Sunteți pe pagina 1din 9

ISSN 2442-6865

Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

DEGRADASI FUNGSI, MAKNA DAN NILAI BUDAYA OKO’ MAMA


PADA KOMUNITAS TUTUR UAB METO’

Diaspora Tualaka
Univesitas Udayana - Denpasar
diaspora1212@gmail.com

ABSTRACT
This paper explains the real picture of oko'mama culture in Uab Meto community daily life, (Atoin
Meto) in Timor Tengah Selatan district in Timor Island. This Oko 'Mama culture is one of the
symbols that explains the identity of Atoin Meto (Timorese). Based on observations, interviews
and semantic analysis it can be concluded that Oko 'Mama is seen as a structured symbol that
explains the existence of meto' community life. The results of the study and analysis show that
Oko 'Mama functions as a means and symbol of approach, social interaction, tie / liaison, kinship,
unifying, reconciliation, controller, case breaker, receptionist, respect and appreciation, agreement
control status and as a material storage material betel, areca nut, lime and tobacco. Through this
oko 'mama culture, we can look at the social life of the Uab Meto community known as Atoin
Meto. Based on the findings in the field, in fact, it can be concluded that this tradition has a strong
existence in encouraging Atoin Meto to carry out daily social activities, but in the current
development of Oko 'Mama culture has undergone a shift in its function. This can be seen from
the purpose of using Oko 'Mama, which was originally an adhesive for culture to turn into a
political goal.
Keywords: maintenance, form, function and symbolic meaning, oko 'mama

ABSTRAK
Tulisan ini menjelaskan gambaran nyata tentang budaya oko’mama dalam kehidupan komunitas
tutur Uab Meto (Atoin Meto) di kabupaten Timor Tengah Selatan di pulau Timor. Budaya oko
mama ini adalah salah satu simbol yang menjelaskan tentang identitas Atoin Meto (orang Timor).
Berdasarkan pengamatan,wawancara dan analisis semantik dapat disimpulkan bahwa oko’ mama
dipandang sebagai simbol berstruktur yang menjelaskan tentang keberadaan kehidupan
masyarakat meto’. Hasil kajian dan analisi menunjukan bahwa oko’ mama berfungsi sebagai
sarana dan dan simbol pendekatan, interaksi sosial, pengikat/penghubung,kekerabatan,
pemersatu, pendamai, pengontrol, pemutus perkara, penerima tamu,penghormatan dan
penghargaan, status pengontrol kesepakatan dan sebagai wadah penyimpaan materi sirih,
pinang, kapur, dan tembakau. Melalui budaya oko’ mama ini kita dapat meneropong kehidupan
bersosial komunitas tutur uab meto yang dikenal dengan sebutan atoin meto. Berdasarkan temuan
di lapangan secara faktual dapat disimpulkan bahwa budaya oko’ mama memiliki eksistensi yang
kuat dalam memberikan semangat bagi atoin meto untuk melaksanakan kegiatan sosial sehari-
hari namun dalam perkembangan jaman saat ini budaya oko’ mama telah mengalami pergeseran
fungsinya. Hal ini terlihat dari tujuan pemakaian oko’ mama yang semula sebagai perekat budaya
beralih menjadi tujuan politis.
Kata kunci: kebertahanan, bentuk, fungsi dan makna simbolis, oko’ mama

51
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

1. PENDAHULUAN generasi muda Atoin Meto. Berbagai produk


dari kemajuan teknologi, mekanisasi,
Sebagai salah satu pulau terluar di urbanisasi, industrialisasi dan politisasi
Nusantara, Pulau Timor berbatasan langsung kepentingan telah menimbulkan banyak
dengan laut dan daratan yang merupakan ketidaktahuan generasi muda akan budaya
wilayah Negara lain (Australia dan RDTL). oko’ mama ini baik dari segi bentuk, makna
Di Pulau ini terdapat tiga suku, yaitu Suku dan fungsinya.
Tetun (wilayah Timor Leste dan Belu), Suku Kaum muda Atoin Meto mulai
Dawan (wilayah Kupang,TTS dan TTU) dan meninggalkan tradisi mama sirih dengan
suku Helong (wilayah barat Kupang) dan membatasinya pada saat berada dalam
suku terbesar adalah suku Dawan. Dalam aktifitas sosial yang terbatas, misalnya
budaya Timor, bahasa yang digunakan mengunjungi kerabat dan pada acara-acara
adalah bahasa Atoin Uab Meto. Budaya Atoin adat dan kegiatan sosial kemasyarakatan,
Meto dibentuk oleh sub-suku antara lain baik menghadiri acara peminangan gadis,
terdiri dari sub-suku Amanuban, Amanatun pernikahan bahkan acara pemakaman.
dan Mollo di TTS, sub-suku Miomafo, Berbeda dengan generasi tua yang tidak
Biboki dan Insana di TTU) ,sub-suku Kopas, membatasi tradisi mama sirih dalam setiap
Timaus, Amfoang, Fatuleu, Sonba'i dan kesempatan dalam aktitifas keseharian
Nairasi di Kabupaten Kupang (Soh.A.Z dan mereka. Menyadari fenomena sosial budaya
Indrayana, M.N.DK, 2008:13). ini, masyarakat dan pemeerintah perlu
Ketiga suku di Pulau Timor memiliki melakukan tindakan antisipatif dan strategis
adat dan budaya yang sama secara umum untuk menyelamatkan budaya oko’ mama
tetapi memiliki kekayaan tradisi dan bahsa dari dampak degradatif.
yang beragam. Salah satunya adalah budaya Tulisan ini mengangkat beberapa
mengunyah sirih pinang yang dikenal dengan pertanyaan mendasar tentang makna, nilai
sebutan mama pauh manus. Sirih dan pinang dan fungsi budaya oko’ mama dalam
yang disuguhkan kepada seseorang diwadahi kehidupan orang Timor di kabupaten Timor
dalam sebuah wadah yang disebut oko’ Tengah Selatan dalam kesehariannya dan
mama. Wadah ini bukanlah sekear sebuah bagaimana perkembangannya saat ini. Agar
tempat untuk meyuguhkan sirih dan pinang dapat mengelaborasi makna filosofis
namun memiliki bentuk dan fungsi serta ideologis yang terkandung dalam tradisi
makan yang sangat kaya. Mama Puah Manus ini akan diaplikasikan
Eksistensi budaya oko’ mama teori makna dan fungsi yang dikemukakan
mencerminakn identitas diri, pandangan oleh Turner dan teori ekolinguistik yang
hidup dan sarana sosial telah ada sejak dulu. dikemukakan oleh Haugen. Turner (1967:50-
Tak ada seorang pun yang mengetahui kapan 51) mengemukakan tiga dimensi yang dapat
dimulainya budaya mama (mengunyah) sirih digunakan untuk menafsirkan makna symbol
ini. Namun demikian menurut para tetua dan dalam aktivitas ritual yakni: 1) exegetical
pemangku adat Atoin Meto di kabupaten meaning: makna yang diperoleh dari
Timor Tengah Selatan menjelaskan bahwa informan warga setempat tentang perilaku
budaya oko’ mama merupakan peninggalan sosial/tradisi yang diamati, 2) operational
dari leluhur Atoin Meto. Sebagai salah satu meaning; makna yang diperoleh tidak
simbol budaya yang merupakan simpul terbatas pada perkataan informan, melainkan
persahabatan dan kekerabatan sosial di dari tindakan yang dilakukan dalam tradisi
kalangan komunitas tutur Meto, budaya oko’ tersebut, dan 3) positional meaning: makna
mama telah mengalami pergeseran yang dipeoleh melalui interpretasi terhadap
pengetahuan dan pemahaman nilai pada

52
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

simbol dalam hubungan dengan simbol lain para penuturnya, dan akan berfungsi jika para
secara utuh termaknai dalam konteks. penuturnya berhubungan satu sama lain
Sejalan dengan konsep makna secara alami sebagaimana dalam lingkungan
simbolis, untuk mengungkapkan makna sosial dan alamiah mereka, (2) psikologis:
filosofis sebagai cara pandang Atoin Meto hubungannya dengan bahasa lain dalam
terhadap relasi antara manusia dan pikiran penutur bilingual atau multilingual,
lingkungannya yang teraktualisasi dalam dan (3) sosiologis: hubungan dengan
tradisi mama puah manus yang telah menjadi masyarakat dalam hubunganya sebagai
budaya di Pulau Timor ini diaplikasikan teori media komunikasi. Kerangka kerja dari
ekolinguistik yang diperkenalkan oleh ketiga komponen ini diramu oleh Warami
Haugen (1972). Ada tiga komponen dasar (2013:5) seperti yang digambarkan dalam
dalam membedah ekolinguistik, yakni (1) bagan 1 berikut.
ideology: bahasa hanya ada dalam pikiran

Ideologi
1.

Bahasa Etnik

Psikologi Sosiologi

Bagan 1. Trilogi Haugen (1972)

Selanjutnya Haugen juga environment (lingkungan ragawi dan sosial),


mengemukakan tiga parameter yang dapat (3) diversity (keberagaman bahasa dan
digunakan dalam kajian ekolinguistik lingkungan). Ketiga parameter penelitian
(Haugen,1972), selanjutnya diperkuat oleh ekolinguistik ini diramu oleh Warami
Fill dan Mushlhausler (2001:1) dan Mbete (2013:6) seperti yang nampak pada bagan 2
(2011), yakni (1) interrelationships berikut.
(interelasi bahasa dan lingkungan), (2)
Interrelationship

Bahasa Etnik

Environment Diversity
Bagan 2. Parameter segitiga Haugen (1972)

Hal mendasar lainnya terkait dengan terdiri dari lingkungan ragawi dan
kajian ekolinguistik adalah paradigma yang lingkungan sosial. Dengan kedua konsep dan
dikemukakan oleh Sapir dalam Fill dan teori yang diaplikasikan dalam membedah
Muhlhauser (2001:14) dan Mbete (2011) makana dan nilai-nilai kearifan hidup Atoin

53
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

Meto diungkapkan sebagai warisan budaya leksikon, baik itu berupa nomina, verba,
yang masih relevan dengan kehidupan saat adjektifa maupun adverbial. Berdasarkan
ini dan perlu terus dihidupi sepanjang masa. hasil analisis data lingual dan makna semiotic
yang terkandung didalamnya, budaya oko’
2. METODE PENELITIAN mama memiliki makna sebagai berikut:
Penelitian ini termasuk dalam a. Makna bentuk fisik oko’ mama.
penelitian kualitaif yang bertujuan 1. oko’ mama berbentuk segi empat
mendeskripsikan suatu fenomena dan yang berarti hubungan
keadaan yang terjadi dalam kehidupan komunikasi sosial dapat
sehari-hari orang Timor yakni tradisi dilaksanakan dari berbagai
mengunyah sirih dan pinang (mama puah penjuru (timur,barat,utara dan
manus), untuk mengungkapkan fungsi, selatan) dan dari berbagai latar
makna dan nilai filosofis ideologis dalam belakang sosial tanpa
tradisi ini maka diaplikasikan teknik membedakan stata sosial
wawancara mendalam dan pengamatan 2. oko’ mama memiliki sepasang
partisipatif. Hasil wawancara kemudian bidang dinding panjang dan
diinterpertasikan dan dijelaskan dalam sepasang bidang dinding pendek,
bentuk narasi. artinya hidup dalam satu
keutuhan dan kebersamaan
3. PEMBAHASAN dengan orang lain walau berbeda
Bagi Atoin Meto, tradisi mama puah status sosial
manus adalah bagian tak terpisahkan dari diri 3. oko’ mama memiliki ruang atas
mereka. Setiap hari baik saat berjumpa dalam yang terbuka, memiliki arti
kegiatan sosial maupun dalam kehidupan terbuka untuk melayani semua
sehari-hari tak dapat lepas dari oko’ mama, orang dan terbuka pula untuk
yakni wadah menyimpan sirih dan pinang. menerima idea tau gagasan orang
Berikut adalah makna , nilai dan fungsi oko’ lain, maupun pemberian orang
mama dalam kehidupan atoin meto. lain
Secara fungsional kontekstual budaya 4. oko’ mama memiliki ruang bawah
oko’ mama memiliki makna dan nilai yang yang tertutup, berarti tempat
universal. Nilai-nilai itu berasal dari proses mena,pung ide/gagasan, harta
keyakinan sesuai fakta yang tidak perlu kekayaan baik milik sendiri
dibuktikan kebenarannya secara empiris. ataupun yang diperoleh dari orang
Nilai merupakan standar atau ukuran sikap lain.
dan perilaku yang mengikat masyarakat 5. Dinding oko’ mama dihiasi
tersebut. dengan berbagai motif, berarti
menunjukan tingginya peradaban
3.1 Makna budaya oko’ mama. atoin meto
Dalam perspektif ekolinguistik, salah 6. oko’ mama dianyam dari daun
satu parameter yang telah dikemukakan oleh lontar, menunjukan kemampuan
Bang and Door adalah dimensi socio-logos mengelola dan memanfaatkan
yakni parameter yang menunjukan relasi kekayaan alam pemberian sang
antara manusia dengan manusia yang khalik
terekam dalam berbagai aksi/tindakan sosial 7. oko’ mama terdiri dari dua bagian
dan juga tertuang dalam bentuk tuturan dan yang berarti symbol dari keutuhan
pemakanan secara verbal, yakni dalam dan kebersamaan manusia (laki-

54
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

laki dan perempuan) dalam satu 3. Ao- Kapur sebagai symbol


keluarga, juga antara tamu dan kesucial dan kehangatan
tuan rumah, atau peribumi dengan hubungan antara anggota
pendatang, sehingga tercipta keluarga
hubungan persaudaraan, 4. Tembakau sebagi symbol
kebersamaan dan keseimbangan pembawa spirit atau
sosial rangsangan bagi peri hidup
8. isi oko’ mama berupa sirih, keluarga dalam berusaha dan
pinang, kapur dan tembakau, berinteraksi
berarti symbol pribadi-pribadi 5. Gabungan sirih pinang kapur
yang berbeda tetapi utuh dalam dan tembakau sebagai symbol
kebersamaan dan kokoh dalam pemersatu dari berbagai
persatuan, serta lengkap dalam kalangan untuk menghasilkan
keberadaan masing-masing sesuatu yang dibutuhkan.
Diversitas makna yang 6. Warna merah hasil mamah
terkandung dalam bentuk fisik oko sirih sebagi symbol hasil
mama ini menunjukan intensitas upaya bersama yang penuh
relasi yang tinggi antara atoin meto keberaniann penuh ketulusan
dengan benda budaya ini, sehingga hati.
terlihat sangat jelas dalam pemaknaan 7. Jika oko’ mama berisikan
setiap bagian dari oko mama. uang, maka makna uang
Kegamblangan ekolinguistik dalam adalah symbol mohon permisi
menjelaskan keintiman relasi antara atau ijin.
manusia dengan lingkungannya Manifestasi makna budaya oko’
dalam hal ini lingkungan budayanya mama biasanya diwujudkan melalui
(ekokultur) terealisasi dalam budaya berbagai ungkapan verbal tertentu. Eksistensi
oko mama. dan isi budaya oko’ mama sebenarnya
merupakan penjelasan tentang makna
b. Makna isi oko’ mama. tertentu yang hendak diungkapkan dalam uab
Dalam dimensi bio-logos, makna meto.
isi dari oko’ mama merupakan bagian Kesatuan symbol oko’ mama, sirih,
dari interdependensi Atoin Meto pinang,kapur dan tembakau berarti symbol
terhadap lingkungan ragawi mereka. identitas diri sebagai keluarga atoin meto
Oko mama ini berisikan material yang yang dalam berinteraksi sosial menganggap
disuguhkan berupa hasil alam yang semua orang yang datang baiktamu atau
diperoleh dari lingkungan alam orang pendatang sebagai tuan rumah yang
tempat mereka hidup. Berikut adalah bersaudara. Hal ini terungkap dalam tuturan
makna yang direpresentasikan oleh filosofis neka mese ansonaf mese nekaf mese
isi dari oko mama yakni: ma taos (moet) mese yang berarti
1. Manus - Sirih yang sehati,sepikir dan akur dalam sikap pada
melambangkan laki-laki berbagai aktivitas hidup.
(suami,ayah) penanggung
jawab keluarga 3.2 Nilai-nilai budaya oko’ mama.
2. Puah - Pinang sebagai symbol Budaya oko’ mama bermuatan nilai
perempuan (isteri, ibu) yang kompleks bersifat adaptif dan
penerus generasi responsive memiliki substansi yang

55
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

fungsional dalam kehidupan atoin meto. memiliki nilai solidaritas, nilai


Dengan kata lain budaya oko’ mama dapat persatan dan kesatuan, nilai ikrar
menyesuaikan dengn keberadaan dan dan janji
kemampuan para pengguna sesuai waktu, 8. Sikap menyuguhkan uang dalam
tempat, dan konteks pemanfaatannya, baik wadah oko’ mama memiliki nilai
dalam kebutuhan kolektif maupun individu. junjungan dan penghormatan
Substansi budaya oko’ mama bukan terletak terhadap harkat dan martabat
pada besar kecilnya suguhan atau pada tawar orang lain
menawar isi oko’ mama dalam 9. Sikap mengundang orang dengan
berkomunikasi dan berinteraksi,tetapi pada budaya oko’ mama mengandung
upaya menghargai harkat dan martabat nilai dambaan dan harapan
manusia dengan peradabannya. Jadi nilai 10. Sikap menolak isi oko’ mama
non- material lebih penting jika ataupun menerimanya dengan
dibandingkan dengan nilai material. Berikut cara tanpa menyentuh atau
adalah nilai yang terkandung dalam budaya mengambil isinya memiliki nilai
oko’ mama yang dimaknai oleh AtoinMeto. keberanian atau kesatria.
1. Sikap selalu menyediakan oko’ Aksi atau tindakan budaya yang
mama di rumah atau di mana saja dimaknai oleh Atoin Meto terkait dengan oko
berada memiliki nilai moral yakni mama merupakan penghayatakan mereka
keterbukaan dan keberanian atas relasi antar manusia dalam kehidupan
2. Sikap selalu menerima orang lain keseharian mereka yang melahirkan pilihan-
dengan meyuguhkan sirih pinang pilihan sikap hidup terhadap sesama.
memiliki nilai etika dan norma
adat istiadat 3.3 Fungsi budaya oko’ mama.
3. Menyuguhkan sirih pinang Dalam perspektif dimensi sosio-logos
dengan menggnakan oko’ mama versi bang and Door yang diaplikasikan
memiliki nilai ukur dan dimensi dalam membedah data, budaya oko’ mama
eksistensi peradaban atoin meto memiliki beberapa fungsi. Sebagai mana
4. Sikap menyampaikan maksud yang diungkapkan oleh Timotius Kabu (hasil
dengan menggunakan sarana oko’ wawancara 20 Februari 2018), seorang tokoh
mama memiliki nilai tanggung masyarakat Atoin Meto, mengatakan bahwa,
jawab dalam berinteraksi, secara konseptual dan kontekstual budaya
berkomunikasi dan beradaptasi oko’ mama mempunyai fungsi sebagai
5. Sikap mengawali suatu kemampuan dan kekuatan untuk mendorong
pembicaraan formal dengan dan mengendalikan masyarakat Meto dalam
orang lain menggunakan oko’ perilaku dan peri kehidupannya. Budaya oko’
mama memiliki nilai norma mama merupakan warisan leluhur Atoin Meto
penghargaa dan penghormatan yang sampai saat ini masih relevan dan
6. Sikap menyuguhkan sirih mendominasi kehidupan Atoin Meto dan
pinanng dalam wadah oko’ mama sebagai cerminan identitas diri komunitas
dengan menggunakan kedua Meto secara turun temurun atau secara
tanggan memiliki nilai kemurnian geneologis.
dan ketulusan hati, kekerabatan Secara faktual, budaya oko’ mama
dan kebersamaan. masih eksis dan berfungsi sebagai sarana
7. Sikap saling menyuguhkan dan interaksi sosial, pendekatan sosial,
saling menerima oko’ mama kekerabatan dan keakraban sosial, pengontrol

56
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

dan penuntun perilaku, pengikat sosial, aksi saling menyuguhkan puah manus dalam
pemersatu masyarakat atau kesatuan sosial, oko’ mama. Namun dalam perkembangan
pendamai masyarakat, pendamai dan komunitas atoin meto saat ini telah terjadi
pemutus perkara dalm masyarakat, pergeseran fungsi oko’ mama dalam ranah
pengungkapan isi hati masyarakat, tertentu. Pemanfaatan oko’ mama dalam
penghubung antar manusia, penghargaan dan kehidupan sehari-hari Atoin Meto memang
penghormatan terhadap orang lain, penerima masih kental dan terlihat tetap eksis namun
tamu, identitas, wadah untuk menyimpan dalam perkembangannya telah terindikasi
sirih,pinang, kapur dan tembakau, modal adanya pergeseran fungsi oko’ mama itu
sosial, penentu norma hidup komunitas sendiri yang terlihat bukan saja pada perilaku
Meto. generasi tua terlebih lagi pada generasi muda
Dalam kaitan dengan pengajaran Meto saat ini. Hal ini dapat diamati dalam
mata pelajaran muatan lokal, budaya oko’ kehidupan sehari-hari generasi muda Meto
mama ini dapat berfungsi sebagai potensi yang tidak lagi menggunakan oko’ mama
untuk merevitalisasi dan mengaktualkan kemanapun mereka pergi seperti halnya
norma-norma sosial yang hidup dan generasi tua atoin Meto. Bahkan generasi
beradaptasi dalam masyarakat modern muda atoin meto sebagian besar tidak
sekarang ini. Hal ini para pendidik (guru) mengetahui fungsi yang sebenarnya dari
dapat menggunakan filosofi budaya oko’ penggunaan oko’ mama.
mama sebagai wahana pembentukan Fungsi yang terdapat dalam ranah
moralisan dan mentalitas generasi muda atoin sosial telah beralih fungsi ke ranah politik.
meto yang dapat digunakan oleh para Hal ini terlihat jelas pada saat menjelang
pendidik. Selain sebagi modal dan sarana pesta demokrasi, baik pada pemilihan
pembentukan pola pikir, perilaku dan moral pimpinan daerah maupun pemilihan wakil
peserta didik dan masyarakat, budaya oko’ rakyat yang akan duduk di dewan perwakilan
mama juga merupakan salah satu modal rakyat. Para tim sukses menggunakan media
sosial yang dapat dimanfaatkan untuk oko mama untuk melakukan sosialisasi calon
mendorong partisipasi, kreativitas, legislatif. Isi oko mama yang tadinya
responsifitas, dan spiritualitas masyarakat bermakna sebagai sarana interaksi sosial,
peserta didik dalam pertumbuhan dan pendekatan sosial, kekerabatan dan
perkembangan diri sebagai anak bangsa. keakraban sosial, pengontrol dan penuntun
perilaku, pengikat sosial, pemersatu
3.4 Degradasi makna dan nilai budaya masyarakat atau kesatuan sosial, pendamai
oko’ mama masyarakat, pendamai dan pemutus perkara
Sebagaimana digamabrkan pada dalm masyarakat, pengungkapan isi hati
bagian sebelumnya, bahwa budaya oko masyarakat, penghubung antar manusia,
mama yang dimiliki oelh AtoinMeto ini penghargaan dan penghormatan terhadap
merupakan hasil manifestasi dari relasi hidup orang lain, penerima tamu, identitas, wadah
antara mereka dengan lingkungan alam, untuk menyimpan sirih,pinang, kapur dan
lingkungan sosial mereka dan juga tembakau, modal sosial, penentu norma
menunjukan intensitas dan interdependensi hidup komunitas Meto beralih fungsi sebagai
diantara mereka yang terlihat secara media mendulang suara dan dukungan
gambalng dalam sikap hidup dan tradisi terhadap calon tertentu. Isi oko mama terlah
mama puah manus. Tiada Atoin meto tanpa tergantikan dengan sejumlah uang rupiah
oko’ mama. Dalam setiap aktivitas kesehrian yang besarannya tidak lagi melambangkan
dan sosial lainnya selalu diwarnai dengan ketulusan hati dan mohon ijin akan tetapi

57
ISSN 2442-6865
Vol. 4 No. 1. Januari 2018 E-ISSN 2548-7639

menjadi suatu kompetisi mendulang bukan terletak pada besar kecilnya suguhan,
dukungan. atau tawar menawar isi oko’ mama dalam
Pergeseran fungsi dan makna asali interaksi dan komunikasi sosial, tetapi pada
dari oko mama ini dapat terjadi karna telah sikap penghargaan dan penghormatan
terjadi misinterpretasi antara generasi muda terhadap harkat dan martabat atoin meto.
dengan generasi tua Atoin Meto. Trasmisi Nilai material penting, tetapi lebih penting
makna ideo-logos dalam budaya oko mama lagi adalah nilai non material pada budaya
menjadi buram dan nyaris hilang. Hal ini oko’ mama.
merupakan indikasi adanya disharmonisasi Dalam kaitan dengan pembelajaran
relasi antara manusia Atoin Meto dengan mata pelajaran mulok dan upaya pelestarian
lingkungan sosial dimana mereka hidup dan budaya atoin meto, budaya oko’ mama
menghidupi budaya ini. Dan bila ditilik lebih berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan
jauh ada pergeseran ideologi yang perlu dan mengaktualisasikan norma-norma sosial
diangkat dan dibedah lebih lanjut. Hal ini di kalangan Atoin Meto khususnya
telah menjadi sebuah pertanyaan retoris yang masyarakat Timor Tengah Selatan umumnya.
harus direnungkan dan dicari solusinya Hal ini merupakan salah satu modal sosial
sehingga hilangnya makna asali dari yang dapt dimanfaatkan untuk mendorong
buadaya okko mama sebagai kearifan lokal partisipasi peserta didik dalam pertumbuhan
(local wisdom) dapat dicegah bahkan dan perkembangan diri sebagai anak bangsa
direstorasi. yang berkarakter.
Rekomendasi
Eksistensi budaya oko’ mama yang
4. SIMPULAN DAN SARAN adaptif dan responsif, penuh dengan makna,
Simpulan nilai yang fungsional dalam kehidupan
Dimensi-dimensi dalam ekolinguistik komunitas Meto, perlu dilestarikan dan
yang diaplikasi untuk membedah makna dipertahankan melalui upaya formal dan
budaya oko mama dengn melihat para informal. Secara formal dapat ditempuh
parameter relasi yang diajukan oleh melalui jalur pendidikan formal yang
Haugen,Bang dan Door dan kawan-kawan tertuang dalam materi ajar mata pelajaran
memberikan kejelasan akan makan,nilai dan muatan lokal sehingga generasi muda uab
fungsi oko mama dalam kehidupan Atoin meto dapat mempertahankan budaya oko’
Meto. mama yang khas dan penuh makna dan nilai
Budaya oko’ mama merupakan salah luhur sejak dini. Dengan demikian, norma
satu warisan luhur dan identitas masyarakat hidup yang terkandung dalam kebudayaan
Meto yang masih sangat eksis dalam oko’ mama tetap lestari.
kehidupan sosial atoin meto. Budaya oko’ Revitalisasi makna budaya oko mama
mama ini memiliki makna dan nilai yang yang telah terindikasi bergeser secara fungsi
fungsional. Secara faktual budaya oko’ mama dan ideologi perlu dikaji secara baik dan
sangat adaptif dan respondif terhadap mendalam guna ditemukan upaya-upaya
berbagai kalangan di kabupaten Timor restorasi sehingga dapat dimentain sebagai
tengah Selatan. Substansi budaya oko’ mama warisan budaya takbenda yang takternilai.

58
ISSN 2442-6865

E-ISSN 2548-7639
Vol. 4 No. 1. Januari 2018

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, S. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press
Fill, Alwin dan Peter Muhlhausler, 2001 (Eds.) The Ecolinguistik Reader. Languag, Ecology,
and Environment. London and New York: Continum.
Haugen, Einar. 1972. The Ecology of Language. Stanford, CA: Standford University Press
Lundo, A. V., dan Bundasgaard, J. 2000. Dialectical Echolinguistics: Three Essay for the
Symposium 30 Years of Language and Ecology. Odense: University of Odense.
Mbete, Aron Meko. 2011. “Ilmu Bahasa, Lingkungan Bahasa dan Bahasa Lingkungan”. Bahan
matrikulasi bagi karya siswa Program Magister Linguistik. Denpasar. Program
Pascasarjana UNUD.
Mbete, Aron Meko. 2013. Penuntun Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik.
Denpasar: Penerbit Vidia.
Soh, Andre Z, dan Indrayana, Maria N.D.K. 2008. Timor Kupang dahulu dan sekarang. Jakarta:
Penerbit Yayasan Kelopak (kelompok Penggerak Aktivitas Kebudayaan)
Turner V.1967. The Forest of Symbols:Aspects of Ndembu Ritual. London: Cronell
Paperback.Cornell University Press
Tualaka, Diaspora. 2014. Diversitas Ekoleksikon puah manus dalam budaya oko mama pada
komunitas tutur Uab Meto, Langua: Journal of Linguistic Research, Vol.4/No.1, April
2014.
Warami, Hugo. 2013. Khazanah Pengetahuan Lokal Etnik Waropen-Papua:Studi Awal
Ekolinguistik. Langua: Journal of Linguistic Research, Vol.2 Agustus 2013.

59

S-ar putea să vă placă și