Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract: Tunnels are an option in the development of railroads for land routes and cities with
dense settlements. Ministry of Transportation of the Republic of Indonesia through the
Directorate General of Railways made efforts to support railway infrastructure by build the
Notog tunnel as an alternative to the development of tunnels at the hills area. This research is
intended to analyze the stability of the tunnel by looking for the value of safety factor that occurs
at the log drill point 3 of the Notog tunnel using finite element method in Plaxis v8.2 program.
Tunnel stability analysis was computed mathematically by Mohr-Coloumb method and analyzed
by Plaxis v8.2 program by providing reinforcement of wiremesh and rockbolts. The analysis
determines the value of the safety factor and deformation that occurs in the tunnel, the result of
this research is expected to obtain the value of safety factor and representate the tunnel condition
due to deformation that occurred. The result of Notog tunnel modeling at log drill point 3 got the
result of safety factor value without reinforcement 2,3769 with Mohr-Coloumb method and 2,352
with Plaxis v8.2 program. By adding the seismic loads to this analysis, the safety factor values
for each of the reinforcements are 2,428 with wiremesh reinforcement, 3,022 with reinforcement
wiremesh and 1 rockbolt, 3,541 with reinforcement wiremesh and 2 rockbolts, 4,303 with
reinforcement wiremesh and 3 rockbolts, 4,324 with reinforcement wiremesh and 4 rockbolts,
and 4,647 with reinforcement wiremesh and 5 rockbolts. The results obtained an alternative use
of reinforcement wiremesh and 3 rockbolt are more effective and efficient because the difference
in the value of safety factor obtained was not quite big with the addition of the amount of rockbolt.
Keywords: Tunnel, safety factor, deformation, wiremesh, rockbolt, Plaxis v8.2 Program
1. PENDAHULUAN
Terowongan merupakan pilihan dalam dibutuhkan terowongan sebagai alternatif
pengembangan jalan kereta api untuk jalur pembangunan insfrastruktur di permukaan.
darat dan kota – kota yang padat pemukiman. Pembangunan terowongan di Indonesia
Di kota – kota besar di negara maju, alternatif memang belum banyak tetapi usasha ke arah
ini telah dilakukan sehingga penataan tersebut pasti akan dilakukan seiring dengan
permukaan kota dapat lebih mudah karena perkembangan pembangunan di Indonesia.
transportasi darat banyak dilakukan dengan (Pakbaz dan Yareevand, 2005)
terowongan bawah tanah (underground Kementerian Perhubungan Republik
tunneling). Indonesia sebagai negara yang Indonesia melalui Direktorat Jenderal
sedang membangun mempunyai berbagai Perkeretaapian melakukan upaya untuk
macam topografi pada sebagian wilayahnya menunjang insfrastruktur perkeretaapian
dan kota – kota besar mulai padat sehingga dengan membuat terowongan sebagai
alternatif daerah perbukitan. Dengan adanya Fadhilah (2016) melakukan penelitian
jalur ganda Cirebon-Kroya, maka dibuatlah tentang analisis geoteknik terowongan batuan
Proyek Pembangunan Terowongan Notog Geurutee Aceh menggunakan metode elemen
BH 1440 dengan panjang terowongan 550 hingga. Dalam penelitian tersebut bertujuan
meter. Perencanaan pengeboran terowongan agar dapat menambah pengetahuan untuk
dibagi menjadi dua yaitu pada portal inlet dan menganalisis dan mengolah data tanah dan
portal outlet sehingga akan meminimalkan batuan di suatu tempat juga dapat mendesain
waktu pekerjaan yang ada di proyek. terowongan untuk jalan raya pada kondisi
(KEMENHUB, 2015) batuan tertentu. Dari penelitian tersebut
Pada penelitian ini dimaksudkan untuk didapat hasil yaitu besarnya deformasi yang
menganalisis stabilitas terowongan dengan terjadi pada terowongan tanpa perkuatan dan
mencari nilai angka keamanan yang terjadi dengan perkuatan didapat nilai deformasi
pada titik bor log 3 terowongan Notog. yang tidak jauh berbeda dikarenakan kondisi
Analisis stabilitas terowongan yang akan massa batuan pegunungan Geurutee terbilang
dilakukan menggunakan program Plaxis mantap. Selain itu, kedua model memiliki
v8.2. Program Plaxis v8.2 adalah salah satu nilai safety factor yang diatas batas aman
program komputer yang dapat menganalisis selama panjang terowongan tersebut 19,5 m
stabilitas dan deformasi terowongan atau tetapi, pemodelan tanpa perkuatan sementara
bidang geoteknik lainnya berdasarkan diperkirakan akan mengalami penurunan
metode elemen hingga. nilai safety factor sampai < 2 pada
Rumusan masalah yang akan dianalis penggalian selanjutnya, sehingga pemodelan
yaitu mencari nilai angka keamanan pada terowongan tanpa perkuatan sementara tidak
terowongan tanpa perkuatan, dengan dianjurkan. Pada metode konstruksi
perkuatan wiremesh, dan wiremesh dengan sesungguhnya di lapangan terowongan tanpa
penambahan jumlah rockbolt, sehingga akan perkuatan tidak dianjurkan karena dari faktor
didapat perkuatan mana yang akan dipilih akibat blasting yang memungkinkan
untuk terowongan dengan terjadinya keruntuhan pada tahap penggalian
mempertimbangkan beberapa aspek. terowongan tersebut.
Selanjutnya dilakukan penelitian
2. TINJAUAN PUSTAKA
tentang analisis stabilitas terowongan dengan
Penelitian yang terkait dengan analisis
perkuatan wiremesh dan rockbolt
stabilitas terowongan dengan suatu perkuatan
menggunakan metode elemen hingga yaitu
pernah dilakukan Apriyono (2010) dan
program Plaxis v8.2. Analisis ini akan
Fadhilah (2016).
mencari tahu seberapa besar pengaruh
Apriyono (2010) melakukan penelitian
perkuatan terhadap nilai safety factor dan
tinjauan kekuatan sistem penyangga
deformasi yang terjadi pada konstruksi
terowongan dengan menggunakan metode
terowongan yang ada di Notog, Purwokerto,
elemen hingga. Dalam penelitian tersebut
Jawa Tengah.
bertujuan untuk mempelajari metode elemen
hingga dan menentukan desain metode 3. LANDASAN TEORI
perkuatan terowongan yang tepat untuk
antisipasi keruntuhan terowongan. Dari 3.1 Pengertian Terowongan
penelitian yang dilakukan, hasil penelitian Menurut Paulus P Raharjo (2004) bahwa
pemasangan sistem penyangga terowongan transportasi bawah kota
mengakibatkan penurunan nilai displacement merupakan grup tersendiri diantara
di sekitar terowongan, penurunan nilai terowongan lalu lintas, dapat berupa
displacement rerata sebesar 12,5 mm. Selain terowongan kereta api maupun terowongan
itu, sistem penyangga berdasarkan Q sistem jalan raya. Dalam tahap konstruksinya,
mengurangi nilai displacement terowongan terowongan memerlukan pengawasan yang
secara signifikan sehingga pantas untuk lebih, karena adanya sedikit kesalahan
dipertimbangkan dalam perencanaan. metode dapat mengakibatkan keruntuhan.
3.2 Sistem Penyangga Terowongan 4. Rockbolt
Sistem penyangga dalam pembuatan Menurut Singh, 2006, rockbolt adalah
terowongan Notog, Purwokerto ada beberapa bahan batang yang terbuat dari baja,
jenis, antara lain sebagai berikut : berpenampang bulat yang digunakan untuk
1. Shotcrete menyangga massa batuan. Kekuatan
Shotcrete diterapkan untuk menutup rockbolt, biasanya diukur dengan
permukaan yang terbuka akibat pengeboran melaksanakan uji tarik (pull test) di lapangan.
dan untuk mendukung rongga pada bukaan Berdasarkan Handbook of Road Power,
terowongan. Beton yang digunakan sebagai 2006, kekuatan perkuatan ini ditentukan oleh
shotcrete memiliki karakteristik yang hampir beberapa parameter diantaranya diameter,
sama dengan beton biasa, hanya saja modulus panjang, dan jarak antar rockbolt.
elastisitasnya lebih rendah dari beton biasa. 3.3 Metode Elemen Hingga Program
Kekakuan shotcrete bertambah seiring Plaxis
dengan pertambahan umur shotcrete. Plaxis adalah program elemen hingga
Ketebalan shotcrete pada konstruksi yang dikembangkan untuk analisis
terowongan tergantung dari luas bukaan deformasi, stabilitas dan aliran air tanah
terowongan dan sesuai dari perjanjian dalam rekayasa geoteknik. Perkembangan
kontrak. plaxis dimulai pada tahun 1987 di Delft
2. Wiremesh University of Technology sebagai inisiatif
Mesh kawat yang sering digunakan Kementerian Pekerjaan Umum dan
adalah chailink mesh dan weld mesh. Pengelolaan Air (Rijkswarerstaat) Belanda.
Chailink mesh digunakan pada permukaan Tujuan semula adalah untuk
karena kuat dan fleksibel, sedangkan weld mengembangkan kode elemen hingga 2D
mesh terdiri atas kabel baja yang diatur yang mudah digunakan untuk analisis
dengan pola segiempat atau bujur sangkar tanggul sungai di tanah lunak dari dataran
dan disambung dengan cara dipatri pada titik- rendah Belanda. Dalam beberapa tahun
titik perpotongnya, serta memperkuat beton berikutnya, plaxis diperluas untuk mencakup
tembak dan lebih kaku. Dalam hal ini, mesh sebagian besar wilayah lain untuk rekayasa
kawat yang digunakan di terowongan notog geoteknik. Karena terus berkembang,
adalah jenis weld mesh. Hal itu disebabkan perusahaan plaxis (Plaxis bv) dibentuk pada
untuk memenuhi fungsinya untuk tahun 1993.
memperkuat beton tembak agar lebih kaku, 3.4 Beban Gempa Statis
selain itu untuk mengikat material batuan Analisis perancangan struktur bangunan
yang kecil dan menahannya agar tidak jatuh. terhadap pengaruh beban gempa secara statis,
3. Steel Rib pada prinsipnya adalah menggantikan gaya-
Steel rib merupakan salah satu jenis gaya horizontal yang bekerja pada struktur
penyangga konstruksi terowongan yang akibat pergerakan tanah dengan gaya-gaya
terbuat dari baja. Tipe steel rib dapat dilihat statis yang ekivalen, dengan tujuan
dalam Gambar 1 (Singh dan Rajnish, 2006). penyederhanaan dan kemudahan di dalam
perhitungan. Metode ini disebut Metode
Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent Lateral
Force Methode). Pada metode ini
diasumsikan bahwa gaya horizontal akibat
gempa yang bekerja pada suatu elemen
struktur, besarnya ditentukan berdasarkan
hasil perkalian antara suatu konstanta berat
atau massa dari elemen struktur tersebut.
(SNI 03-1726-2003)
Gambar 1 Tipe Steel Rib
(Sumber: Singh dan Rajnish, 2006) 4. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Proyek Mulai
Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api
Notog, Purwokerto yang sedang dikerjakan
oleh PT. PP Persero. Adapun letaknya ada Studi Pustaka
pada Gambar 2 dan 3.
Data Terowongan:
1. Jenis Batuan
2. Parameter Batuan, Rockbolt dan Wiremesh
3. Data Penampang Terowongan
Selesai
SF
SF Konstruksi SF Gempa
Gambar 25 Grafik Nilai Safety Factor Pada Tahap Konstruksi dan Penambahan Beban Gempa
0,03
0,02
0,01
0
BOR WIREMESW
H M + R B 1W M + R B 2W M + R B 3W M + R B 4W M + R B 5
Konstruksi (m) Kons+Gempa (m)
Gambar 26 Nilai Deformasi Pada Tahap Konstruksi dan Penambahan Beban Gempa
6. KESIMPULAN DAN SARAN variasi hasil yang dapat di
6.1 Kesimpulan pertimbangkan. Untuk lebih spesifik lagi
Nilai angka keamanan (safety factor) dalam menganalisis beban gempa yang
pada tahap pengeboran dengan program terjadi, penulis menyarankan agar
Plaxis v8.2 > 1,25 yang dapat dikatakan aman menggunakan beban gempa yang dinamis
(Bowles, 1984). Dari hasil analisis dengan
dikarenakan pada penelitian ini penulis
menggunakan perkuatan wiremesh hingga
penambahan jumlah rockbolt juga menggunakan beban gempa statis.
mendapatkan hasil yang semakin meningkat DAFTAR PUSTAKA
nilai angka keamanannya (lihat Gambar 25). Apriyono, Anwar, 2010, “Tinjauan Kekuatan
Hasil yang berbeda diperoleh dari nilai Sistem Penyangga Terowongan dengan
deformasi jika konstruksi ditambahkan beban Menggunakan Metode Elemen Hingga”,
gempa maka nilai deformasi dengan Purwokerto.
penambahan perkuatan pada terowongan Arsip PT PP, Purwokerto, 2017.
akan semakin menururun (lihat Gambar 26). Blackwell, Wiley, 2006, “Handbook of Road
Dari hasil analisis tersebut penulis Power”, Oxford.
mempertimbangkan untuk memakai Fadhillah, Ryan Achmad, 2016, “Analisis
perkuatan dengan wiremesh + 3 rockbolt Geoteknik Terowongan Batuan
dengan pertimbangan selisih nilai angka Geurutee Aceh Menggunakan Metode
keamanan pada penambahan 3 rockbolt dan 4 Elemen Hingga”, Bandung.
rockbolt sangat sedikit yaitu sebesar 0,021. KEMENHUB, 2015, “Pembangunan Jalur
Jumlah 3 rockbolt akan sangat mengurangi Ganda Cirebon-Kroya”, Jakarta.
biaya dan waktu sehingga pekerjaan akan Kolymbas, D, 2005, “Tunneling and Tunnel
lebih efisien. Mechanic”, Spinger, Berlin.
6.2 Saran Pakbaz dan Yareevand, 2005, “2-D Analysis
Analisis stabilitas terowongan of Circular Tunnel Against Earthquake
Loading”, Universiti Teknologi
sebaiknya ditinjau dari semua tipe batuan
Malaysia, Malaysia.
atau semua titik bor log yang ada di Rahardjo, Paulus, 2004, “Desain dan Analisis
proyek terowongan agar mendapatkan Terowongan Batuan Studi Kasus
Terowongan Kereta Api Purwokerto –
Kroya”, Proceeding of International
Workshop on Tunnel Engineering,
Bandung.
Rai, Made Astawa, 2013, “Mekanika
Batuan”, ITB, Bandung.
Singh dan Rajnish, 2006, “Tunneling in Weak
Rock”, Elsevier Ltd, London.
Standar Nasional Indonesia, 2003, ”Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung”, Bandung.