Sunteți pe pagina 1din 6

Latar Belakang

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab


abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun
(Mansjoer, 2000). Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang
lebih sebesar pensil dengan panjang 2 - 6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan,
di bawah katup iliacecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.

Menurut Sjamsuhidayat (2004), apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain :
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum pariental
setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis ganggrenosa di
tutupi pendinginan oleh omentum.
3. Apendisitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan keterlambatan diagnosa
merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan, namun
apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
Resikonya untuk terjadinya serangan lagi sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik.
A. Etilogi
Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi, terjadinya apendisitis ini
umumnya karena bakteri. nyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.

2.1 Manifestasi Klinis


Gejala apendisitis adalah nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus
dengan keluhan mual dan muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan
bawah. Nyeri kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebut
nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi, peritonitis, abses apendiks
(unimus.ac.id).
2.2 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien apendisitis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pengkajian diagnostik. Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri pada abdomen kanan bawah atau luka post operasi. Pengkajian nyeri dengan
pendekatan PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang
sesuai. Perbedaan kualitas dan skala nyeri yang bertambah berat menandakan adanya proses
inflamasi lokal yang berat atau kemungkinan adanya kondisi perforasi apendiks

Asuhan Keperawatan Apendisitis

Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat Keperawatan

1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.

2. Riwayat kesehatan masa lalu

3. pemeriksaan fisik

a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena
jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.

b. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.

c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.

d. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit
pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

e. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi.

2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

Diagnosa Keperawatan Apendisitis

a. Pre operasi

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah pre operasi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

b. Post operasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi apendektomi.

2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang berhubungan dengan anorexia, mual.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang
perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Perencanaan

1. Persiapan umum operasi

Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :

b. Mengukur tanda-tanda vital.

c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.

d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).

e. Wawancara.

2. Persiapan klien malam sebelum operasi

Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :

a. Persiapan kulit
kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak
integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.

Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.

b. Persiapan saluran cerna

persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :

1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.

2. Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.

3. Mencegah infeksi faeses saat operasi.

Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :

1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.

2. Pemberian enema jika perlu.

3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.

4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam sebelum
operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi
sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.

c. Persiapan untuk anastesi

Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melekukan
pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi
yang akan digunakan selama operasi.

d. Meningkatkan istirahat dan tidur

Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga
mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.

3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-
obatan pre operasi :

1. Mencatat tanda-tanda vital

2. Cek gelang identitas klien


3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik

4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus

5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir

6. Anjurkan klien untuk buang air kecil

7. Perawatan mulut jika perlu

8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala

9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.

4. Interpesi pre operasi

1. Obsevasi tanda-tanda vital

2. Kaji intake dan output cairan

3. Auskultasi bising usus

4. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik

5. Ajarkan tehnik relaksasi

6. Beri cairan intervena

7. kaji tingkat ansietas

8. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan

5. Intervensi post operasi

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi

3. Kaji keadaan luka

4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.

5. Kaji status nutrisi

6. Auskultasi bising usus


7. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.

Evaluasi

a. Gangguan rasa nyaman teratasi

b. Tidak terjadi infeksi

c. Gangguan nutrisi teratasi

d. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya

e. Tidak terjadi penurunan berat badan

f. Tanda-tanda vital dalam batas normal

S-ar putea să vă placă și