan tidur


 Lama tidur malam : 8 jam
 Tidur siang : 2 jam
 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada

5. Kebiasaan mengisi waktu luang


a. Olaraga :-
b. Nonton TV : ya
c. Berkebun/memasak : ya
d. Lain-lain :-
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ( jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai )
a. Merokok ( ya/tidak ) : tidak ada
b. Minuman keras ( ya/tidak ) : tidak ada
c. Ketergantungan terhadap Obat ( ya/tidak ) : tidak ada

C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : ibu memiliki riwayat fraktur femur distra
sinistra
b. Gejala yang dirasakan : ibu terkadang merasakan nyeri pada bagian
kaki dan sangat menghambat aktivitas jika nyeri tersebut timbul
c. Factor pencetus : akibat fraktur
d. Timbul keluhan : mandadak dan hilang timbul
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : tidak menentu
f. Upaya mengatasi : ibu relaksasi dengan beristrahat di tempat tidur

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah
diderita : tidak ada
b. Riwayat alergi ( obat, debu, : tidak ada
makanan, dan lain-lain )
c. Riwayat kecelakaan : ada
d. Riwayat dirawat di RS : ada

3. Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi,


Dan palpasi )
a. Keadaan umum ( TTV ) : ND : 20x/menit
TD: 120/80 mmHg
RR: 18x/menit
S : 36,50C
Kesadaran umum : Compos Mentis
Penampilan umum : Pasien tampak hanya berbaring di tempat tidut
b. BB/TB : 55 kg/148 cm
c. Rambut
Inspeksi: kepala simetris
Palpasi: normal
Jenis rambut : ikal
Warna rambut : putih
d. Mata
Fungsi pengihatan: kabur (min:2,6) Palpebra: terbuka
Ukuran pupil: simetris isokor
Konjuntiva: tidak pucat sclera: putih
Lensa/iris: adanya kekeruhan lensa
Oedema palpebra: tidak ada
Pupil: miosis
Replek cahaya : (+)
e. Telinga
Fungsi pendengaran: tidak baik
fungsi keseimbangan: tidak baik
Kebersihan: sedikit kotor
Daun telinga: simetris
Mastoid: tidak ada
Secret: ada sedikit
Warna sekret: abu-abu
f. Mulut,gigi,dan bibir
Membrane mukosa: agak kering
kebersihan mulut: bersih
Keadaan gigi: tidak lengkap, menggunakan gigi palsu
Tanda radang(bibir, gusi, lidah): tidak ada radang
Kesulitan menelan: tidak ada
g. Dada
Inspeksi: normal (retrasi dinding dada tidak ada)
Palpasi: normal (ekspansi paru simetris)
Perkusi: tidak resonan pada kedua paru
Auskultasi: Vesikuler
h. Abdomen
Insfeksi: simetris
Auskultasi: BU 18 x/menit
Perkusi: tympani
Palpasi: tidak ada pembesaran hepar ataupun limfa
i. Kulit
Warna kulit(sianosi,ikterus, pucat, eritema, dll): normal
Kelembapan: kulit pasien agak lembab dan keriput
Turgor kulit: baik
Ada atau tidaknya edema: tidak ada

j. Ektermitas atas : 4444


k. Ektermitas bawah : 2233

D. Hasil pengkajian khusus ( format terlampir )


1. Masalah kesehatan kronis :tidak ada
2. Fungsi kognitif :
3. Status fungsional :
4. Status psikologis ( skala depresi) : tidak ada
5. Dukungan keluarga : suami, anak dan keluarga

E. Lingkungan tempat tinggal


1. Kebersihan dan kerapian ruangan : bersih dan rapi
2. Penerangan : baik
3. Sirkulasi darah : normal
4. Keadaan kamar mandi dan WC : bersih
5. Pembuangan air kotor : ada
6. Sumber air minum : sumur
7. Pembuangan sampah : ada
8. Sumber pencemaran : ada
9. Penataan halaman ( kalau ada ) : baik
10. Privasi :-
11. Resiko injuri :tidak ada
B. Analisa Data

Hari/tanggal Data fokus Etiologi problem ttd


Selasa , 12 Ds : pasien mengatakan Agen cidera Nyeri akut
okt 2019 nyeri pada kaki kiri fisik
P : nyeri dirasakan saat
bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk –
tusuk
R : nyeri pada kaki kiri
S ; skala nyeri 7
T : nyeri terus menerus

DO :
- ekspresi waja nyeri –
Prilaku ekspresi nyeri
- sikap melindungi area nyeri
- keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala
nyeri
-perubahan pada parameter
fisiologis
Selasa, 12 DS :pasien mengatakan tidak Intoleran Hambatan
maret 2019 dapat beraktivitas Aktifitas Mobilitas
-aktivitas dibantu keluarga Fisik
DO :
- Gangguan sikap
berjalan
- Ketidaknyamanan
- Kesulitan membolak
balik posisi
- Penurunan rentan
gerak
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan intoren aktivitas

D. Intervensi Keperawatan

Diagnonasa NOC NIC TTD


keperawatan
Nyeri akut Setalah dilakukan *Pemberian
berhubungan dengan tindakan selama 1x24 Analgesik (2210)
agen cidera fisik jam diharapkan nyeri -tentukan lokasi,
berkurang dengan karakteristik,
kriteria hasil: kualitas dan
1. kontrol nyeri keparahan nyeri
(1605) sebelum mengobati
-mengenali kapan pasien
nyeri terjadi 2 -cek perintah
-menggambarkan pengobatan meliputi
faktor penyebab 2 obat, dosis dan
-menggunakan frekuensi analgesik
jurnal harian untuk yang diresepkan
memonitor gejala -cek adanya riwayat
dari waktu- alergi obat
kewaktu 2 -evaluasi
-menggunakan kemampuan pasien
tindakan untuk berperan serta
pencegahan 2 dalam pemilihan
-melaporkan nyeri analgeti, rute dan
yang terkontrol 2 dosis keterlibatan
pasien, sesuai
2. tingkat nyeri kebutuhan
(2102) -pilih analgesik atau
- nyeri yang kombinasi analgesik
dilaporkan 3 yang sesuai ketika
- panjang lebihn dari satu
episode nyeri 4 diberikan
- ekspresi nyeri -tentukan analgesik
wajah 4 sebelumnya, rute
- tidak bisa pemberian, dan dosis
beristrahat 4 untuk mencapai hasil
- agitasi 4 pengurangan nyeri
- mengerik 4 yang optimal
-monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
diberikan analgesik
narkotik pada
pemberian dosis
pertama kali atau
jika ditemukan tanda
tanda yang tidak
biasanya
-berikan kebutuhan
dan kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membuat
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan *Terapi latihan :
Fisik Berhubungan tindakan keperawatan ambulasi (0221) :
Dengan Intoleran 1x24 jam diharapkan -bantu pasien untuk
Aktifitas hambatan mobilitas duduk disisi tempt
fisik teratasi dengan tidur untuk
kriteria hasil : memfasilitasi
1. pergerakan penyesuaian sikap
(0208) tubuh
- keseimbangan 4 -bantu pasien untuk
-cara berjalan 4 perpindahan ,sesuai
- gerakan otot 4 dengan kebutuhan
- gerakan sendi 4 -bantu pasien untuk
- Berjalan 4 berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu
2. kemampuan dan dengan sejumlah
berpindah staf tertentu
- berpindah dari
satu permukaan ke *terapi latihan :
permukaan yang keseimbangan
lain sambil (0222)
berbaring 4 -berikan kesempatan
- berpindah dari untuk mendiskusikan
tempat tidur faktor-faktor yang
kekursi 4 mempengariuhi
-berpindah dari kekuatan akan jatuh
kursi ketempat -sediakan lingkungan
tidur 4 yang aman untuk
- berpindah dari latihan
kursi ke kursi -bantu dengan
program penguatan
pergelangan kaki dan
berjalan
-bantu pasien untuk
berpartisipasi dalam
latihan peregangan
sambil berbaring ,
duduk , atau berdiri
-bantu pasien untuk
pindah keposisi
duduk ,menstabilkan
tubuh dengan tangan
diletakan disisi atas
tempat tidur atau
kursi ,dan mengayun
tubuh diatas lengan
yang menyongkong
-monitor respon
pasien pada latihan
keseimbangan

*terapi latihan :
kontrol otot (0226)
-latih pasien secara
visual untuk melihat
bagian tubuh yang
sakit ketika
melakukan ADL
atau latihan ,jika di
indikasikan
-berikan petunjuk
langkah demi
langkah untuk setiap
aktivitas motorik
selama latihan atau
ADL

*terapi latihan
mobilitas sendi
(0224)
-lakukan latihan rom
pasif atau rom
dengan bantuan
,sesuai dengan
indikasi
-instrusikan pasien
atau keluarga cara
melakukan latihan
rom pasif , rom
dengan bantuan atau
rom aktif
-bantu pasien untuk
membuat jadwal
latihan rom aktif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika terjadi trauma muskuloskeletal harus segera di tangani karena jika tidak ditangani
secara dini maka akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Imobilisasi, reduksi dan
traksi untuk fraktur merupakan penatalaksanaan untuk pasien fraktur. Imobilisasi dini harus
dilakukan untuk mencegah deformitas dan sebagai penyangga tulang yang patah. Ketika
dicurigai adanya fraktur cervical, maka pasang neck collar untuk membatasi gerakkan leher
sehingga tidak memperburuk keadaan leher. Jika fraktur terbuka, luka ditutup dengan
pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi bakteri.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa, agar melakukan tindakan sesuai dengan proseur dan mempersiapkan
diri dengan baik sebelum melakukan tindakan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal
2. Untuk dosen, agar lebih memperhatikan mahasiswa dan mampu memberi pemahaman
yang lebih jelas kepada mahasiswa tentang materi prasat yang dibawakan.
3. Untuk tenaga kesehatan (perawat), ketika memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
selalu mengutamakan keamanan penolong kemudian aman yang ditolong dengan selalu
menggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA
Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta; EGC

Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Defining The

Knowledge Of Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10.

Jakarta: EGC

M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical Bedah Manajemen

Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada Media Edukasi

Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Jogjakarta; Medication Jogja

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi

Indikatator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat

Nasional Indonesia

Yanti Ruly Hutabarat dan Chandra syah Putra. 2016. Asuhan Keperawatan

Kegawatdaruratan. Bogor; IN MEDIA

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3. No 2 Desember 2015

S-ar putea să vă placă și