Sunteți pe pagina 1din 15

Asuhan Keperawatan pada anak Congenital talipes equinovarus

Oleh Kelompok :

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,
dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan
Pernafasan pada Klien dengan Asma” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
disampaikan banyak terima kasih kepada “Asuhan Keperawatan Gangguan Pernafasan pada
Klien dengan Asma” dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan
Pernafasan pada Klien dengan Asma” ini, dapat memberikan manfaat terhadap pembaca,
mahasiswa khususnya.

Lumajang, ............. 2019

Penyusun

Asuhan Keperawatan pada anak Congenital talipes equinovarus

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1.1 Definisi CTEV .......................................................................................... 6
2.1.2 Etiologi.................................................................................................................... 6
2.1.3 Klasifikasi ................................................................................ 7
2.1.4 Patofisiologi CTEV ............................................................................................ 7
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................... 8
2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi CTEV ...................................................................................8

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian............................................................................................................. 9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 12
2.2.3 Perencanaan Keperawatan................................................................................ 12
BAB V PENUTUP
2.3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 15
2.3.2 Saran................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘club
foot’ adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering
ditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology
“sindromik” bila kasus ini ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain
sebagai suatu bagian dari sindrom genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa
didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik.
CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular,
seperti spina bifi da maupun atrofi muscular spinal.Bentuk yang paling sering
ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior dalam
keadaan normal.
Club foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan
oleh Hipokrates pada 400 SM dengan cara memanipulasi kaki dengan lembut
untuk kemudian dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih
mengandalkan manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial
yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan
modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah
metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi.Walaupun
demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif.

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien
dengan CTEV.

2.1.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui definisi CTEV.
2. Mengetahui etiologi dari CTEV.
3. Mengetahui klasifikasi dari CTEV.
4. Mengetahui patofisiologi dari CTEV.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari CTEV.
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik CTEV.
7. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan CTEV.
8. Mengetahui komplikasi dari CTEV.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan CTEV.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Medi
2.1.1 Defenisi
CTEV adalah suatu kelainan bawaan yang sering ditemukan pada bayi
yang baru lahir (Arif Muttaqin,2008).
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya
terpuntir ke dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi (Smeltzer,
2002)
2.1.2 Etiologi
Teori tentang etiologi CTEV antara lain:
a. Faktor mekanik intrauteri
Teori tertua oleh Hipokrates.Dikatakan bahwa kaki bayi ditahan pada
posisi equinovarus karena kompresi eksterna uterus.Parker (1824) dan Browne
(1939) mengatakan bahwa oligohidramnion mempermudah terjadinya penekanan
dari luar karena keterbatasan gerak fetus.
b. Defek neuromuskular
Beberapa peneliti percaya bahwa CTEV selalu karena adanya defek
neuromuskular, tetapi banyak penelitian tidak menemukan adanya kelainan
histologis dan elektromiografi k.
c. Defek sel plasma primer
Setelah melakukan pembedahan pada 11 kaki CTEV dan 14 kaki normal;
Irani & Sherman menemukan bahwa pada kasus CTEV, leher talus selalu pendek,
diikuti rotasi bagian anterior ke arah medial dan plantar; diduga karena defek sel
plasma primer.
d. Perkembangan fetus terhambat
e. Herediter
Adanya faktor poligenik mempermudah fetus terpapar faktor-faktor eksternal,
seperti infeksi Rubella dan pajanan talidomid (Wynne dan Davis).
f. Vaskular
Atlas dkk.(1980) menemukan abnormalitas vaskulatur berupa hambatan vascular setinggi
sinus tarsalis pada kasus CTEV. Pada bayi dengan CTEV didapatkan muscle wasting di
bagian ipsilateral, mungkin karena berkurangnya perfusi arteri tibialis anterior selama masa
perkembangan.

2.1.3 Klasifikasi
Literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu :
1. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau memerlukan
latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas tulang, tetapi
mungkin ditemukan penencangan den pemendekan jaringan lunak secara medial
dan posterior.
2. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia
atau artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukam koreksi bedah dan memiliki
insidensi kekambuhan yang yang tinggi.
3. Clubfoot idiopatik congenital, atau “clubfoot sejati” hampir selalu memerlukan
intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang.
2.1.4 Patofisiologi CTEV
Beberapa teori mengenai patogenesis CTEVantara lain:
a. Terhambatnya perkembangan fetus padafase fi bular
b. Kurangnya jaringan kartilagenosa talus
c. Faktor neurogenik.
Telah ditemukan adanya abnormalitas histokimiawi pada kelompok otot
peroneus pasien CTEV. Hal ini diperkirakan akibat perubahan inervasi
intrauterin karena penyakit neurologis, seperti stroke. Teori ini didukung oleh
insiden CTEV pada 35% bayi spina bifida.
d. Retraksi fibrosis sekunder karena peningkatan jaringan fibrosa di otot dan
ligamen. Pada penelitian postmortem, Ponsetti menemukan adanya jaringan
kolagen yang sangat longgar dan dapat teregang di semua ligamen dan struktur
tendon (kecuali Achilles).Sebaliknya, tendon Achilles terbuat dari jaringan
kolagen yang sangat padat dan tidak dapat teregang.Zimny dkk.menggunakan
mikroskop elektron, menemukan mioblast pada fasia medialis yang
dihipotesiskan sebagai penyebab kontraktur medial.
e. Anomali insersi tendon (Inclan)
Teori ini tidak didukung oleh penelitian lain; karena distorsi posisi
anatomis CTEV yang membuat tampak terlihat adanya kelainan insersi tendon.
f. Variasi iklim
Robertson mencatat adanya hubungan antara perubahan iklim dengan
insiden CTEV.Hal ini sejalan dengan adanya variasi serupa insiden kasus
poliomyelitis di komunitas.CTEV dikatakan merupakan sequela dari prenatal
polio-like condition.Teori ini didukung oleh adanya perubahan motor neuron
pada spinal cord anterior bayi-bayi tersebut.
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran radiologis CTEV
Dengan cara pengambilan foto radiologis lateral dengan kaki yang ditahan
pada posisi maksimal dorsofleksi
2..1.6 Penatalaksanaan
a) Konservatif
Dilakukan manipulasi terhadap bagian kaki yang adduksi, equinus, varus dan
mempertahankannya dengan menggunakan gips. Dilakukan peregangan pada
jaringan yang mengerut secara bertahap tanpa kekerasan, dipertahankan 10
hitungan.Dilakukan berulang selama 10-15 menit.
Hasil akhirnya dipertahankan dengan gips. Pada saat pemasangan gips,
perhatikan sirkulasi darah. Koreksi dapat diulang 1 minggu kemudian.Bila
konservatif berhasil, pengobatan dapat dilakukan dengan Denis Brown Splint dan
dikontrol sampai anak dewasa.Bila 3 bulan konservatif gagal, maka lakukan
operatif.
b) Operatif
Indikasi:
 Gagal terapi konservatif
 Kambuh setelah konservatif berhasil
 Anak sudah besar dan belum mendapat pengobatan
Operatif dapat dilakukan pada:
 Jaringan lunak (hanya untuk usia< 5 tahun).
Terhadap tulang
2.1.7 Komplikasi CTEV
1.Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi
konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan
koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah
operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast.
Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi
kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu.Ini membuat bagian kecil dari kulit
menjadi mati.Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang
memerlukan cangkok kulit
2.Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah
operasi kaki clubfoot.Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk
mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
3 .Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf
mungkin saja rusak akibat operasi.Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang
rawan.Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini
biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia
4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki

2.2 Konsep Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
A. Biodata klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. bayi
laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok daripada perempuan.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4
orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu berarti
perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki adalah 1:3 dan
35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot.
B. Keluhan Utama :
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya
keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kaki,
atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan.
1.Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan
yang abnormal pada kakinya.
2.Riwayat penyakit keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.

3. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal


• Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali
perawatan antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan
obat yang pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.

• Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang
menolong, cara persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep,
section secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau
kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama
setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir
anak menangis spontan atau tidak.
• Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan
dengan gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji
adanya ashyksia, trauma dan infeksi.
• Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada
terakhir.Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar,
halus, social, dan bahasa.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman,
rumah tangga yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan
adat istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan
pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan
dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan.
• Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan
imunisasi pada anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin
timbul.Meliputi imunisai BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis.
C. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur anak
tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi)
pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan.Adakah makanan
yan disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya).
2) Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji
BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau).
Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3) Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
4) Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal
yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
5) Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah
mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang
tua.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Pantau status kardiovaskuler
2. Pantau nadi perifer
3. Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan sirkulasi
yang adekuat pada ekstremitas tersebut
4. Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari diantara
kulit ekstremitasdengan gips setelah gips kering
5. Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:
a) Nyeri
b) Bengkak
c) Rasa dingin
d) Sianosis atau pucat
6. Kaji sensasi jari kaki
a) Minta anak untuk menggerakkan jari kaki
b) Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu
berespon terhadap perintah
c) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan
sirkulasi
d) Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau
kesemutan
7. Periksa suhu (gips plester)
a) Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan
panas
b) Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas
8. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan
9.Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang terkadang
dimasukkan oleh anak yang masih kecil
10. Observasi adanya tanda-tanda infeksi:
a) Periksa adanya drainase
b) Cium gips untuk adanya bau menyengat
c) Periksa gips untuk adanya ”bercak panas” yang menunjukkan
infeksi dibawah gips
d) Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan ketidaknyamanan
11. Observasi kerusakan pernapasan (gips spika)
a) Kaji ekspansi dada anak
b) Observasi frekuensi pernafasan
c) Observasi warna dan perilaku
12. Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka):
a) Batasi area perdarahan
13. Kaji kebutuhan terhadap nyeri
.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskolosekeletal
- Definisi : Hambatan mobilisasi fisik adalah keterbatas dalam ,pergerakan fisik
mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstermitas atau lebih(sebutkan tingkatnya
,gunakan skala fungsional terstandarisasi ):
Tingkat 0:Mandiri total
Tingkat 1:memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu .
Tingkat 2:memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan ,pengawasan ,atau
pengajaran .
Tingkat 3:Membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu .
Tingkat 4:Ketergantungan ,tidak berpartisipasi dalam aktivitas
- Faktor yang berhubungan
Intoleransi aktivitas
Perubahan metabolisme sel
Ansietas
Indeks masa tubuh di atas persentil ke 75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Kepercayaan budaya terkait aktivitas sesuai dengan aktivitas
Keelemahan
Penurunan daya tahan
Penurunan kekuatan, kendali atau massa otot
Defisiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
Keadaan alam perasaan depresi
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Kaku sendi atau kontraktur
Kurang dukungan lingkungan fisik atau sosial
Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
Hilangnya integritas struktur tulang
Malnutrisi
Medikasi
Gangguan muskolosekelat
Gangguan neuromaskular
Nyeri
Program pembatasan pergerakan
Keengganan untuk memulai pergerakan
Gaya hidup kurang gerak, disuse, atau melemah
Gangguan sensori persepsi

- Batasan katarestik
Penurunan waktu reaksi
Kesulitan membolak balik posisi tubuh
Asik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan .
Dipsneu sat beraktivitas .
Perubahan cara berjalan
Pergerakan menyentak
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motirik kasar
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motirik halus
Keterbatasan rentang pergerakan sendi
Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
Ketidakstabilan postur tubuh
Melambatnya pergerakan
Gerakan tidak teratur atau tidak terkoorganisasi .

2.2.3 Intervensi

Kesimpulan
CTEV adalah suatu kelainan bawaan yang sering ditemukan pada bayi yang baru
lahir (Arif Muttaqin,2008).
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke
dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi (Smeltzer, 2002)

Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih memahami
tentang asuhan keperawatan gangguan pernafasan pada klien dengan asma. Dan sebagai
mahasiswa keperawatan yang kedepannya akan melakukan pelayanan keperawatan, maka
kita harus lebih memahami tentang asuhan keperawatan gangguan pernafasan pada klien
dengan asma. Sehingga diharapkan kedepannya kita bisa memberikan pelayanan keperawatan
pada klien dengan asma dengan lebih baik dan lebih bermutu atau berkualitas.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan, kekurangan, serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan
materi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan lebih baik dan kami berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk
lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

Daftar pustaka
Cahyono B.C. 2012. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).4 Maret 2012: 178.
Kol. 2-3.
Chamidah A.N. 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak. Jurnal Pendidikan Khusus Vol.5 No.2. Universitas Negeri Yogyakarta.
Miedzybrodzka C.D,. et al .2008. Genetic Basis of Idiopathic Talipes
Equinovarus. Inggris : J. Hum. Genet

S-ar putea să vă placă și