Sunteți pe pagina 1din 33

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.

W DENGAN
MOLA HIDATIDOSA DI RUANG PARIKESIT, RSUD K.R.M.T
WONGSONEGORO, SEMARANG

FAYRUZ ZAHROTIN NISWAH

P1337420919067

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019

1
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.W DENGAN MOLA
HIDATIDOSA DI RUANG PARIKESIT, RSUD KRMT
WONGSONEGORO, SEMARANG

Fayruz Zahrotin Niswah1, Kurniati Puji Lestari, S.Kep, Ns, M.Kep2

1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
2
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang
Koresponden: fayruzzn241@gmail.com

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pelayanan
kesehatan di suatu negara. Angka kematian ibu di Indonesia sendiri masih sangat tinggi. Di
provinsi Jawa Tengah penyebab angka kematian ibu didominasi oleh perdarahan (32%),
disusul oleh hipertensi atau eklampsia (25%), infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus
(1%). Untuk perdarahan sendiri dapat terjadi saat awal kehamilan yaitu karena kehamilan
ektopik, mola hidatidosa, dan abortus sedangkan pada kehamilan lanjut dapat disebabkan
oleh solusio plasenta dan plasenta previa. Menurut data, terdapat mola hidatidosa sebagai
salah satu penyebab perdarahan yang selanjutnya merupakan penyebab kematian ibu
terbesar, namun tidak ada data yang spesifik berapa presentase yang sebenarnya untuk kasus
tersebut.

Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan penatalaksanaan klien dengan masalah obstetri


gynekologi dengan diagnosa medis mola hidatidosa, dan masalah keperawatan resiko
perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola hidatidosa) serta masalah keperawatan ansietas
b.d kurangnya informasi terkait dengan penyakit dan prosedur penatalaksanaan.

Metode : Metode asuhan keperawatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah


klien, menentukan intervensi dan penatalaksanaan dengan mengacu pada handbook diagosa
NANDA NIC & NOC 2018 serta mengimplementasikan untuk kemudian dilakukan observasi
atau evaluasi akhir setelah dilakukan intervensi sesuai dengan waktu yang ditargetkan.
Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mengalami
perkembangan yang signifikan pada masalah keperawatan resiko perdarahan dan ansietas
setelah dilakukan tindakan sesuai dengan jurnal terlampir serta melaksanakan intervensi yang
berpedoman pada buku NIC NOC.
Saran : Diharapkan agar pasien dan keluarga dapat lebih aware terhadap kondisi, serta
mampu memenuhi kebutuhan diri klien dengan baik, berikut kebutuhan fisiologis maupun
psikologis klien.

Kata kunci : obstetric gynecology, mola hidatidosa, nursing intervention and outcomes.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. 1

ABSTRAK .............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
B. Web of Causation ............................................................................................................... 6

BAB 2 LAPORAN KASUS KELOLAAN


A. Pengkajian .......................................................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 17
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................................................... 18
D. Implementasi Keperawatan ............................................................................................... 20
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................................................... 24

BAB 3 PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus ................................................................................................................... 26
B. Analisa Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 30

BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 32
B. Saran ................................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 33

LAMPIRAN .......................................................................................................................... 34

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di


Indonesia, pemerintah mencanangkan program Millineum Development Goals (MDGs)
namun pada kenyataannya, kondisi Angka Kematian Ibuhingga akhir program yaitu pada
tahun 2015 tidak mencapai target (102 per 100.000 kelahiran hidup). Berdasarkan SDKI
tahun 1992 mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, selanjutnya angka tersebut dapat
ditekan terus sampai dengan 228 pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2012 mulai
naik sampai dengan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Di sisi lain, untuk tahun 2016 hingga tahun 2030, WHO kembali mencangankan
strategi untuk menurunkan angka kematian ibu melalui program Sustainable
Development Goals (SDGs) yaitu SDGs poin 3.1 dimana target ratio kematian ibu secara
global diharapkan dapat turun hingga mencapai kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup. Di provinsi Jawa Tengah penyebab angka kematian ibu didominasi oleh
perdarahan (32 %), disusul oleh hipertensi atau eklampsia (25%), infeksi (5%), partus
lama (5%), dan abortus (1%). Untuk perdarahan sendiri dapat terjadi saat awal kehamilan
yaitu karena kehamilan ektopik, mola hidatidosa, dan abortus sedangkan pada
kehamilan lanjut dapat disebabkan oleh solusio plasenta dan plasenta previa. Menurut
data, terdapat mola hidatidosa sebagai salah satu penyebab perdarahan yang selanjutnya
merupakan penyebab kematian ibu terbesar, namun tidak ada data yang spesifik berapa
presentase yang sebenarnya untuk kasus tersebut.
Setiap pasangan suami istri mendambakan mempunyai bayi yang sehat. Hal
tersebut dapat dicapai melalui kehamilan yang normal di mana pada kehamilan normal
hasil konsepsi dapat bertumbuh terus sehingga bayi yang dilahirkan memenuhi kriteria
tersebut. Namun, kehamilan juga dapat mengalami gangguan sehingga menyebabkan
kegagalan kehamilan. Kegagalan ini dapat berupa abortus, prematuritas, kematian janin
dalam rahim, atau kelainan kongenital. Kegagalan kehamilan tersebut tergantung pada
tahap dan jenis gangguannya.
Selain beberapa gangguan yang telah disebutkan, kegagalan kehamilan juga dapat
disebabkan karena tidak normalnya perkembangan sel trofoblas dimana terjadi proliferasi
sel trofoblas yang abnormal saat kehamilan. Kelainan tersebut adalah penyakit trofoblas

4
gestasional (Gestational Trophoblastic Disease). Menurut WHO, Gestational
Trophoblastic Disease diklasifikasikan menjadi mola hidatidosa, koriokarsinoma, mola
invasif, placental-site trophoblastic tumor, miscellaneous trophoblastic tumor
(exaggerated placental site, plancental site nodule), dan unclassified trophoblastic lesion.
Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 berdasarkan morfologi, histopatologi, dan
kariotipenya yaitu mola komplet (klasik) dan mola inkomplet (parsial). Pada mola
komplet (klasik) ditandai dengan tidak berkembangnya janin dan vili korialis mengalami
degenerasi hidropik. Sedangkan pada mola inkomplet (parsial) ditemukan beberapa
bagian kecil dari janin misalnya plasenta, amnion, bahkan janin itu sendiri telah
terbentuk. Dalam hal ini, vili korialis hanya mengalami edema dan sel trofoblas hanya
sedikit yang berproliferasi jika dibandingkan dengan mola komplet. Karakteristik
terpenting untuk membedakan mola hidatidosa dengan penyakit trofoblas gestasional
lain adalah pada mola hidatidosa terdapat proliferasi sel trofoblas yang melapisi vili
korialis plasenta.
Insiden mola hidatidosa per 1.000 kehamilan terjadi di Asia di mana 5 negara
yang menduduki peringkat atas yaitu Indonesia dengan 13 kasus, Taiwan 8,0 kasus,
Filipina dan China 5,0 kasus, serta Jepang 3.8 kasus. Sedangkan insidensi terendah
terdapat di Amerika Utara, Eropa, dan Oceania dengan rata-rata 0.5-1.84 kasus per 1.000
kehamilan. Data yang diperoleh dari Amerika Selatan terdapat 0.23-0.9 kasus per
1.000 kehamilan, sedangkan di benua Afrika hanya Uganda dan Nigeria yang
mempunyai dokumentasi kasus yaitu terdapat rata-rata 5.0 kasus per 1.000 kehamilan.
Walaupun mola hidatidosa merupakan kasus yang jarang, namun jika tidak
dideteksi dan ditangani segera maka akan berkembang menjadi keganasan sel trofoblas
yaitu pada 15-20% wanita dengan mola hidatidosa komplet dan 2-3 % pada mola
parsial. Mola hidatidosa dinyatakan ganas jika terjadi metastasis dan invasi merusak
miometrium, misalnya pada mola invasif. Jika hal tersebut dilanjutkan kemungkinan
akan menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu di Indonesia semakin meningkat.
Berdasarkan besaran masalah mola hidatidosa yang dapat menjadi salah satu
penyebab angka kematian ibu semakin meningkat maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai angka kejadian dan karakteristik mola hidatidosa. Hal tersebut berkaitan
dengan faktor risiko itu sendiri, ketika faktor risiko tersebut dapat dimodifikasi maka
pencegahan terhadap mola hidatidosa dapat dilakukan.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka
kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya
5
kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada
wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah,
dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat
fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono
menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat
ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan
atoni), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan
stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).

B. Web of Causation
(Terlampir)

6
FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. W DENGAN MOLA


HIDATIDOSA DI RUANG PARIKESIT, RSUD K.R.M.T
WONGSONEGORO, SEMARANG

Tanggal Pengkajian : Selasa, 1 Oktober 2019


Ruang/ RS : Parikesit / RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
A. DATA UMUM KLIEN
1. Initial Kien : Ny. W
2. Usia : 28 tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Karyawan swasta
5. Pendidikan Terakhir : SMA
6. Alamat : Penggaron Kidul 04/03, Pedurungan, Semarang
7. Initial Suami : Tn. U
8. Usia : 29 tahun
9. Pekerjaan : Karyawan swasta
10. Pendidikan : SMA

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah, mengalami perdarahan seperti haid
namun terasa sakit sejak satu hari yang lalu.
2. Riwayat Kehamilan Sekarang:
a. Berapa kali pemeriksaan : klien mengatakan sudah pernah menjalani kuretase
sebelumnya pada tanggal 12 September 2019. Klien datang ke Poli kandungan
RSWN untuk kontrol, namun bertepatan dengan itu, klien juga mengalami
nyeri perut bagian bawah dan mengalami perdarahan seperti haid.
b. Masalah kehamilan : mola hidatidosa

7
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

Jenis Jenis Keadaan Bayi Masalah


No Tahun Penolong
Persalinan Kelamin Waktu Lahir Lehamilan

1 2016 Spontan Bidan Laki-laki Menangis Tidak ada


spontan dan
tidak ada
trauma
persalinan
2 2019 Kuretase - - - Mola
hidatidosa

4. Riwayat Keperawatan Sekarang


Klien mengatakan pada tanggal 39 September 2019 pukul 20:30 merasakan
nyeri perut bagian bawah disertai perdarahan seperti haid. Klien sudah pernah
menjalani kuretase sebelumnya karena masalah mola hidatidosa pada tanggal 12
September 2019 dan pada tanggal 1 oktober dijadwalkan untuk kontrol. Klien
merasakan nyeri yang sangat mengganggu, skala 5. Klien bahkan tidak bisa tidur pada
malam harinya. Keesokan harinya, klien diantar dengan keluarga menjalani kontrol di
poli kandungan RSWN tanggal 1 Oktober 2019 pukul 09:25 WIB. Saat itu klien
langsung diperiksa oleh dokter SpOG dan menjalani pemeriksaan USG. Hasil USG
menunjukkan gambaran sisa mola dan tampak erosi pada portio dengan diameter 3
cm. Untuk itu klien terjadwal untuk dilakukan kuretase kedua pada tanggal 2 Oktober
2019. Klien masuk ke ruang rawat inap parikesit pada tanggal 1 Oktober 2019 pukul
10:02 WIB untuk menunggu jadwal program curretage.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstetri : P1A0
2. Keadaan Umum : Sedang Kesadaran: Composmentis
3. Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg N : 84 x/menit
Suhu : 37oC RR : 20x/menit
4. Kepala :
a. Kepala: tidak ada lesi, rambut lurus dan berwarna hitam, tidak ada benjolan
b. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan kelenjar tiroid

8
c. Mata: sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
d. Hidung: tidak ada secret dan tidak ada polip
e. Mulut: mulut bersih, mukosa bibir lembab, gigi bersih dan utuh.
f. Telinga : bersih, pendengaran baik
5. Dada :
a. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada interkosta 4-5 mid clavikula
Perkusi : pekak, tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II
b. Paru :
Inspeksi : kedua paru mengembang simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : vocal fremitus teraba dengan kekuatan yang sama antara paru kanan
dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara vesikuler
c. Payudara :
Kebersihan : payudara tampak bersih, tidak ada lesi
Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
Puting susu : tidak ada kelainan, keduanya menonjol, areola
menghitam.
Pengeluaran ASI : ASI sudah keluar banyak hari pertama post partum.
Kemampuan menyusui: klien dapat menyusui dengan baik.
6. Abdomen :
a. Involusio Uterus : TFU 2 jari di bawah umbilikus, bising usus 10x/mt
b. Kandung kemih : tidak ada distensi kandung kemih, tidak terpasang kateter
c. Diatasis rektus abdominalis : tidak dinilai
d. Fungsi pencernaan : Klien sudah flatus
7. Perineum dan Genetallia: Kebersihan : terdapat sedikit darah
a. Vagina : tidak ada edema, tidak ada hematoma, keluar darah sisa mola
±30cc.
b. Perineum: tidak terdapat robekan jalan lahir.
Redness (kemerahan) : tidak ada kemerahan
Edema (bengkak) : tidak terjadi bengkak

9
Echimosis : tidak ada
Drainage (rembes) : tidak terdapat rembesan
Approximatly (jahitan tidak menyatu) : tidak ada
Hemoroid : tidak ada
8. Ekstremitas:
a. Ekstremitas atas : tidak ada edema, tangan kanan terpasang infus RL
b. Ekstremitas bawah : tidak ada edema, tidak ada lesi

D. POLA FUNGSIONAL GORDON


1. Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan
Saat sakit klien sadar akan kesehatannya dan akan patuh pada program terapi
yang dianjurkan, karena menurutnya itulah yang terbaik untuk kondisinya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Saat sebelum sakit klien makan 3x sehari berupa nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
Mampu menghabiskan 1 porsi setiap makan. Minum ±10 gelas/hari dengan teh,
susu dan air putih. Setelah sakit klien makan makanan dari RS 3x sehari, mampu
menghabiskan 1 porsi, minum 6 gelas/hari berupa teh hangat dan air putih.
3. Pola Eliminasi
Saat sebelum sakit klien mengatakan BAB 1 x/hari dengan konsistensi lunak, bau
khas berwarna kuning kecoklatan, BAK 4-5 x/hari warna kuning jernih. Setelah
sakit klien mengatakan belum BAB, BAK warna kuning pekat dengan total
±1000-1500 cc.
4. Pola istirahat dan tidur
Saat sebelum sakit, klien tidur 6-8 jam per hari, saat sakit klien mengalami sedikit
gangguan tidur karena kondisi lingkungan RS. Namun klien mengatakan hal itu
sudah biasa tidak menjadi masalah. Kecukupan tidur sudah cukup terpenuhi.
5. Pola aktifitas dan latihan
Saat sebelum sakit klien melakukan kegiatan sehari-hari, melakukan pekerjaan
rumah seperti biasa. Saat sakit dan dirawat klien tidak mengalami kesulitan
bergerak dan berjalan. Pemenuhan ADL bisa dilakukan secara mandiri.
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Kemampuan melakukan ROM √

10
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √

Kemampuan makan/minum √

Kemampuan toileting √

Kemampuan Mandi √

Kemampuan berpindah √

Kemampuan berpakaian √

Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain


3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total
6. Pola peran dan hubungan
Klien berperan sebagai istri, dan juga ibu. Klien ingin menjalani pengobatan
secara teratur dan mengikuti anjuran dari dokter. Selama masa kehamilan sampai
menjalani perawatan karena moha hidatidosa klien selalu mendapat dukungan
dari suami dan keluarganya.
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan dengan kesadaran penuh. Persepsi
sensori klien baik karena mampu merasakan rangsangan nyeri dan mengerti apa
yang disampaikan oleh perawat.
Persepsi: Klien dapat berorientasi dengan benar tentang waktu, tempat, dan
orang-orang yang disekitarnya.
Sensori: klien masih bisa melihat dengan jelas, mendengar dengan jelas, pasien
dapat membedakan bau yang berbeda.
8. Pola persepsi diri/Konsep diri
Gambaran diri : klien menerima kondisi kesehatannya setelah sakit
Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat kembali sehat
Harga diri : klien mempunyai rasa percaya diri yang baik
Peran diri : klien merasa senang mendapat peran sebagai ibu, namun
untuk saat ini masih belum mampu melakukan perannya sebagai ibu rumah
tangga karena kondisi kesehatannya.
Identitas : klien menyadari dirinya sebagai ibu dan istri. Klien juga
mampu menyebutkan identitasnya dengan baik.
9. Pola seksual dan reproduksi

11
Klien sudah menikah, saat ini klien mempunyai suami dan 1 anak laki-laki.
10. Pola mekanisme koping
Selama sakit atau ada masalah dengan kesehatannya, klien selalu berkomunikasi
dengan suami untuk konsultasi pada dokter, bidan dan perawat.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam. Selama kehamilan tidak ada kendala untuk beribadah ke
tempat ibadah. Setelah sakit, klien belum mampu melaksanakan kewajiban sholat
5 waktu karena masih mengalami kelemahan. Sehingga klien hanya bisa berdoa
agar bisa segera melaksanakan kewajibannya dalam beribadah.

12
E. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium
Tanggal : 1 Oktober 2019, pukul : 11:51 WIB.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Golongan darah O
Rhesus Positif
Hemoglobin 9.8 (L) g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 30,00 (L) % 35-47
Leukosit 5.4 /uL 3.6-11.0
Trombosit 163 /uL 150-400
Kimia Klinik
GDS 99 mg/dL 70-110
Ureum 16.6 (L) mg/dL 17.0-43.0
Creatinin 0.5 mg/dL 0.5-0.8
SGOT 16 u/L 0-35
SGPT 10 u/L 0-35
Albumin 3.7 g/dL 3.4-4.8
Natrium 138.0 (L) mmol/L 235.0-147.0
Calsium 1.27 (L) mmol/L 3.50-5.0
Imunologi
HbsAg Kualitatif Negatif Negatif

13
2. Pengkajian Skor Resiko Jatuh (Skala Morse)
No Resiko Skala Nilai skor
1 Riwayat jatuh : apakah pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir?
Ya 25
2 Diagnosa sekunder: apakah memiliki Tidak 0 0
lebih dari satu penyakit?
Ya 15
3 Alat bantu jalan
Bed rest/ dibantu perawat 0 0
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda di 30
sekitar (kursi, meja, lemari)
4 Terapi inta vena : apakah saat ini Tidak 0
terpasang infuse?
Ya 20 20
5 Gaya berjalan/ cara pindah
Normal/ bed rest/ immobile 0 0
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan / tidak normal (pincang / 20
diseret)
6 Status mental
Menyadari kondisi dirinya 0 0
Mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total 20

Tingkat resiko ditentukan dengan cara:


Skor 0-24 : Resiko Rendah
25-50 : Resiko Sedang
≥51 : Resiko tinggi (memakai gelang kuning)

14
3. Pengkajian Tingkat Kecemasan (HARS)
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √
2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang √
- Mudah Terkejut √
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap √
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar √
- Pada Keramaian Lalu Lintas √
- Pada Kerumunan Orang Banyak √
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √

15
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat √
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
- Sedih √
- Bangun Dini Hari √
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √
Total score : 19 (Kecemasan ringan)

F. TERAPI
Infus RL 20 tpm
Cefadroxil 2x500mg P.O
Asam Mefenamat 3x500mg P.O
Asam Tranexamat 3x500mg P.O
Etabion 1x1 tab P.O
Kolaborasi untuk program curretage

16
G. DAFTAR MASALAH
Masalah
No Tanggal/jam Data fokus Etiologi
keperawatan
1. Selasa, 1 Okt DS : Komplikasi Resiko
2019 Klien mengatakan lemas, pusing kehamilan (mola perdarahan
J.11:00 WIB dan nyeri di perut bagian bawah. hidatidosa)
DO :

- TD : 110/85 mmHg
- N : 97 kali/menit
- RR : 21 kali/menit
- Kesadaran : Composmentis
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sesekali bergerak
untuk mencari posisi yang
nyaman
- Hb : 9.8 g/dL
- Perdarahan pervaginam ±30cc.
- Hasil USG tampak sisa mola
dan erosi porsio diameter 3cm.

2. Selasa, 1 Okt DS : Kurang informasi Ansietas


2019 Klien mengatakan bingung kenapa tentang mola
J.11:00 WIB bisa hamil anggur. Klien juga hidatidosa dan

mengatakan takut besok akan prosedur


dilakukan tindakan curretage. curretage
DO :
- TD : 138/85 mmHg
- N : 97 kali/menit
- Nilai skor kecemasan HARS
19 (Kecemasan Ringan)

H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola hidatidosa).
2. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang mola hidatidosa dan prosedur curretage.
17
I. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx Tujuan Intervensi TTD

Selasa, 1 Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor ketat untuk


Oktober perdarahan keperawatan selama 2x24 perdarahan
2019. b.d jam diharapkan ibu tidak 2. Catat Hb dan Ht
komplikasi mengalami perdarahan sebelum dan sesudah
J.11:00
kehamilan dengan kriteria hasil : kehilangan darah
(mola 1. Pasien mampu 3. Pantau tanda-tanda
hidatidosa) menerima dan gejala perdarahan
pemeriksaan untuk yang persisten
mempertingatkan 4. Pantau koagulasi,
tentang faktor risiko termasuk waktu
terjadinya perdarahan protrombin, waktu
2. Menjaga homeostasis tromboplastin parsial,
yang ditandai dengan fibrinogen,
tidak adanya degradasidan jumlah
perdarahan trombosit
3. Mengidentifikasi dan 5. Pantau tanda-tanda
menghindari situasi vital ortostatik
yang beresiko 6. Kelola produk darah
terjadinya potensial 7. Anjurkan klien untuk
cedera atau trauma batasi aktivitas
8. Anjurkan klien untuk
banyak istirahat
9. Kontrol penyebab
perdarahan
10. Kolaborasi dengan
dokter terkait
pemberian program
transfusi PRC

18
Selasa, 1 Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat
Oktober kurang keperawatan selama 2x24 kecemasan ibu
2019 informasi jam diharapkan ibu tidak 2. Monitor TTV
J.11:00 tentang mengalami kecemasan 3. Beri penjelasan terkait
WIB plasenta dengan kriteria hasil : penyakitnya.
restan dan 1. Ibu tampak tenang 4. Ajarkan relaksasi
prosedur 2. Ibu kooperatif saat autogenik
MOW diberikan tindakan
keperawatan
3. Ibu dapat menerima
kondisi yang dialami
sekarang

19
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Tindakan
Diagnosa Respon TTD
/jam Keperawatan

Selasa, 1 Resiko 1. Monitor ketat untuk DS :


Okt 2019 perdarahan perdarahan Klien mengatakan masih
b.d 2. Catat Hb dan Ht keluar darah pervaginam
J.11:30
komplikasi sebelum dan sesudah ±30cc.
kehamilan kehilangan darah
(mola 3. Pantau tanda-tanda DO :
hidatidosa) dan gejala - Hasil pemeriksaan TTV
perdarahan yang TD : 110/85 mmHg
persisten Nadi : 90 kali/menit
4. Pantau tanda-tanda S : 36.5ºC
vital ortostatik RR : 21 kali/menit
5. Anjurkan klien untuk - Kesadaran composmentis
batasi aktivitas - GCS : E4V5M6
6. Anjurkan klien untuk - Klien tampak sesekali
banyak istirahat memegangi perutnya saat
7. Berkolaborasi mencoba bergerak /
dengan dokter terkait mobilisasi karena terasa
pemberian terapi. sakit
- Program - Klien tampak lemah
Curretage 2 Okt - Perdarahan pervaginam
2019. ±30cc.
- Inf. RL 20tpm - Hb : 9.8 g/dL.
- As. Mefenamat - Hasil USG tampak sisa
P.O.3x500mg mola dan erosi porsio
- Cefadroxil P.O diameter 3cm.
2x500mg
- Asam
Tranexamat P.O
3x500mg

20
Selasa, 1 Ansietas 1. Mengkaji tingkat DS :
Okt 2019 berhubungan kecemasan ibu Klien mengatakan bingung
dengan 2. Mengevaluasi kenapa bisa terjadi hamil
J.11:30
kurang perasaan ibu anggur. Klien mengatakan
informasi 3. Memonitor tekanan dirinya baru saja mendapat
tentang mola darah klien pengetahuan baru mengenai
hidatidosa 4. Memberikan penyakitnya dan prosedur
dan prosedur penjelasan terkait curretage.
curretage penyakitnya (mola
hidatidosa dan DO :
prosedur curretage) - TD : 115/70 mmHg
5. Memberikan - N : 88 kali/menit
reinforecement - Nilai skor kecemasan
positif kepada klien HARS 19 (Kecemasan
Ringan)
- Klien tampak
mengangguk angguk
dan menggumam tanda
dirinya baru saja
mengetahui apa itu
mola hidatodosa serta
prosedur curretage
- Klien tampak
mengajukan beberapa
pertanyaan terkait
prosedur curretage pada
perawat yang
menjelaskan.
Rabu, 2 Resiko 1. Monitor ketat untuk DS :
Okt 2019 perdarahan perdarahan Klien mengatakan masih
b.d 2. Catat Hb dan Ht keluar darah pervaginam
J.14:00
komplikasi sebelum dan sesudah cukup banyak. Perut masih
WIB
kehamilan kehilangan darah sedikit nyeri.

21
(mola 3. Pantau tanda-tanda
hidatidosa) dan gejala DO :
perdarahan yang - Hasil pemeriksaan TTV
persisten TD : 110/70 mmHg
4. Pantau tanda-tanda Nadi : 91 kali/menit
vital ortostatik S : 36.5ºC
5. Anjurkan klien untuk RR : 20 kali/menit
batasi aktivitas - Kesadaran composmentis
6. Anjurkan klien untuk - GCS : E4V5M6
banyak istirahat - Klien tampak sesekali
7. Berkolaborasi memegangi perutnya
dengan dokter terkait setelah mendapatkan
pemberian terapi. program curretage. Nyeri
- Program dirasa saat mencoba
Curretage 2 Okt bergerak / mobilisasi.
2019. Nyeri akan timbul kembali
- Inf. RL 20tpm saat obat inj analgetik
- As. Mefenamat sudah tidak bereaksi
P.O.3x500mg - Klien tampak lemah
- Cefadroxil P.O - Perdarahan pervaginam
2x500mg ±50cc
- Asam - Hb : 9.8 g/dL
Tranexamat P.O
3x500mg
- Etabion 1x1 tab
P.O

Rabu, 24 Ansietas 1. Mengkaji tingkat DS :


Sept 2019 berhubungan kecemasan ibu Klien mengatakan sudah
dengan 2. Mengevaluasi lega telah menjalani
J.14:00
kurang perasaan ibu prosedur kuretase dengan
informasi 3. Memonitor tekanan lancar.
tentang mola darah klien
hidatidosa 4. Mengevaluasi DO :

22
dan prosedur pengetahuan ibu - TD : 100/70 mmHg
curretage terkait dengan - N : 87 kali/menit
penyakitnya dan - Nilai skor kecemasan
prosedur curretage HARS 11 (Ringan).
yang telah - Klien tampak lebih
dilaksanakan rileks dan banyak
5. Memberikan tersenyum saat dikaji
reinforecement oleh perawat
positif kepada klien - Klien mengatakan
6. Melakukan masih sedikit takut jika
discharge planning luka post operasinya
terasa sakit
- Klien tampak semangat
menceritakan
pengalamannya
sewaktu proses
pembedahan.

23
K. CATATAN PERKEMBANGAN / EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Subjektif, Obyektif, Assasment, Planning


TTD
/jam keperawatan (SOAP)

Rabu, 2 Resiko S:
Okt 2019 perdarahan b.d Klien mengatakan darah yang keluar sudah berkurang,
komplikasi masih terasa sedikit nyeri.
J.20:00
kehamilan (mola O :
WIB
hidatidosa) - Hasil pemeriksaan TTV
TD : 110/75 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
S : 36.5ºC
RR : 20 kali/menit
- Kesadaran composmentis
- GCS : E4V5M6
- Klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri.
Nyeri akan timbul kadang-kadang saat reaksi
obat analgetik sudah tidak bekerja
- Klien tampak baik
- Perdarahan pervaginam ±10cc
- Hb : 9.8 g/dL
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian
terapi
- BLPL
Rabu, 2 Ansietas S:
Okt 2019 berhubungan Klien mengatakan sudah tidak takut dan bingung
dengan kurang terkait dengan apa yang terjadi pada dirinya berikut
J.20:00
informasi pelaksanaan prosedur curretage.
WIB
tentang mola O:
hidatidosa dan - TD : 110/75 mmHg

24
prosedur - N : 84 kali/menit
curretage - Nilai skor kecemasan HARS 11 (Kecemasan
Ringan)
- Klien tampak lebih rileks dan banyak
tersenyum saat dikaji oleh perawat
- Klien tampak semangat menceritakan
pengalamannya sewaktu proses pembedahan.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Mengkaji tingkat kecemasan klien
- Pantau TTV klien
- BLPL

25
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Setelah melakukan pengkajian pada Ny.W dengan diagnosa medis mola hidatidosa
dengan masalah keperawatan resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola
hidatidosa) di ruang Parikesit RSUD K.R.M.T Wongsonegoro selama dua hari, maka
pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara teori dan kasus yang diperoleh sebagai
hasil pelaksanaan studi kasus, juga menganalisa factor pendukung dan penghambat
selama melaksanakan asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan pengumpulan
data yang akurat dan secara sistematis dalam membantu dan menentukan status
kesehatan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hal tersebut,
penulis melakukan pengkajian pada Ny.W dengan kasus mola hidatidosa yang
dirawat di ruang perawatan obsgyn, Parikesit RSUD KRMT Wongsonegoro pada
tanggal 1-2 Oktober 2019. Adapun pengkajian yang difokuskan pada kasus mola
hidatidosa ialah masalah resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola
hidatidosa).
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasi hidropik (Hamilton, 1995). Mola hidatidosa adalah kehamilan
dini akan berkembang secara abnormal dan uterus terisi oleh gelembung-gelembung
mirip buah anggur yang menghasilkan hormon korionik gonadotropin dalam jumlah
yang sangat besar (Farrer, 1999). Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana
setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi
proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (Heller, 1986). Mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofik (Mansjoer, 1999). Mola hidatidosa adalah penyakit
yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan
disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.
Belum diketahui pasti, ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi
makanan, dan genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta sison, yaitu defisiensi
protein. Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia < 20 tahun

26
dan paritas tinggi. Menurut Heller (1986), penyebab dari mola hidatidosa adalah
anomali yaitu karena pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan
proliferasi trofoblast.
Faktor ovum, imunoselektif dari tropoblas, sosial-ekonomi yang rendah,
paritas tinggi, keurangan protein, infeksi virus, faktor kromosom yang belum jelas
menyebabkan chorionic vili berganda. Sebagian dari vili berubah menjadi
gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi
normal. Suatu agonesis yang lengkap/degenerasi dini dari sistem vaskularisasi buah
kehamilan pada kehamilan minggu ke III – V. Sirkulasi yang terus menerus tanpa
adanya fetus menyebabkan sel trofoblas memproduksi hormon. Cairan ini dapat
berupa gelembung yang dapat sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah
anggur. Gelembung ini dapat mengisi kavum uteri. Stroma vili dan kelembaban,
terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma, adanya proliferasi dari
trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom poliploidi dan hampir pada semua kasus
mola susunan sex kromatin adalah wanita. Pada mola hidatidosa ovarium dapat
mengandung kista lutein kadang-kadang hanya ada satu ovarium, kadang-kadang
pada keduanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan
dan dapat mencapai ukuran tinju/kepala bayi. Kista lutein terjadi karena
perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista akan
menghilang dengan sendirinya setelah mola dilahirkan.
Menurut Farrer (1999) dan Mansjoer (1999) tanda dan gejala mola hidatidosa
meliputi:
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
b. Uterus berukuran lebih besar daripada ukuran untuk kehamilan yang normal dan
teraba lunak serta bundar.
c. Jantung janin tidak terdengar.
d. Bagian tubuh janin tidak teraba.
e. Hiperemesis karena peningkatan HCl melampaui nilai normal dan preeklamsia
timbul secara dini dan pada keadaan ini bila ditemukan perdarahan pervaginam
mendekati akhir bulan ketiga yang sedikit dan berwarna gelap.
f. Kadang-kadang gelembung seperti buah anggur tampak keluar dari dalam
vagina.
g. Tes urine untuk kehamilan menunjukkan hasil positif

27
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan :
a. Uji sonde uterus : Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan
dapat diputar 3600 dengan deviasi sonde kurang dari 100.
b. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.
c. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
d. Foto thoraks ada gambaran emboli udara.
e. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
f. Hitung darah lengkap dengan apusan darah : lazimnya ditemukan anemia
defisiensi besi, eritropoesis megaloblastik jarang.
g. Urinalisis : biasanya normal proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan
kaitan pre eklamsia.

Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan, yaitu :


1. Perbaikan keadaan umum.
a. Koreksi dehidrasi.
b. Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang).
c. Bila ada gejala pre eklamsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai
dengan protokol penanganan dibagian obstetri.
d. Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.
Kuretase pada pasien mola hidatidosa :

a. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin


dan kadar beta HCG dan foto toraks), kecuali bila jaringan mola telah keuar
spontan.
b. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
c. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan oxytosin 10 IU dalam 500 cc D5%.
d. Kuretase dilakukan 2x dengan interval minimal 1 minggu.
b. Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi :
- Umur ibu 35 tahun atau lebih.
- Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
3. Pemeriksaan tindak lanjut.

28
Meliputi :
a. Lama pengawasan 1-2 tahun.
b. Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap
kali pasien datang untuk kontrol.
c. Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap 1 minggu sampai ditemukan
kadarnya yang normal 3 x berturut-turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan
kadarnya normal 6 x berturut-turut.
e. Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik dan
foto thorax semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut berhenti
menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.
f. Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada
pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka
pasien harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.

2. Diagnosa
Secara teori konsep keperawatan pada kasus mola hidatidosa maka diagnosa
keperawatan yang lazim muncul, yaitu sebagai berikut (Amin & Hardhi, 2015) :
a. Resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan.
b. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang
besar.
c. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
d. Nyeri akut b.d agen cedera.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Ny.W dengan
plasenta restan yaitu :
a. Resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan.
b. Ansietas b.d kurangnya informasi terkait penyakit dan penatalaksanaannya
Berdasarkan hal tersebut ditemukan kesenjangan pada kasus yang dialami Ny.W
antara diagnosa pada teori dan diagnosa pada kasus, dimana pada kasus tidak
ditemukan diagnosa sebagai berikut :
a. Nyeri akut b.d agen cedera.

29
b. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
Diagnosa tersebut diatas ditemukan pada teori tetapi tidak pada kasus. Hal ini
disebabkan karena klien mendapatkan terapi obat berupa Asam mefenamat 3x500mg
P.O yang berfungsi sebagai analgetik.

B. Analisa Intervensi Keperawatan


Untuk mengatasi masalah keparawatan Resiko perdarahan b.d komplikasi
kehamilan (mola hidatidosa), rencana tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Monitor ketat untuk perdarahan
2. Catat Hb dan Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah
3. Pantau tanda-tanda dan gejala perdarahan yang persisten
4. Pantau koagulasi, termasuk waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,
fibrinogen, degradasidan jumlah trombosit
5. Pantau tanda-tanda vital ortostatik
6. Kelola produk darah
7. Anjurkan klien untuk batasi aktivitas
8. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
9. Kontrol penyebab perdarahan
10. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian program
a) Pelaksanaan
Dari diagnosa yang ada, hanya satu diagnosa yang difokuskan yaitu resiko
perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola hidatidosa). Adapun tindakan yang
dilakukan secara mandiri untuk mengatasi masalah resiko perdarahan b.d
komplikasi kehamilan (mola hidatidosa) adalah:
1. Monitor ketat untuk perdarahan
2. Catat Hb dan Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah
3. Pantau tanda-tanda dan gejala perdarahan yang persisten
4. Pantau tanda-tanda vital ortostatik
5. Kelola produk darah
6. Anjurkan klien untuk batasi aktivitas
7. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
8. Kontrol penyebab perdarahan
9. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi.

30
- Inf. RL 20tpm
- As. Mefenamat P.O 3x500mg
- Cefadroxil P.O 2x500mg
- As. Tranexamat P.O 3x500mg
- Etabion P.O 1x1 tab
Meskipun hanya satu masalah yang difokuskan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan yaitu resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola hidatidosa),
namun semua intervensi dari kedua diagnosa tersebut yang ditemukan pada
tinjauan kasus tetap dilaksanakan, dan tidak ada hambatan yang dirasakan penulis
dalam pelaksanaan, sebab klien dan keluarga mau bekerja sama dan kooperatif
dalam pemberian tindakan keperawatan.
b) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang meliputi
hasil dari pencapaian asuhan keperawatan langsung kepada klien. Tahap evaluasi
berpedoman pada kriteria tujuan yang tercantum pada rencana keperawatan dan
merupakan proses umpan balik dari tindakan yang diberikan selama dua hari
mulai tanggal 1-2 Oktober 2019. Evaluasi yang menunjang adanya kemajuan dan
dari masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun evaluasi yang difokuskan ialah
masalah resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola hidatidosa), namun
masalah yang lain tetap dilakukan evaluasi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 2 hari mulai dari tanggal 1-2
Oktober 2019 penulis berharap evaluasi kasus pada Ny.W adalah klien tidak
mengalami perdarahan dan ansietas teratasi.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang dipaparkan tentang diagnosa keperawatan
resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (mola hidatidosa), saya melakukan
intervensi dengan melakukan memonitor ketat untuk perdarahan, mencatat Hb dan Ht
sebelum dan sesudah kehilangan darah, memantau tanda-tanda dan gejala perdarahan
yang persisten, memantau tanda-tanda vital ortostatik, mengelola produk darah,
menganjurkan klien untuk batasi aktivitas, menganjurkan klien untuk banyak istirahat,
mengontrol penyebab perdarahan, dan berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian
terapi (Inf. RL 20 tpm, As. Mefenamat P.O 3x500mg, Cefadroxil P.O 2x500mg, As.
Tranexamat 3x500mg P.O, dan Etabion P.O 1x1 tab klien tidak mengalami
perdarahan. Begitupula dengan diagnosa keperawatan kedua yaitu ansietas b.d
kurangnya informasi terkait penyakit serta penatalaksanaannya, juga telah teratasi
setelah dilakukan edukasi serta motivasi bertahap terkait mola hidatidosa, tindakan
terbaik, serta prosedur pelaksanaan curretage.

B. Saran
Diharapkan klien tidak lagi mengalami perdarhan yang persisten, Hb dalam
batas normal, dan klien juga keluarga mampu memahami serta aware terhadap kondisi
klien, begitu pula keluarga mampu melaksanakan pemenuhan kebutuhan berikut
kebutuhan fisiologis maupun psikologis klien dengan baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri patologi. Jakarta : Elstar Offset.

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Mansjoer, A., et.al. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Cetakan 2. Jakarta : Media
Aesculapius.

Marilynn E.Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan


Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku


Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

NANDA. (2006). Nursing Diagnosis : Definition And Classification. Philadelphia : North


American Nursing Association.

Sarwono, Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H.Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina


Pustaka

33

S-ar putea să vă placă și