Sunteți pe pagina 1din 11

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

Ana Oktavia R ( P17420509003 )

Andita Novtiana S ( P17420509004 )

Dicky Zulfikar ( P17420509007 )

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN MAGELANG

2011
A. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995)
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paruparu dan bronkiolus, yang
disebabkan oleh bakteri ,misalnya staphylococcus atau streptococcus, virus ( influenza ),
jamur candida albican atau aspirasi karena makanan atau benda asing. (Suryanah, 1996)
B. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
C. Klasifikasi

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001):

a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:


 Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
 Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
 Pneumonia komunitas
 pneumonia nosokomial
 pneumonia rekurens
 pneumonia aspirasi
 pneumonia pada gangguan imun
 pneumonia hipostatik.
c. Berdasarkan sindrom klinis
 Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
 Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
mycoplasma, clamydia pneumoniae atau legionella.
D. Manifestasi Klinis

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran


pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)
F. Pathways

Bakteri Stafilokokus aureus

Bakteri Haemofilus influezae

 Penderita akit berat yang dirawat di RS


 Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
 Kontaminasi peralatan RS Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah


bronkus

Proses peradangan
Dilatasi Peningkatan Edema antara
pembuluh darah suhu kaplier dan alveoli
Akumulasi sekret
Penyempitan
di bronkus
bronkus
Eksudat plasma Peningkatan Iritasi PMN
masuk alveoli metabolisme eritrosit pecah

MK : Bersihan Mukus bronkus Suplai O2


jalan nafas meningkat menurun Gangguan difusi Keb. Nutrisi Edema paru
tidak efektif dalam plasma Meningkat

Bau mulut tidak


MK :Gangguan Sesak Nafas
sedap Metabolisme
pertukaran gas
anaeraob meningkat
MK :Nutrisi
Anoreksia Kurang Dr Keb.
Akumulasi asam Tubuh
laktat
Intake kurang
bakterimia MK :Gngguan
Dispneu Pola Nafas
MK :Nutrisi kurang Fatigue
MK : Resiko
dari kebutuhan penyebaran
Retraksi dada / nafas
cuping hidung infeksi

MK : Intoleransi
aktivitas MK : Gangguan
pola nafas
G. Pengkajian Fokus

a. Riwayat kesehatan masa lalu


- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan
aktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
g. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle
branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
H. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,


pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman
oksigen
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebih, penurunan masukan oral
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-
hari

I. Intervensi Fokus
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Kriteria Hasil :

 Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas


 Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau
sianosis
Intervensi :

 Mandiri
 Kali frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
 Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas
tambahan (krakles, mengi)
 Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
 Penghisapan sesuai indikasi
 Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
 Kolaborasi
 Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
 Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, analgesik
 Berikan cairan tambahan
 Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
 Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus


kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman
oksigen
Kriteria Hasil :

 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam


rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
 Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
Intervensi :

 Mandiri
 Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
 Kaji status mental
 Awasi status jantung / irama
 Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil
 Pertahankan istirahat tidur
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif
 Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.
 Kolaborasi
 Berikan terapi oksigen dengan benar
 Awasi GDA
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Kriteria Hasil :

 Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal
Intervensi :

 Mandiri
 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
 Auskultasi bunyi nafas
 Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
 Observasi pola batuk dan karakter sekret
 Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif
 Kolaborasi
 Berikan Oksigen tambahan
 Awasi GDA

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan berlebih, penurunan masukan oral
Kriteria Hasil :

 Balance cairan seimbang


 Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
Intervensi :

 Mandiri
 Kaji perubahan TTV
 Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
 Catat laporan mual / muntah
 Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
 Hitung keseimbangan cairan
 Asupan cairan minimal 2500 / hari
 Kolaborasi
 Berikan obat sesuai indikasi ; antipiretik, antiametik
 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik


sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas
Kriteria Hasil :

 Menunjukkan peningkatan nafsu makan


 Berat badan stabil atau meningkat
Intervensi :

 Mandiri
 Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
 Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
 Auskultasi bunyi usus
 Berikan makan porsi kecil dan sering
 Evaluasi status nutrisi

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-


hari
Kriteria Hasil :

 Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat


diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan TTV dalam
rentang normal
Intervensi :

 Mandiri
 Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
 Berikan lingkungan terang dan batasi pengunjung
 Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
 Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

S-ar putea să vă placă și