Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DENGAN BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh :
2011
A. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995)
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paruparu dan bronkiolus, yang
disebabkan oleh bakteri ,misalnya staphylococcus atau streptococcus, virus ( influenza ),
jamur candida albican atau aspirasi karena makanan atau benda asing. (Suryanah, 1996)
B. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
C. Klasifikasi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)
F. Pathways
Proses peradangan
Dilatasi Peningkatan Edema antara
pembuluh darah suhu kaplier dan alveoli
Akumulasi sekret
Penyempitan
di bronkus
bronkus
Eksudat plasma Peningkatan Iritasi PMN
masuk alveoli metabolisme eritrosit pecah
MK : Intoleransi
aktivitas MK : Gangguan
pola nafas
G. Pengkajian Fokus
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle
branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
H. Diagnosa Keperawatan
I. Intervensi Fokus
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Kriteria Hasil :
Mandiri
Kali frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas
tambahan (krakles, mengi)
Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
Penghisapan sesuai indikasi
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Kolaborasi
Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, analgesik
Berikan cairan tambahan
Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
Mandiri
Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Kaji status mental
Awasi status jantung / irama
Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil
Pertahankan istirahat tidur
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif
Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar
Awasi GDA
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Kriteria Hasil :
Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Auskultasi bunyi nafas
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Observasi pola batuk dan karakter sekret
Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif
Kolaborasi
Berikan Oksigen tambahan
Awasi GDA
Mandiri
Kaji perubahan TTV
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Catat laporan mual / muntah
Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
Hitung keseimbangan cairan
Asupan cairan minimal 2500 / hari
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi ; antipiretik, antiametik
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Mandiri
Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
Auskultasi bunyi usus
Berikan makan porsi kecil dan sering
Evaluasi status nutrisi
Mandiri
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
Berikan lingkungan terang dan batasi pengunjung
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan