Sunteți pe pagina 1din 11

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.

B. Etiologi
Penyebab hipoglikemia pada pasien yang sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau
hipoglikemik oral antara lain :
1. regimen insulin yang tidak fisiologis
2. overdosis insulin atau sulfonylurea
3. tidak makan
4. tidak mengonsumsi kudapan yang telah direncanakan
5. gerak badan tanpa kompensasi makanan
6. penyakit ginjal stadium akhir
7. penyakit hati stadium akhir
8. konsumsi alcohol

C. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa
untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh
glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.
Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa
secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi
tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

D. Manifestasi Klinis
Gejala adrenergic :
1. pucat
2. diaphoresis
3. takikardi
4. piloereksi
5. palpitasi
6. gugup
7. cepat marah
8. merasa dingin, lemah dan gemetar
9. rasa lapar

Gejala neuroglikopeni :
1. sakit kepala
2. konfusi
3. parestesis sirkumoral
4. merasa lelah
5. berbicara tidak jelas
6. diplopia
7. emosi labil
8. kejang dan koma

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral 5 jam
menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali negatif
terhadap glukosa
4. EKG: Takikardia.

F. Penatalaksanaan
Untuk terapi hipoglikemik adalah sebagai berikut :
1) Hipoglikemi
a. Beri pisang/ roti/ karbohidrat lain, bila gagal
b. Beri teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
2) Koma hipoglikemik
a. Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang setiap
½ jam sampai sadar (maksimum 6x), bila gagal
b. Beri injeksi efedrin bila tidak ada kontraindikasi jantung dll 25-50 mg atau injeksi
glukagon 1mg/IM, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap
dengan glukosa 5% stop.
BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Airway [Jalan napas]
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
2. Breathing [Pernapasan]
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
3. Circulation [Sirkulasi]
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah, tekanan
darah menurun
4. Disability [Kesadaran]
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
5. Exposure
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya luka/infeksi
pada bagian tubuh klien / pasien.

B. Diagnosa keperawatan
1. Airway [Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d adanya benda asing]
2. Breathing [Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan]
3. Circulation [Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan]
4. Disability [Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran]

C. Analisa Data
D. Perencanaan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan Bersihan jalan napas klien akan 1. Kaji adanya sumbatan jalan 1. adanya sumbatan
jalan napas b/d adanya kembali efektif setelah napas (lidah jatuh ke mempengaruhi proses
benda asing dilakukan tindakan belakang, sputum) respirasi
keperawatan selama 1 jam, sehubungan dengan 2. Berguna dalam evaluasi
dengan criteria hasil : penurunan kesadaran derajat distress pernapasan
 RR 16-24 x permenit 2. Kaji frekuensi, kedalaman 3. sianosis mungkin perifer
 Ekspansi dada normal pernapasan (terlihat pada kuku) atau
 Tidak ada suara napas 3. Kaji atau awasi secara rutin sentral (terlihat sekitar
abnormal kulit dan warna membrane bibir atau daun telinga).
mukosa. Keabu-abuan dan sianosis
4. Auskultasi bunyi napas, sentral mengindikasikan
catat area penurunan aliran beratnya hipoksemia.
udara dan atau bunyi 4. bunyi napas mungkin
tambahan. redup karena penurunan
5. Awasi tingkat kesadaran aliran udara. Adanya
atau status mental dan mengik mengindikasikan
Selidiki adanya perubahan. spasme bronkus atau
6. Pasang spatel tertahannya secret.
5. Dapat menunjukkan
peningkatan hipoksia atau
komplikasi.
6. Merasa kekurangan
oksigen dan napas
tersengal – sengal ,
sianosis.
2.PoPola napas tidak efektif b/d Pola nafas klien akan kembali 1. Kaji frekuensi, irama, 1. frekuensi dan kedalaman
adanya depresan pusat efektif setelah dilakukan kedalaman pernapasan. pernapasan menunjukan
pernapasan. tindakan keperawatan selama 1 2. Auskultasi bunyi napas. usaha pasien mendapatkan
jam, dengan kriteria hasil: 3. Pantau penurunan bunyi oksigen.
 RR 16-24 x permenit napas 2. Bunyi napas
 Ekspansi dada normal 4. Pertahankan posisi semi mungkinterjadi redup
 Sesak nafas hilang / fowler. karena penurunan aliran
berkurang 5. Catat kemajuan yang ada udara.

 Tidak ada suara nafas pada klien tentang 3. penurunan bunyi napas

abnormal pernapasan mengindikasikan


6. Berikan oksigen sesuai 4. untuk mengurangi sesak
advis Dokter yang dialami klien.
5. mengindikasikan adanya
kemajuan dalam
pengobatan.
6. Memaksimalkan sediaan
O2.
3. Gangguan perfusi jaringan gangguan perfusi jaringan 1. Catat status neurologi 1. Mengkaji adanya
b/d hipoksia jaringan. berkurang/hilang setelah secara teratur, bandingkan kecenderungan pada
dilakukan tindakan dengan nilai standart. tingkat kesadaran dan
keperawatan selama 1 jam, 2. Catat ada atau tidaknya potensial peningkatan TIK
dengan kriteria hasil : refleks-refleks tertentu dan bermanfaat dalam
 tidak ada tanda – tanda seperti refleks menelan, menentukan lokasi, dan
peningkatan TIK batuk dan Babinski. perkembangan kerusakan
 Tanda – tanda vital dalam 3. Pantau tekanan darah SSP.
batas normal 4. Perhatikan adanya gelisah 2. Penurunan refleks
 Tidak adanya penurunan meningkat, tingkah laku menandakan adanya
kesadaran yang tidak sesuai. kerusakan pada tingkat
5. Tinggikan kepala tempat otak tengah atau batang
tidur sekitar 15-45 derajat otak dan sangat
sesuai toleransi atau berpengaruh langsung
indikasi. Jaga kepala pasien terhadap keamanan
tetap berada pada posis pasien. Kehilangan refleks
netral. berkedip mengisyaratkan
6. Berikan oksigen sesuai adanya kerusakan pada
indikasi daerah pons dan medulla.
Tidak adanya refleks
batuk meninjukkan adanya
kerusakan pada medulla.
Refleks Babinski positif
mengindikasikan adanya
trauma sepanjang jalur
pyramidal pada otak.
3. tekanan darah yang
menurun mengindikasikan
terjadinya penurunan
aliran darah ke seluruh
tubuh.
4. adanya gelisah
menandakan bahwa terjadi
penurunan aliran darah ke
hipoksemia.
5. Peningkatan aliran vena
dari kepala akan
menurunkan TIK.
6. Menurunkan hipoksemia,
yang mana dapat
meningkatkan vasodilatasi
dan volume darah serebral
yang meningkatkan TIK.
4. Resiko tinggi injuri b/d Mencegah terjadinya resiko 1. Berikan posisi dengan 1. Meminimalisasi
penurunan kesadaran. injury sehubungan dengan kepala lebih tinggi. rangsangan yang dapat
penurunan kesadaran. 2. Kaji tanda-tanda penurunan menurunkan TIK
Kriteria hasil : kesadaran. 2. Menentukan tindakan
 Pasien tidak mengalami 3. Observasi TTV keperawatan selanjutnya
injury. 4. Atur posisi pasien untuk 3. Mengetahui keadaan
menghindari kerusakan pasien
karena tekanan. 4. Perubahan posisi secara
5. Beri bantuan untuk teratur menyebabkan
melakukan latihan gerak. penyebaran terhadap BB
dan meningkatkan
sirkulasi pada seluruh
bagian tubuh
5. melakukan mobilisasi
fisik dan mempertahankan
kekuatan sendi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral yang ditandai
dengan pucat, diaphoresis, takikardi, piloereksi, palpitasi, gugup, cepat marah, merasa dingin,
lemah dan gemetar, rasa lapar. Penyebabnya antara lain :
1. regimen insulin yang tidak fisiologis
2. overdosis insulin atau sulfonylurea
3. tidak makan
4. tidak mengonsumsi kudapan yang telah direncanakan
5. gerak badan tanpa kompensasi makanan
6. penyakit ginjal stadium akhir
7. penyakit hati stadium akhir
8. konsumsi alcohol
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi Iskandar. (2009). Kencing Manis. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia.
Rumahorbo Hotma. (1999). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium: penatalaksanaan
kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4.

S-ar putea să vă placă și