Sunteți pe pagina 1din 12

HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT, LEMAK,DAN PROTEIN DENGAN

STATUS GIZI
(Studi Kasus pada Pekerja Wanita Penyadap Getah Karet
di Perkebunan Kalijompo Jember)

Nabila Permata Siwi1, Indriati Paskarini2


1,2
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Alamat korespondensi: Nabila Permata Siwi
Email: nabilapermata86@gmail.com

ABSTRACT
Kalijompo Plantation is one of rubber plantations in Jember. One of rubber production is rubber tapping that is
done not only by male but also female workers. One of the factors that can affect productivity is nutrition status.
Nutrition status is influenced by the adequancy of nutrients, especially carbohydrates, fats, and proteins as
energy producers. The purpose of this research was to study the correlation between carbohydrates, fats, and
proteins intake with nutrition status in female tap rubber workers of Kalijompo Plantation in Jember. This
research was analytical observational research and had a cross sectional design. The population of this
research were all female tap rubber workers of Kalijompo Plantation in Jember with the sample consisted of 33
respondents. The variables of this research carbohydrates intake, fats intake, proteins intake, and nutrition
status. Data collection included measurement of weight body, measurement of height body, and food recall 1x24
hours.The results showed that there was no correlation between carbohydrates intake with nutrition status
(p=0.968), there was no correlation between fats intake with nutrition status (p=0.646), and there was no
correlation between proteins intake with nutrition status (p=0.679). The conclusion of this research was the
intake of carbohydrates, fats, and proteins are not factors that can affect good or bad nutrition status in female
rubber tapping workers of Kalijompo Plantation in Jember.

Keywords : carbohydrates intake, fats intake, protein intake, nutrition status.

ABSTRAK
Perkebunan Kalijompo merupakan salah satu perkebunan karet di Kabupaten Jember. Salah satu aktivitas
produksi karet adalah penyadapan getah karet yang dilakukan oleh pekerja laki-laki dan wanita. Salah satu faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah status gizi. Status gizi dipengaruhi oleh kecukupan zat gizi
khususnya karbohidrat, lemak, dan protein sebagai penghasil energi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mempelajari hubungan antara asupan karbohidrat, lemak, dan protein dengan status gizi pekerja wanita penyadap
getah karet di Perkebunan Kalijompo Jember. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dan
memiliki rancang bangun cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja wanita penyadap getah
karet di Perkebunan Kalijompo Jember dengan sampel penelitian berjumlah 33 responden. Variabel penelitian
adalah asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, dan status gizi. Pengumpulan data meliputi
penimbangan berat badan, pengukuran berat badan, dan foood recall 1x24 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi (p=0,968), tidak terdapat hubungan
antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,646), dan tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan
status gizi (p=0,679). Kesimpulan penelitian ini adalah asupan karbohidrat, lemak, dan protein bukan merupakan
faktor yang dapat berpengaruh terhadap baik atau buruknya status gizi pada pekerja wanita penyadap getah karet
di Perkebunan Kalijompo Jember.

Kata kunci : asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, status gizi

PENDAHULUAN migas adalah karet. Ekspor karet yang


dilakukan Indonesia ke luar negeri
Salah satu komoditi perkebuan yag mencapai 1.874 ton dengan nilai ekspor
menduduki posisi cukup penting di terbesar yaitu 2.181 juta U$D pada tahun
Indonesia sebagai sumber devisa non 2012 (BPS, 2013). Karet (Havea

©2018 FKM_UNAIR All right reserved. License doi: 10.20473/ijph.vl13il.2018.1-12


Received 8 January 2018, received in revised form 17 January 2018 , Accepted 19 January 2018 , Published
online: July 2018
2 Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018:1-12

brasiliensi) merupakan tanaman yang biologi. Keseimbangan zat gizi tersebut


menghasilkan getah, disebut lateks dan salah satunya dapat mempengaruhi
selanjutnya diolah menjadi karet alam di aktivitas. Status gizi menjadi salah satu hal
beberapa unit pabrik pengolah karet. yang menentukan kualitas aktivitas bekerja
Kualitas produksi karet yang dihasilkan atau produktivitas kerja seorang pekerja.
ditentukan oleh bahan baku, teknologi Telah banyak dilakukan penelitian terkait
pengolahan, sumber daya pekerja, dan hubungan antara status gizi dengan
lainnya (Yudhantara, 2015). produktivitas kerja. Penelitian Andianto
Salah satu faktor yang dapat (2010) menunjukkan bahwa terdapat
menentukan kualitas produksi karet adalah hubungan yang signifikan antara status gizi
sumber daya manusia. Produktivitas kerja dengan produktivitas kerja tenaga kerja di
yang baik berdampak positif terhadap hasil CV. Faisal Putra. Penelitian lainnya, yang
kerja. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh dilakukan oleh Kusuma (2011), juga
faktor gizi. Gizi yang baik akan berdampak menunjukkan bahwa terdapat hubungan
pada perfoma pekerja sehingga berdampak antara status gizi dengan produktivitas
positif pada produktivitas kerjanya. Di kerja.
beberapa negara berpenduduk padat Status gizi dipengaruhi oleh
dengan tingkat hidup yang relatif rendah, konsumsi zat gizi. Suharno (1990)
tersedianya tenaga kerja dalam jumlah mengatakan perbaikan konsumsi zat gizi
berlebihan, tidak diikuti dengan dapat memperbaiki status gizi. Zat gizi
kesejahteraan dan kebutuhan gizi yang yang cukup penting untuk mendukung
baik, hal ini terutama pada tenaga kerja aktivitas, khususnya dalam melakukan
dari kelas bawah atau pekerja kasar. pekerjaan adalah zat gizi penghasil energi
Masalah gizi pada pekerja contohnya yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.
adalah tingkat defisiensi gizi terutama Energi dalam jumlah besar dibutuhkan
energi dan defisiensi zat gizi mikro seperti untuk kerja otot skelet yang melakukan
vitamin. Keadaan tertentu yang dapat kerja luar. Penelitian sebelumnya
mendorong terjadinya gizi kurang pada membuktikan bahwa terdapat hubungan
tenaga kerja di Indonesia diantaranya antara karbohidrat, lemak, dan protein
adalah jam kerja yang panjang. Jam kerja dengan status gizi, contohnya adalah
yang dapat menyerap seluruh cadangan penelitian yang dilakukan oleh Gumala
energi dalam tubuh. Lokasi pabrik yang (2011) yang menunjukkan hubungan yang
jauh juga mengharuskan pekerja yang bermakna antara tingkat konsumsi zat gizi
seringkali melewatkan makan pagi. (protein, lemak, dan karbohidrat) dengan
Adanya pengawasan kerja yang sangat status gizi pasien di BPK RS Jiwa Provinsi
ketat, tidak memungkinkan bagi pekerja Bali. Penelitian yang dilakukan oleh
untuk berhenti sejenak untuk sarapan, Rokhmah, et al (2016), juga menunjukkan
sementara saat di perusahaan waktu bahwa terdapat hubungan yang signifikan
istirahat yang disediakan sangat terbatas antara tingkat kecukupan protein, lemak,
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012). dan karbohidrat dengan status gizi siswi
Status gizi adalah keadaan SMA di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota
kesehatan individu atau kelompok yang Batu.
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik Perkebunan Kalijompo merupakan
akan energi dan zat gizi lainnya yang salah satu perkebunan karet di Jember.
diperoleh dari makanan yang dampak Aktivitas penyadapan pohon karet tidak
fisiknya diukur secara antropometri hanya dilakukan oleh pekerja laki-laki
(Suhardjo, 2005). Status gizi juga dapat tetapi juga wanita. Pekerjaan menyadap
dikatakan sebagai keadaan keseimbangan pohon karet tergolong pekerjaan berat bagi
antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat wanita. Status wanita yang juga berperan
gizi oleh tubuh untuk keperluan proses sebagai istri dan ibu, mengharuskan
Nabila Permata Siwi dan Indriati Paskarini, Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak... 3

pekerja wanita penyadap getah karet Status gizi diketahui melalui pengukuran
memperhatikan kebutuhan sekaligus berat badan dan tinggi badan, selanjutnya
keadaan gizinya. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penghitungan Indeks Massa
peneliti tertarik untuk mempelajari Tubuh (IMT) yang digunakan untuk
hubungan antara asupan karbohidrat, menentukan status gizi responden.
lemak, dan protein dengan status gizi pada Hubungan antara dua variabel tersebut
pekerja wanita penyadap getah karet di diuji dengan uji korelasi Spearman (α =
Perkebunan Kalijompo Jember. Penelitian 5%).
ini bertujuan untuk mempelajari hubungan
antara asupan karbohidrat, lemak, dan HASIL
protein dengan status gizi pada pekerja
wanita penyadap getah karet di Perkebunan Asupan Karbohidrat Pekerja Wanita
Kalijompo Jember. Penyadap Getah Karet di Perkebunan
Kalijompo Jember
METODE PENELITIAN
Asupan karbohidrat merupakan
Penelitian ini bersifat observasional jumlah karbohidrat per hari yang berasal
dengan rancang bangun cross sectional. dari makanan dan minuman yang
Penelitian ini termasuk dalam penelitian dikonsumsi responden selama 2 kali (1x24
lapangan yaitu dalam mengumpulkan data jam) terakhir. Hasilnya kemudian
didapatkan melalui pengukuran secara disesuaikan dengan kebutuhan karbohidrat
langsung. Terkait dengan metode analisis, sesuai AKG, sehingga dapat diketahui
penelitian ini termasuk dalam penelitian status responden. Responden dalam status
analitik. defisit jika asupan karbohidrat responden
Lokasi penelitian dilaksanakan di kurang dari 70% AKG, status kurang jika
Perkebunan Kalijompo, Kabupaten Jember. asupan karbohidrat responden 70-80%
Dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus AKG, status sedang jika asupan
2017. Populasi pada penelitian ini adalah karbohidrat responden 80-99% AKG, dan
seluruh pekerja wanita penyadap getah status baik jika asupan karbohidrat
karet di Perkebunan Kalijompo Jember responden lebih besar sama dengan 100%
yaitu sebanyak 48 orang. Teknik AKG. Asupan karbohidrat responden
pengambilan sampel ditentukan dengan terendah yaitu sebesar 176,2 gr dan asupan
metode simple random sampling karena karbohidrat tertinggi responden sebesar
populasi pada penelitian ini homogen. 555 gr. Distribusi asupan karbohidrat
Variabel dalam penelitian ini terdiri responden dilihat pada Tabel 1.
dari dua jenis yaitu variabel independen
dan variabel dependen. Variabel Tabel 1. Distribusi Asupan Karbohidrat
independen dalam penelitian ini terdiri dari Pekerja Penyadap Getah Karet di
asupan karbohidrat, asupan lemak, dan Perkebunan Kalijompo Jember
protein. Variabel dependen dalam Tahun 2017
penelitian ini adalah status gizi. Asupan
karbohidrat, lemak, dan protein diketahui Asupan Karbohidrat n %
dari hasil wawancara menggunakan
Defisit 2 6,1
metode food recall 2 kali (1x24 jam). Hasil
food recall dihitung berdasar asupan Kurang 3 9,1
karbohidrat, lemak, dan protein Sedang 3 9,0
menggunakan program Nutri Survey. Baik 25 75,8
Asupan keempat zat gizi responden
Total 33 100
tersebut kemudian dibandingkan dengan
nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden (75,8%)
4 Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018:1-12

memiliki asupan karbohidrat yang paling dan minuman yang dikonsumsi oleh
baik. responden terakhir kali selama 2 kali (1x24
jam) yanga dicatat menggunakan food
Asupan Lemak Pekerja Wanita recall 2 kali (1x24 jam). Hasil dari food
Penyadap Getah Karet di Perkebunan recall tersebut dimasukkan pada
Kalijompo Jember Nutrisurvey untuk mengetahui asupan
protein responden. Asupan protein
Asupan lemak merupakan jumlah responden tersebut kemudian dibandingkan
lemak per hari yang berasal dari makanan dengan kebutuhan lemak sesuai AKG
dan minuman yang dikonsumsi terakhir untuk menentukan statusnya yang terdiri
oleh responden terhitung selama 2 kali dari status defisit yaitu jika asupan protein
(1x24 jam), yang dicatat menggunakan responden sebesa kurang dari 70% AKG,
food recall. Banyaknya asupan lemak kurang jika asupan protein responden
responden kemudian disesuaikan dengan berada pada rentang 70-80% AKG, sedang
kebutuhan lemak sesuai AKG, sehingga jika asupan protein responden berkisar
diketahui responden termasuk dalam status antara 80-99% AKG, dan baik jika asupan
defisit yaitu jika asupan lemak responden protein responden adalah lebih besar sama
adalah kurang dari 70% AKG, kurang jika dengan 100% AKG. Diketahui asupan
asupan lemak responden berada pada protein terendah sebesar 27,8 gr dan
rentang 70-80%, sedang jika asupan lemak tertinggi 130 gr. Distribusi asupan protein
responden berkisar antara 80-99% AKG, responden dapat dilihat pada Tabel 3.
atau baik jika asupan lemak responden
adalah lebih besar sama dengan 100% Tabel 3. Distribusi Asupan Protein Pekerja
AKG. Diketahui asupan lemak terendah Penyadap Getah Karet di
dari responden adalah 7,9 gr dan tertinggi Perkebunan Kalijompo Jember
sebesar 157,3 gr. Distribusi asupan lemak Tahun 2017
responden dapat dilihat pada Tabel 2.
Asupan Protein n %
Tabel 2. Distribusi Asupan Lemak Pekerja Defisit 2 6,1
Penyadap Getah Karet di Kurang 1 3
Perkebunan Kalijompo Jember Sedang 2 6,1
Tahun 2017 Baik 28 84,8
Total 33 100
Asupan Lemak n %
Defisit 14 42,4 Tabel 3 menunjukkan bahwa
Kurang 1 3 sebagian besar responden (84,8%)
Sedang 7 21,2 memiliki asupan protein yang baik.
Baik 11 33,3
Total 33 100 Status Gizi Pekerja Wanita Penyadap
Getah Karet di Perkebunan Kalijompo
Berdasarkan Tabel 2, diketahui Jember
bahwa sebagian besar (42,4%) mengalami
defisit asupan lemak. Status gizi pada penelitian ini
dilihat berdasarkan nilai IMT. Untuk
Asupan Protein Pekerja Wanita menentukan IMT, dilakukan penimbangan
Penyadap Getah Karet di Perkebunan berat badan dan pengukuran tinggi badan
Kalijompo Jember responden. Hasil penimbangan dan
pengukuran tersebut selanjutnya dihitung
Asupan protein merupakan jumlah menggunakan rumus IMT yang
protein per hari yang berasal dari makanan menghasilkan nilai IMT. IMT terdiri dari 5
Nabila Permata Siwi dan Indriati Paskarini, Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak... 5

kategori, yang terdiri dari sangat kurus, 31,8. Distribusi pekerja wanita penyadap
kurus, normal, gemuk, dan sangat gemuk. getah karet di Perkebunan Kalijompo
Responden dikatakan sangat kurus jika Jember berdasarkan status gizi dapat
nilai IMT adalah kurang dari 17,0, kurus dilihat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
jika nilai IMT berada pada rentang 17,0- sebagian besar responden (60,6%)
18,4, normal jika nilai IMT berada pada memiliki status gizi normal.
rentang 18,5-25,0 , gemuk jika nilai IMT
berada pada rentang kurang dari 25,1-27,0,
dan sangat gemuk jika nilai IMT lebih Hubungan Asupan Karbohidrat dengan
besar dari 27,0. Status Gizi pada Pekerja Wanita
Penyadap Getah Karet di Perkebunan
Tabel 4. Distribusi Status Gizi Pekerja Kalijompo Jember
Wanita Penyadap Getah Karet di
Perkebunan Kalijompo Jember Hubungan antara asupan
Tahun 2017 karbohidrat dengan status gizi pada pekerja
wanita penyadap getah karet di Perkebunan
Status Gizi n % Kalijompo Jember dapat ditinjau
Kurus 1 3 berdasarkan tabulasi silang. Tabulasi silang
Normal 20 60,6 merupakan analisis data statistik yang
Gemuk 6 18,2 bersifat deskriptif dan berbentuk tabel
Sangat gemuk 6 18,2 frekuensi untuk dua variabel. Distribusi
Total 33 100 hubungan antara asupan karbohidrat
dengan status gizi pada pekerja wanita
Diketahui bahwa nilai IMT penyadap getah karet di Perkebunan
terendah dari responden adalah 18,4 dan Kalijompo Jember dapat dilihat pada
nilai IMT tertinggi dari responden adalah tabulasi silang pada Tabel 5.

Tabel 5. Tabulasi Silang Antara Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi pada Pekerja Wanita
Penyadap Getah Karet di Perkebunan Kalijompo Tahun 2017

Status Gizi
Sangat Total
Asupan Karbohidrat Kurus Normal Gemuk
Gemuk
n % n % n % n % n %
Defisit 0 0 1 50 1 50 0 0 2 100
Kurang 0 0 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100
Sedang 0 0 2 66,7 0 0 1 33,3 3 100
Baik 1 4 15 60 4 16 5 20 25 100
Berdasarkan Tabel 5 diketahui menunjukkan bahwa responden dengan
bahwa terdapat responden yang mengalami kondisi asupan karbohidrat yang baik
defisit asupan karbohidrat dengan status memiliki status gizi yang normal.
gizi normal dan gemuk, masing-masing Berdasarkan hasil uji statistik
sebesar 50%. Responden yang mengalami menggunakan uji korelasi spearman
kurang asupan karbohidrat dengan status diperoleh nilai p= 0,968. Nilai p tersebut
gizi normal sebesar 66,7%. Responden diketahui melebihi nilai α yaitu sebesar
dengan asupan karbohidrat sedang dan 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa
memiliki status gizi normal sebesar 66,7%. tidak terdapat hubungan yang signifikan
Responden dengan asupan karbohidrat antara asupan karbohidrat dengan status
yang baik dan kondisi gizinya yang gizi.
berstatus normal sebesar 60%. Tabel 5
6 Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018:1-12

Hubungan Asupan Lemak dengan mengetahui ada atau tidaknya hubungan


status Gizi pada Pekerja Wanita serta mengetahui kekuatan hubungan
Penyadap Getah Karet di Perkebunan antara kedua variabel tersebut.
Kalijompo Jember Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar asupan lemak
Hubungan antara asupan lemak responden berada pada kondisi defisit
dengan status gizi responden pada asupan lemak yaitu sebanyak 14 responden.
penelitian ini dapat dilihat berdasarkan Asupan lemak responden paling rendah
hasil tabulasi silang dan uji korelasi berada pada kondisi kurang yaitu sebanyak
Spearman. Hubungan antara asupan lemak 7 responden. Distribusi responden
dengan status gizi dapat dilihat secara berdasarkan asupan lemak dan status gizi
deskriptif menggunakan tabulasi silang. dapat dilihat pada Tabel 6.
Uji korelasi Spearman digunakan untuk

Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Asupan Lemak dengan Status Gizi pada Pekerja Wanita
Penyadap Getah Karet di Perkebunan Kalijompo Tahun 2017

Status Gizi
Sangat Total
Asupan Lemak Kurus Normal Gemuk
Gemuk
n % n % n % n % n %
Defisit 0 0 10 71,4 2 14,3 2 14,3 14 100
Kurang 0 0 0 0 0 0 1 100 1 100
Sedang 0 0 5 71,4 2 28,6 0 0 7 100
Baik 1 9,1 5 45,5 2 18,2 3 27,3 11 100
Berdasarkan Tabel 6 diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara
bahwa terdapat responden mengalami asupan lemak dengan status gizi pada
kondisi defisit asupan lemak dengan status pekerja wanita penyadap getah karet di
gizi normal yaitu sebesar 71,4%. Perkebunan Kalijompo Jember.
Responden yang mengalami kurang asupan Berdasarkan hasil tabulasi silang
lemak dengan status gizi sangat gemuk dan uji statistik yang menggunakan uji
yaitu sebesar 100%. Responden dengan korelasi spearman, diketahui bahwa tidak
asupan lemak sedang dan status gizi nya terdapat hubungan antara asupan lemak
normal sebesar 71,4%. Responden dengan dengan status gizi pada pekerja wanita
asupan lemak yang baik dan kondisi penyadap getah karet di Perkebunan
gizinya berstatus normal sebesar 45,5%. Kalijompo Jember.
Tabel 6 juga menunjukkan bahwa
responden dengan kondisi defisit asupan Hubungan Asupan Protein dengan
lemak memiliki status gizi yang normal. Status Gizi pada Pekerja Wanita
Uji korelasi spearman digunakan Penyadap Getah Karet di Perkebunan
untuk mencari hubungan atau untuk Kalijompo Jember
menguji signifikansi hipotesis asosiatif jika
pada setiap variabel yang dihubungkan Uji korelasi spearman digunakan
skala datanya berbentuk ordinal. Hasil uji untuk mencari ada atau tidaknya hubungan
statistik menggunakan uji korelasi antara asupan protein dengan status gizi
spearman, diketahui nilai p= 0,646. Nilai p atau untuk menguji signifikansi hipotesis
tersebut diketahui bahwa melebihi nilai α asosiatif serta kekuatan hubungan antar
yang sebesar 0,05. Hasil yang kedua variabel tersebut. Hasil pada
menunjukkan bahwa nilai p melebihi nilai penelitian ini menunjukkan bahwa
α, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak sebagian besar asupan protein responden
Nabila Permata Siwi dan Indriati Paskarini, Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak... 7

berada pada kondisi yang baik sebanyak 28 berada pada kondisi yang kurang hanya 1
responden. Asupan protein responden responden saja.
berada pada kondisi yang sedang dan Distribusi responden berdasarkan
defisit masing-masing sebanyak 2 asupan protein dan status gizi dapat dilihat
responden, sedangkan asupan protein yang pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Asupan Protein dengan Status Gizi pada Pekerja Wanita
Penyadap Getah Karet di Perkebunan Kalijompo Tahun 2017

Status Gizi
Sangat Total
Asupan Protein Kurus Normal Gemuk
Gemuk
n % n % n % n % n %
Defisit 0 0 0 0 1 50 1 50 2 100
Kurang 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100
Sedang 0 0 2 100 0 0 0 0 2 100
Baik 1 3,6 17 60,7 5 17,9 5 17,9 28 100

Berdasarkan Tabel 7 yang merupakan status gizi pada pekerja wanita penyadap
tabulasi silang, digunakan untuk analisis data getah karet di Perkebunan Kalijompo Jember.
yang bersifat deskriptif, diketahui bahwa
terdapat responden mengalami kondisi defisit PEMBAHASAN
protein dengan status gizi gemuk dan sangat
gemuk, masing-masing sebesar 50%. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan
Terdapat responden yang mengalami kurang Status Gizi Pekerja Wanita Penyadap
asupan protein dengan status gizi normal Getah Karet di Perkebunan Kalijompo
yaitu sebesar 100%. Responden dengan Jember
asupan protein sedang dan status gizi nya
normal yaitu sebesar 100%. Selanjutnya Karbohidrat adalah sumber energi
terdapat responden dengan asupan protein utama bagi manusia yang relatif murah.
yang baik dan kondisi gizinya berstatus Karbohidrat terdiri dari 2 golongan yaitu
normal yaitu sebesar 60,7%. Jika dilihat karbohidrat sederhana dan karbohidrat
berdasarkan kecenderungan data pada Tabel kompleks. Karbohidrat sederhana merupakan
7, diketahui bahwa sebagian besar responden gula dan merupakan bagian alami dari
dengan kondisi asupan protein kurang dan beberapa makanan seperti buah, sayur, dan
sedang memiliki status gizi normal. susu. Karbohidrat kompleks merupakan
Uji korelasi spearman digunakan tepung. Makanan tingi karbohidrat kompleks
untuk mengetahui hubungan atau untuk yaitu lentil, buncis, kacang kapri, kentang,
menguji signifikansi hipotesis asosiatif jika jagung, ercis, nasi, pasta, grits, seral, tepung
pada setiap variabel yang dihubungkan skala jagung, roti, dan oatmeal (Kowtaluk, 2001).
datanya berbentuk ordinal. Berdasarkan hasil Sebagian besar responden
uji statistk yang menggunakan uji korelasi memperoleh asupan karbohidrat dari
spearman , diketahu nilai p= 0,679. Nilai p konsumsi nasi. Terdapat responden yang
tersebut diketahui melebihi nilai α (0,05). mengkonsumsi 300 gr nasi dalam 1 kali
Hasil yang menunjukkan bahwa nilai p makan. Menurut penuturan responden, jika
melebihi α, menunjukkan bahwa antara konsumsi nasi kurang maka akan membuat
asupan protein dengan status gizi tidak responden tidak kuat bekerja. Pekerjaan
terdapat hubungan yang signifikan. Kedua uji menyadap getah karet dapat dikatakan berat,
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat terlebih bagi wanita (Santosa, 2004). Sebesar
hubungan antara asupan protein dengan 40% waktu pekerja digunakan untuk berdiri
8 Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018:1-12

menyadap pohon karet dan 60% waktu Penelitian sejenis telah banyak
digunakan untuk berjalan mengambil getah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang
karet serta memikul ember berisi getah karet dilakukan oleh Elnovriza (2009)
(Almatsier, 2009). menunjukkan bahwa antara asupan
Sebagian besar responden karbohidrat dengan status gizi tidak terdapat
memperoleh karbohidrat kompleks dari hubungan yang signifikan. Penelitian lainnya
konsumsi nasi. Asupan karbohidrat yang dilakukan oleh Atika, et al (2015)
sederhana diperoleh dari konsumsi sayur. menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat
Sebagian besar responden jarang dan bahkan hubungan antara asupan karbohidrat dengan
tidak pernah mengkonsumsi makanan yang status gizi pada pelajar di SMP Negeri 13
mengandung karbohidrat kompleks dan Kota Manado.
sederhana lainnya, seperti susu dan buah. Hal
ini karena kondisi tempat tinggal responden Hubungan Asupan Lemak dengan Status
yang berada di kaki gunung sehingga untuk Gizi Pekerja Wanita Penyadap Getah
memperoleh susu lebih sulit dan mahal Karet di Perkebunan Kalijompo Jember
dibandingkan memperoleh nasi dan sayur.
Meskipun banyak buah yang tumbuh di Lemak merupakan sumber energi
lingkungan tempat tinggal responden, mereka paling padat, zat gizi ini menghasilkan 9
lebih memilih untuk menjual buah tersebut kalori untuk setiap gramnya yaitu 2,25 kali
dibandingkan mengkonsumsinya sendiri. lebih besar energi yang dihasilkan oleh
Berdasarkan Tabel 5 diketahui karbohidrat dan protein dalam jumlah yang
bahwa sebagian besar responden dengan sama. Lemak merupakan cadangan energi
asupan karbohidrat yang baik, sedang, tubuh terbesar. Simpanan lemak tersebut
kurang, dan defisit cenderung memiliki status berasal dari konsumsi salah satu atau
gizi normal. Ditinjau dari hasil uji korelasi kombinasi beberapa zat energi yaitu
Spearman diketahui bahwa tidak terdapat karbohidrat, lemak, dan protein (Almatsier,
hubungan yang signifikan antara asupan 2009). Sumber lemak berasal dari mentega,
karbohidrat dengan status gizi. margarin, minyak tumbuh-tumbuhan (minyak
Seseorang yang mengkonsumsi kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang
karbohidrat dalam jumlah berlebihan dapat kedelai, dan jagung), daging, ikan, ayam,
menimbulkan kegemukan (Almatsier, 2009). telur, susu, krim, keju, kacang-kacangan, biji-
Senada dengan hal tersebut, menurut bijan, alpukat, makanan yang dipanggang,
Kowtaluk (2001), jumlah asupan zat gizi dan makanan yang digoreng (Kowtaluk, 2001,
salah satunya adalah karbohidrat dapat dan Almatsier, 2009).
menimbulkan kegemukan. Kegemukan dapat Sebagian besar responden memiliki
terjadi akibat konsumsi makanan yang asupan lemak yang defisit, konsumsi
melebihi angka kecukupan gizi (Adriani makanan responden yang mengandung lemak
danWirjatmadi, 2012). lebih sedikit dibandingkan karbohidrat dan
Karbohidrat dapat menimbulkan protein. Menurut responden, dengan
kegemukan. Responden dengan kondisi mengkonsumsi lebih banyak nasi yang
defisit dan kurang karbohidrat dapat tetap mengandung karbohidrat jauh lebih
memiliki status gizi yang baik karena fungsi bertenaga dibandingkan lauk pauk yang
karbohidrat dalam menghasilkan energi, mengandung lemak. Terdapat responden
dibantu oleh konsumsi makanan responden yang mengkonsumsi sedikit makanan yang
yang mengandung lemak dan terutama mengandung lemak dan keadaan tersebut
protein. Lemak dan protein yang juga dapat diperparah dengan freukensi makan yang
menghasilkan energi, sehingga asupan energi hanya 2 kali dalam sehari.
responden sesuai dengan aktivitas yang Makanan mengandung lemak yang
dilakukan maka tidak terjadi masalah dengan sering dikonsumsi oleh sebagian besar
status gizinya. responden adalah telur dan ikan khususnya
Nabila Permata Siwi dan Indriati Paskarini, Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak... 9

ikan cakalang, pindang tongkol, teri, dan ikan makannya sedikit. Selain itu, konsumsi
asin. Selain faktor kemudahan mendapatkan responden terhadap kafein dari teh dan kopi
makanan, faktor ekonomi juga menjadi khususnya, dianggap cukup untuk melakukan
alasan. Responden jarang mengkonsumsi aktivitas menyadap getah karet. Hal tersebut
makanan yang mengandung lemak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Harpaz
khususnya daging dan ayam. Kedua makanan (2016), bahwa kafein dapat meningkatkan
tersebut dianggap mewah oleh sebagian besar performa fisik dan mengurangi kelelahan,
responden. Responden mengaku bahwa sehingga responden merasa cukup dengan
untuk mengkonsumsi kedua makanan konsumsi kopi dan/atau teh tanpa makan pagi
tersebut hanya pada saat menghadiri atau dan/atau dengan prosi makan yang sedikit..
mengadakan hajatan atau pada saat hari raya. Telah banyak penelitian sejenis yang
Berdasarkan Tabel 6. diketahui menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
bahwa seluruh responden dengan kondisi antara asupan lemak dengan status gizi.
kurang asupan lemak memiliki status gizi Penelitian yang dilakukan Elnovriza (2009)
yang sangat gemuk. Sebagian besar pada mahasiswa di asrama Universitas
responden dengan kondisi asupan lemak Andalas, menunjukkan bahwa tidak terdapat
yang defisit sedang, dan baik cenderung hubungan antara asupan lemak dengan status
memiliki status gizi yang normal. Ditinjau gizi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
dari hasil uji korelasi Spearman diketahui Arifiyanti (2016) pada remaja putri di
bahwa tidak terdapat hubungan yang Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta,
signifikan antara asupan lemak dengan juga menunjukkan bahwa tidak terdapat
karbohidrat. hubungan antara asupan lemak dengan status
Cadangan lemak yang berlebihan gizi. Senada dengan penelitan tersebut,
dapat menimbulkan seseorang memiliki berat penelitian yang dilakukan Adani, et al (2016)
badan lebih (Suhardjo dan Kusharto, 1992). juga menyatakan bahwa tidak terdapat
Wanita setelah menopause akan mengalami hubungan antara asupan lemak dengan status
peningkatan lemak tubuh terutama lemak gizi.
pusat (Demerath, et al, 2007). Asupan lemak
berpengaruh besar terhadap keseimbangan Hubungan Asupan Protein dengan Status
energi. Kondisi seseorang dengan asupan Gizi Pekerja Wanita Penyadap Getah
lemak rendah, tinggi karbohidrat, tinggi Karet di Perkebunan Kalijompo Jember
protein, konsumsi kafein, dan tinggi serat
maka yang terjadi adalah energi yang masuk Protein merupakan zat gizi penghasil
lebih sedikit dibandingkan energi yang keluar. energi yang relatif lebih mahal. Protein
Jika kondisi seseorang dengan asupan tinggi terdiri dari banyak asam amino. Berdasarkan
lemak, rendah karbohidrat, rendah protein, pada kandungan asam amino, dapat
dan rendah serat maka yang terjadi adalah dikatakan bahwa makanan yang
energi yang masuk lebih banyak menyediakan protein komplit dan protein
dibandingkan energi yang keluar (Doucet dan inkomplit. Protein komplit mengandung
Tremblay, 1997). asam amino esensial dalam jumlah yang
Responden dengan kondisi kurang cukup, beberapa makanan seperti daging,
asupan lemak tetapi memiliki status gizi yang ayam, ikan, telur, susu, dan keju
gemuk atau sangat gemuk, dapat terjadi menyediakan protein jenis ini. Protein
karena cadangan lemak di dalam tubuhnya inkomplit, mengandung kurang atau lebih
yang berlebihan. Cadangan lemak yang asam amino esensial, beberapa makanan
berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas seperti buncis, kacang kapri, serealia, dan
yang sesuai, dapat menimbulkan kenaikan kacang-kacangan menyediakan lebih banyak
berat badan. Selain itu, menurut penuturan protein jika dibandingkan sayur dan buah
responden mengaku bahwa meskipun ia (Kowtaluk, 2001). Menurut Almatsier (2009),
mengalami kegemukan, porsi dan frekuensi sumber protein yang baik didapatkan dari
10 Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018:1-12

bahan makanan hewani, baik dalam jumlah aktivitas yang dilakukan, sehingga responden
maupun mutunya seperti telur, susu, daging, dapat mengalami kegemukan.
unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein Penelitian yang dilakukan oleh
nabati adalah kacang kedelai yang sering Elnovriza (2009) menunjukkan bahwa tidak
dihasilkan produk olahan seperti tempe dan terdapat hubungan antara asupan protein
tahu. Padi-padian serta produk hasil dengan status gizi mahasiswa di asrama
olahannya relatif rendah protein, akan tetapi Universitas Andalas. Penelitian lainnya yang
karena dikonsumsi dalam jumlah yang dilakukan pada pelajar di SMP Negeri 13
banyak, maka dapat memberi sumbangan Kota Manado menunjukkan bahwa tidak
besar terhdap konsumsi protein. Makanan terdapat hubungan antara asupan protein
yang mengandung protein yang setiap hari dengan status gizi (Atika, et al, 2015).
dikonsumsi oleh sebagian besar responden Senada dengan hal tersebut, penelitian yang
adalah tahu, telur, dan ikan. Porsi makan dilakukan Rinanti (2014) juga menunjukkan
responden terhadap makanan yang bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan
mengandung protein dapat dikatakan cukup, protein dengan status gizi.
dalam 1 kali makan responden dapat
mengkonsumsi tempe dan/atau tahu, ikan SIMPULAN
cakalang, telur, dan nasi setiap harinya.
Berdasarkan Tabel 6, diketahui Hasil penelitian menyatakan bahwa
bahwa seluruh responden dengan kondisi tidak terdapat hubungan antara asupan
asupan protein yang kurang dan sedang, karbohidrat dengan status gizi pada pekerja
masing-masing memiliki status gizi normal. wanita penyadap getah karet di Perkebunan
Sebagian besar responden dengan kondisi Kalijompo Jember dengan nilai p= 0,968.
asupan protein yang baik memiliki status gizi Tidak terdapat hubungan antara lemak
normal. Terdapat responden dengan kondisi dengan status gizi pada pekerja wanita
defisit asupan protein memiliki status gizi penyadap getah karet di Perkebunan
gemuk dan sangat gemuk. Ditinjau dari hasil Kalijompo Jember dengan nilai p= 0,646.
uji korelasi Spearman diketahui bahwa tidak Tidak terdapat hubungan antara protein
terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi pada pekerja wanita
dengan status gizi. penyadap getah karet di Perkebunan
Protein merupakan salah satu zat Kalijompo Jember dengan nilai p= 0,679.
penghasil energi selain karbohidrat dan Saran yang dapat diberikan adalah pekerja
lemak, keseimbangan energi dengan aktivitas agar mengurangi konsumsi kafein dari kopi
yang dilakukan dapat memberikan berat dan teh, serta dapat menambah konsumsi
badan yang seimbang atau normal (Kowtaluk, makanan yang mengandung lemak. Pekerja
2001). Berdasarkan hal tersebut, responden dapat menyeimbangkan asupan karbohidrat,
dengan kondisi kurang asupan protein lemak, dan protein baik itu melalui jenis
memiliki status gizi yang normal sebagai makanan yang lebih beragam, frekuensi
akibat dari kebutuhan untuk asupan energi makan dalam sehari agar diubah dari 2 kali
yang dibantu oleh karbohidrat dan lemak sehari menjadi 3 kali sehari maupun
sehingga energi yang dimiliki cukup dan menambah porsi makan. Pekerja perkebunan
seimbang dengan aktivitas yang dilakukan, disarankan agar mengadakan cek status gizi
sehingga berat badan atau status gizi secara rutin sehingga status gizi pekerja dapat
responden normal. Responden dengan terkontrol.
kondisi defisit asupan protein tetapi memiliki
status gizi yang gemuk dapat terjadi karena DAFTAR PUSTAKA
kebutuhan energinya tercukupi dari
karbohidrat dan lemak tetapi proteinnya Adani, V., Pangestuti, D., R., and
kurang. Responden tersebut kecukupan Rahfiluddin, M., Z., 2016. Hubungan
energi yang dimiliki lebih besar daripada Asupan Makanan (Karbohidrat,
Nabila Permata Siwi dan Indriati Paskarini, Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak... 11

Protein, dan Lemak) dengan Status Elnovriza, D., Bachtiar, H., and Yenrina,
Gizi Bayi dan Balita (Studi pada 2009-2010. Hubungan Pengetahuan
Taman Penitipan Anak Lusendra dan Asupan Zat Gizi dengan Status
Kota Semarang Tahun 2016). Jurnal Gizi Mahasiswa di Asrama
Kesehatan Masyarakat (Online), Vol. Universitas Andalas. Jurnal
4., No. 3. Kesehatan Masyarakat (Online), Vol.
Andianto, B., 2010. Faktor yang 4, No. 1.
Berhubungan dengan Produktivitas Gumala, N. M. Y., 2011. Tingkat Konsumsi
Kerja Tenaga Kerja di Bagian Zat Gizi dan Status Gizi Berdasarkan
Pencetakan Kerupuk CV. Faisal Putra. Karakteristik Pasien di BPK RS Jiwa
Skripsi. Surabaya: Universitas Provinsi Bali. Jurnal Ilmu Gizi
Airlangga. (Online), Vol. 2, No 1,
Adriani, M., and Wirjatmadi, B., 2012. Harpaz, E., Tamir, S., Weinstein, A., and
Peranan Gizi dalam Siklus Weinstein, Y., 2016. The Effect of
Kehidupan. Jakarta: Prenamedia Caffeine on Energy Balance. De
Group. Gruyter, Vol. 28, No. 1.
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Kowtaluk, H., 2001. Discovering Food and
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nutrition. USA: Mc Graw Hill.
Arifiyanti, A. D., 2016. Hubungan Asupan Kusuma, G., D., 2011. Faktor-faktor yang
Energi dan Lemak dengan Status Gizi Mempengaruhi Produktivitas Kerja
pada Remaja Putri di Pondok pada Pelinting Rokok di Perusahaan
Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta. Rokok Cemara Mas. Skripsi.
Skripsi. Surakarta: Universitas Surabaya: Universitas Airlangga.
Muhammadiyah Surakarta. Rinanti, O., S., 2014. Hubungan Asupan Zat
Atika, W., Punuh, M. I., and Kapantow, N.H., Gizi Makro dan Pengetahuan Gizi
2015. Hubungan Antara Asupan Seimbang dengan Status Gizi Siswa-
Energi dan Zat Gizi Makro dengan Siswi di SMP Muhammadiyah 1
Status Gizi pada Pelajar di SMP Kartasura. Skripsi. Surakarta:
Negeri 13 Kota Manado. Jurnal Universitas Muhammadiyah
Ilmiah Farmasi (Online), Vol. 4, No. Surakarta.
4. Rokhmah, F., Muniroh, L., and Nindya, T. S.,
BPS. 2013. Statistik Karet Indonesia 2013. 2016. Hubungan Tingkat Kecukupan
Jakarta: Badan Pusat Statistik. Energi dan Zat Gizi Makro dengan
Demerath, E., W., Sun, S., S., Rogers, N., Status Gizi Siswi SMA di Pondok
Lee, M., Reed, D., Choh, A., C., Pesantren Al-Izzah Kota Batu. Media
Couch W., Czerwinski, S., A., Gizi Indonesia (Online), Vol. 11, No.
Chumlea, C., Siervogel, R., M., 1,
Towne, B., 2007. Anatomical Santosa, G., 2004. Manajemen Keselamatan
Patterning of Visceral Adipose dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Tissue: Race, Sex, and Age Variation. Prestasi Pustaka
Obesity, Vol. 15, No. 12. Suhardjo, 2005. Perencanaan Pangan dan
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Suhardjo, and Kusharto, C. M., 1992.
Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Prinsip-prinsip Ilmu Gizi.
Kesehatan Masyaraka. Jakarta: Raja Yogyakarta: Kanisius.
Grafindo Persada. Suharno, D., 1990. Gizi Kerja pada
Doucet, E., and Tremblay, A., 1997. Food Masyarakat Kerja Sektor Informal.
Intake, Energy Balance and Body Jakarta: Departemen Kesehatan
Weight Control. European Journal of Republik Indonesia.
Clinical Nutrition, Vol. 51.
12 Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018:1-12

Yudhantara, E., P., 2015. Analisis Faktor- Kecamatan Gumelar Kabupaten


faktor yang Mempengaruhi Capaian Banyumas. Skripsi. Universitas
Produksi Tenaga Kerja Penyadap Diponegoro Semarang.
Karet di PT. Rumpun Sari Antan IV

S-ar putea să vă placă și