Sunteți pe pagina 1din 6

Analisa jurnal

No Judul Tujuan Metode Jumlah sampel Tehnik sampel Analisis hasil Kesimpulan Saran
1 PENGARUH Tujuan dari (kuantitatif) pelasksanaan Pengambilan Dengan hasil yang kurang dari 0,05 Secara statistik terdapat penurunan 1.Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah
KOMUNIKA penelitian ini Jenis penelitian penelitian sample ini tengkat perilaku kekerasan pada Surakarta
SI adalah ini adalah true teelah diujikan dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang pasien hendaknya berusaha menerapkan
TERAPEUTI untuk eksperimental pada dengan signifikan skizofrenia yang bermakna pada komunikasi terapeutik pada semua
K mengetahui design dengan kelompok uji non antara komunikasi terapeutik respnden yang jenis
TERHADAP bagaimana menggunakan sebanyak 20 probability terhadap penurunan dilakukan penerapan komunikasi penyakit yang ada, khususnya pasda
PENURUNA pengaruh jenis responden. sampling perilaku kekerasan pasien terapeutik.Nilai pasien skizoprenia dengan perilaku
N penerapan pretest control dengan jenis skizofrenia. Dan Independent T Test digunakan untuk kekerasan.
TINGKAT komunikasi group design. purposive membuktikan bahwa hipotesa diawal membedakan signifikansi antara 2. Penerapan komunikasi terapeutik
PERILAKU terapeutik (Sugiono, 1999) sampling. adalah benar kelompok dapat
KEKERASA terhadap atau terbukti. kontrol dan kelompok perlakuan yang dilakukan pada semua pasien dengan
N PADA perilaku semua semua jenis penyakit yang ada di
PASIEN kekerasan mengalami penurunan perilaku semua
SKIZOFRENI pada pasien kekerasan dan ruangan, misal pasien menarik diri,
A DI skizofrenia di didapat hasil signifikan dengan nilai halusinasi, isolasi sosial, harga diri
RUMAH RSJD 0,32. rendah.
SAKIT Surakarta Perilaku kekerasan tingkat ringan 3. Bagi para perawat hendaklah selalu
SAKIT JIWA kurang meningkatkan kemampuan
DAERAH mengalami penurunan setelah komunikasi
SURAKART dilakukan terapeutik untuk meningkatkan
A komunikasi terapeutik dibandingkan pelayanan
pada PK kepada pasien secara komperehensif
tingkat sedang dan berat. dan
paripurna.
4. Bagi penelitian yang selanjutnya
hendaklah menggunakan responden
secara random dan mengeliminir
faktor
faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian dengan menggunakan
evaluasi secara time series sesuai
waktu
yang telah dijadwalkan.
2 PENGARUH Tujuan Penelitian ini Responden Pengumpulan Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian dan a. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah
STRATEGI penelitian ini merupakan dalam data dilakukan sebelum dilakukan terapi komunikasi pembahasan yang diperoleh maka Provinsi Jambi
PELAKSANA adalah untuk penelitian penelitian ini dengan teknik terapeutik diketahui sebagian besar dapat ditarik kesimpulan sebagai Informasi yang didapatkan dari hasil
AN melihat kuantitatif dengan adalah seluruh proporsional responden mempunyai perilaku yang berikut : penelitian ini dapat menjadi
KOMUNIKA apakah ada desain pre- pasien random kurang baik (maladaptif) dengan a. Hasil analisis rata-rata kemampuan tambahan informasi bagi perawat
SI pengaruh experimental skizofrenia sampling. mean 40.50, dan diberikan terapi responden sebelum diberikan terapi untuk lebih meningkatkan
TERAPEUTI terapi dengan one group dengan resiko komunikasi terapeutik diketahui tahapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik dimana
K komunikasi pre-test and post perilaku terjadi peningkatan skor perilaku komunikasi terapeutik pada pasien komunikasi antar perawat dengan
TERHADAP terapeutik test design, yang kekerasan yang lebih baik (adaptif) dengan dengan resiko perilaku kekerasan pasien dengan cara berinteraksi
RESIKO terhadap bertujuan untuk yang berada di mean 43,90. Hasil penelitian adalah 40,50. sesuai Strategi Pelaksanaan sesuai
PERILAKU pasien resiko melihat ruang rawat menunjukkan bahwa ada pengaruh b. Hasil analisis rata-rata kemampuan tahapannya. Perawat diharapkan
KEKERASA perilaku perbandingan inap RSJ yang signifikan terapi komunikasi responden sesudah diberikan terapi melakukan komunikasi terapeutik
N PADA kekerasan di rata-rata sebelum Propinsi Jambi terapeutik dalam mengatasi masalah tahapan strategi pelaksanaan dengan pasien sebanyak 3 kali atau
PASIEN Ruang Rawat dan sesudah sebanyak 98 perilaku kekerasan pada pasien komunikasi terapeutik pada pasien lebih dalam sehari supaya terjalinnya
GANGGUAN Inap RSJD perlakuan dengan orang dengan skizofrenia denganp-value 0,013 (p- dengan resiko perilaku kekerasan hubungan interpersonal antara
JIWA Provinsi komunikasi jumlah sampel value <0,05). adalah 43,90. perawat dan pasien dan mempercepat
DI RUMAH Jambi. terapeutik. sebanyak 20 c. Hasil uji analisis t-test didapatkan proses penyembuhan pasien.
SAKIT JIWA responden. p-value 0,013 < α (0,05) yang dapat b. Bagi Institusi Pendidikan
PROVINSI disimpulkan bahwa ada pengaruh
JAMBI strategi pelaksanaan komunikasi Diharapkan dapat menjadi tambahan
terapeutik resiko perilaku kekerasan bahan masukan untuk menambah
pada pasien gangguan jiwa di ruang wawasan bagi institusi pendidikan
rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah kesehatan sehingga dapat
Provinsi Jambi tahun 2018. meningkatkan pengetahuan tentang
pengaruh komunikasi terapeutik
dengan menggunakan strategi
pelaksanaan pada pasien jiwa
khususnya pasien dengan resiko
perilaku kekerasan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya


diharapkan kepada peneliti
selanjutnya jika ingin melaksanakan
penelitian dengan variabel yang sama
agar memberikan strategi
pelaksanaan komunikasi terapeutik
pada pasien resiko perilaku kekerasan
3 kali melakukan komunikasi dalam
sehari agar didapatkan hasil lebih
baik dari penelitian sebelumnya.
3 PENGARUH Penelitian ini Penelitian ini Populasi diambil Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian dapat Hasil penelitian ini diharapkan bisa
KOMUNIKA bertujuan dilakukan di dalam dengan teknik frekuensi kekambuhan pasien disimpulkan bahwa Frekuensi dijadikan masukan bagi Rumah sakit
SI untuk Ruang IPCU penelitian ini simple random halusinasi sebelum diberikan kekambuhan pasien halusinasi untuk lebih meningkatkan kualitas
TERAPEUTI menganalisis Mawar RSJ Dr sebanyak 110 sampling komunikasi terapeutik dari 86 sebelum diberikan komunikasi pelayanan kesehatan khususnya
K pengaruh Radjiman responden dan responden hampir seluruhnya sering terapetik (pre test) menunjukkan dalam melakukan komunikasi
TERHADAP komunikasi Wediodiningrat sampel yaitu sebanyak 71 responden (82.6%) bahwa hampir seluruhnya mengalami terapeutik dan sebagai acuan dalam
FREKUENSI terapeutik Lawang dan akan sebanyak 86 setelah diberikan komunikasi frekuensi kekambuhan sering. membuat Standar Prosedur
KEKAMBUH terhadap dilakukan pada responden teraputik sebagian besar mengalami Frekuensi kekambuhan pasien Operasional (SOP) untuk
AN PADA frekuensi bulan April – Mei jarang yaitu sebanyak 46 responden halusinasi sesudah diberikan meningkatkan kompetensi tenaga
PASIEN kekambuhan 2018. Penelitian (53.5%). Uji statistik Wilcoxon komunikasi terapetik (post test) pelayanan kesehatan dan
HALUSINASI pada pasien ini menggunakan Signed Rank Test didapatkan nilai menunjukkan bahwa sebagian besar meminimalisir kekambuhan pasien
DI RUANG halusinasi di desain pre Asymp.sig sebesar 0,000 dan < α mengalami frekuensi kekambuhan halusinasi di Ruang Mawar RSJ Dr
IPCU Ruang IPCU experimental (0.05) artinya ada pengaruh jarang. Ada pengaruh komunikasi Radjiman Wediodiningrat Lawang
MAWAR RSJ Mawar RSJ Dr design dengan komunikasi terapeutik terhadap terapeutik terhadap frekuensi Malang serta sebagai bahan masukan
DR Radjiman one grup pre-test frekuensi kekambuhan pada pasien kekambuhan pasien halusinasi di pada layanan keperawatan yang
RADJIMAN Wediodiningra pos-tes design. halusinasi. Komunikasi terapeutik Ruang IPCU Mawar RSJ Dr berhubungan dengan fungsi perawat
WEDIODINI t Lawang dapat menurunkan frekuensi Radjiman Wediodiningrat Lawang sebagai pemberi pelayanan
NGRAT Malang. kekambuhan pada pasien halusinasi Malang tahun 2018 dengan nilai komunikasi terapeutik.
LAWANG dikarenakan semakin banyak klien Asymp.sig sebesar 0,000.
MALANG tersebut mendapat terapi pengobatan
dan perawatan dengan baik, sehingga
klien dapat mampu mengontrol
halusinasi yang dialaminya dan
menjadi lebih baik dikemudian hari.
Rumah sakit hendaknya
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan khususnya dalam
melakukan komunikasi terapeutik
dan sebagai membuat Standar
Prosedur Operasional (SOP) untuk
meningkatkan kompetensi tenaga
pelayanan kesehatan dan
meminimalisir kekambuhan pasien
halusinasi.
4 Analisis Penelitian ini Metode yang informan Wawancara Berdasarkan hasil penelitian, 1. Perawat Rumah Sakit Jiwa Aceh
Komunikasi bertujuan digunakan dalam berdasarkan tersebut komunikasi telah menerapkan komunikasi Penerapan komunikasi terapeutik
Terapeutik untuk penelitian ini sejumlah dilakukan terapeutik yang diterapkan oleh terapeutik perawat dalam pemulihan pasien
Perawat dalam mengetahui adalah pendekatan kriteria yang dengan perawat Rumah Sakit Jiwa Aceh dalam pemulihan pasien gangguan gangguan jiwa di RSJ Aceh sudah
Pemulihan penerapan kualitatif dengan telah menggunakan dalam jiwa halusinasi melalui empat tahap berjalan dengan baik. Diharapkan
Pasien komunikasi analisis deskriptif. ditentukan teknik pemulihan pasien gangguan jiwa yang bagi perawat RSJ Aceh untuk terus
Gangguan terapeutik yaitu terhadap purposive halusinasi melalui empat tahap yaitu meliputi : menerapkan dan meningkatkan
Jiwa di Rumah perawat dalam 4 orang sampling, tahap pra a. Tahap Pra interaksi, dalam tahap intensitas interaksi komunikasi
Sakit Jiwa pemulihan perawat interaksi, orientasi, kerja dan ini sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dalam
Aceh pasien Rumah Sakit terminasi. Selama penerapan terapeutik perawat RSJ Aceh mencari rangka mempercepat pemulihan
gangguan jiwa Jiwa Aceh komunikasi terapeutik seluruh informasi mengenai pasien pasien gangguan jiwa.
khususnya yang perawat menggunakan komunikasi seperti melalui dokumen laporan 2. Diharapkan bagi pihak manajemen
halusinasi di menerapkan verbal dan non verbal serta beberapa harian dan data status kesehatan RSJ Aceh untuk terus melakukan
Rumah Sakit komunikasi teknik pasien peningkatan kemampuan dan
Jiwa Aceh dan terapeutik untuk mencapai tujuannya. Perawat serta dari keluarga pasien yang keterampilan perawat melalui
hambatannya. pada pasien juga mengalami hambatan internal bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk pelatihan yang berkaitan dengan
gangguan jiwa dan mengetahui perkembangan keadaan komunikasi terapeutik dalam
halusinasi. eksternal dalam menerapkan pasien dan tindakan yang harus melakukan komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik yang berasal diberikan kepada pasien gangguan terhadap pemulihan pasien gangguan
dari diri pasien yaitu resistens atau jiwa halusinasi. jiwa, sehingga berdampak terhadap
menolak berinteraksi dan b. Tahap orientasi, dalam tahap ini peningkatan kinerja perawat dan
menyangkal, dari diri perawat yaitu perawat RSJ Aceh membina kesembuhan pasien.
mood, multi peran dan bahasa. hubungan 3. Diharapkan juga bagi pihak
saling percaya dengan melakukan manajemen RSJ Aceh untuk
perkenalan dan pendekatan melalui menambah jumlah perawat yang ahli
komunikasi verbal dan non verbal dibidangnya agar proses
(sentuhan, kontak mata, ekspresi, penyembuhan dari keseluruhan
gerakan pasien dapat tertangani dengan cepat
tubuh) serta beberapa teknik meliputi: dan baik.
1) pertanyaan terbuka, 2) 4. Diharapkan bagi keluarga pasien
mendengarkan secara aktif, 3) untuk lebih berpartisipasi dalam
menyatakan hasil pengamatan dari pemulihan pasien sehingga dapat
perawat mempercepat kesembuhan pasien.
dan data StaKes pasien, 4) sikap 5. Diharapkan bagi program studi
terbuka, 5) rasa empati, 6) Ilmu Komunikasi untuk lebih
memberikan memperdalam studi Komunikasi
pengertian dan arahan yang positif Kesehatan. Tujuannya agar
dan nyata, dan 7) memberikan pujian. mahasiswa mengerti dan paham
Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengenai kegiatan komunikasi yang
membuka diri sehingga perawat dilakukan dalam dunia kesehatan.
mudah
dalam menangani pasien gangguan
jiwa halusinasi.
c. Tahap kerja, dalam tahap ini
perawat melakukan tindakan
keperawatan pada
pasien gangguan jiwa halusinasi
sesuai dengan standar penanganan
masalah
keperawatan halusinasi untuk
pemulihan pasien. Perawat
melakukan
tindakan pada pasien gangguan jiwa
halusinasi melalui interaksi individu,
kelompok dan keluarga pasien.
Interaksi individu antara perawat dan
pasien
yang disebut dengan strategi
pelaksana (SP) terdiri dari empat
tindakan
yang dilakukan secara bertahap: 1)
membantu pasien mengenali
halusinasi
dan melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi, 2) melatih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara
menggunakan obat secara teratur, 3)
melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pasien bercakap-cakap
dengan orang lain, dan 4) melatih
pasien
mengontrol halusinasi dengan cara
pasien beraktivitas secara terjadwal.
Interaksi kelompok antara perawat
dan pasien yang disebut dengan
Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) dilakukan
dengan tema-tema tertentu sesuai
kebutuhan pasien. Terapi keluarga
yang diberikan perawat melalui
PenKes
agar proses penyembuhan pasien
dapat berkesinambungan.
d. Tahap terminasi, dalam tahap ini
perawat mengakhiri komunikasi
terapeutik
dalam menjalankan tindakan
keperawatan pada pasien gangguan
jiwa
halusinasi. Pada tahap ini, kegiatan
yang dilakukan perawat adalah
mengevaluasi hasil kegiatan yang
telah dilakukan sebagai dasar untuk
tindak lanjut yang akan datang yang
meliputi: 1) terminasi sementara,
mengevaluasi hasil interaksi perawat
dengan pasien dan menentukan
kontrak selanjutnya jika diperlukan,
dan 2) terminasi akhir, mengevaluasi
secara keseluruhan tindakan terapi
yang sudah diberikan dan yang harus
dilanjutkan oleh keluarga pasien
melalui PenKes keluarga.
2. Pada saat penerapan komunikasi
terapeutik terdapat hambatan yang
berasal
dari diri pasien dan juga dari diri
perawat yang meliputi :
a. Hambatan dari diri pasien
gangguan jiwa halusinasi yaitu
resistens berupa
penolakan pasien halusinasi untuk
berinteraksi dengan perawat dan
menutup
diri serta menyangkal tentang
masalah gangguan jiwanya, karena
pasien
mengangap dirinya tidak sakit. Hal
tersebut menyebabkan perawat tidak
dapat mengetahui masalah pasien
secara lebih jelas dan tidak dapat
memberikan tindakan keperawatan
pada pasien.
b. Hambatan dari diri perawat yaitu
berupa hambatan internal dari dalam
diri
perawat seperti 1) mood yang kurang
bagus akibat masalah pribadi yang
dialami oleh perawat, 2) multi peran
sehingga membuat perawat tidak
fokus
dalam menjalankan tugasnya dan 3)
perbedaan bahasa yang menghambat
komunikasi antara perawat dan
pasien.
5 TEKNIK Penelitian ini Pendekatan informan Teknik Hasil penelitian menunjukan bahwa : Kesimpulan dari penelitian ini Saran peneliti, sebaiknya RSJ
KOMUNIKA bertujuan penelitian adalah penelitian penentuan Teknik mendengarkan, dalam teknik menunjukan bahwa teknik Provinsi Jabar Lebih meningkatkan
SI mengetahui kualitatif dengan berjumlah 4 informan ini perawat mendengarkan terhadap komunikasi terapeutik merupakan jadwal aktivitas dibidang spiritual
TERAPEUTI bagaimana studi deskriptif. orang perawat. dengan masalah, perasaan dan pikiran yang fase paling inti dan paling dominan keagamaan, karena dengan membuat
K PERAWAT Teknik Subjek menggunakan dialami pasien, dengan menunjukan yang dilakukan perawat dalam kegiatan seperti akan membantu
PADA Komunikasi penelitiannya snowboll perhatian dan berperan aktif. Teknik rangkaian terapi penyembuhan pasien pasien dalam proses penyembuhan.
PASIEN Terapeutik adalah perawat- sampling, bertanya dalam teknik ini perawat gangguan jiwa halusinasi.
HALUSINASI Perawat Pada perawat Rumah bertanya dengan tujuan untuk dapat
DI RUMAH Pasien Sakit Jiwa mendorong pasien halusinasi untuk
SAKIT JIWA halusinasi di Provinsi Jabar. mengungkapkan informasi lebih
Rumah Sakit sfesifik dan lengkap terhadap
Jiwa Provinsi masalah, perasaan dan pikirannya.
Jawa Barat. Teknik menyimpulkan dalam teknik
ini perawat mendapatkan poin utama
atau kesimpulan yang menjadi acuan
untuk mengatasi masalah pokok yang
dialami pasien halusinasi. Teknik
mengubah cara pandang dalam teknik
ini perawat mampu mengubah cara
pandang dan melatih pasien agar
dapat keluar dari masalah yang
dialaminya.

S-ar putea să vă placă și