Action regulation theory (or Activity regulation theory) was jointly developed by Winfried

Hacker.[1] in the 1980s. The Theory serves as a basis for modelling working conditions. The pursued
approach of the Action-Regulation-Theory is the integration of cognitive, behaviourism and social
science orientated conceptions.[4] This integration then is used to make explanatory and modelling
statements about work conditions. Hacker talks in this context about the holistic work activity, which is
an essential criteria for personality development.[1][

The ground idea of the Action-Regulation-Theory is the regulation of the activity process.[6] The
relevant aspect of the Action-Regulation-Theory is the combination of internal cognitive processes
with external activities.[7][8] Actions or activities are based on goals, planning processes, execution
processes, and control processes of which conscious decisions lead the flow of activities towards a
certain direction.[1][7] Goals as an anticipated desired condition are realised through concrete actions.
Through a hierarchical-sequential structured model the mentioned process should be visualised and
the goal setting and action planning as well as the sequential followed action steps are supposed to
be accurately captured and analysed.[1]

Teori regulasi aksi (atau teori regulasi aktivitas ) dikembangkan bersama oleh Winfried
Hacker. [1] pada 1980-an. Teori berfungsi sebagai dasar untuk memodelkan kondisi kerja. Sebagai
model proses ia berakar pada teori aktivitas psikologis Soviet [2] di satu sisi dan di sisi lain
didasarkan pada Model TOTE (Tes-Operasi-Tes-Keluar) dari
Miller, Galanter dan Pribram . [3] Pendekatan yang dikejar dari Aksi- Regulasi- Teori adalah
integrasi konsepsi kognitif, behaviourisme dan ilmu sosial. [4] Integrasi ini kemudian digunakan
untuk membuat pernyataan penjelasan dan pemodelan tentang kondisi kerja. Hacker berbicara
dalam konteks ini tentang aktivitas kerja holistik, yang merupakan kriteria penting
untuk pengembangan kepribadian .

Gagasan dasar dari Action-Regulation-Theory adalah pengaturan proses

kegiatan. [6] Aspek yang relevan dari Action-Regulation-Theory adalah kombinasi dari
proses kognitif internal dengan aktivitas eksternal. [7] [8] Tindakan atau kegiatan didasarkan pada
tujuan, proses perencanaan, proses pelaksanaan, dan proses kontrol yang keputusannya secara
sadar mengarahkan aliran kegiatan ke arah tertentu. [1] [7] Tujuan sebagai kondisi yang diinginkan
diantisipasi melalui tindakan nyata. Melalui model terstruktur hierarki- berikutnyaal proses
tersebut harus divisualisasikan dan penetapan tujuan dan perencanaan tindakan serta langkah-
langkah tindakan berurutan diikuti seharusnya ditangkap dan dianalisis secara akurat. [1]

 At the intellectual regulation-level the orientation, goal setting and selection of goals happens
as well as the planning of sub-goals and action-plans. This cognitive processes are awareness
liable.[1][5]
 Below that level the so-called perceptual-conceptual regulatory-level is found, which contains
awareness able action plans in relation with judgment and classification processes. Actions
are continuously monitored through a feedback-loop to ensure a positive outcome toward the
planned goal.[4][10] Otherwise adjustments will be made. The controlling processes are
described through the T.O.T.E. Model by Miller, Galanter and Pribram [3] alternatively through
Hackers VVR-Unit (Vergleichs-Veränderungs-Rückkoppelungs-Einheit/ Comparison-
Modification-Feedback Unit).[1][11
 As the lowest level counts the sensory-motor regulatory level, which does not have its own
goal but stands in dependency of the higher levels.[1] This level contains the single operations
or activities, which sequentially follow each other [4].[10] Most actions are non-awareness
liable [1] [5]. Sufficient practice and repetition of single actions can lead to automated and so
called habitualised actions.[1] The process of socialisation, the internalisation of norms and
values, constitutes a relief regarding the goal definition at the intellectual regulatory-level [4] on
the one hand and on the other hand habitualisation constitutes a relief from below.[1] Through
the named processes intellectual capacity is freed up to concentrate on the progress toward
the desired goal and efficacy can be increased.[4] The in both-directing arrows symbolize a
continuous control of the own behaviour with the anticipated goal (target-actual comparison).

 Pada tingkat regulasi intelektual, orientasi, penetapan tujuan, dan pemilihan sasaran
terjadi serta perencanaan sub-sasaran dan rencana aksi. Proses kognitif ini adalah
tanggung jawab kesadaran
 Di bawah tingkat itu, apa yang disebut tingkat peraturan persepsi-konseptual ditemukan,
yang berisi rencana tindakan yang mampu meningkatkan kesadaran sehubungan dengan
proses penilaian dan klasifikasi. Tindakan terus dipantau melalui loop umpan balik untuk
memastikan hasil positif terhadap tujuan yang direncanakan. [4] [10] Jika tidak,
penyesuaian akan dilakukan. Proses pengendalian dijelaskan melalui Model TOTE oleh
Miller, Galanter dan Pribram [3] sebagai alternatif melalui Unit VVR Peretas (Vergleichs-
Veränderungs-Rückkoppelungs-Einheit / Unit Perbandingan-Modifikasi-Umpan Balik).
 Karena level terendah menghitung level regulasi sensorik-motorik, yang tidak memiliki
tujuan sendiri tetapi bergantung pada level yang lebih tinggi. [1] Level ini berisi operasi
atau aktivitas tunggal, yang secara berurutan saling mengikuti [4]. [10] Sebagian besar
tindakan tidak bertanggung jawab [1] [5]. Praktik dan pengulangan tindakan tunggal yang
memadai dapat mengarah pada tindakan otomatis dan biasa disebut
tindakan. [1] Proses sosialisasi , internalisasi norma-norma dan nilai-nilai, merupakan
kelegaan mengenai definisi tujuan di tingkat regulasi intelektual [4] di satu sisi dan di sisi
lain, habitusisasi merupakan bantuan dari bawah. [1] Melalui proses yang disebutkan,
kapasitas intelektual dibebaskan untuk berkonsentrasi pada kemajuan menuju tujuan yang
 diinginkan dan kemanjuran dapat ditingkatkan. [4] Tanda panah pada kedua arah
mengarahkan simbol kontrol berkelanjutan dari perilaku sendiri dengan sasaran yang
diantisipasi (target-aktual perbandingan).

REFERENSI :

Hacker, W. (1986). Arbeitspsychologie.Stuttgart : Huber.

1. Hacker, W. (1986). Arbeitspsychologie.Stuttgart : Huber.

2. Ulich, E. (2001) .Arbeitspsychologie (5., neubearbeitete Auflage) .Stuttgart.
3. Miller, GA, Galanter, E. & Pribram, KH (1960). Rencana dan struktur perilaku. New York (dt.
1973, 1991).
4. Wiendieck, G. (1994). Pesonalauswahl und -entwicklung (Kurseinheit 3-4). (Fernstudienkurs
04755). Hagen: FernUniversität.
5. Hacker, W. (1993). Psychologische Arbeitsanalyse und -bewertung. (Fernstudienkurs
04766). Hagen: FernUniversität.
6. Schelten, A. (2002). Über den Nutzen der Handlungsregulationstheorie für Berufs- und
Arbeitspädagogik.Dalam: Pädagogische Rundschau, 56, 621-630.
7. Oesterreich, R. (1987). Handlungspsychologie (Kurseinheit 1). (Fernstudienkurs 03275) .Hagen:
FernUniversität.
8. Gerstner. Regulasi kalori tangan. http://www2.ibw.uni-heidelberg.de/~gerstner/Lerntext4.pdf